Anda di halaman 1dari 9

STEP 3

1. Apa yang kemungkinan terjadi pada Tuan X?


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja
merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal tersebut
terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah
gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah
karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan ( Adzim, 2013).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan PAK adalah:
a. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
b. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,
maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,
gas, larutan, awan atau kabut.
c. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur.
d. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan
cara kerja.
e. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
2. Apa saja fungsi dan tugas dokter perusahaan?
Fungsi Dokter Perusahaan
 Fungsi Perlindungan
a. Memahami dan melaksanakan peraturan perundangan yang berkaitan dengan
keselamatan kerja
b. Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara :
 Mengenal bahaya dan resiko terjadinya KK dan PAK
 Menilai bahaya dan resiko di tempat kerja
 Penatalaksanaan dan pengendalian bahaya di tempat kerja
 Monitoring lingkungan kerja
 Fungsi Pelayanan Kesehatan
a. Mencegah kemungkinan terjadi gangguan kesehatan
b. Mengupayakan peningkatan kemampuan fisik
 Fungsi Administratif
a. Melaksanaan perencanaan dan pelaksanaan
b. Melakukan koordinasi antar unit
c. Melakukan koordinasi antar instansi
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan
e. Mengikuti Perkembangan Kebijakan
f. Membantu Kepentingan Perusahaan
(Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja, 2012)

3. Apa saja potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja?


Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1
menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja
ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian
yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai potensi
untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada :
1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan,
2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin,
3) lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan,
4) kualitas produk barang dan jasa,
5) nama baik perusahaan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-
upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi.
Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai
faktor, antara lain :
1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;
2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir;
3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia
yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima
baik fisik maupun psikik.
Potensi bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dapat
dikelompokkan antara lain sebagai berikut :

a. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai,
getaran, radiasi.
b. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia
yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui :

 inhalation (melalui pernafasan),


 ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan),
 skin contact (melalui kulit).

Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung
dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya
acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
c. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada
tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis A/B,
Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
d. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan
oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi
yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara
kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
e. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan
oleh kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat,
minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan
klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta
hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
f. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang sangat
bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis kegiatan yang
dilakukan.

4. Apa saja APD yang dapat digunakan di tempat kerja yang beresiko?
a. Helm Keselamatan
Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk melindungi kepala dari
benturan, pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang atau meluncur
di udara. Helm ini juga bisa melindungi kepala dari radiasi panas, api, percikan bahan
kimia ataupun suhu yang ekstrim. Untuk beberapa pekerjaan dengan risiko yang relatif
lebih rendah bisa menggunakan topi ataupun penutup kepala sebagai pelindung.
b. Sabuk dan tali Keselamatan
Sabuk keselamatan atau safety belt ini berfungsi untuk membatasi gerak pekerja
agar tidak terjatuh atau terlepas dari posisi yang diinginkan. Beberapa pekerjaan
mengharuskan pekerja untuk berada pada posisi yang cukup berbahaya seperti pada
posisi miring, tergantung atau memasuki rongga sempit. Sabuk keselamatan ini terdiri
dari harness, lanyard, safety rope, dan sabuk lainnya yang digunakan bersamaan
dengan beberapa alat lainnya seperti karabiner, rope clamp, decender, dan lain-lain.
c. Sepatu Boot
Sepatu boot ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda
berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia
berbahaya ataupun permukaan licin. Bedanya dengan safety shoes umumnya adalah
perlindungan yang lebih maksimal karena modelnya yang tinggi dan melindungi
hingga ke betis dan tulang kering.
d. Sepatu Pelindung
Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa
benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan
kimia berbahaya ataupun permukaan licin. Berbagai sepatu pelindung ataupun safety
shoes tersedia sesuai dengan kebutuhan. Ada yang antislip, antipanas, anti-bahan
kimia, anti-listrik, dll.
e. Masker
Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ pernafasan dengan cara
menyaring vemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel debu, aerosol, uap, asap,
ataupun gas. Sehingga udara yang dihirup masuk ke dalam tubuh adalah udara yang
bersih dan sehat. Masker ini terdiri dari berbagai jenis, seperti respirator, katrit,
kanister, tangki selam dan regulator, dan alat pembantu pernafasan.
f. Penutup telinga
Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau penutup telinga
(ear muff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan ataupun tekanan.
g. Kacamata Pengaman
Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dari paparan partikel yang melayang di udara ataupun di air, percikan
benda kecil, benda panas, ataupun uap panas. Selain itu kacamata pengaman juga
berfungsi untuk menghalangi pancaran cahaya yang langsung ke mata, benturan serta
pukulan benda keras dan tajam. Jenis kacamata pengaman ini bisa berupa spectacles
atau googgles.
h. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas,
suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan, tergores benda tajam
ataupun infeksi dari zat patogen seperti virus dan bakteri. Sarung tangan ini terbuat dari
material yang beraneka macam, tergantung dari kebutuhan. Ada yang terbuat dari
logam, kulit, kanvas, kain, karet dan sarung tangan yang tahan terhadap bahan kimia.
i. Pelindung Wajah
Pelindung wajah atau face shield ini merupakan alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya, partikel yang melayang
di udara atau air, percikan benda kecil, panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan
benda keras atau tajam, serta pancaran cahaya. Terdiri dari tameng muka atau face
shield, masker selam, atau full face masker.
j. Pelampung
Pelampung ini digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di permukaan
air agar terhindar dari bahaya tenggelam. Pelampung ini terdiri dari life jacket, life vest
atau bouyancy control device untuk mengatur keterapungan.

APD atau Alat Pelindung Diri ini harus diperhatikan kondisinya. Jika APD rusak atau
rusak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus segera dimusnahkan. Beberapa APD
juga memiliki masa pakai, sehingga perawatannya harus lebih diperhatikan dan dicatat
waktu pembelian serta masa pemakaiannya.

Dalam Peraturan Menakertrans ini juga disebutkan bahwa pengadaan APD dilakukan
oleh perusahaan, dan pekerja berhak untuk menyatakan keberatan untuk melakukan
pekerjaan jika alat keselamatan kerja yang disediakan tidak memenuhi ketentuan dan
persyaratan

5. Berapa ambang batas normal pendengaran manusia?


6. Apa yang dimaksud dengan BPJS?
BPJS adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum
yang dibentuk dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan program jaminan social
(UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 1 angka 6 UU)
Fungsi dari BPJS ?
a. BPJS berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. BPJS diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum.
c. BPJS bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk
kepentingan peserta.
d. BPJS berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan jaminan sosial nasional.
e. BPJS bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi atau lembaga
internasional.
f. BPJS berwenang mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja
yang tidak memenuhi kewajibannya.
g. Pengangkatan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi oleh Presiden, setelah
melalui proses seleksi publik. UU BPJS menentukan bahwa,“BPJS Kesehatan
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.” Jaminan kesehatan menurut
UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan.

BPJS Ketenagakerjaan menurut UU BPJS berfungsi menyelenggarakan 4 (empat)


program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan
jaminan kematian.

Tugas dari BPJS

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:

1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;


2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja;
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program jaminan sosial;
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan social kepada
peserta dan masyarakat.

Wewenang dari BPJS


Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas BPJS
berwenang:
1. Menagih pembayaran iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang
dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana,
dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja
dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas
kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program
jaminan sosial. Kewenangan menagih pembayaran iuran dalam arti meminta pembayaran
dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan
melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan
kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.

Anda mungkin juga menyukai