Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus Poliklinik

Skizofrenia Hebefrenik

Pembimbing:
dr. Susi Wijayanti, Sp.KJ

Disusun Oleh:
Agnes Christie
11.2016.036

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 15 Januari – 17 Februari 2018

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS POLIKLINIK JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus :
SMF ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT : RSJ PROVINSI JAWA BARAT

Nama : Agnes Christie Tanda Tangan


NIM : 11.2016.036
………………………
Dr. Pembimbing / Penguji: dr. Susi Wijayanti , Sp.KJ
………………………

Nama Pasien : Tn. DM


Nama Dokter poliklinik : dr. Lenny Irawati, Sp.KJ
Datang ke poliklinik pada tanggal : 23 Januari 2018
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Dibawa oleh kepala RW
Riwayat perawatan : riwayat dirawat 2 kali di RSJ
I IDENTITAS PASIEN:
Nama (inisial) : Tn. RM
Tempat & tanggal lahir : Cianjur, 18 April 1980 (37 tahun)
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pertanian (selesai pendidikan)
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : KP Tipar Kaler, RT 001 RW 006, Desa
Limbangansari, kota Cianjur

2
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis : Selasa, 23 Januari 2018 pukul 11.00 WIB di Poliklinik RSJ
Provinsi Jawa Barat
Alloanamnesis : Kepala RW yang juga merupakan teman dekat dengan ibu
pasien dan pasien sering curhat ke kepala RW sehingga
kebenaran anamnesa dapat dipercaya.

A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengancam sepupu pasien dengan golok (agresivitas motorik)

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Menurut kepala RW 1 tahun sebelum pasien masuk rumah sakit jiwa, ibu pasien
meninggal karena serangan jantung, beberapa hari kemudian, pasien mulai sering
terlihat berbicara sendiri (autistik), pasien suka berada di jalanan dan mondar mandir
di jalanan. Hal tersebut berlangsung selama beberapa bulan, pasien sempat
dipekerjakan oleh masyarakat sebagai tukang kebun, namun beberapa bulan setelah
bekerja, warga mulai merasa resah dengan keberadaan pasien, pasien sering masuk
kerumah orang sebarangan tanpa ijin dri pemiliknya, pasien sering mengambil
makanan tanpa ijin dari pemiliknya. Kepala RW mengatakan bahwa warga sekitar
sering mengeluh karena pasien sering mengacau (agresivitas motorik) saat ada
sekumpulan orang yang sedang kumpul, pasien masuk diantara sekumpulan orang
tersebut dan menunjukan bahwa pasien adalah orang penting dan mempunyai kuasa di
daerah tempat ia tinggal (waham kebesaran).
1 bulan sebelum masuk rumah sakit jiwa, warga setempat melihat pasien beradu
mulut dengan neneknya (agresivitas verbal), beberapa hari setelahnya, pasien terlihat
seperti orang yang gelisah, pasien suka menyendiri, pasien sering marah-marah
(agresivitas verbal), mengamuk dan bertengkar (agresivitas motorik) dengan adiknya
termasuk ke tetangga sekitarnya.
Menurut pengakuan warga yang melapor ke kepala RW, 1 hari sebelum masuk
rumah sakit jiwa, pasien sempat terlihat membawa-bawa golok dan mengancam
sepupunya dengan golok (agresivitas motorik), warga menjadi takut dan memaksa
kepala RW untuk membawa pasien ke rumah sakit jiwa.

3
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan Psikiatrik
Menurut Kepala RW, Pasien pernah di rawat 2 kali. Pertama kali dirawat tahun
2000 pasien sempat dirawat di RSJ Cianjur selama 4 bulan, pasien dirawat karena
mengamuk di masjid (agresivitas motorik), pasien juga sering beradu mulut
dengan ibunya (agresivitas verbal) dan suka membanting-banting barang
(agresivitas motorik) dan hal tersebut terdengar oleh tetangga dan mengganggu
ketenangan tetangga. Setelah keluar dari rumah sakit, perlahan keadaan pasien
membaik dan pasien kembali ke aktivitas sehari hari, seperti mengaji, pasien tidak
pernah marah-marah. Dengan keadaan ekonomi yang kurang, pasien pergi seorang
diri merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, namun pasien tidak mendapatkan
pekerjaan lalu pasien merantau kembali ke Bekasi dan mendapat pekerjaan sebagai
tukang roti bakar, dan berlangsung selama 6 tahun. Lalu pasien kembali pulang
kampung Selama itu pasien merasa dirinya sehat dan sempat putus obat sehingga
tidak pernah kontrol selama kurang lebih 6 bulan.
Pada tahun 2008 pasien mulai sering marah-marah (agresivitas verbal) dan
membanting-banting barang (agresivitas motorik) lagi, pasien jarang berada
dirumah dan pasien juga sempat pergi bersama dengan orang dengan gangguan jiwa
yang merupakan tetangganya, ke Gunung Gede, jalan kaki dari rumahnya, setelah
pulang dari gunung, pasien selalu mengatakan kepada semua orang bahwa pasien
harus menemukan tongkat nabi musa (autistik), dan pasien mendatangi seluruh kiai
yang ada di desa dan mengatakan perihal tongkat musa. Pasien pergi dengan
berpakaian seperti seorang biksu. Warga mulai merasa resah dan takut, nenek dan
ibu pasien membawa pasien ke rumah sakit. Sepulangnya dari rumah sakit itu ibu
pasien, kakak sulung, dan adik bungsunya sepakat memutuskan untuk membawa
pasien ke pesantren. 3 tahun berjalan yaitu pada tahun 2011 akhir pasien kembali
kerumahnya, dan menjalankan aktivitas seperti biasa. Pasien juga sempat bekerja
menjadi tukang kebun.
Pada tahun 2012, beberapa bulan setelah pasien membeli motor ibu pasien
menjual paksa motor yang telah ia beli dengan tabungannya, karena keadaan
ekonomi memburuk, saat itu hanya pasien yang bekerja. Keluarga membawa pasien
untuk dirawat kembali di RSJ Cimahi karena pasien membakar rumahnya sendiri
(agresivitas motorik), ibu pasien sempat bercerita kepada kepala RW tersebut
bahwa pasien suka membenturkan kepala nya ke tembok (agresivitas motorik) ,

4
memecahkan kaca dirumah (agresivitas motorik), pasien juga mengamuk, teriak-
teriak (agresivitas motorik), pasien suka marah-marah (agresivitas verbal) dan
sering mengatakan untuk bunuh diri (idea of suicide) dan pasien juga sempat
menceburkan dirinya ke sumur (tentamen suicide), hal tersebut dilakukannya
karena pasien mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk masuk kedalam sumur
(halusinasi auditorik), namun pasien juga terkadang terlihat ketakutan dan selalu
mendengar bisikan (halusinasi auditorik) bahwa ada yang akan menjahatinya dan
ia yakin hal itu akan menimpa dirinya (waham curiga). Ketua RW pasien
mengatakan setelah keluar dari RSJ, pasien tidak pernah minum obat dan tidak
pernah kontrol karena kendala biaya.

2. Riwayat Gangguan Medik


Riwayat gangguan medik seperti trauma kepala, kejang dan pingsan disangkal.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat psikoaktif

4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

2000 2008 2012 2018

Gejala
Normal

5
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat perkembangan fisik:
Pasien merupakan anak kedua dari 5 bersaudara. Riwayat persalinan tidak
diketahui oleh kepala RW.

2. Riwayat perkembangan kepribadian


a. Masa kanak-kanak:
Menurut kepala RW, pasien memiliki masalah dengan ayahnya semasa
kecilnya, ibunya juga sering memarahi pasien. Pasien memiliki sedikit teman
sebaya di sekolah serta lingkungan rumahnya, ayahnya sering melarang pasien
untuk pergi bermain dengan tetangganya. Pasien rajin sholat.
b. Masa Remaja:
Menurut kepala RW, saat remaja, pasien memiliki teman sedikit, namun masih
dapat bergaul. Pasien suka mengaji, namun untuk main keluar pasien sering
dilarang oleh ayah dan ibunya. Pasien tidak pernah meminum alkohol, namun
pasien merokok
c. Masa Dewasa:
Pasien jarang memiliki teman, lebih suka dirumah dan menyendiri, pasien suka
menyendiri, malas keluar kamar. Pasien rajin sholat, Pasien sering dilarang oleh
orang tuanya, dan selalu dikekang. Pasien sering berkelahi dengan saudaranya
yang juga memiliki gangguan jiwa.

3. Riwayat pendidikan
Pendidikan lulus SMK pertanian dengan prestasi yang cukup baik, pasien
sempat dapat membuat produk pupuk sendiri.

4. Riwayat pekerjaan
Pasien sempat bekerja di Bekasi selama 6 tahun sebagai pedagang roti bakar di
daerah dan sukses, 2017 Pasien sempat dipekerjakan sebagai petugas kebun
tetangganya, sekarang pasien bekerja untuk mengumpulkan barang-barang bekas.

5. Kehidupan beragama
Pasien beragama Islam, pasien cukup aktif beribadah, selalu menjalankan sholat 5
waktu.

6
6. Kehidupan sosial dan perkawinan
Menurut kepala RW, pasien tidak memiliki teman di lingkungan sekitarnya dan
jarang berinteraksi dengan tetangganya, namun beberapa kali pasien ngobrol
dengan tetangganya. Warga sekitar sering membicarakan tentang ayahnya yang
dituduh korupsi. Pasien sering bertengkar dengan adik yang tinggal serumah
dengannya. Pasien belum menikah dan belum memiliki anak.

E. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan : Pasien

: Meninggal

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG


Pasien sekarang tinggal dengan satu orang adik, yaitu adik ke 2 nya, adiknya menderita
gangguan jiwa, pasien bekerja sebagai pemulung.

7
III. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan Umum
Pasien seorang laki-laki berusia 37 tahun dengan postur tubuh kurus, kurang sesuai
dengan usianya, pasien berbadan kurus, warna kulit sawo matang, berambut
pendek. Kuku bersih, mengenakan pakaian rapih, wangi. Kontak verbal dan visual
cukup.

2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : Compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tampak terganggu

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik


 Sebelum wawancara : Pasien duduk di kursi untuk wawancara. Pasien terlihat
gelisah, pasien suka melakukan gerakan yang tidak jelas dan tidak bertujuan
(manerisme).
 Selama wawancara : Pasien duduk di kursi, pasien terlihat gelisah dan
berhati-hati. Awal wawancara pasien menjawab pertanyaan dengan kooperatif,
saat wawancara dilakukan pasien mengakhiri wawancara dan tidak mau
menjawab pertanyaan lagi (negativistik). Selama wawancara, kontak mata
cukup adekuat, pasien menggerak-gerakan kaki (manerisme)
 Setelah wawancara: Pasien tetap duduk di kursi, pasien terlihat gelisah, dan
terlihat berhati-hati.
4. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Lambat, tidak spontan, volume sedang, artikulasi baik.
b. Gangguan berbicara : Tidak ditemukan gangguan berbicara

8
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood) : Irritabel
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus : Lambat
b. Stabilisasi : Labil
c. Kedalaman : Dangkal
d. Skala diferensiasi : Sempit
e. Keserasian : Serasi
f. Pengendalian impuls : Kuat
g. Ekspresi : Ekspresif
h. Dramatisasi : Dramatisir
i. Empati : Sulit dinilai

C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Ada (Halusinasi visual: pasien melihat ada rekaman
kaset berisi G30S PKI yang membantai keluarganya, melihat orang orang yang
sudah meninggal. Halusinasi auditorik: Pasien merasa mendengar bisikan suara
ibunya yang sudah meninggal.)
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada
e.
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : SMK Pertanian (lulus SMK)
2. Pengetahuan umum : Tidak dapat dinilai
3. Kecerdasan : Tidak dapat dinilai
4. Konsentrasi : Distraksi
5. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu saat wawancara ialah siang
hari.
b. Tempat : Baik, pasien mengetahui sekarang berada di RSJ Cimahi
c. Orang : Baik, pasien mengetahui bahwa yang mewawancarainya ialah
seorang dokter.

9
6. Daya ingat
a. Tingkat
 Jangka panjang : Baik (Pasien mengetahui jenjang pendidikan
terakhirnya)
 Jangka pendek : tidak dapat dinilai
 Segera : tidak dapat dinilai
b. Gangguan : Tidak ada
7. Pikiran abstraktif : Tidak dapat dinilai
8. Visuospatial : Tidak dapat dinilai
9. Bakat : Mengaji
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien dapat makan, mandi, dan
berpakaian sendiri)

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
 Produktivitas : Autistik
 Kontinuitas : Sirkumstansial (jawaban pertanyaan, berputar-putar
dan tidak cocok)
 Hendaya bahasa : Tidak ada

2. Isi pikir
 Preokupasi dalam pikiran : Ada (Ada keinginan untuk sembuh)
 Waham : Belum dapat dinilai
 Obsesi : Tidak ada
 Fobia : Tidak ada
 Gagasan rujukan : Tidak ada
 Gagasan pengaruh : Tidak ada
 Idea of suicide : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS: Baik (pasien bisa mengontrol emosinya).

10
G. DAYA NILAI
 Daya nilai sosial : Baik (pasien mengatakan merokok tidak baik)
 Uji daya nilai : Tidak dapat dinilai
 Daya nilai realitas : Terganggu (Halusinasi pada pasien)

H. TILIKAN : Derajat IV (Pasien tahu bahwa dirinya sakit, namun tidak tahu
penyebabnya)

I. RELIABILITAS:
Kurang baik karena terdapat halusinasi

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : 84 x / menit
5. Suhu badan : 36,70 C
6. Frekuensi pernapasan : 20 x / menit
7. Bentuk tubuh : Normal
8. Sistem kardiovaskular : Dalam batas normal
9. Sistem respiratorius : Dalam batas normal
10. Sistem gastro-intestinal : Dalam batas normal
11. Sistem musculo-skeletal : Dalam batas normal
12. Sistem urogenital : Dalam batas normal
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status internus tidak ditemukan kelainan.

B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas normal
2. Tanda rangsang meningeal: (-) negatif
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-) negatif
3. Mata : Dalam batas normal

11
4. Pupil : Dalam batas normal
5. Oftalmoscopy : Tidak dilakukan
6. Motorik : Dalam batas normal
7. Sensibilitas : Dalam batas normal
8. Sistim saraf vegetatif : Tidak dilakukan
9. Fungsi luhur : Baik
10. Gangguan khusus : Tidak ada
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status neurologik tidak ditemui kelainan.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Menurut kepala RW, 1 tahun SMRSJ, sejak pasien meninggal selama beberapa
bulan pasien sering terlihat berbicara sendiri (autistik), suka berada di jalanan dan
mondar mandir di jalanan, masuk kerumah orang sembarang tanpa ijin dan terkadang
mengambil makanan tanpa ijin, sering mengacau (agresivitas motorik) saat ada
sekumpulan orang yang sedang kumpul, pasien masuk diantara sekumpulan orang
tersebut dan menunjukan bahwa pasien adalah orang penting dan mempunyai kuasa di
daerah tempat ia tinggal (waham kebesaran).
1 bulan SMRSJ, pasien beradu mulut dengan neneknya (agresivitas verbal),
setelah itu,sering terlihat seperti orang yang gelisah, suka menyendiri, marah-marah
(agresivitas verbal), mengamuk dan bertengkar (agresivitas motorik) dengan adiknya
termasuk ke tetangga sekitarnya.
1 hari sebelum masuk rumah sakit jiwa, pasien sempat terlihat membawa-bawa
golok dan mengancam sepupunya dengan golok (agresivitas motorik).
Pasien sempat dirawat di Rumah sakit jiwa 3 kali, pasien pertama kali dirawat
pada tahun 2000, pasien sempat bekerja selama 6 tahun, namun pasien putus obat dan
tidak kontrol obat 6 bulan, hingga dirawat kembali pada tahun 2008, sepulang dirawat
pasien di masukan ke pesantren 3 tahun dan sempat bekerja menjadi tukang kebun.
Tahun 2012 pasien dirawat kembali karena menyebur kedalam sumur dan membakar
rumahnya, namun sejak pulang dari rumah sakit pasien tidak pernah kontrol dan minum
obat karena kendala biaya.

12
Pada pemeriksaan, sikap pasien selama wawancara cukup kooperatif, terdapat
manerisme dan stereotipik, terdapat negativistik, saat wawancara dan setelah
wawancara pasien terlihat gelisah dan berhati-hati. Pasien terdapat halusinasi auditorik
dan visual. Mood iritabel, afek lambat, dangkal, sempit, dramatisir dan ekspresif. Pola
pikir autistik, cara berpikir sirkumstansial. Konsentrasi pasien kurang baik dengan
tilikan pasien derajat IV.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, tidak terdapat
kelainan pada status interna dan status neurologis, lainya dalam batas normal, tidak
ditemukan kelainan. Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I: Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini termasuk gangguan
jiwa karena adanya:
1. Gangguan jiwa karena adanya :
- Gejala kejiwaan berupa: halusinasi auditorik, halusinasi visual.
2. Gangguan ini sebagai Gangguan Mental Non Organik (GMNO) karena tidak
adanya:
- Gangguan kesadaran (pasien compos mentis)
- Gangguan kognitif (orientasi dan memori)
- Gangguan fungsi intelektual
- Gangguan daya ingat
- Kelainan faktor organik spesifik

Pada pasien ini ditemukan adanya gejala gangguan kejiwaan sehingga memenuhi
kriteria PPDGJ-III F 20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Kriteria Diagnosis F 20.1 Skizofrenia Hebefrenik
 Memenuhi kriteria umum skizofrenia
 Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15 - 25 tahun).
 Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

13
 Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :
- perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,
serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri
(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa
perasaan;
- afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering
disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-
satisfred), senyum sendiri (self-absorbed smiling), atau oleh sikap
tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces),
mannerism, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan
hipokonriakal dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated
phrases);
- proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
 Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan
kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu
perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya
suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan
pikiran pasien.

Diagnosis Kerja:
F20.0 Skizofrenia Paranoid
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
2. Onset pada usia 20 tahun
3. Pada pasien, halusinasi visual dan auditorik
4. Mannerism
5. Halusinasi maupun waham tidak menonjol

14
6. Sulit memahami jalan pikiran pasien

Diagnosis Banding:
F25.1 Skizoafektif tipe Manik
- Memenuhi gejala skizofrenia
- Memenuhi gejala gangguan afek namun tidak menonjol
- Waham kebesaran
- Halusinasi auditorik
- Disingkirkan dengan : afek dan gejala skizofrenia harus sama sama menonjol
dalam satu episode, pada pasien ini, gejala skizofrenia lebih menonjol daripada
afeknya

 Aksis II :
Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental
 Aksis III :
Tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medik umum
 Aksis IV :
Masalah pribadi keluarga
 Aksis V :
Skala GAF 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi).

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


 Aksis I : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
 Aksis II : Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi mental.
 Aksis III : Tidak ada gangguan pada kondisi medik umum
 Aksis IV : Masalah pribadi dengan keluarga
 Aksis V : Skala GAF 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita
& komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi).

IX. PROGNOSIS
Faktor-faktor Baik Buruk
Onset usia Awitan usia 20 tahun

15
Faktor presipitasi Masalah keluarga
Onset Insidious
Riwayat pramorbid Buruk
Menikah Gagal menikah karena kondisi keuangan
Riwayat keluarga 2 adik pasien memiliki gangguan jiwa
Gejala Gejala positif (+)
Dukungan keluarga Tidak ada dukungan keluarga
Sering relaps Riwayat relaps 3 x

Quo ad vitam : Ad Bonam


Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

X. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik
2. Psikologi/psikiatrik : halusinasi auditorik, visual, manerism, tilikan derajat IV.
3. Sosial/keluarga : pasien sering dikekang oleh orang tua, pasien

XI. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
 R/ Risperidon 2 mg tab No. XV
S I – 0 – I tab pc
-------------------------------------- (sign)
 R/ Tryhexyphenidyl 2 mg tab No. XV
S I – 0 – I tab pc
-------------------------------------- (sign)

2. Psikoterapi
a. Terapi individual
 Memberikan informasi dan edukasi pada pasien mengenai penyakitnya.
 Memberikan informasi pada pasien mengenai pentingnya minum obat
dan kontrol secara teratur.
b. Terapi kelompok

16
 Menyarankan pasien untuk mengikuti setiap kegiatan di Rumah Sakit
Jiwa bersama dengan rekan lainnya agar terjalin sosialisasi yang baik.
 Memotivasi pasien untuk bersosialisasi dengan orang yang ada di
sekitarnya.
c. Terhadap keluarganya
 Memberi penjelasan tentang keadaan penyakit pasien untuk mendukung
proses penyembuhan dan mencegah kekambuhan penyakitnya.
 Memberi informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai terapi yang
diberikan pada pasien dan pentingnya pasien agar dipantau kontrol dan
minum obat secara teratur untuk mencegah rawat jalan yang tidak
teratur.

3. Tindak lanjut
 Dirawat dirumah sakit
 Mengikuti pelatihan rehabilitasi
 Mengikuti segala kegiatan yang dianjurkan oleh dokter penanggung
jawab
 Obat diminum secara teratur

Lampiran wawancara psikiatri

D: Selamat pagi pak, saya dengan dokter Dd: Di bandung


muda Agnes, boleh ngobrol ngobrol sedikit D: Oh gitu, bapak kesini sama siapa pak?
sama bapak? Dd: Kang Ismail
Dd: Pagi, ya silahkan D: Kang Ismail itu siapa pak?
D: Bapak siapa namanya? Dd: Sahabat lama mamah saya
Dd: Bapak dadang D: Oh gitu, sama siapa lagi?
D: Bapak rumahnya dimana? Dd: Dengan adik saya, itu namanya
Dd: Kampung tipar Zamzam
D: Itu dimana pak? D: Bapak berapa bersaudara?

17
Dd: 5 Dd: Ya nge cat, ngebikin keramik di
D: Itu yang keberapa tempel.
Dd: 3 D: Bapak tau skrg ada dimana?
D: Yang pertama siapa? Dd: Ya ini di RSJ Cimahi. Sekarang sudah
Dd: Kakak saya jam 12 ya? Saya mau sholat dulu
D: Kakanya cewe apa cowo? D: Belum atuh pak, sekarang masih jam 11.
Dd: Cowo Dd: Oh sudah lewat ya?
D: Bapak anak yang keberapa? D: Iya pak, Bapak tau knp skrg dibawa
Dd: Saya ke 2 kesini?
D: Kalau yang lain? Dd: Dari awal sampai akhir kayanya
Dd: Yang ke 4 laki-laki dirumah, yang memang harus, puncak sebuah apa ya? kan
terakhir adik saya wanita awalnya saya sakit disini, ya penyelesaian
D: Bapak dirumah tinggal sama siapa? penyembuhannya gimana gitu.
Dd: Adik saya yang itu ( nunjuk zamzam) D: Sakit nya itu memang mulai kapan?
D: Berdua aja? Dd: Mulai 2004 atau 2005
Dd: Iya berdua aja dirumah D: Obat obatan diminum teratur dirumah?
D: Bapaknya sudah menikah? Dd: Masalah obat obatan ya gimana ya, ya
Dd: Belum suka di buang gitu
D: Kalau adik bapak sudah menikah? D: Kenapa dibuang?
Dd: Belum juga Dd: Gatau, gaenak aja gitu
D: Sekarang pekerjaannya dirumah sehari- D: Gaenak gimana pak?
hari apa pak? Dd: Ya gimana ya, ke mulut keram, lidah
Dd: Yaaa sekarang mungutin barang bekas susah ngomong, kekepala muter gitu,
D: Setelah itu dijual lagi? pokoknya ga sanggup deh
Dd: Sukaaa, apa itu nyabit rumput, babat D: Sebelumnya pas 2005 itu bapak tau knp
rumput dibawa?
D: Rumput tetangga? Dd: Saya merasa dari situ ada pergolakan
Dd: Iya rumput tetangga apa ya, kalau kesini itu saya dibawa buat
D: Kalau adiknya dirumah ngapain? dikulum
Dd: Ya gimana ya, dirumah juga ga ngapa D: Dikulum itu apa ya pak
ngapain, tapi sekali kali dia suka, ya bikin Dd: Itu kaya saya mau dimasukan ke liang
kegiatan sendiri air mendidih yang panas
D: Kegiatannya tuh apa? D: Bapak tau mau dilakuin seperti itu dari
mana? ada yang bilang atau gimana?

18
Dd: itu dari hati saya Dd: Dingin, jadi kalo mandi pakai air
D: Selain itu ada lagi yang bapak rasain? dingin kayanya patral
Dd: Ya saya rasa dari perjalanan itu bahwa D: Patral itu maksudnya bagaimana pak?
saya akan di bakar oleh orang orang G 30 s Dd: Patral itu ya jadi mundur sedikit, kalau
PKI mundur sedikit itu sakit
D: Sampai sekarang masih pak? D: Berarti bapak sekarang lagi rasa sakit?
Dd: Saya sempet lihat ada rekaman kaset Dd: Ya jadi begini, 1 tahun lalu kalau kata
berisi G30S PKI yang membantai dokter saya yang dibekasi, jangan kena air,
keluarganya, terus juga lihat orang-orang jadi saya harus pakai air hangat. Saya mau
yang sudah meninggal sholat dulu!
D: Siapa yang bapak lihat yang sudah D: tapi kan belum jam sholat pak?
meninggal? Dd: Ya memang, jadi saya ini mau SK
Dd: Bapak saya sama Ibu saya, dan orang sehat!
orang lainnnya. D: Memangnya buat apa sk sehat pak?
D: Disana mereka ngapain pak? Dd: Biar saya ga kena hokum!
Dd: Gatau deh saya bingung. D: Memang siapa yang mau hokum
D: Bapak merasa ada yang bisikin gak Dd: Setiap manusia … (diam), Ya Tuhan
selama ini? Allahu Akbar yang hukum saya
Dd: Ada, saya mendengar suara bisikan ibu D: Memang bapak buat suatu kesalahan?
saya dikuping saya Dd: Nanti juga tahu
D: Bisikannya bilang apa pak? D: Oh, bapak gamau kasih tau ske saya?
Dd: Gatau saya juga lupa, ga jelas Dd: IYA! GAKBISA! (muka kesal)
pokoknya deh D: Bapak tau darimana bapak akan
D: Terus bapak sekarang maunya dihukum?
bagaimana? Dd: Sekarang saya ga karuan harus
Dd: Ya saya merasa saya harus sehat, yang bagaimana! Yasudah saya makan saja!
namanya sehat menurut saya mandi pake D: Tuhan pernah ngomong ke bapak kalau
air biasa 2x makan normal, bekerja normal Tuhan akan hokum bapak?
dan mandiri Dd: Ya, soal itu Tuhan menjelma sebagai
D: Terus bapak sekarang ngerasa sehat Al-Quran
gak? D: Tapi selain itu, Tuhan pernah nunjukin
Dd: Ngga wujud ke bapak dalam bentuk lain?
D: Terus bapak rasanya gimana? Dd: Tuhan itu taat dan ya gitulah pokoknya
(nada tinggi)

19
D: Pak, bapak itu kenapa?
Dd: Saya rasa mata saya juling!
D: Loh juling kenapa pak? Bukannya tadi
baik-baik saja?
Dd: Saya ngerasa ada 2 kepribadian dalam
diri saya
D: Dua pak? Gimana itu rasanya pak?
Dd: Sudah ya, saya batasin pertanyaan
Anda sampai disini
D: Loh, memang kenapa pak?
Dd: (Pasien pergi ke pojokan)
D: Pak, Bapak kenapa? Kok pergi kesana?
Saya tertarik dengan kepribadian bapak ini.
Dd: Duh, ini saya ada kaya 2 roh dalam diri
saya, satu roh yang disini (nunjuk dada),
satu lagi roh yang ada didalem perut saya.
D: Bapak yakin pak ada Roh yang ada
didalam perut bapak?
Dd: Iya ini, kerasa di dalam perut saya
D: Bapak kenal ama roh yang ada didalam
perut bapak itu?
Dd: pasien diam…
D: Bapak kenapa pak?
Dd: Saat saya dan roh yang ada di dalam
perut saya bersatu, SAYA ADALAH
PANGLIMA PERANG PRAJURIT ISA
ALMAIN!!
D: Isa Almain itu siapa pak?
Dd: Cukup sampai disini pembicaraannya!
Saya mau sholat!! (muka marah)
D: Baik pak, saya pamit diri dulu ya pak,
terimakasih.
Dd: ya makasih

20

Anda mungkin juga menyukai