A. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Peradangan ini menyebabkan penghasilan mukus yang banyak dan beberapa perubahan
pada saluran pernafsan. Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya
penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut,bronkitis bisa bersifat
serius (Muttaqin, Arif. 2008)
Bronkhitis akut adalah radang pada bronkhus yang biasanya mengenai trakhea dan
laring, sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis. Radang ini dapat
timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik
misalnya pada morbili, pertusis, ditteri, dan tipus abdominalis. (Manurung, Santa dkk.
2008)
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:
1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk
berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis), ditandai
dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis with
obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas
berat dan suara mengi.
B. EPIDEMIOLOGI
Bronkitis kronik terjadi pada 20 - 25% laki - laki 40 - 65 tahun. Dinegara barat,
kejadian bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Di Inggris dan
Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian dan
ketidakmampuan pasien untuk bekerja. Kejadian setinggi itu ternyata mengalami
penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik. Di Indonesia belum ada
laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit
ini sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki dan wanita. Penyakit ini
dapat diderita mulai dari anak bahkan dapat merupakan kelainan congenital. Penyakit
dan gangguan saluran napas khususnya bronkitis kronik ini masih menjadi masalah
terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kematian akibat penyakit saluran napas dan
paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberkulosis asma khususnya bronkitis kronik
masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi virus dan bakteri merupakan penyebab
yang sering terjadi.( Manurung, Santa dkk. 2008)
C. ANATOMI FISIOLOGI
1. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung
vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel
– sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran,
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru – paru.
2. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring
dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring.Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
3. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi
utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi
jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
Kriteria hasil :
Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
Menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
a. Kaji keluhan klien terhadap mual, muntah dan anoreksia
Rasional: menentukan penyebab masalah
b. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta ciptakan
lingkungan yang bersih dan nyaman
Rasional: menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan pasien
dan dapat menurunkan mual
c. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Radional: dapat meningkatkan nutrisi dalam tubuh meskipun napsu
makan berkurang
d. Timbang berat badan klien setiap minggu
Rasional: Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet
Rasional: berguna untuk kestabilan dan gizi yang masuk untuk pasien
Diagnosa 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan
Tujuan: klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama … x 24 jam
Kriteria hasil:
Klien melakuakan aktifitas sehari-hari tanpa bantuan
Klien dapat bergerak secara bebas
Kelelahan berkurang atau hilang
Tonus otot baik menunjukkan angka 5
Intervensi :
a. Kali aktifitas yang dilakukan klien
Rasional: mengetahui perkembangan aktivitas day living
b. Latih klien untuk melakukan pergerakan aktif dna pasif
Rasional: supaya otot-otot tidak mengalami kekakuan
c. Berikan dukungan pada klien dalam melakukan latihan secara teratur,
seperti: berjalan perlahan atau latihan lainnya.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai
dan kebutuhan O2
d. Diskusikan dengan klien untuk rencana pengembangan latihan
berdasarkan status fungsi dasar
Rasional: untuk memberikan terapiyang sesuai pada status pasien saat
ini
e. Anjurkan klien untuk konsultasi denan ahli terapi
Rasional: menentukan program latihan spesifik sesuai kemampuan klien