Anda di halaman 1dari 10

MODEL SIMULASI PRAKIRAAN CH BULANAN PADA WILAYAH RIAU

DENGAN MENGGUNAKAN INPUT DATA SOI, SST, NINO 3.4, DAN IOD

1 2
Aristya Ardhitama *, Rias Sholihah *
1) PMG Muda Stasiun Meteorologi Pekanbaru, 2) Mahasiswi Geofisika dan Meteorologi-FMIPA-IPB
ardhi.tama@gmail.com, riassholihah.sb94@gmail.com

INTISARI

Saat ini, kondisi cuaca di Pekanbaru dewasa ini begitu cepat perubahannya sehingga
sulit diprediksi. Fenomena ini menuntut prakiraan untuk meningkatkan kualitas hasil
prakiraan sehingga lebih cepat, tepat, dan akurat untuk hasil yang diinginkan tersebut.
Simulasi prakiraan jumlah curah hujan dengan menggunakan input data prediktor SOI,
SST, Nino 3.4 dan IOD dengan parameter cuaca di Kota Pekanbaru telah dilakukan
menggunakan model persamaan regresi linear berganda. Prediktor tersebut digunakan
untuk memprediksi curah hujan (CH) tahun 2011 dan 2012.Selain itu berfungsi untuk
mengecek kebenaran hasil prakiraan jumlah curah hujan dengan model persamaan
regresi linear berganda menggunakan rumus Root Mean Square Error (RMSE) dan
Standar Deviasi (SD).Serta kajian penelitian ini berfungsi untuk membuktikan faktor
prediktor (SOI, SST, Nina 3.4 dan IOD) yang paling mempengaruhi kondisi curah hujan
di Pekanbaru.Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data curah hujan sebaran
normal dari tahun 1981-2010 pada stasiun wilayah Pekanbaru-Provinsi Riau. Data
jumlah curah hujan tahun 2011 dan 2012 hasil observasi dianggap sebagai pembanding
untuk verifikasi dan validasi nilai curah hujan (CH) hasil model output
simulasi.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
data dari SOI, SST, Nino 3.4 dan IOD memiliki pengaruh terhadap curah hujan di wilayah
Pekanbaru Provinsi Riau.Kondisi cuaca terutama curah hujan untuk wilayah Pekanbaru
dipengaruhi oleh factor global, regional dan lokal.Dari hasil penelitian terlihat hubungan
yang memiliki tingkat korelasi yang tinggi terhadap curah hujan (CH) adalah prediktor
SOI.Selain itu, dengan menggunakan RMSE membuktikan bahwa nilai kebenaran pada
tahun 2011 lebih baik dibandingkan pada tahun 2012.

Kata Kunci: Cuaca, Curah hujan, SOI, SST, Nino 3.4 dan IOD, Validasi

1. PENDAHULUAN fenomena global yang disebut dengan el nino dan


[12]
Kondisi cuaca di Pekanbaru dewasa ini la nina .
begitu cepat perubahannya sehingga sulit Musim di Indonesia selain dipengaruhi
diprediksi. Fenomena ini menuntut prakiraan untuk oleh Monsun dan pengaruh lokal, juga
meningkatkan kualitas hasil prakiraan sehingga dipengaruhi oleh adanya fenomena global,
lebih cepat, tepat, dan akurat untuk hasil yang diantaranya sirkulasi Hadley, sirkulasi Walker,
diinginkan tersebut, maka dibuatlah prakiraan El Nino, La Nina, Indian Ocean Dipole
jangka pendek yang berlaku setiap pergantian hari Modedan pola lokal setempat. Variasi cuaca dan
(prakiraan cuaca). Pergantian musim di Indonesia iklim sangatlah perlu diperhatikan karena
sangat dipengaruhi oleh aktivitas monsun, namun sebagian wilayah Indonesia terletak di Belahan
sifat musim tidak selalu sama dengan normalnya. Bumi Utara dan sebagian di Belahan Bumi
Kadang-kadang dapat ditemui periode dengan Selatan. Meskipun musim hujan dan kemarau
curah hujan umumnya di atas normal, Dan juga terjadi secara periodik, tetapi panjang musim
ditemui suatu periode dimana curah hujan dan jumlah curah hujan untuk setiap musim
umumnya di bawah normal. Hal tersebut tidaklah selalu sama. Kondisi ini menunjukkan
menunjukkan bahwa selain monsun, masih bahwa musim di wilayah Indonesia tidak hanya
terdapat faktor-faktor lainnya yang berperan dalam dibentuk oleh monsun, tapi dibentuk juga oleh
pembentukan musim di Indonesia seperti faktor lain yang berinteraksi dengan monsun
[15]
untuk membentuk musim tersebut .
96 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 14, No. 2, 2013: 95 - 104

Provinsi Riau beriklim tropis basah dengan 2.1 Pengertian Dasar tentang Cuaca
rata rata curah hujan berkisar antara 1000-3000 dan Iklim
mm per tahun yang dipengaruhi oleh musim Ada beberapa pengertian yang berkaitan
kemarau dan musim hujan. Daerah yang paling [20]
dengan cuaca, menurut , cuaca adalah keadaan
sering ditimpa hujan setiap tahun adalah Kota variabel atmosfer secara keseluruhan disuatu
Pekanbaru 193 hari, Kabupaten Indragiri Hulu 178 tempat dalam selang waktu yang pendek.
hari, Kabupaten Pelalawan 147 hari, Kabupaten [8]
Sedangkan menurut , cuaca adalah keadaan
Rokan Hulu 136 hari, dan Kabupaten Kampar atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai
denganjumlah hari hujan 110 hari. Jumlah Curah parameter, antara lain suhu, tekanan, angin,
Hujan tertinggi pada tahun 2009 terjadi di kelembaban, dan berbagai fenomena hujan,
Kabupaten Kampar dengan curah hujan sebesar disuatu tempat atau wilayah selama kurun waktu
3.349 mm, disusul Kota Pekanbaru sebesar yang pendek.
3.214,4 mm, sedangkan curah hujan terendah Selain faktor cuaca ada hal lain yang
terjadi di Kota Dumai sebesar 635,0 mm. berkaitan dengan cuaca yang disebut dengan
Selanjutnya menurut catatan Stasiun Meteorologi iklim. Iklim memiliki pengertian yaitu konsep
Simpang Tiga, suhu udara rata rata di Kota abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan
Pekanbaru tahun 2009 menunjukkan 28° celcius unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama
dengan suhu maksimum 36,0 celcius dan suhu [20]
kurun waktu yang panjang . Sedang menurut ,
[8]
minimum 21° celcius. iklim adalah peluang ststistik berbagai keadaan
Propinsi Riau merupakan jalur ekuator atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin,
sehingga membentuk pola curah hujan ekuatorial. kelembaban, yang terjadi pada suatu daerah
Pola hujan ekuatorial memiliki dua puncak hujan selama kurun waktu yang panjang.
yang terjadi saat matahari berada dekat ekuator, Selain itu ada juga pengertian musim yaitu
[19]
yaitu sekitar bulan Maret dan Oktober . rentang waktu yang mengandung fenomena (nilai
Pola ekuatorial dibagi menjadi tipe D dan sesuatu unsur cuaca) yang dominan atau
tipe E. Tipe D mencakup wilayah pantai barat mencolok (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Sumatera Utara, sedangkan tipe E mencakup Sebagai contoh : musim dingin adalah rentang
daerah wilayah pantai barat Sumatera Selatan. waktu yang selama itu suhu udara selalu rendah,
Pada wilayah ini musim kemarau tidak begitu jelas musim hujan adalah rentang waktu yang memiliki
[6].
banyak terjadi hujan.
Memprakirakan cuaca adalah satu Dari beberapa definisi tadi dapat disimpulkan
pekerjaan yang tidak mudah, karena cuaca itu bahwa cuaca adalah keadaan fisik atmosfer pada
sendiri merupakan fungsi ruang dan waktu yang suatu saat (waktu tertentu) di suatu tempat, yang
artinya cuaca sangat bergantung pada tempat dalam waktu singkat (pendek) berubah
(ruang), dan waktu. Di samping itu, prakirawan keadaannya, seperti panasnya, kelembabannya,
dituntut harus memahami sifat–sifat atmosfer dan atau gerak udaranya sedang iklim adalah peluang
dinamika atmosfer serta diperlukan pengalaman statistik keadaan cuaca rata-rata atau keadaan
dan keberanian dalam membuat suatu keputusan cuaca jangka panjang pada suatu daerah, meliputi
prakiraan. kurun waktu beberapa bulan atau beberapa tahun.
Memahami dan mempelajari fenomena Ada beberapa unsur yang membentuk cuaca,
cuaca dari waktu ke waktu tersebut merupakan yaitusuhu udara, kecepatan angin, angin, tekanan
modal yang sangat penting untuk dapat udara, kelembaban udara dancurah hujan .
[1]
memprakirakan cuaca di waktu yang akan datang.
Kejadian hari ini tidak terlepas dari kejadian yang
terjadi kemarin dan kejadian esok hari tidak akan 2.2 CURAH HUJAN
terlepas dari kejadian hari ini. Prakiraan cuaca Hujan adalah mata rantai dari siklus air dan
akan berhasil baik dan benar (akurat) jika merupakan fenomena di udara yang tergantung
prakirawan memiliki kemampuan yang memadai, pada unsur-unsur cuaca yang lainnya. Hujan
memiliki sarana dan prasarana serta lengkap memiliki peranan dalam penentuan iklim. Menurut
sehingga dapat menghasilkan data yang keadaan sebenarnya, hujan di suatu tempat dalam
diperlukan dengan kualitas yang baik yang dapat kurun waktu tertentu tidak mempunyai jumlah
mempertajam analisa. Dari uraian di atas penulis yang sama sehingga dapat dilihat adanya jumlah
ingin meneliti tentang faktor fisis cuaca yang curah hujan minimum dan maksimum yang silih
mempengaruhi curah hujan.Dalam kajian berganti secara tidak teratur. Oleh karena itu
penelitian ini penulis ingin membuktikan bahwa dapat dikatakan bahwa hujan sebagai objek ilmu
adanya hubungan curah hujan dengan cuaca bersama-sama unsur cuaca lain adalah
menggunakan data SOI, SST, Nina 3.4 dan IOD suatu fenomena yang merupakan fungsi dari
ruang dan waktu. Dengan kata lain hujan
mempunyai distribusi yang bervariasi dengan
bentuk penyebaran tertentu menurut tempat dan
2. TINJAUAN TEORI waktu
[18].

Adapun pola distribusi hujan tersebut adalah :


Model Simulasi Prakiraan CH Bulanan … (Aristya Ardhitama, dkk) 97

1) Pola hujan ekuatorial, pola ini dicirikan oleh 2.3 Nino 3.4
dua kali pencapaian nilai maksimum curah El Nino-Southern Oscillation (ENSO)
hujan bulanan dalam setahun. Jumlah hujan merupakan fenomena yang mempengaruhi
maksimum terjadi setelah ekinoks. Ekinoks aktivitas hidroklimat global (Ropelewski dan
adalah kedudukan matahari tepat di atas Halpert, 1986; Kayano, 2003; Chiew et al., 1998;
ekuator terjadi pada 21 Maret dan 23 Shrestha dan Kostaschuk, 2005) di antaranya
September. adalah curah hujan (Mc Gregor dan Nieuwolt,
2) Pola hujan monsunal, merupakan pola hujan 1998), temperatur (Ropelewski dan Halpert, 1987)
yang memiliki distribusi berbentuk huruf “U” dan evaporasi. ENSO merupakan fenomena yang
atau “V”. jumlah hujan. Pola curah hujan ini terdiri atas dua fase yaitu fase panas (El Nino)
dicirikan oleh adanya perbedaan yang jelas serta fase dingin (La Nina); adapun Southern
antara periode musim kemarau dan musim Oscillation (SO) merupakan jungkat-jungkit
hujan dalam setahun. perbedaan tekanan atmosfer antara Australia-
3) Pola hujan lokal, pola curah hujan bulanan ini Indonesia dengan Samudera Pasifik bagian
sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi [17]
Timur . Curah hujan di Indonesia juga
setempat. Faktor pembentuknya secara dipengaruhi oleh aktivitas ENSO karena terletak
umum dapat dibedakan dalam dua ragam pada Inter-Tropical Convergence Zone (ITCZ).
yaitu naiknya udara lembab secara paksa dari Pengaruh ENSO berbeda-beda antarwilayah
aliran udara yang menuju ke dataran tinggi bergantung pada lokasi dan topografi (Qian et al.,
atau pegunungan dan pemanasan lokal yang 2010) . Wilayah beriklim monsun di Indonesia
[4]
tidak seimbang . merupakan wilayah yang terkena dampak ENSO
Sifat hujan terbagi atas tiga kategori : terbesar karena terkait dengan sirkulasi angin di
1) Hujan Normal adalah jika nilai curah hujan belahan bumi Utara (Asia) dan angin dari belahan
antara 85% - 115% dari normalnya. bumi Selatan (Australia).
2) Hujan Dibawah Normal adalah jika nilai curah El nino merupakan fenomena global dari
hujan dibawah 85% dari normalnya. sistem interaksi laut dan atmosfer yang ditandai
3) Hujan Diatas Normal adalah jika nilai curah dengan memanasnya suhu permukaan laut di
hujan diatas 115% dari nilai normalnya. Pasifik Ekuator (Equatorial Pasific) atau anomali
Sedangkan jenis hujan ada tiga yaitu : suhu permukaan laut di wilayah perairan tersebut
1) Hujan konvektif, adalah akibat dari pemanasan positif atau lebih tinggi dari rata–rata suhu
dari radiasi matahari, udara permukaan akan permukaan laut yang seharusnya. Sedangkan la
mamuai dan naik ke atas, kemudian udara nina merupakan kebalikan dari el nino yaitu
yang naik akan mengembun. Gerakan vertikal ditandai dengan mendinginnya suhu permukaan
udara lembab yang mengalami pendinginan laut di Pasifik Ekuator atau anomali suhu
dengan cepat akan menghasilkan hujan deras. permukaan laut di wilayah perairan tersebut
2) Hujan orografik adalah jika pergerakan udara negatif atau lebih rendah dari rata-rata suhu
melalui pegunungan atau bukit yang tinggi, permukaan laut yang seharusnya. Berdasarkan
maka udara akan di paksa naik. Setelah terjadi intensitasnya, el nino dapat dikategorikan sebagai
[4]
kondensasi, tumbuh awan pada lereng di atas berikut :
angin (windward side) dan hujannya disebut a) El nino lemah (Weak El Nino) yaitu jika
hujan orografik, sedangkan pada lereng di anomali suhu permukaan laut di Pasifik
bawah angin (leeward side) udara yang turun Ekuator bernilai positif antara (+0,5ºC) sampai
akan mengalami pemanasan dengan sifat dengan (+1,0ºC) dan berlangsung selama 3
kering, dan daerah ini disebut daerah bulan berturut-turut atau lebih.
bayangan hujan. b) El nino sedang (Moderate El Nino) yaitu jika
3) Hujan konvergensi dan frontal adalah jika ada anomali suhu permukaan laut di Pasifik
konvergensi pada arus udara horizontal dari Ekuator bernilai positif antara (+1,1ºC) sampai
masa udara yang besar dan tebal, maka akan dengan (+1,5ºC) dan berlangsung selama 3
terjadi gerakan ke atas. Kenaikan udara di bulan berturut-turut atau lebih.
daerah konvergensi dapat menyebabkan c) El nino kuat (Strong El Nino) yaitu jika anomali
pertumbuhan awan dan hujan. Jika massa dua suhu permukaan laut di Pasifik Ekuator
udara yang konvergen horizontal mempunyai bernilai positif antara >1,5ºC dan berlangsung
suhu dan masa jenis berbeda, maka massa selama 3 bulan berturut-turut atau lebih.
udara yang lebih panas akan dipaksa naik di Fenomena el nino umumnya berdampak
atas massa udara yang dingin. Bidang batas terhadap curah hujan di sebagian wilayah
antara kedua massa udara yang berbeda sifat Indonesia akan berkurang. Berkurangnya curah
[19]
fisisnya disebut front . hujan tersebut sangat tergantung dari intensitas el
Hujan sangat dipengaruhi oleh iklim dan nino yang sedang berlangsung. Mengingat
keadaan topografi daerah,sehingga keadaanya luasnya wilayah Indonesia dan posisi geografis
Karakteristik
[3] Curah Hujan DAS
Indonesia yang Larona
merupakan … (Djazim
Aliranbenua Syaifullah)
maritim, maka
sangat berbeda untuk masing -masing daerah .
tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh
98 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 14, No. 2, 2013: 95 - 104

el nino.Sebaliknya, fenomena la nina umumnya Indikator untuk menentukan terjadinya El


akan berdampak meningkatnya curah hujan di Nino maupun La Nina adalah SST (Sea Surface
Indonesia yang pengaruhnya juga tergantung dari Temperature), SOI ((Southern Oscillation Index)
intensitas la nina yang sedang berlangsung. dan MEI (Multivariate ENSO Index). Indikator MEI
Gambar 2.1. pada halaman 4 menunjukkan titik merupakan indikator gabungan antara SOI dan
pengukuran untuk memperoleh nilai Oceanic Nino SST sehingga menghasilkan klasifikasi waktu
Index (ONI) yang terletak di wilayah Samudera ENSO yang relevan untuk berbagai tempat di
0 0 0 0
Pasifik pada 120 BB – 170 BB dan 5 LU – 5 dunia. Suatu tahun dinyatakan terjadi El Nino (La
[4]
LS : Nina) apabila nilai MEI >0,5 (< 0,5) untuk 5 bulan
berturut-turut atau lebih antara April tahun (0)
sampai Maret tahun berikutnya (+) serta puncak
MEI >1 (< -1). Indikator MEI jarang digunakan
untuk analisis terjadinya ENSO di Indonesia,
biasanya menggunakan SST Nino 3.4. Tahun
ENSO menurut indikator Nino 3.4
Adalah tahun El Nino (La Nina) adalah
tahun dengan nilai tertinggi > 1+standar deviasi (<
1-standar deviasi) (Kiem dan Franks, 2001). Tabel
1.1 menunjukkantahun-tahun kejadian ENSO
berdasarkan indikator MEI dan SST Nino 3.4
antara 1970 – 2010

2.4 SOI atau Indeks Osilasi Selatan


Seorang ilmuan Inggris, Sir Gilbert Walker,
[5]
pada tahun 1904 tiba di India dengan maksud
Gambar 1 Titik Pengukuran ONI . mencari metode untuk memperkirakan fluktuasi
monsun, kemudian dia mencari titik-titik peramalan
ENSO merupakan fenomena yang terdiri pada kawasan samudera India dan Pasifik. Melalui
atas dua fase yaitu fase panas (El Nino) serta fase berbagai perilaku parameter atmosfer, Walker
dingin (La Nina). Southern Oscillation merupakan menemukan suatu gelombang tekanan udara
perubahan sirkulasi angin yang disebabkan oleh berperioda panjang antara kawasan India-
perbedaan suhu permukaan laut antara Australia dengan kawasan Amerika Selatan.
Samudera Pasifik Timur dan Barat (McGregor dan Adapun titik pengukurun untuk mendapatkan nilai
Nieuwolt, 1998; Tjasyono, 2008). Adanya IOS seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2. pada
perbedaan tersebut menyebabkan pembalikan halaman delapan sebelah ini. Karena mempunyai
sirkulasi atmosfer di atas samudera-samudera/laut gerak berosilasi, maka gelombang tekanan udara
yang terletak dekat ekuator (Shelton, 2009). tersebut dinamakan sebagai Southern Oscillation.
Selama El Nino berlangsung maka temperatur Untuk menghormati penemuannya maka osilasi
permukaan laut di Samudera Pasifik berubah tersebut dinamakan sebagai Osilasi Walker.
menjadi lebih panas. Sebaliknya, temperatur Osilasi tersebut telah dibuktikan keberadaannya
permukaan laut di atas Samudera Pasifik menjadi oleh Berlage (1957) dengan cara mencari
lebih dingin ketika La Nina. Kedua fenomena penyimpangan tekanan udara tahunan dari
tersebut terjadi sebagai akibat dari sistem berbagai tempat di bumi terhadap tekanan udara
sirkulasi angin, pergerakan atmosfer di atas lautan di Jakarta (Tjasyono, 2002).
dan tekanan permukaan di atas laut sepanjang Untuk memantau keberadaan Osilasi
lautan di zona ekuator (McGregor dan Nieuwolt, Selatan ini dicari harga index dari selisih tekanan
1998; NOAA, no date; WMO, 2010). udara permukaan Tahiti, sebagai wakil dari
Fenomena ENSO terjadi ketika suhu kawasan Amerika Selatan, dengan Darwin
udara di Samudera Pasifik meningkat sehingga sebagai wakil dari kawasan India-Australia.
arah angin berubah. El Nino menyebabkan Setelah dinormalisasikan, indeks ini diplot dari
pergerakan awan mengarah ke timur sehingga waktu ke waktu, maka terlihatlah wujud Osilasi
curah hujan di Amerika Selatan meningkat. Selatan itu. Bila harga indeks negatif, berarti
Pergerakan awan mengarah ke barat ketika La tekanan di kawasan Amerika Selatan lebih rendah
Nina sehingga curah hujan di Amerika Selatan daripada kawasan India-Australia, dan demikian
meningkat, sebaliknya Indonesia, Australia dan pula sebaliknya. Dari osilasi ini bisa di baca ada
Papua Nugini menerima hujan lebih banyak. dua sel tekanan udara, yaitu tinggi dan rendah
Wilayah sebelah barat Samudera Pasifik seperti yang saling berkejaran mengelilingi khatulistiwa
Indonesia dan Australia mengalami kekeringan, bumi. Sedangkan untuk memantau El-Nino
sedangkan di Amerika Selatan terjadi banjir saat digunakan indeks El-Nino yang di plot bersamaan
El Nino (NOAA, no date). dengan SOI dan didapat hubungan antara
keduanya, yaitu jika indeks El-Nino positif, maka
Model Simulasi Prakiraan CH Bulanan … (Aristya Ardhitama, dkk) 99

SOI negatif, dan demikian pula sebaliknya. Jika 3-4 tahun. Periodisitas ini penting diketahui agar
periode el nino bertepatan dengan turunnya nilai dapat ditentukan sifat-sifat pengulangan akumulasi
IOS maka periode tersebut disebut dengan ENSO curab bujan pada periode tertentu. Proses
(el nino southern oscillation) (Sribimawati, et al. pembentukan bujan di kawasan tropis,
1997). Adapun rumus untuk menentukan SOI khususnya di Benua Maritim Indonesia (BMI)
adalah (Critchfield, 1979) : seperti yang kami jelaskan di atas merupakan
salab satu proses yang paling sukar
disimulasikan. Hingga saat ini belum ada satu
model iklim pun yang mampu mensimulasikan
curab bujan di Indonesia dengan baik. Korelasi
pol a (pattern correlation) antara basil simulasi
model dan basil observasi sebagian besar banya
berkisar pada angka di bawab 0.5 (lihat Ratag
M.A., 2002).
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah laut
digabungkan dan fenomena atmosfer di Samudra Hindia
khatulistiwa yang mempengaruhi iklim Australia dan negara-
negara lain yang mengelilingi cekungan Samudra Hindia
(Saji et al 1999.). Besar variabilitas SST di Samudera Hindia
telah dikaitkan dengan Indian Ocean Dipole (IOD), juga
disebut sebagai Samudera Hindia zonal Mode
(IOZM; Saji et al, 1999;. Webster et al, 1999.). Pola ini
mewujud melalui gradien zonal SST tropis, yang pada satu
tahap ekstrem di musim gugur boreal menunjukkan
cooling off Sumatra dan pemanasan lepas pantai
Somalia di sebelah barat, dikombinasikan dengan anomali
timuran di sepanjang khatulistiwa. Besarnya curah hujan
Gambar 2 Titik Pengukuran Indeks maksimum sekunder dari Oktober sampai Desember di
[5] [21]
OsilasiSelatan . Afrika Timur angat berkorelasi dengan kejadian IOD positif .
[12]]
Menurut Sajiet al . (1999a) IODM adalah
2.5 SST sebuah fenomena fisis samudera dan atmosfer di kawasan
Suhu muka laut (Sea surface Temperature Samudera Hindia ekuator yang ditandai dengan adanaya
~ SST) di perairan Indonesia sebagai indeks anomali negatif suhu permukaan laut dibagaian barat
banyaknya uap air pembentuk awan di atmosfer Samudera Hindia. Sinyal fenomena IODM sering
(Kadarsah). Jika suhu muka laut dingin uap air di diasosiasikan dengan perubahan anomali suhu muka laut
atmosfer menjadi berkurang, sebaliknya jika suhu (SPL) antara Samudera Hindia tropis bagian Barat
o o o o
muka laut panas uap air di atmosfer banyak. Pola (50 E -70 E dan 10 S –10 N) dengan Samudera
o o o
suhu muka laut di Indonesia secara umum Hindia tropis bagian Timur (90 E -110 E dan 10 S-
o
mengikuti gerak tahunan matahari. Suhu muka 10 ekuator). Hasil penelitian ini memberikan nilai
laut di Samudera Hindia mempunyai rentang koefesien korelasi sebesar 0.7. Berdasarkan data reanalisis
perubahan yang cukup lebar yaitu minimum diketahui bahwa variabilitas antar musimam dan tahunan
berkisar 26.0° C pada bulan Agustus hingga sirkulasi angin permukaan, suhu permukaan laut dan arus
maksimum berkisar 31.5° C pada bulan Febrauari permukaan laut di wilayah perairan Samudera Hindia sangat
– Maret. Wilayah perairan lainnya umumnya dipengaruhi oleh sistem angin musim dan fenomena Indian
mempunyai rentang perubahan lebih sempit yaitu Ocean Dipole. Perubahan pola angin, arus dan distribusi
berkisar 29.0° C hingga 31.5° C dan waktu suhu permukaan laut terutama terjadi di belahan
terjadinya minimum dan maksimumnya tidak sama bumi bagian utara dan sebaliknya dibelahan bumi
disetiap perairan. bagian selatan mempunyai pola yang lebih teratur
dan relatif kecil perubahannya. Hal ini
2.6 IOD dimungkinkan karena di bagian utara Samudera
Menurut sejarahnya IOD bukanlah suatu Hindia dibatasi oleh Benua Asia sehingga pengaruh
fenomena iklim yang baru. Ia sudah ada sejak daratan sangat kuat, sedangkan di bagian selatan
sekitar tahun 1800-an. Namun, fenomena merupakan laut terbuka. Selain itu, ternyata IOD secara
penyimpangan iklim ini baru pertama kali diungkap langsung maupun tidak langsung terkait erat dengan
oleh Prof. Toshio Yamagata dari Tokyo University, adanya Sirkulasi Walker (Walker Circulation) yang terjadi
Japan bersama rekannya dari India Dr. Saji N. di sepanjang belt ekuator akibat adanya perbedaan
Hameed dari Indian Institute of Science, tekanan antara wilayah bagian timur Samudera Hindia
Bangalore, India. Hal yang menarik dari Selain ENSO, Terjadi pula gejala
fenomena ini adalah periodisitasnya yang penyimpangan iklim yang dihasilkan oleh
berosilasi sekitar 15 bulanan yang pada waktu- interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia
waktu tertentu juga muncul antara selang waktu di sekitar khatulistiwa yang disebut dengan IOD
100 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 14, No. 2, 2013: 95 - 104

(Indian Ocean Dipole). Interaksi tersebut troposfer yang terletak diatasnya (Roger, 1980).
menghasilkan tekanan tinggi di Samudera Sedangkan definisi cuaca itu sendiri adalah :
Hindia bagian Timur (bagian Selatan Jawa dan  Keadaan atmosfer secara keseluruhan
Barat Sumatra) yang menimbulkan aliran massa pada suatu saat termasuk perubahan,
udara yang berhembus ke Barat. Hembusan perkembangan, dan menghilangnyasuatu
angin ini akan mendorong massa air di depannya fenomena di atmosfer bumi (world climate
danmengangkat massa air dari bawah ke conference, 1979) (Roger, 1980).
permukaan. Akibatnya, SPL di sekitar pantai  Keadaan variabel atmosfer secara
Selatan Jawa dan pantai Barat Sumatera akan keseluruhan di suatu tempat dalam selang
[20]
mengalami penurunan yang cukup drastis, waktu yang pendek .
sementara di dekat pantai timur Afrika tejadi
[9]
 Keadaan atmosfer yang dinyatakan
kenaikan suhu permukaan laut . dengan nilai berbagai parameter, antara
Indian Ocean Dipole (IOD) adalah lain suhu, tekanan angin, kelembaban,
kondisi interaksi laut-atmosfer yang terjadi di dan berbagai fenomena hujan, di suatu
samudera hindia tropis. Selama fenomena IOD tempat atau wilayah tertentu selama kurun
positif (Gambar 3), suhu permukaan laut secara [9]
waktu yang pendek .
anomali menghangat di Samudera Hindia barat, Dari beberapa penjabaran definisi cuaca di
sedangkan di bagian timur lebih dingin dari atas,maka dapat disimpulkan bahwa cuaca adalah
[11]
normalnya . Perubahan pada suhu permukaan keadaan fisik atmosfer bumi pada suatu saat
laut selama IOD terjadi terkait dengan (waktu tertentu) di suatu tempat, dalam waktu
perubahan medan angin di tengah samudera singkat (pendek) berubah keadaannya, seperti
Hindia ekuator. Sehingga angin bergerak panasnya, kelembabannya, atau gerak udaranya.
berlawanan dari biasanya barat ketimur selama Hubungan parameter fisis cuaca terhadap curah
IOD positif. Selain itu, proses konveksi yang hujan yaitu
biasanya terjadi di atas Samudera Hindia
bagian timur yang menghangat bergerak ke 2.8 Nilai Koefisien Korelasi
arah barat. Hasil dari kondisi tersebut adalah Nilai koefisien korelasi berguna untuk
hujan lebat di Afrika bagian timur dan mengetahui hubungan linier antara nilai curah
meninggalkan wilayah Indonesia dengan sedikit hujan dengan nilai suhu, tekanan udara,
hujan (e.g. Bahera et al. 2005, 2007), yang kelembaban, kecepatan angin.Kelompok data
kemudian diikuti dengan kekeringan dan hutan sampel yang di maksud. Semakin tinggi nilai
yang terbakar. Fosil koral dari pantai Sumatera koefisien korelasi dengan nilai positif menunjukkan
mencatat fenomena IOD beberapa kali di kuatnya hubungan linier dari masing-masing
Holocene. Terkait dengan perubahan angin dan kelompok data sampel,
suhu permukaan laut dan menyerupai
 Nilai koefisien korelasi sama dengan -1
fenomena ENSO, kondisi IOD mempengaruhi
menunjukkan berbanding terbalik,
konveksi di Indonesia dan curah hujan hubungan sangat kuat
regionalnya (Yulihastin, E, dkk, 2009).
 Nilai koefisien korelasi sama dengan 1
menunjukkan berbanding lurus, hubungan
sangat kuat
 Nilai koefisien korelasi yang menunjukkan
angka 0,5 – 1, menujukkan kuatnya
hubungan linier dan hubungannya kuat
 Nilai koefisien < 0,5 hubungan dari
variabel data tidak cukup kuat atau tidak
ada hubungan
Besarnya nilai koefisien korelasi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai
Gambar 3 Skema positif (kiri) dan negatif berikut:
(kanan) IOD ∑
r(x,y)=
∑ ∑
Dimana :
2.7 Cuaca r(x,y) = nilai koefisien korelasi antara variabel
Ilmu yang mempelajari tentang keadaan x = nilai curah hujan rata -rata
cuaca disebut meteorologi, adalah sebuah cabang y = nilai suhu udara, tekanan udara, kelembaban
ilmu pengtahuan yang mempelajari seluruh udara dan kecepatan
fenomena yang terjadi di atmosfer bumi. Pada angin.
lapisan ini terdapat penurunan suhu yang terjadi 2.9. Validasi
karena sangat sedikit troposfer menyerap radiasi Validitas adalah suatu ukuran yang
gelombang pendek dari matahari, sebaliknya menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu
permukaan tanah memberikan panas pada lapisan tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur
Model Simulasi Prakiraan CH Bulanan … (Aristya Ardhitama, dkk) 101

apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas respon. Variabelbebasmerupakanvariabel yang
yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dapat mempengaruhi varibel tidak bebas atau
dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan variabel yang dapat memprediksi harga
[2]
kriteria . variabeltidakbebas. Variabelinidinyatakan
denganX1,X2,...,Xk.Sedangkanvariabeltidak
3. Metodologi bebasmerupakanvariabelyangterjadikarena
variabel bebas atau variabel yang
3.1. Data mencerminkan respondarivariabel bebas,
[8]
Data yang digunakan dalam kajianini dinyatakandenganY .
adalah data curah hujan sebaran normal dari Dalam kajian ini memiliki 3 variabel bebas
tahun 1981-2010 pada stasiun wilayah atau variabel penduga yaitu curah hujan bulanan,
Pekanbaru-Provinsi Riau. Dalam simulasi model jumlah hari hujan, dan kelembaban udara, dimana
prakiraan curah hujan ini menggunakan input data dalam persamaan regresi linear berganda untuk
SOI, SST, Nino 3.4, dan IOD. Data-data tersebut model prediksi yang valid sebaiknya digunakan
yang digunakan adalah nilai rata-ratanya untuk lebih banyak variabel
kondisi yang mewakili normalnya selanjutnya bebas,sedangkanvariabeltidak
digunkan metode regresi linear berganda untuk bebas(dependent)atauvariabelresponadalahjumla
memprediksi curah hujan (CH) tahun 2011 dan h curah hujan bulanan. Penulis untuk mengecek
2012. Data jumlah curah hujan tahun 2011 dan kebenaran dan validasi dari nilai suhu udara hasil
2012 hasil observasi dianggap sebagai model dengan nilai suhu udara rata-rata
pembanding untuk verifikasi dan validasi nilai sebenarnya hasil observasi dilakukanlah langkah
curah hujan (CH) hasil model output simulasi. uji koefisien korelasi dari kedua sambel data yang
[7]
Adapun alamat data input diambil dari
diuji. Rumusan Korelasi :
1. SOI :
http://www.bom.gov.au/climate/current/soihtm1.
n.Σxy – Σx.Σy
shtml [6]
r (X,Y) = ---------------------------
2. SST : 2 2 2 2
Sqr{(n.Σx –(Σx) )(n.Σy -(Σy) )}
BMKG Stasiun Pekanbaru-Riau
Nilai r adalah nilai yang menyatakan kuat tidaknya
3. Nino 3.4 :
hubungan antara nilai x dan nilai y, nilai r ini
http://www.esrl.noaa.gov/psd/gcos_wgsp/Times
berada diantara – 1 sampai dengan 1 atau dapat
eries/Nino34/
dinyatakan sebagai berikut:
4. IOD :
- 1 ≤ r (x,y) ≤1
http://www.jamstec.go.jp/frcgc/research/d1/iod/
artinya:
HTML/ Dipole%20Mode%20Index.html
1. r (x,y) = + 1, hubungan antara x dan y
sempurna dan positif (mendekati +1), berarti
3.2. Metode hubungan keduanya sangat kuat dan
Pada kajian penelitian ini digunakan bersamaan fase atau berbanding lurus.
metode yaitu metode regresi linear berganda dan 2. r (x,y) = - 1, hubungan antara x dan y
koefisien korelasi.Metode prediksi regresi linier sempurna dan negatif (mendekati -1), berarti
berganda ini dilakukan dengancara membentuk hubungan sangat kuat dan berlawanan fase
persamaan regresi yang digunakan untuk atau berbanding terbalik.
melakukan simulasi prediksi jumlah curah hujan 3. Apabila nilai r(x,y) ≥ + 0,5 atau r (x,y) ≤ - 0,5 ,
bulanan menggunakan lebih dari dari satuvariabel berarti hubungan antara x dan y dianggap
independen. Kemudian hasil prediksi jumlah curah cukup kuat.
hujan bulanan menggunakaninput data parameter 4. Apabila nilai r (x,y) < +0,5 atau nilai r(x,y)
cuaca yaitu suhu udara, tekanan udara, > - 0,5 berarti hubungan antara x dan y
kelembaban udara, jumlah hari hujan dan
kecepatan
dianggap lemah.
Verifikasi data digunakan untuk mencari
angininidibandingkandengandataobservasi.Adapu
tingkat kebenaran apakah data yang dihasilkan
n persamaan umummetode ini adalah sebagai
[7] radar dan satelit sesuai kebenaran atau tidak
berikut (aktual). Adapun rumus yang digunakan untuk
Y= Bo+ B1X1+ B2X2+ ….. + BkXK[5] perhitungan statistik adalah MAE, MAPE dan
Dengan:Bo = konstanta;B1, B2,…..Bk = RMSE.MAEmerupakan hasil nilai mutlak dari
koefisienvariabelX1,X2,....,Xk;Y = variabel yang selisih antara nilai keluaran model dengan data
diduga (variabel dependen); dan Xi = sebenarnya. Rumus MAE adalah sebagai berikut
variabelpenduga(variabelindependen). (Stephens.J.larry,danSpiegel.R murray 2007)
Untuk analisisdengan metode regresi RMSE merupakan akar kuadrat rata-rata
dibedakan dua jenis variabel ialah variabel dari selisih antara output model dengan data yang
bebas(independent)atauvariabelprediktordan sebenarnya. Rumus MSE adalah sebagai berikut:
variabel tidak bebas (dependent) atau variabel
102 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 14, No. 2, 2013: 95 - 104

RMSE =  (n f na ) 2 curah hujan dengan predictor SOI, SST, NINO 3.4,
DIO.
m Dari tabel 1 dapat diketahui persamaan
Untuk menguji validasi kebenaran model yang di untuk menentukan prakiraan curah hujan dengan
menggunakaninput data SOI, SST, Nino 3.4, dan
hasilkan IODdidapatkan model seperti berikut :
Y = -420,421 + 3,542X1+ 23,125X2 -15,014X3
1. Metode grafik
Setelah didapatkan persamaan diatas
dimasukkan nilai data SOI, SST, Nino 3.4, dan
2. Metode validasi menggunakan RMSE IOD untuk memprediksi curah hujan pada tahun
2011 dan 2012.
3. Metode Korelasi Tabel 2 Hasil RSME
RSME CH 2011 190.6948691
Mulai RSME CH 2012 53.76240031

Berdasarkan table 2 diatas menjelaskan


Tahap Pengumpulan Data hasil dari RMSE yang mempengaruhi pola curah
hujan, terlihat dari table tersebut untuk tahun 2011
memiliki nilai RMSE sebesar 190,69 sedangkan
untuk RMSE pada tahun 2012 memiliki nilai
sebesar 53,76. Dari perbedaan hasil data tersebut
Tahap mengolah data dengan metode
meunjukkan bahwa tingkat kesalahan untuk tahun
regresi linear berganda
2012 lebih besar dibandingkan tahun 2011.
Tabel 3 Hasil validasi model
No Model Hasil
1 SOI 0.300663
Tahap validasi dengan korelasi
2 Nino 3.4 -0.213932
3 SST 0.062097
4 IOD -0.175278

Tahap validasi dengan metode grafik


Pada table diatas menunjukkan hasil
dan RMSE
validasi model curah hujan berdasarkan data
predictor SOI, SST, Nino 3.4, dan IOD. SOI
dengan CH memiliki hubungan sebanding dengan
nilai sebesar 30%.Sedangkann predictor Nino 3.4
Tahap Analisis memiliki hubungan berbanding terbalik dengan
curah hujan yang memiliki nilai sebesar
21%.Kemudian untuk predictor SST memiliki
hubungan sebanding dengan curah hujan yang
memiliki nilai sebesar 6%.dan IOD memiliki
Kesimpulan dan Saran hubungan berbanding terbalik dengan curah hujan
sebesar 17%.
Dari hasil table tersebut terlihat bahwa
yang paling berpengaruh atau memiliki hubungan
korelasi yang tinggi pada pola curah hujan di
Selesai wilayah Pekanbaru untuk tahun 20122 dan 2012
adalah predictor SST dan SOI. Namun karena
Gambar 4 Diagram alir pengolahan Data hasil dari SST hanya 6% maka tidak terlalu
berpengaruh terhadap curah hujan diwilayah
Pekanbaru dibandingkan dengan SOI, selain itu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN data SST diambil dari bagian barat sebelah
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
Sumatra. Total dari hasil data yang dihasilkan
dengan mengunakan regresi linear berganda dan
predictor SOI, SST, Nino 3.4, dan IOD memiliki
koefisien korelasi didapatlah rumus persamaan
nilai sebesar 74% sehingga sisanya dikurangi dari
curah hujan pada tahun 2011 dan 2012 untuk
total keseluruhan yaitu 100%-74% didapatlah nilai
wilayah Pekanbaru sebagai berikut terlihat pada
lokalnya untuk wilayah Pekanbaru sebesar 26%.
tabel 1. Model Persamaan regresi linear berganda

Tabel 1. Model persamaan regresi linear berganda curah hujan


Model Simulasi Prakiraan CH Bulanan … (Aristya Ardhitama, dkk) 103

dengan prediktor SOI, SST, Nino 3.4, DIO


Standard
Coefficients t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Error
- - - -
Intercept 808.5233438 0.607647232 1244.763738 1244.763738
420.4212599 0.519986545 2085.606257 2085.606257
- -
X Variable 1 3.54230702 2.720360101 1.302146366 0.204736284 9.144993525 9.144993525
2.060379484 2.060379484
- -
X Variable 2 23.12526637 29.88702701 0.773755997 0.446330708 84.67875072 84.67875072
38.42821798 38.42821798
- -
X Variable 3 0.902133588 1.580518602 0.570783277 0.573241924 4.157272582 4.157272582
2.353005407 2.353005407
- - - -
X Variable 4 35.09256922 0.672410809 57.25952276 57.25952276
15.01497646 0.427867688 87.28947568 87.28947568

Gambar 5 Perbandingandata model dan actual CH pada tahun


2011

Gambar diatas menjelaskan hubungan antara data model dengan data predictor yag
korelasi antar curah hujan pada tahun 2011 mendekati model actual yaitu pada bulan Januari,
dengan data SOI, SST, Nino 3.4, dan IOD, Dari April, Agustus, September, Oktober, November
gambar tersebut menunjukkan adaya korelasi dan Desember.

Gambar 5 Perbandingandata model dan actual CH pada tahun


2012

Gambar diatas menjelaskan hubungan dengan data SOI, SST, Nino 3.4. Dari gambar
korelasi antar curah hujan pada tahun 2011 tersebut menunjukkan adaya korelasi antara
104 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 14, No. 2, 2013: 95 - 104

data model dengan data data predictor yang Nugroho, S. 2003. Kaitan El-Nino 1997 Terhadap
mendekati model actual yaitu pada bulan Tingkat Kekeringan dan Musim di
Februari, April, Juli dan Desember. Sumatera Barat, Jurnal Meteorologi dan
Geofisika, Vol. 4 No. 2 April – Juni 2003,
BMG Jakarta.
5. KESIMPULAN Saji, N. H., Goswami, B. N., Vinayachandran, P.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan N., and Yamagata, T. (1999). A
maka dapat disimpulkan bahwa data dari SOI, dipole mode in the tropical Indian
SST, Nino 3.4 dan IOD memiliki pengaruh Ocean. Nature, 401, 360-363.
terhadap curah hujan di wilayah Pekanbaru Shelton, M. L., 2009, Hydroclimatology :
Provinsi Riau. Dari hasil penelitian terlihat Perspectives and Applications, New
hubungan yang memiliki tingkat korelasi yang York : Cambridge University Press.
tinggi terhadap curah hujan (CH) adalah data SOI Sucahyono, D. dan Fatchiyah. 2005. Variabelitas
dan SST. Selain factor global dan regional, factor hujan di Sulawesi dan korelasinya
lokal juga mempengaruhi curah hujan di wilayah dengan anomali suhu muka laut di
pekanbaru. samudera hindia bagian tenggara dan
ENSO periode 2001 – 2005. Jur. Met.
DAFTAR PUSTAKA Geo., Vol. 6, No.2, Juni 2005, hal. : 87 –
Anshari, M K., S. Arifin, A. Rahmadiansah. 2013. 97. BMG Jakarta.
Perancangan Prediktor Cuaca Maritim Sulistya, W.,1998. Pengaruh El-Nino 1997/1998 di
Berbasis Logika Fuzzy Menggunakan Wilayah Indonesia, Bulletin Meteorologi
User Interface.Android. Jurnal Teknik Geofisika, No. 4 Desember 1998,
POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: halaman 44-55. BMG Jakarta.
Supranto, J. 2008. Statistik Teori dan Aplikasinya.
2337-3539 (2301-9271 Print
Erlangga. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian: Tjasyono, B.H.K. 2002. Meteorologi Indonesia 2.
Suatu Pendekatan Praktek.ed. Rev. IV. Jakarta; Badan Meteorologi dan
Yogyakarta: Rineka Cipta. Geofisika.
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Tjasyono,B.HK. 2006. Ilmu Kebumian dan
Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada Antariksa. Bandung: PT. Remaja
University Press. Yogyakarta. Rosdakarya bekerjasama dengan
BMG. 2006. Perakiraan Musim Hujan 2006/2007 Program Pascasarjana UPI
. BMG. Jakarta.
Tjasyono, B.H.K., 2004. Klimatologi, ITB, Bandung.
BMKG. 2009.Titik Pengukuran ONI. BMKG:
Thewartha , R. (1980). Global Climate. Journal (
Jakarta page : 3 ). New York
Boer R. 2002. Fenomena ENSO dan Xie Z, Pang YS, Liu J, Deng X, Tang X, Sun J,
Hubungannya Dengan Keragaman Hujan Khan MI. 2006. A Multiplex RT-PCR for
di Indonesia dalam Pelatihan Dosen PT Detection of Type A Influenza Virus and
Se-Sumatera-Kalimantan dalm Bidang Differentiation of Avian H5, H7, and H9
Hemaglutinin Subtypes. Mol Cell Probes
Pemodelan dan Simulasi Pertanian dan
20:245-249.
Lingkungan, Bogor, 1-13 Juli 2002.
Choir, Unmul, Zakir andAchmad.Kajian Indeks
StabilitasUdara Model KMA di Wilayah
Indonesia Bulan April dan Mei2007.s.l.:
Laporan BMG,2007
Critchfield, H.J. 1979. General Climatology.
Prentice Hall of India, Private Limited,
New Delhi. 446 hal.
Gibbs, J. W. 1987. Definiting Climate. WMO
Buletin No. 4, Vol. 36, Oct 1987
Kailaku, T.E, (2009). Pengaruh ENSO (El Nino-
Southern Oscillation) DAN IOD (Indian
Ocean Dipole) Terhadap Dinamika
Waktu Tanam Padi di Wilayah Tipe
Hujan Equatorial dan Monsunal (Studi
Kasus Kabupaten Pesisir Selatan,
Sumatera Barat dan Kabupaten
Karawang, Jawa Barat). Skripsi.
Jurusan Meteorologi FMIPA IPB. Bogor

Anda mungkin juga menyukai