Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Peranan perbankan dalam membangun perekonomian tidak diragukan lagi. Jika


sistem perbankan terganggu, mekanisme perekonomian Negara juga akan terganggu.
Perbankan merupakan bagian dari Financial market, dimana mempunyai peran menyalurkan
dana dari surplus unit ke deficit unit (Madura, 2002:407). Dengan demikian perbankan
mempunyai peran sebagai lembaga intermediasi guna menggerakkan sektor riil. Hal ini pula
yang tertuang dalam undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 menjelaskan bahwa bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dengan demikian diketahui, baik bank konvensional maupun bank islam mempunyai
fungsi sebagai lembaga intermediasi. Peran intermediasi tersebut terkait antara pemilik
modal, ataupun pihak yang surplus dana dengan peminjam atau pihak yang defisit dana.
Disini bank konvensional dan bank Islam berperan sebagai orang tengah yang akan
menampung dan menghimpun dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kepada pihak
yang memerlukan. Perbankan Indonesia terdiri dari bank Islam dan bank konvensional,
dimana mempunyai perspektif dan landasan yang berbeda dalam operasionalnya. Perbedaan
utama yang sangat mendasar adalah praktek bunga. Sistem perbankan Islam sangat
menentang kehadiran bunga dalam Bisnis Syariah perekonomian yang merupakan
representative dari Riba. Selain itu perbankan Islam harus bebas dari gharar dan maysir.
Sedangkan perbankan konvensional sangat tergantung dengan kadar suku bunga. Suku bunga
dipandang sebagai barometer kemampuan nasabah (creditworthiness) dan merupakan
instrumen utama dalam menentukan kebijakan moneter.(Tamanni, 2004).
BAB II
PERBANKAN DALAM ISLAM

A. SEJARAH DAN PENGERTIAN BANK


Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno
dan Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank hanya sebagai tempat tukar menukar
uang. Sedangkan istilah “Bank” berasal dari kata “Banco” dari bahasa Italia yang berarti
banku, yaitu tempat penukaran uang. Pada awalnya banco ini tempat menukar barang-
barang yang mempunya nilai yang cukup tinggi. Dengan adanya kepercayaan yang
semakin terhadap banco-banco ini, maka orang bukan saja menukarkan uang saja tetapi
menyimpan uang tersebut pada banco-banco itu, sebab mereka menganggap banco ini
tempat yang paling aman dan dapat dipercaya untuk menyimpan uang tersebut sewaktu-
waktu dapat diambil dan dipergunakan untuk segala macam keperluan.
Pengertian Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan
dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Sedangkan menurut Undang-
undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998
tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Berdasarkan pengertian di atas, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.

B. FUNGSI BANK
Para ahli perbankan di negara-negara maju mendefinisikan bank umum sebagai
institusi keuangan yang berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum
melaksanakan fungsi intermediasi. Karena diizikan mengumpulkan dana dalam bentuk
deposito, bank umum disebut juga sebagai lembaga keuangan depositori. Berdasarkan
kemampuannya menciptakan uang (giral), bank umum dapat juga disebut sebagai bank
umum pencipta uang giral.
Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di bawah ini menujukkan betapa
pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, yaitu :
1. Penciptaan uang
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran
lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum menciptakan
uang giral menyebabkan possisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar dengan
cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral.
2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung
kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah satu jasa
yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme
pembayaran.
Beberapa jasa yang amat dikenal adalah kliring, transfer uang ,penerimaan
setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas
pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran
elektronik.
3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana simpanan.
Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan
bank umum menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-
lembaga keuangan lainnya. Dana-dana simpanan yang berhasil dihimpun akan
disalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, utamanya melalui penyaluran
kredit.
4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau
memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun transaksi
modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda negara selalu
muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing
negara.
5. Penyimpanan Barang-Barang Berharga
Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling awal
yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan barang-barang
berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang
sengaja disediakan oleh bank untuk disewa (safety box atau safe deposit box).
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa
pelayanan dengan menyimpan sekuritas atau surat-surat berharga.
6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin
banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon membeli pulsa
telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji pegawai dengan
menggunakan jasa-jasa bank. Jasa-jasa ini amat memudahkan dan memberikan rasa
aman dan nyaman kepada pihak yang menggunakannya.

C. SEJARAH DAN PENGERTIAN BANK ISLAM


Sesungguhnya aktifitas perbankan telah dimulai sejak zaman Rasulullah. Sebelum
diutus menjadi Rasul, karena kejujurannya. Nabi Muhammad s.a.w. dikenal sebagai Al-
Amin. Beliau dipercaya menyimpan Makalah Perbankan dalam Islam segala deposit oleh
orang banyak sehingga pada saat terakhir sebelum Rosul hijrah ke Madinah, Nabi melantik
sayidina Ali r.a. untuk mengembalikan segala simpanan itu kepada yang punya. Perbankan
Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel Islam, karena
adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan
fundamentalis. Perintisnya adalah Ahmad El Najjar. Sistem pertama yang dikembangkan
adalah mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian
laba/bagi hasil) pada tahun 1963. kemudian pada tahun ’70-an, telah berdiri setidaknya 9
bank yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada
usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk partnership dan
membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.
Baru kemudian berdiri Islamic Development Bank pada tahun 1974 disponsori oleh
negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, yang menyediakan jasa
finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara anggotanya dan secara
eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah Islam. Kemudian setelah itu, secara
berturut-turut berdirilah sejumlah bank berbasis Islam antara lain berdiri Dubai Islamic
Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977)
serta Bahrain Islamic Bank (1979) Phillipine Amanah Bank (1973) berdasarkan dekrit
presiden, dan Muslim Pilgrims Savings Corporation (1983).
Di Indonesia perbankan syariah baru muncul pertama pada tahun 1991 dengan
berdirinya Bank Muamalat Indonesia yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
dan beberapa pengusaha muslim. Bank Islam sebenarnya di Indonesia lebih populer
disebut dengan istilah bank syariah. Adapun pengertian bank Islam adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau bank yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al Quran dan Hadits (Antonio dan
Perwataatmadja, 1999: 1). Pengertian syariah secara harfiah adalah jalan Allah seperti yang
ditunjukkan oleh al Quran dan as Sunnah / Hadits.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip syariah di dalam pengertian ini
adalah prinsip-prinsip atau ketentuan mengenai hukum muamalat. Dalam ketentuan hukum
muamalat, prinsip utama muamalat ekonomi atau perbankan islami adalah menghindarkan
diri dan menjauhkan diri dari unsur-unsur riba dengan menggantinya dengan sistem bagi
hasil dan pembiayaan perdagangan. Riba secara bahasa berarti al-ziyadah yang berarti
tambahan. Sedangkan menurut istilahnya, riba dalam pandangan Prof. Abdul Manannan,
Ph.D. dalam bukunya ”Teori dan Praktek Ekonomi Islam” adalah perpanjangan batas
waktu dan penambahan jumlah peminjaman uang sehingga berjumlah begitu besar,
sehingga pada akhir jangka waktu peminjaman itu, si peminjam akan mengembalikan
kepada orang yang meminjamkan sejumlah dua kali lipat atau lebih darijumlah pokok yang
dipinjamkannya.
Di dalam teori ekonomi Islam atau ekonomi syariah sebagai dasar sistem perbankan
Islam, diatur beberapa konsep pembiayaan islami yang dapat dipraktekkan oleh perbankan
Islam. Diantara konsep-konsep tersebut adalah konsep mudharabah, musyarakah,
murabahah, ijarah, wadiah dan lain-lain.

D. PRINSIP BANK ISLAM/SYARIAH


Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain:
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan
nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana.
3. Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan
media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak
harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam
islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.
Prinsip perbankan syariah pada akhirnya akan membawa kemaslahatan bagi umat
karena menjanjikan keseimbangan sistem ekonominya.

E. FUNGSI BANK ISLAM/SYARIAH


Bank-bank Islam dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan
pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini
mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan.
Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi tran-saksi bisnis pun harus
sesuai dengan ajaran syariah. Sebagai contoh dalam hal ini adalah aspek yang paling
terkemuka dari ajaran Islam mengenai muamalah, yaitu pelarangan riba dan persepsi
uang sebagai alat tukar dan alat melepaskan kewajiban. Uang bukanlah komoditas.
Dengan demikian, uang tidak me-miliki nilai waktu, kecuali nilai barang yang
ditukar melalui penggunaan uang sesuai dengan syariah. Sebagai konsekuensi dari
prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas dasar konsep bagi untung dan bagi risiko
yang sesuai dengan salah satu kaidah Islam, yaitu "keuntungan adalah bagi pihak yang
menanggung risiko." Bank Islam menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang
dan pinjaman sebagai alat investasi. Dalam melaksanakan investasinya, bank Islam
memberi keyakinan bahwa dana mereka sendiri (equity), serta dana lain yang tersedia
untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan bermanfaat
bagi masyarakat.
Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Manajemen Investasi
Bank-bank Islam dapat melaksanakan fungsi ini ber-dasarkan kontrak
mudharabah atau kontrak perwakilan. Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam
kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang melaksanakan inves-tasi dana dari
pihak lain) menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal
terjadi kerugian, sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul maal), sementara
bank tidak ikut menanggungnya.
2. Investasi
Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang ditem-patkan pada dunia usaha
(baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat
investasi yang konsisten dengan syariah. Di antara contohnya adalah kontrak al
murabahah, al mudharabah, al musyarakah, bai as salam, bai al ishtisna, al ijarah, dan
lain-lain. Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terba-tas (unrestricted
mudharabah) atau terbatas (restricted mudharabah).
a. Rekening investasi tidak terbatas (general investment)
Pemegang rekening jenis ini memberi wewenang kepada bank Islam untuk
menginvestasikan dananya dengan cara yang dianggap paling baik dan feasible,
tanpa menerapkan pembatasan jenis, waktu dan bidang usaha investasi. Dalam
skema ini bank Islam dapat mencampurkan dana pemegang rekening investasi
dengan dananya sendiri (modal) atau dengan dana lain yang berhak dipakai oleh
bank Islam (misalnya rekening koran). Pemegang rekening investasi dan bank
Islam umumnya berpartisipasi dalam keuntungan dari dana yang diinvestasikan.
b. Rekening investasi terbatas (restricted investment)
Pemegang rekening jenis ini menerapkan pembatasan tertentu dalam hal
jenis, bidang, dan waktu bank meng-investasikan dananya. Lebih jauh lagi, bank
Islam dapat dibatasi dari mencampurkan dananya sendiri dengan dana rekening
investasi terbatas untuk tujuan investasi. Bahkan bisa saja ada pembatasan lain
yang diterapkan pemegang rekening investasi. Sebagai contoh, pemegang rekening
investasi dapat meminta bank Islam untuk tidak menginvestasikan dananya dalam
bidang pertanian dan peternakan. Bisa juga pe-megang rekening investasi meminta
bank Islam itu sendiri yang melaksanakan investasi, bukan melalui pihak ketiga.
3. Jasa-Jasa Keuangan
Bank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa ke-uangan lainnya
berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan.
Contohnya garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya.
4. Jasa Sosial
Konsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam me-laksanakan jasa sosial,
bisa melalui dana qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana sosial yang sesuai
dengan ajaran Islam. Lebih jauh lagi, konsep perbankan Islam juga mengharuskan
bank Islam memainkan peran dalam pengembangan sumber daya insani dan
menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup.
F. PRODUK-PRODUK BANK ISLAM/SYARIAH
Produk perbankan Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Produk Penyaluran Dana
Dibedakan dalam 3 (tiga) kategori yang dibedakan berdasar tujuan penggunaannya;
1) Prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli, berhubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan
barang atau benda. Tingkat keuntungan Bank ditentukan di depan dan menjadi
bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan atas bentuk
pembayaran dan penyerahan barang sebagai berikut: a). Pembiayaan Murabahah,
b). Salam dan c). Istishna
2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Bila pada jual beli
obyek transaksi adalah barang, maka pada ijarah obyeknya jasa. Pada akhir masa
sewa, bank dapat menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Harga jual
dan harga sewa disepakati pada awal perjanjian.
3) Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil dibagi dua, yaitu:
- Musyarakah, transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara
bersama-sama.
- Mudharabah, adalah bentuk kerja sama antara 2 (dua) atau lebih pihak dimana
pemilik modal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
b. Produk Penghimpunan Dana
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat
adalah wadiah dan mudharabah.
c. Produk yang Berkaitan Dengan Jasa (Fee Based Service)
1) Hiwalah (alih piutang), fasilitas ini lazim untuk membantu supplier mendapatkan
modal tunai agar dapat melanjutkan produksi. Bank mendapat ganti biaya atas jasa
pemindahan piutang.
2) Rahn (gadai), Untuk memberi jaminan pembayaran kembali kepada Bank dalam
memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria:a)
Milik nasabah sendiri, b)Jelas ukuran, sifat dan nilainya, ditentukan berdasar nilai
riil pasar, Dapat dikuasai, tapi tak boleh dimanfaatkan oleh bank.
3) Qard (pinjaman uang), aplikasi Qard dalam perbankan, antara lain: Sebagai
pinjaman talangan haji, dan Sebagai pinjaman tunai (cash advance) dari produk
kartu kredit syariah.
4) Wakalah (perwakilan), terjadi bila nasabah memberi kuasa kepada Bank untuk
mewakili dirinya melaksanakan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C
(Letter of Credit), inkaso dan transfer uang.
5) Kafalah (Bank Garansi), diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran
suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk
menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn (gadai), serta Bank
dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank diperkenankan
mendapat ganti biaya atas jasa yang diberikan.

G. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BANK ISLAM


1. Keunggulan Bank Islam
Ada 5 keunggulan Bank Syariah yang belum diketahui oleh banyak orang, yaitu:
a. Fasilitas Selengkap Bank Konvensional
Banyak orang yang berpikiran bahwa karena perbankan syariah masih
baru, jenis transaksi yang dapat dilakukan hanya sedikit. Anggapan tersebut dulu
mungkin bisa dimengerti, tapi sekarang sama sekali tidak benar. Bank Syariah saat
ini sangat modern. Semua jenis transaksi mulai dari tabungan, deposito, kredit
usaha, kredit rumah, kliring, dan sebagainya dapat dilakukan dengan nyaman.
Mayoritas Bank Syariah terhubung dengan jaringan online ATM Bersama sehingga
Anda dapat tarik tunai dan transfer realtime dari/ke bank lain dengan mudah.
Beberapa Bank ada yang menggratiskan biaya untuk ini. Beberapa Bank Syariah
yang memberikan layanan Internet Banking, SMS Banking, bahkan kartu kredit
syariah sehingga lebih praktis.
b. Manajemen Finansial yang Lebih Aman
Tragedi finansial kredit subprime tahun 2007 nyaris tidak menggoyahkan
investasi yang berbasis syariah. Di saat banyak bank investasi dan bank-bank besar
bangkrut maupun membutuhkan kucuran dana, banyak Bank Syariah baru yang
justru bermunculan atau buka cabang. Krisis ekonomi justru telah memuktikan
bahwa manajemen finansial berbasis syariah jauh lebih aman dibandingkan
ekonomi liberal yang dianut bank konvensional.
c. Anda Berkontribusi Langsung Memperkuat Bank Syariah Anda
Bank Syariah memberikan nisbah (”bunga” simpanan) berdasarkan
perkembangan finansial perusahaan. Secara tidak langsung Anda menjadi
“pemegang saham” di Bank Syariah Anda. Setiap simpanan Anda akan
memperkuat investasi bank. Setiap pinjaman Anda akan memperkuat keuntungan
bank. Semakin usaha Anda berkembang, bank juga semakin berkembang karena
kredit yang diberikan menggunakan skema bagi-hasil. Semakin maju bank,
semakin banyak pula keuntungan bank yang dapat dibagikan sebagai nisbah
kepada para nasabah.
d. Membantu Orang yang Butuh Dizakati
Bank Syariah mengeluarkan 2,5% dari keuntungan tahunannya untuk
dizakatkan. (Anda sendiri tentunya masih harus berzakat bila Anda muslim.)
Namun bank konvensional tidak mempunyai kewajiban berzakat. Dengan
menggunakan layanan Bank Syariah, secara tidak langsung Anda turut berzakat
dan membantu mereka yang membutuhkan.
e. Satu Langkah Awal Menuju Halal
Kredit yang diberikan oleh bank syariah mempunyai persyaratan yang
bertujuan agar aktivitas yang berhubungan dengan bank syariah bersifat halal.
Bisnis yang dibiayai bank syariah, sesuai ketentuan yang berlaku, juga membatasi
kemungkinan terlibatnya kegiatan yang diharamkan oleh syariat Islam. Hal ini
sama sekali tidak membatasi nasabah bank syariah harus muslim, justru agama
apa pun boleh, asal halal pemakaiannya. Meskipun nasabah tersebut muslim, tapi
jika pemakaian dana atau usaha yang dijalankannya tidak halal, maka dia tidak
diperkenankan untuk mengambil kredit di Bank Syariah.

2. Kelemahan Bank Islam


a. Dengan sistem islami atau syariah, maka bank Islam terlalu berprasangka baik
kepada semua nasabahnya dan berasumsi bahwa semua orang yang terlibat dalam
bank Islam adalah jujur. Dengan demikian bank Islam sangat rawan terhadap
mereka yang beritikad tidak baik, sehingga diperlukan usaha tambahan untuk
mengawasi nasabah yang menerima pembiayan dari bank Islam. Hal ini akan
menjadi hambatan berlangsungnya bank Islam jika bank Islam itu sering
kecolongan akan nasabah yang membandel dan nakal. Atau kalau tidak, maka
bank Islam itu justru karena terlalu hati-hatinya memilih nasabah, maka berakibat
sedikitnya keuntungan yang diperolehnya sehingga berimbas pada terhambatnya
laju pertumbuhan bank Islam itu sendiri.
b. Dengan penerapan sistem bagi hasil, maka akan lebih diperlukan perhitungan-
perhitungan yang rumit terutama dalam menghitung bagian laba nasabah yang
kecil-kecil dan yang nilai simpanannya dibank tidak tetap. Sehingga bisa terjadi
potensi salah hitung. Kesalahan hitung dalam proses rumit ini, apabila sering
terjadi, maka akan membuat para nasabah lari dari bank Islam tersebut.
c. Karena bank Islam menerapkan bagi hasil, maka bank Islam lebih memerlukan
tenaga dan pikiran yang ekstra dibanding dengan bank konvensional. Hal ini
dimaksudkan agar bank Islam tidak salah dalam menilai kelayakan suatu
pembiayaan tertentu. Dalam kasus ini sekali lagi, apabila bank Islam tidak pandai-
pandai menilai prospek dan kelayakan pembiayaannya maka bisa berakibat
kerugian terhadap pembiayaan itu dan secara otomatis berakibat kerugian pada
bank Islam itu sendiri.
d. Problematika biaya dan profitabilitas. Bank Islam bekerja dengan aturan yang
sangat ketat dan memilih investasi yang halal dan sesuai syariah saja.
Implikasinya adalah bank Islam harus melakukan supervisi dan terkadang
mengelola secara langsung operasional suatu proyek yang didanainya. Ini
dilakukan untuk mereduksi pengeluaran manajerial. Akibatnya, bank Islam harus
memikul biaya tambahan yang tidak pernah terdapat pada pembukuan bank-bank
berasas bunga. Bank Islam pun harus mampu meminimalisir potensi kerugian dari
investasi mudarabahnya dan mengamankan tingkat keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bank-bank riba. Hal ini menyebabkan bank Islam terdorong
untuk mencari proyek yang segera memberikan keuntungan. Long gestation
project (proyek dengan masa menunggu yang lama) dan proyek infrastruktur
adalah proyek-proyek yang kurang menarik minat perbankan Islam, dimana bank
Islam harus membayar keuntungan yang besar setiap tahun terhadap simpanan.
e. Minimnya sumberdaya manusia yang memahami secara komprehensif segala hal
yang berkaitan dengan industri perbankan syariah. Sehingga dalam prakteknya,
seringkali terjadi penyimpangan-penyimpangan aktivitas transaksi yang tidak
sesuai dengan syariah.
f. Belum adanya suatu Bank Sentral Syariah sebagai penyokong selaiknya Bank
Indonesia yang menjadi bank-nya lembaga-lembaga perbankan yang mampu
memerankan diri seperti peran Bank Indonesia tetapi dengan prinsip Islam.
g. Belum adanya undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai perbankan
syariah.

H. PERBEDAAN ANTARA BANK ISLAM DENGAN BANK KONVENSIONAL

Perbedaan mendasar antara bank Islam dengan bank konvensional secara umum
terletak pada dua konsep yaitu konsep imbalan dan konsep sistemnya. Perbedaan konsep
sistem antara bank konvensional dan bank Islam dapat dilihat dalam tabel perbandingan
di bawah berikut.
BANK SYARIAH (ISLAM) BANK KONVENSIONAL
Berdasarkan margin keuntungan Memakai perangkat bunga dan atau bagi hasil
Profit dan falah oriental Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraan hubungan debitur ± kreditur
Users of real funds Creator of money suplly
Melakukan investasi ± investasi yang halal Investasi yang halal dan haram
Pengerahan dan penyaluran dana harus Tidak terdapat Dewan Pengawas Syariah atau
sesuai dengan syariah islam yang diawali sejenisnya
oleh Dewan Pengawas Syariah

Sedangkan perbedaan konsep imbalan antara bank Islam yang menggunakan


sistem bagi hasil/profit sharing dan bank konvensional yang menggunakan sistem
bunga/interest dapat dilihat dalam tabel berikut.

BANK KONVENSIONAL (BUNGA) BANK SYARIAH (BAGI HASIL)


Penentuan bunga dibuat pada waktu akad Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat
tanpa berpedoman pada untung rugi. pada waktu akad dengan berpedoman
pada kemungkinan untung rugi.
Besarnya persentase berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada
jumlah uang yang dipinjamkan. jumlah keuntungan yang diperoleh.
Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil tergantung pada keunungan
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan. Sekiranya tidak
proyek yang dijalankan oleh pihak mendapatkan keuntungan maka kerugian
nasabah untung atau rugi. akan ditanggng bersama oleh kedua belah
pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat
meningkat sekalipun jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah
keuntungan berlipat atau keadaan pendapatan.
ekonomi sedang ”booming”.
Eksistensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang meragukan keabsahan
tidak dikecam) oleh semua agma keuntungan bagi hasil.
termasuk Islam.
BAB III
KESIMPULAN

Bank Islam dalam perkembangannya di Indonesia sejak tahun 1991 sampai sekarang
ternyata mampu memberikan bukti nyata kepada masyarakat dan banga Indonesia tidak
hanya sekedar membuktikan eksistensinya tetapi juga mampu memberikan keuntungan dan
prospek yang menjanjikan. Badai krisis ekonomi yang menyerang negara ini sejak 10 tahun
silam hingga hari ini belum mampu menggoyahkan keberadaan bank Islam. Akan tetapi
justru sebaliknya, bank Islam mampu meningkatkan asetnya setiap tahun. Bank Islam mampu
memikat banyak bank nasional untuk ikut terjun dalam sistem ekonomi islami ini. Namun
demikian, perkembangan perbankan Islam bukannya tanpa cela. Masih banyak kekurangan
dan kelemahan serta hambatan-hambatan yang masih harus dilewati untuk mewujudkan cita-
cita perbankan Islam yaitu menghapus sistem ribawi atau konsep bunga. Masih banyak
transaksi-transaksi dan pembiayaan-pembiayaan yang belum bisa diterapkan secara murni
syariah atau murni islami. Oleh karena itu, pengembangan perbankan syariah tidak boleh
hanya dibebankan di pundak para pelaku bank Islam, Bank Indonesia atau pemerintah saja
tetapi peran serta seluruh elemen masyarakat Indonesia sangat dinantikan agar sistem
perbankan Islam akrab dan dipahami secara benar oleh publik. Dengan demikian akan
tercipta sinergi institusi dalam pengembangan perbankan syariah di masa sekarang dan
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Syafi’i Antonio. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta :Gema Insani Press.
Rindawati Ema. 2007. Skripsi Analisis perbandingan kinerja keuangan Perbankan
syariah dengan perbankan konvensional. Yogyakart : Universitas Islam Yogyakarta.
Tamanni, Lugyan. 2004. Prospek perbankan syariah dalam pemulihan ekonomi. ISEFID
Review, vol.3 No 3 1424
Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998
TUGAS MAKALAH
PERBANKAN
(disusun dalam rangka melengkapi tugas Mata Pelajaran KeMuhammadiyahan)

Oleh:
Muhammad Arif Mughni
21

SMA MUHAMMADIYAH KUDUS


2016
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
BAB II BANK DALAM ISLAM............................................................. 3
A. Sejarah dan Pengertian Bank ......................................... 3
B. Fungsi Bank .................................................................... 4
C. Sejarah dan Pengertian Bank Islam ................................ 6
D. Prinsip Bank Islam/Sariah ............................................... 9
E. Fungsi Bank Islam/Sariah ............................................... 10
F. Produk-produk Bank Islam/Syariah ................................. 12
G. Keunggulan dan kelemahan Bank Islam ......................... 14
H. Perbedaan antara Bank Islam dengan Bank Konvensional 19
BAB III KESIMPULAN......................................................................... 21
Dafar Pustaka ............................................................................................. 22

Anda mungkin juga menyukai