Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas


rahmat dan hidayah-Nya laporan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Survei
Batas Wilayah. Dalam penyusunan laporan ini dengan judul “ Survei
Batas Wilayah Tulang Bawang “.
Kami penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini
tidak terlepas dari bimbingan dan petunjuk berbagai pihak, terutama
Bapak Romi Fadly, S.T.,M.Eng. selaku dosen mata kuliah Survei Batas
Wilayah dan pihak lain yang telah membantu. Oleh karena itu, pada
kesempatan yang baik ini, kami menyampaikan ungkapan rasa terima
kasih kami kepada pihak-pihak yang telah membantu.
Laporan ini mungkin masih jauh dari sempurna serta terdapat
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya makalah
ini.
Akhir kata, kami penulis mengharapkan semoga hasil laporan ini
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca umumnya.
Terima kasih.

Bandar Lampung, 27 Oktober 2017

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB 2 ..................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Perbatasan Wilayah ................................................................ 3
2.2 Batas Daerah ............................................................................................. 4
2.3 Penyelesaian Konflik Batas Daerah ......................................................... 5
2.4 Profil Lampung......................................................................................... 8
2.4.1 Geografis Tulang Bawang................................................................. 9
2.4.2 Sejarah Tulang Bawang .................................................................. 10
BAB 3 ................................................................................................................... 12
3.1 Alat dan Bahan ....................................................................................... 12
3.1.1 Alat .................................................................................................. 12
3.1.2 Bahan............................................................................................... 12
3.2 Cara Pelaksanaan Praktikum .................................................................. 12
BAB 4 ................................................................................................................... 38
4.1 Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 38
BAB 5 ................................................................................................................... 39
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 39
5.2 Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam syarat berdirinya negara ada empat hal yang harus dipenuhi
suatu negara tersebut salah satunya adalah Wilayah. Wilayah merupakan
salah satu unsur utama dalam suatu negara, di samping rakyat dan
pemerintahan. Wilayah dalam suatu negara perlu ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan yang jelas. Dalam UUD 1945 yang asli
tidak tercantum pasal mengenai “Wilayah Negara Republik Indonesia”.
Perbatasan merupakan kawasan tertentu yang mempunyai
dampak penting dan memiliki peran strategis bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pertahanan kesejahteraan sosial
ekonomi masyarakat di dalam ataupun diluar wilayah memiliki keterkaitan
yang kuat dengan kegiatan di wilayah lain yang berbatasan baik dalam
lingkup nasional maupun antar Negara dan pastinya mempunyai dampak
politis dan dampak terhadap fungsi keamanan dan pertahanan
nasional. Oleh karena itu maka pengembangan wilayah perbatasan
Indonesia merupakan prioritas penting terhadap
pembangunan nasional untuk menjamin keutuhan wilayah NKRI.
Permasalahan batas wilayah di saat ini semakin marak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya pada perbatasan antar negara,
melainkan perbatasan antar daerah kota atau kabupaten dan juga provinsi
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wilayah perbatasan belakangan menjadi isu dan masalah yang
pelik yang dihadapi oleh negara-negara yang berbatasan darat secara
langsung atau rebutan dan saling mengklaim pulau, terutama di negara-
negara Asia dimana geliat dan pertumbuhan perekonomiannya begitu
tinggi.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas penulis mengembangkan permasalahan pokok yang


dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan perbatasan ?
2. Apa yang dimaksud dengan batas wilayah ?
3. Bagaimana menyelesaikan konflik batas daerah?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah :


1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai perbatasan wilayah.
2. Untuk mengetahui pengertian mengenai batas daerah.
3. Untuk mengetahui cara menyelesaikan konflik batas daerah.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perbatasan Wilayah

Menurut para ahli hukum internasional seperti Green NA Maryan,


Shaw Malcolm, JG Strake dan Burhan Tsani, perbatasan wilayah adalah batas
terluar wilayah suatu negara berupa suatu garis imaginer yang memisahkan
wilayah suatu negara dengan wilayah negara lain darat, laut, maupun negara
yang dapat dikualifikasi dalam terminologi “Border Zone” (Zona Perbatasan)
maupun “Customs Free Zone” (Zona Bebas Kepabeanan).
Batas wilayah negara memiliki aspek internasional karena
memberikan arti penting dalam kepastian hukum dan pemagaran yuridis bagi
suatu negara. Permasalahn pokok tentang perbatasan menyangkut penetapan
batas dan manajemen perbatasan. Dalam rangka menjaga integritas nasional
dan keutuhan negara indonesia maka batas wilayah darat dan laut ditetapkan
secara Bilateral dan Trilateral, sedangkan untuk batas udara ditetapkan
mengikuti batas wilayah darat dan laut.
Jadi pada masa pemerintahan Reformasi usaha untuk menjaga batas
wilayah sudah sering dicanangkan dengan dibentuknya lembaga-lembaga
untuk menjaga dan melakukan pembangunan tetapi kurangnya tanggung
jawab berbagai pihak untuk bekerja sama dengan instansi pemerintah,
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, pemerintah dengan swasta dan
kerja sama pemerintah dengan masyarakat harus diperkuat. Untuk itu
landasan yang digunakan pada masa itu adalah UU No. 22 Tahun 1999.
Dalam UU No. 22 Tahun 1999 yang hanya menyebut kabupaten. Oleh
UU Pemda, daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

3
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Namun UU no. 22 Tahun 1999 telah mengalami
perubahan yaitu UU No. 32 tahun 2004 dan kini berubah kembali menjadi
UU No. 23 Tahun 2014 dimana didalamnya membahas mengenai cakupan
wilayah dan batas daerah.

2.2 Batas Daerah

Batas daerah merupakan pemisah wilayah penyelenggaraan


kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas daerah di darat
merupakan pemisah wilayah administrasi pemerintahan antara daerah yang
berbatasan berupa pilar batas di lapangan dan daftar koordinat di peta.

Batas daerah di laut merupakan pemisah antara daerah yang


berbatasan berupa garis khayal (imajiner) di laut dan daftar koordinat di peta
yang dalam implementasinya merupakan batas kewenangan pengelolaan
sumber daya di wilayah laut.

Pelacakan batas daerah di darat merupakan kegiatan untuk


menentukan letak batas di darat berdasarkan kesepakatan dan pemasangan
tanda batas sementara.

Penegasan batas daerah dititikberatkan pada upaya mewujudkan


batas daerah yang jelas dan pasti baik dari aspek yuridis maupun fisik di
lapangan, penegasan batas dilakukan dalam rangka menentukan letak dan
posisi batas secara pasti di lapangan sampai dengan penentuan titik
koordinat batas. Penegasan batas daerah berpedoman pada batas-batas
daerah yang ditetapkan dalam Undang-undang Pembentukan Daerah.
Penegasan batas daerah di darat diwujudkan melalui tahapan penelitian
dokumen pelacakan batas; pemasangan pilar batas; pengukuran dan
penentuan posisi pilar batas; dan pembuatan peta batas. Tahapan penegasan
batas daerah dilakukan dengan prinsip geodesi dan dituangkan dalam berita
acara kesepakatan.

4
2.3 Penyelesaian Konflik Batas Daerah

Penegasan batas daerah dititik beratkan pada upaya mewujudkan


batas daerah yang jelas dan pasti baik dari aspek yuridis maupun fisik di
lapangan (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 Pasal 2
ayat 1). Tentang penegasan batas daerah yang diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan
Batas Daerah. Penetapan Batas Wilayah dilakukan melalui penegasan batas
daerah yang merupakan kegiatan penentuan batas secara pasti (fixed
boundary) di lapangan, dengan sistim referensi nasional yang digunakan
Datum Geodesi Nasional 1995.

Penelitian dokumen meliputi: Peraturan Perundang-Undangan


tentang Pembentukan Daerah dan dokumen lainnya yang disepakati oleh
daerah yang bersangkutan. Kegiatan pelacakan batas daerah di lapangan
meliputi penentuan titik-titik batas dan garis batas sementara di lapangan.
Pengukuran situasi dilakukan sepanjang garis batas daerah selebar 100 m ke
kiri dan 100 m ke kanan garis batas tersebut. Batas daerah yang ditegaskan
dapat dinyatakan dalam bentuk bangunan fisik buatan manusia seperti: pilar,
gapura, persil tanah, jalan dan atau batas alam seperti: watershed, sungai.
Batas daerah yang tidak dapat ditegaskan dalam suatu bentuk bangunan
fisik seperti melalui danau dan tengah sungai dinyatakan dengan pilar acuan
batas.

Dalam rangka menetapkan dan menegaskan batas daerah perlu


dilakukan kegiatan penelitian dokumen batas, pelacakan batas, pemasangan
pilar batas, pengukuran dan penentuan posisi pilar batas, dan pembuatan
peta batas. Jika dasar hukum untuk penegasan batas daerah belum ada atau
belum jelas, maka dapat diterapkan penggunaan bentuk-bentuk batas alam.
Batas alam merupakan objek di lapangan yang dapat dinyatakan sebagai
batas daerah. Penggunaan bentuk alam sebagai batas daerah akan
memudahkan penegasan batas di lapangan karena tidak perlu memasang
pilar yang rapat. Bentuk-bentuk batas alam yang dapat digunakan sebagai
batas daerah adalah garis batas di sungai merupakan garis khayal yang

5
melewati tengah-tengah sungai ditandai oleh pilar batas di tepi sungai yang
memotong garis batas tersebut. Pada daerah sungai yang labil, pilar
dipasang agak jauh dari sungai sehingga pilar tersebut bukan merupakan
pilar batas tetapi titik acuan bagi batas sebenarnya. Dari pilar tersebut harus
diukur jarak ke tepi dekat dan tepi jauh sungai serta arahnya.

Untuk batas dari unsur buatan seperti pilar batas, penentuan posisi
yang akurat merupakan hal penting. Dalam kaidah geodesi, penentuan posisi
pilar batas harus dinyatakan dalam koordinat dengan datum dan sistem
proyeksi yang jelas. Angka koordinat tanpa spesifikasi datum yang pasti
sesungguhnya tidak menjelaskan apa-apa. Koordinat yang sama jika
datumnya berbeda akan mengacu pada posisi yang berbeda di lapangan.

Secara teknis, aspek yang sangat penting dalam penegasan batas


daerah adalah prinsip geodesi atau survei pemetaan. Hal yang harus
diperhatikan dalam penentuan dan penegasan batas adalah jenis batas yang
akan digunakan, teknologi yang dipilih terkait kualitas hasil yang
diharapkan, serta partisipasi masyarakat yang secara langsung akan tekena
dampak akibat adanya penegasan batas tersebut.

Untuk darat, misalnya, batas bisa ditentukan dengan unsur alam


(sungai, watershed, dan danau), dan unsur buatan (jalan, rel kereta, saluran
irigasi, dan pilar batas). Penggunaan unsur-unsur alam akan mengakibatkan
batas menjadi dinamis akibat perubahan bentang alam. Hal inilah yang
mengakibatkan bergesernya batas antara DIY dan Jateng. Namun demikian,
penggunaan unsur alam ini umumnya mudah diidentifikasi oleh masyarakat
sekitar.

Untuk batas dari unsur buatan seperti pilar batas, penentuan posisi
yang akurat merupakan hal penting. Dalam kaidah geodesi, penentuan posisi
pilar batas harus dinyatakan dalam koordinat dengan datum dan sistem
proyeksi yang jelas. Angka koordinat tanpa spesifikasi datum yang pasti
sesungguhnya tidak menjelaskan apa-apa. Koordinat yang sama jika
datumnya berbeda akan mengacu pada posisi yang berbeda di lapangan.

6
Sebaliknya, suatu posisi tertentu di lapangan bisa dinyatakan dengan
koordinat yang berbeda jika datum dan sistem proyeksinya berbeda.

Kegiatan yang telah dilakukan Direktorat Pemerintahan Umum


Kementerian Dalam Negeri dalam pengelolaan perbatasan antar daerah:

1) Mendorong peran gubernur untuk memfasilitasi penyelesaian dimaksud


dan perselisihan antar Provinsi, antara Provinsi dan Kabupaten/Kota di
wilayahnya, serta antara Provinsi dan Kabupaten/Kota di luar wilayahnya.
Menteri Dalam Negeri memfasilitasi penyelesaian perselisihan dimaksud
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah khususnya Pasal 198, yaitu:
a. Apabila terjadi perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi
pemerintahan antar Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Provinsi,
Gubernur menyelesaikan perselisihan dimaksud;
b. Apabila terjadi perselisihan antar Provinsi antara Provinsi dan
Kabupaten/Kota di wilayahnya, serta antara Provinsi dan 37
Kabupaten/Kota di luar wilayahnya, Menteri Dalam Negeri
menyelesaikan perselisihan dimaksud;
c. Keputusan sebagaimana dimaksud bersifat final.

2) Untuk menghindari terjadinya permasalahan sengketa batas daerah,


diusulkan Undang-Undang Pemekaran Wilayah harus mencantumkan/
mengidentifikasi :
a. cakupan wilayah desa - desa di wilayah perbatasan dengan titik-
titik koordinat;
b. kejelasan kepemilikan pulau-pulau;
c. pembuatan peta lampiran harus merujuk pada peta yang
dikeluarkan oleh instansi yg berwenang;
d. batas daerah yang tertuang dalam batang tubuh harus sesuai
dengan yang tergambar di atas peta lampiran Undang-Undang
Pemekaran Wilayah serta sesuai standar kaidah pemetaan secara
kartografi;

7
e. proses utk menentukan hal tersebut, harus dikoordinasikan antara
Provinsi dan Kabupaten yang berbatasan.

2.4 Profil Lampung

Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur


- Barat berada antara : 103º 40' - 105º 50' Bujur Timur Utara - Selatan berada
antara : 6º 45' - 3º 45' Lintang Selatan Sedangkan di Teluk Semaka adalah
Kota Agung (Kabupaten Tanggamus), dan di Laut Jawa terdapat pula
pelabuhan nelayan seperti Labuhan Maringgai dan Ketapang. Di samping itu,
Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri
sungai Way Tulang Bawang, adapun di Samudra Indonesia terdapat
Pelabuhan Krui.

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan


ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi
Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung
merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan

Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 14


Tahun 1964 tanggal 8 Maret 1964, yang secara geografis luas wilayah
seluruhnya 35.376.5 km persegi, termasuk sungai, danau dan tepi pantai.
Provinsi Lampung terletak pada ujung tenggara Pulau Sumatra dengan letak
geografis berada antara 103º40’ - 105º50’ Bujur Timur dan 3º45 - 6º45
Lintang Selatan. Secara administrasi batas-batas wilayah Provinsi lampung
adalah sebelah selatan berbatasan dengan selat sunda, sebelah Utara
berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan dan Provinsi Bengkulu, sebelah
Timur berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah Barat berbatasan dengan
Samudera Hindia.

Daerah ini memiliki 15 Kabupaten/kota yang terdiri yaitu: Kota


Bandar Lampung, Lampung Utara, Lampung Selatan, Lampung Tengah,
Lampung Barat, Lampung Timur, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat,

8
Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran, Way Kanan, Pesisir Barat dan Kota
Metro.

2.4.1 Geografis Tulang Bawang

Kabupaten Tulang Bawang dengan luas wilayah 7.770,84 km atau 22%


dari Luas Provinsi Lampung. Terletak antar 3°50’- 4°40’ LS dan 104°58’-
105°52’ BT. Kabupaten Tulang Bawang terletak dibagian hilir dari 2 (dua)
sungai besar yaitu Way Tulang Bawang dan Way Mesuji. Kabupaten Tulang
Bawang dengan Ibukota Menggala, berjarak kurang lebih 120 km dari
Ibukota Propinsi.

Batas-batas Wilayah kabupaten sbb:

 Sebelah Utara : Kabupaten Mesuji

 Sebelah selatan : Kabupaten Lampung Tengah

 Sebelah Timur : Laut Jawa

 Sebelah Barat : Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Secara topografi daerah Tulang Bawang dibagi menjadi 4 bagian:

a. Daerah daratan, ini merupakan daerah terluas yang dimanfaatkan


untuk pertanian.

b. Daerah rawa, terdapat sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian


0-1 m, yang merupakan daerah rawa pasang surut.

c. Daerah River Basin, terdapat dua River Basin yang utama yaitu
River Basin Tulang Bawang, dan River Basin sungai-sungai kecil
lainnya.

d. Daerah Alluvial, meliputi pantai sebelah timur yang merupakan


bagian hilir (down steem dari sungai-sungai besar yaitu Tulang
Bawang, dan Mesuji) dimanfaatkan untuk pelabuhan.

Daerah Kabupaten Tulang Bawang beriklim Tropis, dengan musim hujan


dan musim kemarau berganti sepanjang tahun. Temperatur rata-rata 31° C.
Curah hujan rata-rata 2.000 - 2.500 mm/tahun. Iklim Tropis Humod dengan

9
angin laut lembab bertiup dari Samudera Indonesia dan Laut Jawa, dari arah
Barat dan Barat Laut terjadi pada bulan November - Maret. Selama bulan Juli
- Agustus, angin bertiup dari Timur dan Tenggara. Kecepatan angin rata-rata
5,83 km/jam. Secara garis besar Tanah di Tulang Bawang dibagi 6, antara
lain Aluvial, Regosol, Andosol, Podsolik, Coklat, Latosol, dan Padsolik
Merah Kuning (PMK).

2.4.2 Sejarah Tulang Bawang

Kabupaten Tulang Bawang yang pada awal berdirinya memiliki luas


wilayah 7.770,84 km² atau 22% dari wilayah Lampung, merupakan
kabupaten terbesar di Propinsi Lampung.

Menyadari luas wilayah dan besarnya tantangan pembangunan Kabupaten


Tulang Bawang, maka dengan didukung aspirasi masyarakat, pada tahun
2007, Bupati Tulang Bawang Dr. Abdurachman Sarbini mengambil sebuah
terobosan besar dengan memekarkan wilayah Kabupaten Tulang Bawang
menjadi 3 kabupaten, yaitu kabupaten induk Kabupaten Tulang Bawang, dan
dua kabupaten baru, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Mesuji.

Dalam proses realisasi dua daerah otonomi baru itu pula, catatan
menariknya adalah, sangat langka dan jarang sekali terjadi secara nasional,
adanya upaya keras dan inisiatif dari kabupaten induk seperti yang dilakukan
oleh Kabupaten Tulang Bawang.

Beberapa pertimbangan dilakukannya pemekaran dua daerah otonomi


baru, diantaranya untuk menciptakan percepatan pembangunan daerah,
mengefektifkan pelayanan publik, memperpendek rentang kendali
pemerintahan, sekaligus dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat, baik
di dua kabupaten baru hasil pemekaran, maupun di kabupaten induk.

Sedangkan dalam prosesnya, pemekaran Kabupaten Tulang Bawang Barat


dan Mesuji akhirnya dapat diwujudkan, yaitu dengan disyahkannya UU
Nomor 49 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji dan UU
Nomor 50 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang

10
Barat, tanggal 26 November 2008, yang kemudian diresmikan
pendefinitifannya tanggal 3 april 2009, yang ditandai dengan dilantiknya
kedua Penjabat (Pj) Bupati di dua daerah otonomi baru tersebut oleh Menteri
Dalam Negeri Mardiyanto.

Setelah wilayahnya dimekarkan, kini Kabupaten Tulang Bawang memiliki


luas wilayah 4385.84 km² dengan 15 kecamatan, 4 kelurahan dan 148
kampung. Namun meskipun luas wilayahnya berkurang pasca dimekarkannya
dua daerah otonomi baru, Kabupaten Tulang Bawang masih tetap memiliki
beragam potensi yang menjanjikan guna meningkatkan kemajuannya.

11
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Software ( Perangkat Lunak)


Global Mapper 13
Arc GIS 10.3
Google Earth Pro
Arc Brutile 0.4

3.1.2 Bahan
Peta RBI
Peta Citra
Peta Administrasi

3.2 Cara Pelaksanaan Praktikum

1. Buka terlebih dahulu aplikasi Global Mapper 13, lalu pilih “ Open Your
Own Data Files” dan klik.

12
2. Setelah mengklik open, kita memilih foto yang akan dibuka , lalu pilih
foto “ tuba “ setelah itu klik open.

3. Setelah foto muncul, kita memilih toolbar “ Configuration”, pilih sub


menu “ Projection”, lalu pilih “UTM” - Datum WGS84, klik Ok.

13
4. Setelah itu klik menu “ File “ pilih “ Export Raster/Image Format” lalu
klik.

5. Muncul toolbox Select Export Format pilih “ECW.File”

14
6. Muncul toolbox “Tip” klik Ok.

7. Akan muncul menu box ECW Export Options , ubah Sample Spacing ,
menjadi 30, 1267 (X) , 30,8684 (Y) dan klik Ok.

15
8. Setelah itu tunggu proses Exporting ECW sampai sukses dan jangan di
cancel.

9. Setelah itu. Buka aplikasi Arc Map 10.3 lalu pilih toolbox “Add Data”
pilih edit.ecw dan klik Add.

16
10. Klik toolbar Add Data setelah terbuka, pilih nama file “ Administrasi
Tulang Bawang Lat Long.dwg” kemudian klik Add.

11. Setelah itu muncul toolbox “ Unknown Spatial Reference” kemudian


lanjutkan klik Ok.

17
12. Seperti ini tampilan yang telah di Add Data pada Layers.

13. Kemudian klik Layer pilih “ Administrasi Tulang Bawang Lat long
Polygon” kemudian di expand, klik kanan kemudian Properties, pilih sub
menu Symbology , kemudian pilih Features > “Single Symbol” , kemudian
klik warna symbol.

18
14. Lalu pada toolbox Symbol Selector , pilih Fill Color, kemudian pilih “ No
Colour”. Kemudian klik Ok.

15. Setelah menghilangankan Fill Colour pada Layers “Administrasi Tulang


Bawang Lat Long” pilih yang “Administasi Tulang Bawang Lat Long

19
MultiPatch”, kemudian pilih No Color. Setelah itu akan muncul tampilan
petanya.

16. Seperti inilah peta yang telah di hilangkan Fill Colournya.

17. Lalu pilih toolbar Catalog pada proses diatas.

20
18. Setelah itu pilih folder untuk menyimpan datanya, kemudian klik kanan
pilih “New” kemudian pilih kembali “Shapefile” kemudian klik.

19. Pada toolbox Create New Shapefile, name diubah menjadi “Administrasi”
kemudian Feature Type pilih “Polyline”. Setelah itu pilih Edit.

21
20. Pada Spatial Reference Properties pilih Geographic Coordinate Systems
kemudian, pilih “World” pilih “WGS 1984” kemudian ok. Setelah itu akan
muncul Layers “Administrasi” dan cara kerjanya juga sama dan buat
Layers “Batas Kabupaten”.

22
21. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
1 dan 2 pada segmen ke 1.

Segmen X Y
1 11716393.599 -434587.171
2 11733147.284 -420813.391

Batasnya adalah : Sungai

23
22. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
2 dan 3 pada segmen ke 2.

Segmen X Y
2 11733147.284 -420813.391
3 11756272.721 -451708.101

Batasnya adalah : Sungai

24
23. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
3 dan 4 pada segmen ke 3

Segmen X Y
3 11756272.721 -451708.101
4 11772059.592 -461137.843

Batasnya adalah : Sungai

25
24. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
4 dan 5 pada segmen ke 4

Segmen X Y
4 11772059.592 -461137.843
5 11785279.331 -4821421.06

Batasnya adalah : Laut Jawa

26
25. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
5 dan 6 pada segmen ke 5

Segmen X Y
5 11785279.331 -4821421.06
6 11784663.484 -520279.011

Batasnya adalah : Laut Jawa

27
26. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
6 dan 7 pada segmen ke 6

Segmen X Y
6 11784663.484 -520279.011
7 11727936.7 -504354.403

Batasnya adalah : Sungai

28
27. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
7 dan 8 pada segmen ke 7

Segmen X Y
7 11727936.7 -504354.403
8 11709031.657 -515138.807

Batasnya adalah : Sungai

29
28. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
8 dan 9 pada segmen ke 8

Segmen X Y
8 11709031.657 -515138.807
9 11708332.89 -515449.839

Batasnya adalah : Sungai

30
29. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
9 dan 10 pada segmen ke 9

Segmen X Y
9 11708332.89 -515499.839
10 11703806.746 -520393.77

Batasnya adalah : Sungai

31
30. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
10 dan 11 pada segmen ke 10

Segmen X Y
10 11703806.746 -520393.77
11 11690943.492 -519184.988

Batasnya adalah : Embung / Lebung / Rawa

32
31. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
11 dan 12 pada segmen ke 11

Segmen X Y
11 11690943.492 -519184.988
12 11681888.745 -501710.356

Batasnya adalah : Jalan

33
32. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
12 dan 13 pada segmen ke 12

Segmen X Y
12 11681888.745 -501710.356
13 11688779.598 -495347.532

Batasnya adalah : Jalan

34
33. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
13 dan 14 pada segmen ke 13

Segmen X Y
13 11688779.598 -495347.532
14 11680456.493 -467012.45

Batasnya adalah : Bukit

35
34. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
14 dan 15 pada segmen ke 14

Segmen X Y
14 11680456.493 -467012.45
15 11701200.553 -445850.087

Batasnya adalah : Sungai

36
35. Setelah itu , buatlah titik kartometrik yang terdapat pada titik pertemuan
15 dan 16 pada segmen ke 15

Segmen X Y
15 11701200.553 -445850.087
16 11716280.194 -434523.802

Batasnya adalah : Sungai

37
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Hasil batas tiap-tiap stagemen merupakan hasil dari “Analisa Orthophoto”


yang dimana mengkoreksi setiap pergeseran dan beda tinggi pada hasil citra
yang memiliki hasil resolusi tinggi :

Stagemen 1 : Sungai
Stagemen 2 : Sungai
Stagemen 3 : Sungai
Stagemen 4 : Laut Jawa
Stagemen 5 : Laut Jawa
Stagemen 6 : Sungai ( Tidak tepat / terjadi pergeseran )
Stagemen 7 : Sungai ( Tidak tepat / terjadi pergeseran )
Stagemen 8 : Sungai ( Tidak tepat / terjadi pergeseran )
Stagemen 9 : Sungai ( Tidak tepat / terjadi pergeseran )
Stagemen 10 : Waduk
Stagemen 11 : Jalan
Stagemen 12 : Jalan
Stagemen 13 : Jalan
Stagemen 14 : Sungai
Stagemen 15 : Sungai

38
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Wilayah Tulang Bawang memiliki batas daerah yang dapat di


analisis melalui hasil penarikan Kartometrik dan Survei lapangan, yang
dimana bertujuan untuk mengetahui batas-batas administrasi pada daerah
Kabupaten Tulang Bawang, maka sesuai dengan PERMENDAGRI No 76
Tahun 2012
Batas-batas Wilayah kabupaten Tulang Bawang sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kabupaten Mesuji

 Sebelah selatan : Kabupaten Lampung Tengah

 Sebelah Timur : Laut Jawa

 Sebelah Barat : Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Hasil stagemen yang kita analisa terdapat 15 Stagemen pada


Kabupaten Tulang Bawang.

Masih ada 4 Stagemen tidak tepat / terjadi pergeseran.

5.2 Saran

Penulis menyarankan utuk memakai citra yang beresolusi tinggi dan


mengunduh peta RBI terbaru agar mudah untuk proses pendigitan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Joyosumarto, S., L. Hadiyatno, &H. Batubara. (2013). Akselerasi Penegasan


Batas Daerah di Indonesia dengan Metode Kartometris. Prosiding Forum
Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia 2013.UGM. Yogyakarta.

Republik Indonesia (2004). Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah.

Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang


Desa.

Republik Indonesia (2006). Permendagri Nomor 27 Tahun 2006 tentang


Penetapan dan Penegasan Batas Desa.

Republik Indonesia. (2012). Permendagri Nomor 76 Tahun 2012tentang Pedoman


Penetapan dan Penegasan Batas Daerah.

Republik Indonesia. (2014). Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Wiki Aswaja, (2013, 22 Januari ) Kabupaten Tulang Bawang


http://moslemwiki.com/Kabupaten_Tulang_Bawang#Wilayah_Kabupaten
_Tulang_Bawang di akses pada 27 Oktober 2017

40

Anda mungkin juga menyukai