Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam syarat berdirinya negara ada empat hal yang harus dipenuhi
suatu negara tersebut salah satunya adalah Wilayah. Wilayah merupakan
salah satu unsur utama dalam suatu negara, di samping rakyat dan
pemerintahan. Wilayah dalam suatu negara perlu ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan yang jelas. Dalam UUD 1945 yang asli
tidak tercantum pasal mengenai “Wilayah Negara Republik Indonesia”.
Perbatasan merupakan kawasan tertentu yang mempunyai
dampak penting dan memiliki peran strategis bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pertahanan kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat di dalam ataupun diluar wilayah memiliki keterkaitan
yang kuat dengan kegiatan di wilayah lain yang berbatasan baik dalam
lingkup nasional maupun antar Negara dan pastinya mempunyai dampak
politis dan dampak terhadap fungsi keamanan dan pertahanan
nasional. Oleh karena itu maka pengembangan wilayah perbatasan
Indonesia merupakan prioritas penting terhadap
pembangunan nasional untuk menjamin keutuhan wilayah NKRI.
Permasalahan batas wilayah di saat ini semakin marak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya pada perbatasan antar negara,
melainkan perbatasan antar daerah kota atau kabupaten dan juga provinsi
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wilayah perbatasan belakangan menjadi isu dan masalah yang
pelik yang dihadapi oleh negara-negara yang berbatasan darat secara
langsung atau rebutan dan saling mengklaim pulau, terutama di negara-
negara Asia dimana geliat dan pertumbuhan perekonomiannya begitu
tinggi.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Namun UU no. 22 Tahun 1999 telah mengalami
perubahan yaitu UU No. 32 tahun 2004 dan kini berubah kembali menjadi
UU No. 23 Tahun 2014 dimana didalamnya membahas mengenai cakupan
wilayah dan batas daerah.
4
2.3 Penyelesaian Konflik Batas Daerah
5
melewati tengah-tengah sungai ditandai oleh pilar batas di tepi sungai yang
memotong garis batas tersebut. Pada daerah sungai yang labil, pilar
dipasang agak jauh dari sungai sehingga pilar tersebut bukan merupakan
pilar batas tetapi titik acuan bagi batas sebenarnya. Dari pilar tersebut harus
diukur jarak ke tepi dekat dan tepi jauh sungai serta arahnya.
Untuk batas dari unsur buatan seperti pilar batas, penentuan posisi
yang akurat merupakan hal penting. Dalam kaidah geodesi, penentuan posisi
pilar batas harus dinyatakan dalam koordinat dengan datum dan sistem
proyeksi yang jelas. Angka koordinat tanpa spesifikasi datum yang pasti
sesungguhnya tidak menjelaskan apa-apa. Koordinat yang sama jika
datumnya berbeda akan mengacu pada posisi yang berbeda di lapangan.
Untuk batas dari unsur buatan seperti pilar batas, penentuan posisi
yang akurat merupakan hal penting. Dalam kaidah geodesi, penentuan posisi
pilar batas harus dinyatakan dalam koordinat dengan datum dan sistem
proyeksi yang jelas. Angka koordinat tanpa spesifikasi datum yang pasti
sesungguhnya tidak menjelaskan apa-apa. Koordinat yang sama jika
datumnya berbeda akan mengacu pada posisi yang berbeda di lapangan.
6
Sebaliknya, suatu posisi tertentu di lapangan bisa dinyatakan dengan
koordinat yang berbeda jika datum dan sistem proyeksinya berbeda.
7
e. proses utk menentukan hal tersebut, harus dikoordinasikan antara
Provinsi dan Kabupaten yang berbatasan.
8
Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran, Way Kanan, Pesisir Barat dan Kota
Metro.
c. Daerah River Basin, terdapat dua River Basin yang utama yaitu
River Basin Tulang Bawang, dan River Basin sungai-sungai kecil
lainnya.
9
angin laut lembab bertiup dari Samudera Indonesia dan Laut Jawa, dari arah
Barat dan Barat Laut terjadi pada bulan November - Maret. Selama bulan Juli
- Agustus, angin bertiup dari Timur dan Tenggara. Kecepatan angin rata-rata
5,83 km/jam. Secara garis besar Tanah di Tulang Bawang dibagi 6, antara
lain Aluvial, Regosol, Andosol, Podsolik, Coklat, Latosol, dan Padsolik
Merah Kuning (PMK).
Dalam proses realisasi dua daerah otonomi baru itu pula, catatan
menariknya adalah, sangat langka dan jarang sekali terjadi secara nasional,
adanya upaya keras dan inisiatif dari kabupaten induk seperti yang dilakukan
oleh Kabupaten Tulang Bawang.
10
Barat, tanggal 26 November 2008, yang kemudian diresmikan
pendefinitifannya tanggal 3 april 2009, yang ditandai dengan dilantiknya
kedua Penjabat (Pj) Bupati di dua daerah otonomi baru tersebut oleh Menteri
Dalam Negeri Mardiyanto.
11
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
Peta RBI
Peta Citra
Peta Administrasi
1. Buka terlebih dahulu aplikasi Global Mapper 13, lalu pilih “ Open Your
Own Data Files” dan klik.
12
2. Setelah mengklik open, kita memilih foto yang akan dibuka , lalu pilih
foto “ tuba “ setelah itu klik open.
13
4. Setelah itu klik menu “ File “ pilih “ Export Raster/Image Format” lalu
klik.
14
6. Muncul toolbox “Tip” klik Ok.
7. Akan muncul menu box ECW Export Options , ubah Sample Spacing ,
menjadi 30, 1267 (X) , 30,8684 (Y) dan klik Ok.
15
8. Setelah itu tunggu proses Exporting ECW sampai sukses dan jangan di
cancel.
9. Setelah itu. Buka aplikasi Arc Map 10.3 lalu pilih toolbox “Add Data”
pilih edit.ecw dan klik Add.
16
10. Klik toolbar Add Data setelah terbuka, pilih nama file “ Administrasi
Tulang Bawang Lat Long.dwg” kemudian klik Add.
17
12. Seperti ini tampilan yang telah di Add Data pada Layers.
13. Kemudian klik Layer pilih “ Administrasi Tulang Bawang Lat long
Polygon” kemudian di expand, klik kanan kemudian Properties, pilih sub
menu Symbology , kemudian pilih Features > “Single Symbol” , kemudian
klik warna symbol.
18
14. Lalu pada toolbox Symbol Selector , pilih Fill Color, kemudian pilih “ No
Colour”. Kemudian klik Ok.
19
MultiPatch”, kemudian pilih No Color. Setelah itu akan muncul tampilan
petanya.
20
18. Setelah itu pilih folder untuk menyimpan datanya, kemudian klik kanan
pilih “New” kemudian pilih kembali “Shapefile” kemudian klik.
19. Pada toolbox Create New Shapefile, name diubah menjadi “Administrasi”
kemudian Feature Type pilih “Polyline”. Setelah itu pilih Edit.
21
20. Pada Spatial Reference Properties pilih Geographic Coordinate Systems
kemudian, pilih “World” pilih “WGS 1984” kemudian ok. Setelah itu akan
muncul Layers “Administrasi” dan cara kerjanya juga sama dan buat
Layers “Batas Kabupaten”.
22
21. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
1 dan 2 pada segmen ke 1.
Segmen X Y
1 11716393.599 -434587.171
2 11733147.284 -420813.391
23
22. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
2 dan 3 pada segmen ke 2.
Segmen X Y
2 11733147.284 -420813.391
3 11756272.721 -451708.101
24
23. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
3 dan 4 pada segmen ke 3
Segmen X Y
3 11756272.721 -451708.101
4 11772059.592 -461137.843
25
24. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
4 dan 5 pada segmen ke 4
Segmen X Y
4 11772059.592 -461137.843
5 11785279.331 -4821421.06
26
25. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
5 dan 6 pada segmen ke 5
Segmen X Y
5 11785279.331 -4821421.06
6 11784663.484 -520279.011
27
26. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
6 dan 7 pada segmen ke 6
Segmen X Y
6 11784663.484 -520279.011
7 11727936.7 -504354.403
28
27. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
7 dan 8 pada segmen ke 7
Segmen X Y
7 11727936.7 -504354.403
8 11709031.657 -515138.807
29
28. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
8 dan 9 pada segmen ke 8
Segmen X Y
8 11709031.657 -515138.807
9 11708332.89 -515449.839
30
29. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
9 dan 10 pada segmen ke 9
Segmen X Y
9 11708332.89 -515499.839
10 11703806.746 -520393.77
31
30. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
10 dan 11 pada segmen ke 10
Segmen X Y
10 11703806.746 -520393.77
11 11690943.492 -519184.988
32
31. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
11 dan 12 pada segmen ke 11
Segmen X Y
11 11690943.492 -519184.988
12 11681888.745 -501710.356
33
32. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
12 dan 13 pada segmen ke 12
Segmen X Y
12 11681888.745 -501710.356
13 11688779.598 -495347.532
34
33. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
13 dan 14 pada segmen ke 13
Segmen X Y
13 11688779.598 -495347.532
14 11680456.493 -467012.45
35
34. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
14 dan 15 pada segmen ke 14
Segmen X Y
14 11680456.493 -467012.45
15 11701200.553 -445850.087
36
35. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
15 dan 16 pada segmen ke 15
Segmen X Y
15 11701200.553 -445850.087
16 11716280.194 -434523.802
37
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Stagemen 1 : Sungai
Stagemen 2 : Sungai
Stagemen 3 : Sungai
Stagemen 4 : Laut Jawa
Stagemen 5 : Laut Jawa
Stagemen 6 : Sungai ( Tidak tepat / terjadi pergeseran )
Stagemen 7 : Sungai ( Tidak tepat / terjadi pergeseran )
Stagemen 8 : Sungai ( Tidak tepat / terjadi pergeseran )
Stagemen 9 : Sungai ( Tidak tepat / terjadi pergeseran )
Stagemen 10 : Waduk
Stagemen 11 : Jalan
Stagemen 12 : Jalan
Stagemen 13 : Jalan
Stagemen 14 : Sungai
Stagemen 15 : Sungai
38
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. (2014). Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
40