Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MPKT-B

PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI JAKARTA

Oleh Home Group 2:

Ahmad Senno Pramudika 1706023220

Alexander Christianto P 1706022943

Fauzi Mahdy 1706021953

Muhammad Naufal Pratama 1706021915

Rayhan Royaldi 1706022584

Rangga Dwi Putra 1706022142

Tasya Nurulita Fatimah 1706023870

UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
DEPOK
DESEMBER, 2017

1
Kata Pengantar

Rasa syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Dalam
makalah ini kami membahas “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta”, materi
ini sangat penting untuk di ketahui karena berhubungan langsung dengan kehidupan
masyarakat pada zaman sekarang dan kemudian hari. Dan kami bertujuan untuk
meningkat kan kesadaran masyarakat akan pemanfaat dan penggunaan sumber daya
Bumi.

Makalah ini kami buat juga untuk menyelesaikan dan memenuhi tugas PBL-
2 dalam mata kuliah MPKT-B, serta memperdalam pemahaman kami terkait
dengan masalah penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta. Dalam pembuatan
dan pemahaman materi “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta” kami juga
mendapat bantuan, bimbingan, arahan serta koreksi, oleh karena itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Sakti Nugroho
S.Hum.

Serta kami tidak lupa untuk berterima kasih kepada teman – teman kelas
MPKT-23 yang sudah membantu kami dalam memberikan pertanyaan, saran dan
masukan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik – baiknya.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan koreksi yang harus di perbaiki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah kami kedepanya.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami selaku pembuat
dan pembaca. Terimakasih.

Depok, 1 Desember 2017

Kelompok HG 2

2
ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang penurunan permukaan tanah di Jakarta.
Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia sudah seharusnya memiliki lingkungan
yang lestari dan nyaman. Namun, fakta yang dapat kita lihat sekarang, kondisi di
Jakarta sangat memprihatinkan baik dilihat dari segi kesehatan, lingkungan, moral
dan pendidikan. Salah satu masalah dari sisi lingkungan adalah penurunan lapisan
tanah di beberapa wilayah Jakarta. Penurunan lapisan tanah ini disebabkan oleh
beberapa hal seperti kurangnya daerah resapan air, pembangunan gedung yang
tidak memperhatikan kondisi tanah dan eksploitasi sumber daya alam secara besar-
besaran.Penurunan lapisan tanah berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Walaupun berlangsung dalam jangka waktu yang lama, tetapi penurunan ini dapat
mencapai 10 cm sekali menurun. Penurunan lapisan tanah yang paling besar terjadi
daerah Jakarta Utara.Jakarta Utara mengalami penurunan lapisan tanah yang lebih
besar daripada daerah lain di Jakarta. Alasan penurunan lapisan tanah ini karena
kondisi tanah di Jakarta Utara yaitu Marine Clay. Penurunan lapisan tanah ini dapat
diatasi menggunakan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Ilmu pengetahuan
dapat dilakukan dengan cara mempelajari jenis dan kondisi tanah di Ibukota negara,
sedangkan teknologi dapat dilaksanakan dengan bantuan Penetrometer dan GPR
(Grand Pentetrating Radar). Solusi lain yang dapat digunakan adalah mempertegas
sistem perundang-undangan di Tanah Air. Jika solusi tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik kemungkinan besar, Indonesia akan seperti Negara Australia yang
hijau dan lestari

Kata Kunci: penurunan permukaan tanah, jakarta, tanah

3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... 2
ABSTRAK .......................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI......................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 1: PENDAHULUAN ................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Makalah .................................................................................................. 6
1.4 Hipotesis ............................................................................................................. 6
1.5 Manfaat Makalah ................................................................................................ 6
BAB 2: PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
2.1 Pengertian ........................................................................................................... 7
2.2 Faktor Penyebab secara Umum........................................................................... 7
2.3 Faktor Penyebab di Jakarta ................................................................................. 8
2.4 Daerah yang mengalami Penurunan Pemukaan Tanah ..................................... 10
2.5 Dampak ............................................................................................................. 11
2.6 Teknologi Pemantauan...................................................................................... 12
2.6.1 Global Positioning System (GPS) ............................................................. 13
2.6.2 Interferometric Synthetic Aperture Radar (InsAR) ................................... 14
BAB 3: PENANGGULANGAN....................................................................................... 16
3.1 Cara Menanggulangi ......................................................................................... 16
3.2 Teknologi Penanggulangan ............................................................................... 16
3.2.1 Aquifer Storage and Recovery (ASR)........................................................... 17
3.2.2 Biopori .......................................................................................................... 18
3.2.3 Rainwater Harvesting .................................................................................... 18
BAB 4: KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 20
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 20
4.2 Saran ................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dapat dilihat bahwa perkembangan pembangunan di Indonesia sangat lah
pesat dan tidak dapat di pungkiri dengan perkembangan yang sangat pesat ini akan
menciptakan kota – kota yang semakin besar dan maju. Serta dapat di pastikan
setiap kota besar akan memiliki banyak masalah baik yang berskala kecil sampai
yang ber skala besar. Salah satu masalah yang di hadapi oleh kota – kota besar
adalah penurunan permukaan tanah (land subsidence). Yaitu peristiwa tanah
semakin menurun yang disebabkan oleh beberapa factor.

Kota Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki masalah penurunan
tanah terbesar di Indonesia. Penurunan permukaan tanah merupakan hal serius yang
harus di perhatikan baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah karena
penurunan permukaan tanah dapat berdampak buruk secara tidak langsung terhadap
kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut.

Kota Jakarta Utara adalah salah satu kota yang mengalami penurunan
permukaan tanah yang paling signifikan, data dari Dinas Perindustrian dan Energi
menunjukan daerah ini mengalami penurunan lebih dari 100 cm. Daerah yang
mengalami kejadian ini antara lain kawasan Pademangan, Ancol, Penjaringan,
Cengkareng, Tanjung Priok, Cilincing, Pulogadung. Penurunan permukaan tanah
ini di pengaruhi oleh kondisi muka air tanah dan besar bangunan di daerah tersebut.
Penurunan permukaan tanah di berbagai wilayah memang tidak terhitung ekstrim,
namun apabila dibiarkan terus menerus akan berdampak buruk dan menimbulkan
kerugian yang besar, tidak hanya kerugian secara material namun bisa juga korban
jiwa.
Oleh karena itu kami membuat makalah ini untuk membahas faktor – faktor
yang menyebabka terjadinya penurunan permukaan tanah, akibat yang ditimbulkan
dari penurunan permukaan tanah, serta kami juga memberi solusi yang dapat di
tawarkan untuk mengatasi serta meminimalisir terjadinya penurunan permukaan
tanah. Pemerintah DKI Jakarta harus sigap dalam menangani masalah ini sebelum
masalah ini menjadi lebih besar di kemudian hari. Serta peran masyarakat untuk
lebih peduli dengan masalah ini perlu di kembangkan untuk mengatasi masalah
Penurunan Permukaan Tanah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu penurunan permukaan tanah menurut para ahli?
2. Apa yang menyebabka terjadinya penurunan permukaan tanah?

5
3. Apa dampak yang disebabkan oleh penurunan permukaan tanah?
4. Daerah mana saja di Jakarta yang mengalami penurunan permukaan
tanah?
5. Daerah mana yang mengalami penurunan permukaan tanah paling
parah?
6. Apa saja teknologi yang digunakan untuk menanggulangi penurunan
permukaan tanah?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui faktor penyebab terjadinya penurunan permukaan tanah
2. Mengetahui dampak yang di timbulkan oleh penurunan permukaan tanah
3. Mengetahui solusi dan cara menanggulangi penurunan permukaan tanah

1.4 Hipotesis
Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan tanah adalah pengerukan
tanah yang berlebih, pembangunan dengan massa yang sangat berlebih, serta
pengambilan air tanah yang berlebih merupakan faktor pendukung dalam
penurunan permukaan tanah. Penurunan Permukaan Tanah dapat menyebabkan
menurunya kualitas hidup masyarkat.

1.5 Manfaat Makalah


Manfaat dari pembuatan makalah ini diantaranya menambah wawasan kami
terkait dengan masalah penurunan permukaan tanah, serta menambah wawasan
pembaca dalam pengertian, dampak, dan upaya untuk menanggulangi masalah
penurunan permukaan tanah ini. Dengan mengetahui ini kita dapat menjadi
masyarakat yang lebih baik dan menjaga kualitas hidup kita.

6
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Land subsidence (penurunan tanah) adalah pemerosotan permukaan tanah
secara bertahap seiring dengan pergerakan material bumi akibat terjadinya
perubahan volume pada tanah-tanah tertentu yang banyak terjadi di kota-kota besar
yang berdiri di atas lapisan sedimen, seperti Jakarta, Semarang, Bangkok, Shanghai,
dan Tokyo. Umumnya terjadi pada daerah rawa, delta, endapan banjir yang
dialihkan fungsi tata guna lahannya tanpa melakukan rekayasa tanah.

2.2 Faktor Penyebab secara Umum


Penurunan tanah alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang
luas atau terjadi secara lokal yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah. Hal ini
biasanya disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah, biasanya
terjadi didaerah yang berkapur (Whittaker and Reddish, 1989). Menurut buku
(Whittaker and Reddish, 1989), secara garis besar penurunan permukaan tanah
disebabkan oleh:
1. Penurunan muka tanah akibat pengambilan bahan padat dari tanah
(aktifitas penambangan).

2. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh pengambilan bahan cair


dari dalam tanah seperti air tanah atau minyak bumi.

3. Penurunan muka tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan


oleh proses-proses geologi seperti aktifitas vulkanik dan tektonik, siklus
geologi, adanya rongga di bawah permukaan tanah dan sebagainya.

Siklus Geologi : adalah sebuah peristiwa perubahan bentuk batuan yang


berubah karena diawali dengan adanya pembekuan magma yang mengalami
pendinginan.

Pendinginan magma dapat terjadi di dalam bumi maupun di luar


permukaan bumi. Magma mengalami kristalisasi atau pembentukan
bebatuan, lalu menjadi batu yang berada di permukaan bumi. Batu
mengalami erosi dan terbentuk sedimentasi.

Sedimentasi membeku membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen


terkubur akibat berbagai hal (umumnya gejala tektonik) sehingga
mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi sehingga terbentuk batuan
metamorf. Batu metamorf yang tidak berada di permukaan bumi, akan
semakin terkubur akibat gejala tektonik sehingga meleleh dan kembali

7
menjadi magma.

Aktifitas vulkanik dan tektonik, seperti: gempa bumi, meletusnya


gunung berapi.

4. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban berat


diatasnya

Struktur bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah dibawahnya


mengalami kompaksi/konsolidasi. Penurunan muka tanah ini sering juga
disebut dengan settlement.

Settlement terbagi menjadi dua bagian, yaitu:


a) Penurunan Segera (Immediate Settelement):
Penurunan yang berlangsung seketika (cepat) pada saat
pembebanan terjadi. Biasanya terjadi dalam jangka waktu yang
pendek antara 0 sampai kurang dari 7 hari. Umunya terjadi pada
lapisan tanah pasir atau jenis tanah dengan nilai derajat kejenuhan
kurang dari 90% .Penurunan yang terjadi kecil serta bersifat elastis.
b) Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement):
Penurunan yang berlangsung lebih lama pada saat pembebanan
terjadi yang menyebabkan keluarnya air dan udara dari dalam pori-
pori tanah. Umumya terajdi pada lapisan tanah lempung atau tanah
jenuh dengan nilai derajat 90-100%. Penurunan yang terjadi besar.
Besarnya penurunan ini tergantung lamanya waktu pembebanan.
Penurunan konsolidasi terjadi dalam dua periode yaitu
 Penurunan Konsolidasi Primer:
Penurunan yang terjadi akibat berlangsungnya konsolidasi
primer atau keluarnya air dan udara dari massa tanah akibat
bekerjanya beban luar.
 Penurunan Konsolidasi Sekunder:
Penurunan yang terjadi akibat relokasi butiran partikel tanah
ke posisi yang lebih stabil.

2.3 Faktor Penyebab di Jakarta


Salah satu penyebab turunnya tanah di Jakarta adalah eksploitasi air tanah
yang berlebih. Sejak awal abad ke-20, penduduk Jakarta memanfaatkan air tanah
untuk memenuhi kebutuhan mereka, kebutuhan air minum, maupun kebutuhan
industri pabrik. Namun dengan berjalannya waktu, kebutuhan air meningkat,
sehingga pemanfaatan air tanah pun juga meningkat. Pertumbuhan gedung-gedung
bertingkat mempengaruhi penurunan tanah di Jakarta.
1. Peningkatan pemanfaatan air tanah

8
Kepadatan penduduk mempengaruhi pemanfaatan air tanah di
Jakarta, tercatat :

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/02/10/2010-2016-
pertumbuhan-penduduk-dki-melambat

Penduduk di Jakarta selalu bertambah seiring berjalannya waktu


walaupun pada tahun 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk di Jakarta
tidak sebanyak tahun sebelumnya.

2. Penurunan tanah disebabkan oleh pertumbuhan gedung-gedung


bertingkat.

Penurunan merupakan peristiwa yang menyebabkan lapisan tanah


mengalami pemampatan (kompresi/pemadatan) akibat penambahan beban
diatas permukaan tanah yang disebabkan oleh:
 Adanya deformasi partikel tanah
 Keluarmya air atau udara pori
 Relokasi partikel tanah

Sebelum mendirikan suatu bangunan penurunan perlu ditinjau untuk


mengetahui:
 Perilaku penurunan
 Besar penurunan yang terjadi
 Kecepatan penurunan
 Lamanya waktu penurunan
 Pengaruh penurunan terhadap stabilitas konstruksi diatasnya
 Cara penanggulangan masalah yang sesuai

9
Sumber: http://seadanya-semaugue.blogspot.co.id/2011/04/jakarta-tempo-
dulu.html

Sumber: https://brilistyle.brilio.net/news/potret-jakarta-tempo-dulu-dan-sekarang-
bikin-pengen-ke-masa-lalu-160225i.html'

2.4 Daerah yang mengalami Penurunan Pemukaan Tanah


1. Jakarta Utara : Muara angke, muara baru, Pantai Indah Kapuk, Pantai
Mutiara, Ancol
2. Jakarta Selatan : Pondok Indah, Kebayoran, Kuningan, Depok
3. Jakarta Barat : Daan Mogot, Kebon Jeruk
4. Jakarta Timur : Cibubur

10
5. Jakarta Pusat : Cikini, MH. Thamrin

Menurut para peneliti, seperti LIPIT PUslit Geoteknologi yang dipimpin


oleh dwi Sarah, M. Sc, amblasnya jalan yang ada di Jakarta Utara disebabkan oleh
3 faktor:

1. Penurunan yang terjadi karena alam,

Dikarenakan kondisi tanah dan bebatuan yang mengalami pelapukan


dan tinggi permukaan air laut yang cederung naik setiap tahun dikarenakan
oleh kondisi global.

2. Penurunan tanah yang disebabkan oleh manusia

Pengambilan air bawah tanah merupakan salah satu penyebab utama


penurunan permukuaan tanah di Jakarta. Berdasarkan data departemen dan
sumber energi dan sumber daya mineral tahun 2007, jumlah tanah air tanah
yang diambil telah mencapai titik tertinggi pada tahun 1996, dari 300-3400
sumur pompa terpasang, telah terambil 30-35 juta meter kubik air. Pada
tahun kemudian sumur pompa terus meningkat tetapi jumlah air semakin
menurun. Dan pada tahun 2008 total pompa yang telah diinstalasi sebanyak
3700 sedangkan jumlah air yang telah diambil sebanyak 20 juta meter per
kubik.

3. Penurunan akibat beban dari infrastruktur yang dibangun

Terlalu banyak infrastruktur yang telah dibangun namun tidak


memperhatikan kondisi tanah kedepannya akan seperti apa. Keadaan
penurunan Tanah disebabkan beban sttruktur bangunan diatasnya, hal ini
disebut Settlement yang mana tanah tidak kuat menahan beban yang
terdapat diatasnya sehingga mengalami kompaksi. Kompaksi adalah
timbunan tanah padat yang mana menyebabkan penurunan permukaan
tanah

2.5 Dampak
Penurunan permukaan tanah yang terjadi daerah ibu kota, seperti DKI
Jakarta menimbulkan beberapa permasalahan yang sudah ada di Jakarta. Dampak
yang disebabkan adalah :

1. Memperburuk banjir dan genangan-genangan yang terjadi di daerah


DKI Jakarta

Banjir yang terjadi karena pasang laut yang terjadi di daerah sekitaran
pantai Jakarta khususnya Tanjung Priok merupakan suatu fenomena alam

11
yang sering sekali terjadi saat air laut pasang. Wilayah yang sering
mengalami genangan banjir pasang laut berada di Daerah Jakarta Utara.
Dampak yang terjadi akibat genangan banjir dan pasang air laut adalah
terganggunya aktivitas sehari-hari warga daerah tersebut sehingga dapat
berdampak pada ekonomi warga daerah tersebut dan dapat menimbulkan
kerugian baik untuk keluarga maupun untuk pemerintah sekitar.

2. Kerusakan bangunan-bangunan yang terkena banjir ataupun rob


ataupun genangan.

Pembangunan yang sedang berlangsung dapat terhambat karena


adanya banjir ataupun rob yang terjadi dikarenakan permukaan tanah yang
terjadi di daerah yang terkena banjir tersebut. Bangunan menjadi rusak dan
yang paling utama adalah jalanan-jalanan yang ada di daerah sekitar Jakarta
akan mengalami kerusakan dengan terbentuknya lubang-lubang di jalanan
yang dapat mengganggu aktivitas berkendara warga DKI Jakarta. Bahkan
dapat menimbulkan kecelekaan dan dapat merenggut nyawa manusia.

3. Menimbulkan kerugian ekonomi

Penurunan permukaan tanah dapat menimbulkan banjir dan lain-lain


sehingga dapat merusak ekonomi di daerah yang terkena dampak dari
pernunan permukaan tanah, kerugian-kerugian yang tak diinginkan baik
oleh pemerintah maupun individu ataupun keluarga yang tinggal di daerah
DKI Jakarta. Orang-orang menjadi kehilangan mata pencahariannya karena
rumah mereka rusak karena banjir dan lain-lain.

4. Menurunkan tingkat kesehatan dan sanitasi lingkungan

Bencana-bencana yang diakibatkan oleh penurunan permukaan tanah


dapat menurunkan kesehatan lingkungan tersebut karena banjir biasanya
membawa sampah-sampah yang tak diinginkan dan dapat menimbulkan
penyakit-penyakit yang dibawa oleh banjir seperti diare, kolera.

2.6 Teknologi Pemantauan


Pada prinsipnya, penurunan tanah dari suatu wilayah dapat dipantau dengan
menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g.
pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan
piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan metode
geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar (leveling),
survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan InSAR
(Interferometric Synthetic Aperture Radar).

12
2.6.1 Global Positioning System (GPS)

Sumber: https://www.nationalgeographic.org/topics/gps/

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang


berbasiskan pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning System
[Abidin, 2000; Hofmann-Wellenhof et al., 1997]. Prinsip studi penurunah
tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik
pantau di beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik untuk ditentukan
koordinatnya secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS.
Dengan mempelajari pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik
tersebut dari survei yang satu ke survei berikutnya, maka karakteristik
penurunan tanah akan dapat dihitung dan dipelajari lebih lanjut.

GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi


(dua komponen horisontal dan satu komponen vertikal). Jadi disamping
memberikan informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS juga
sekaligus memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah
horisontal. GPS memberikan nilai vektor pergerakan dan penurunan tanah
dalam suatu sistem koordinat referensi yang tunggal. Dengan itu maka GPS
dapat digunakan untuk memantau pergerakan suatu wilayah secara regional
secara efektif dan efisien.

GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat


presisi sampai beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara
spasial maupun temporal. Dengan tingkat presisi yang tinggi dan konsisten
ini maka diharapkan besarnya pergerakan dan penurunan tanah yang kecil
sekalipun akan dapat terdeteksi dengan baik.

13
GPS dapat dimanfaatkan secara kontinyu tanpa tergantung waktu
(siang maupun malam), dalam segala kondisi cuaca. Dengan karakteristik
semacam ini maka pelaksanaan survei GPS untuk pemantauan pergerakan
dan penurunan muka tanah dapat dilaksanakan secara efektif dan fleksibel.

2.6.2 Interferometric Synthetic Aperture Radar (InsAR)


Interferometric Synthetic Aperture Radar (InsAR) adalah teknologi
penginderaan Jauh yang menggunakan citra hasil dari satelit radar. Satelit
radar memancarkan gelombang radar secara konstan, kemudian gelombang
radar tersebut direkam setelah diterima kembali oleh sensor akibat
dipantulkan oleh target di permukaan bumi.

Citra yang diperoleh dari satelit radar berisi dua informasi penting.
Informasi tersebut adalah daya sinar pancar berupa fasa dan amplitudo yang
dipengaruhi oleh banyaknya gelombang yang dipancarkan serta dipantulkan
kembali. Pada saat gelombang dipancarkan dilakukan pengukuran fasa.
Pada citra yang diperoleh dari tiap-tiap pikselnya akan memiliki dua
informasi tersebut. Intensitas sinyal dapat digunakan untuk mengetahui
karakteristik dari bahan yang memantulkan gelombang tersebut, sedangkan
fasa gelombang digunakan untuk menentukan apakah telah terjadi
pergerakan (deformasi) pada permukaan yang memantulkan gelombang
tersebut

Metode pencitraan InSAR dapat diterapkan pada wahana pesawat


terbang ataupun wahana satelit. Pada wahana pesawat terbang digunakan
dua antena pada saat yang sama dan melakukan pencitraan dengan sekali
melintas (single pass), sedangkan pada wahana satelit digunakan satu antena
dengan melakukan pencitraan dengan melintas lebih dari sekali pada waktu
yang berbeda (multi pass). Pada penggunaan dua buah antena, berdasarkan
posisi antena dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu posisi melintang
pesawat terbang (accross track), dan memanjang pesawat terbang (along
track)

14
Sumber: http://rismansiburian17.blogspot.co.id/

15
BAB 3
PENANGGULANGAN

3.1 Cara Menanggulangi


Melihat dari besarnya dampak yang ditimbulkan dari penurunan
permukaan tanah di DKI Jakarta, maka ada beberapa cara yang harus dilakukan
pemerintah maupun warga DKI Jakarta untuk memperlambat dan menanggulangi
terjadinya penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta. untuk mengatasi dan
menanggulangi permasalahan penurunan permukaan tanah cukup sulit akan tetapi
semua dapat dilakukan apabila semua pihak turut serta berkontribusi dalam upaya
penurunan tanah tersebut.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
atau mengurangi penurunan permukaan tanah yang terjadi di DKI Jakarta:

1. Memanfaatkan penggunaan penggunaan air bawah tanah (ABT)


dengan bijak. Yang dimaksud dari bijak adalah dengan tidak boros dalam
penggunaan air tanah tanpa melakukan eksploitasi berlebihan dan beralih
dengan air permukaan sebagai sumber air baku atau bisa juga dari PDAM

2. Memanfaatkan air hujan sebagai pengganti air bawah tanah (ABT)


dengan metode rain harvesting dan membuat kolam pengumpul air hujan,
baik di atas maupun bawah tanah

3. Pemerintah juga memiliki kewajiban untuk membuat kebijakan dalam


membatasi proses pembangunan gedung bertingkat yang dapat berdampak
pada penurunan permukaan tanah. Kebijakan-kebijakan tersebut tentu
disertakan dengan sanksi yang berat yang mana diharapkan akan
meminimalisir terjadinya pembangunan gedung-gedung bertingkat yang
baru di Jakarta.

3.2 Teknologi Penanggulangan


Dari semua upaya untuk menanggulangi masalah penurunan permukaan
tanah di DKI Jakarta pastilah membutuhkan sesuatu teknologi untuk membantu
mempermudah dalam mencegah penurunan permukaan tanah. Teknologi tersebut
sudah ditemukan oleh para ahli yang meneliti tentang penurunan permukaan tanah,
dan dari beberapa teknologi tersebut ada berbagai macam jenis dari yang paling
sederhana dan mudah dibuat atau diaplikasikan oleh masyarakat, sampai yang
paling kompleks yang tentunya tidak bisa dibuat oleh masyarakat sendiri karena
pastinya membutuhkan dana yang besar dan memerlukan orang-orang ahli untuk
menggunakannya. Berikut adalah beberapa teknologi untuk menanggulangi
masalah penurunan permukaan tanah.

16
3.2.1 Aquifer Storage and Recovery (ASR)
Aquifer Storage and Recovery (ASR) didefinisikan sebagai
penyimpanan air pada akifer yang cocok/sesuai melalui sumur bor ketika air
tersedia biasanya pada musim hujan dan pengambilan air dari akifer yang
dimaksud melalui sumur bor yang sama ketika air dibutuhkan biasanya pada
musim kemarau. Kontruksi sumur bor imbuhan ini juga dilengkapi
pisometer sebagai pemantau atau monitoring. Selain itu juga dilengkapi
bangunan pelengkap untuk pengolahan air imbuhannya.

Konsep dasar dari ASR adalah menyimpan air (store water) dengan
metode resapan/imbuhan buatan (artificial recharge) pada daerah yang telah
mengalami penurunan muka air tanah (excessive groundwater drawdown)
dengan cara injeksi air (water injection) melalui sumur airtanah ke dalam
target akifer yang telah ditentukan. ASR sendiri memiliki kelebihan dan
kekurangan.

Kelebihan dari ASR ini adalah dapat menjadi salah satu solusi untuk
mengatasi krisis air tanah dan penurunan permukaan tanah,
mengoptimalkan potensi air permukaan secara terpadu, memonitoring
fluktuasi muka air tanah secara realtime, memantau kualitas air imbuhan
dari air permukaan dan mengurangi dampak intrusi air laut. Sedangkan
kekurangan dari dari teknologi ASR ini adalah teknologi ini terbilang mahal.

Sumber: https://bigreddog.com/aquifer-storage-a-promising-part-of-
texas-water-solutions/

17
3.2.2 Biopori
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara
vertikal ke dalam tanah sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk
mengatasi genangan air dengan cara meningkatkan daya resap air pada
tanah.

Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat


lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk
menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini
kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu
menciptakan pori-pori di dalam tanah. Teknologi sederhana ini kemudian
disebut dengan nama biopori. Selain untuk mengatasi genangan air,
teknologi biopori ini juga berfungsi untuk mengatasi masalah penurunan
permukaan tanah yang terjadi di DKI Jakarta.

Biopori adalah termasuk teknologi yang sangat sederhana dan murah


karena kita tidak memerlukan alat alat dan bahan yang sangat mahal seperti
aquifer storage and recovery (ASR). Biopori mampu meningkatkan daya
penyerapan tanah terhadap air sehingga risiko terjadinya penurunan
permukaan tanah dapat diminimalisir. Air yang tersimpan ini dapat menjaga
kelembaban tanah bakan dapat berguna juga nanti pada saat musim
kemarau, biopori juga dipercaya bermanfaat sebagai pencegah banjir.

Sumber: http://hijaumovement.blogspot.co.id/2011/04/biopori-pengertian-
manfaat-dan-cara.html

3.2.3 Rainwater Harvesting


Rainwater Harvesting ini adalah salah satu metode sekaligus
teknologi yang paling sederhana untuk mengatasi masalah penurunan

18
permukaan permukaan tanah akibat menipisnya ketersediaan air di dalam
tanah. Pemanenan air hujan (Rainwater Harvesting) adalah sistem
pengumpulan dan penampungan air hujan untuk digunakan kembali dalam
kegiatan sehari-hari, seperti untuk menyiram tanaman, flushing water, air
minum untuk hewan ternak, air untuk irigasi, mencuci, dan lain-lain.

Air hujan juga sangat cocok untuk digunakan sebagai alternatif


sumber air minum sebab dibandingkan air sungai yang kualitas dan
kuantitasnya terbatas, maupun air tanah yang kuantitasnya juga terbatas, air
hujan kuantitasnya melimpah dan kualitasnya lebih baik daripada air sungai.
Akan tetapi sebelum dijadikan sebagai air minum dibutuhkan sedikit
pengolahan untuk dapat menggunakannya sebagai air minum.

Ada berbagai cara untuk Rainwater harvesting, terutama untuk


rumah dan perkantoran, diantaranya ialah dengan rooftop garden. Taman
diatas gedung atau rumah ini diharapkan tidak hanya memiliki fungsi
estetika saja, namun juga dapat dimanfaatkan sebagai filter air hujan. Air
hujan yang telah melewati proses filtrasi dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan air toilet, penyiraman tanaman, pendingin ruangan dan berbagai
fungsi lainnya.

Sumber: http://www.ahlilingkungan.com/rain-harvesting_Manfaat-rain-
harvesting.php

19
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
TEST TEST TEST TEST TEST TEST TEST TEST TEST TEST TEST TEST
TEST TE TS TE
4.2 Saran

20
DAFTAR PUSTAKA

“Global Positioning System”


http://geodesy.gd.itb.ac.id/2007/01/05/pemantaun-penurunan-tanah-land-
subsidence-di-kota-besar-dengan-gps/

“Aquifer Storage Recovery”


http://litbang.pu.go.id/arsip/asr-aquifer-storage-and-recovery-teknologi-
sumur-imbuhan-berbasis-aquifer-storage-and-recovery/

“Rainwater Harvesting”
http://www.ahlilingkungan.com/rain-harvesting_Manfaat-rain-
harvesting.php

“Interferometric Synthetic Aperture Radar (InsAR)”


http://geodesy.gd.itb.ac.id/2007/01/16/teknologi-insar/

21

Anda mungkin juga menyukai