Anda di halaman 1dari 4

Tanaman pala (Myristica fragrant Houtt) adalah tanaman rempah asli kepulauan Maluku

(Purseglove et all., 1995). Selanjutnya tanaman pala terus menyebar dan berkembang di Sulawesi
Utara sampai ke Aceh (Sunanto, 1993).
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna karena setiap
bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri makanan dan minuman. Biji beserta
fulinya juga merupakan bahan ekspor hasil perkebunan yang cukup penting. Indonesia merupakan
negara pengekspor biji pala dan fuli terbesar di pasaran dunia. Sampai saat ini diperkirakan 85%
kebutuhan pala di pasaran dunia berasal dari Indonesia dan sisanya dipenuhi dari negara lainnya
seperti Grenada, India, Srilangka dan Papua Newgini (Bachmid, 2008).
Hasil pala Indonesia mempunyai keunggulan dipasaran dunia karena memiliki aroma yang khas dan
memiliki rendemen minyak yang tinggi. Buah ini dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki
nilai ekonomis dan multiguna. Setiap bagian tanaman, mulai dari daging, biji, hingga tempurung pala
dapat dimanfaatkan untuk industri makanan, minuman maupun kosmetika. Tanaman pala sebagai
salah satu tanaman perkebunan, yang dapat menghasilkan devisa yang cukup besar (Sunanto,
1993).
Tinggi pohon pala dapat mencapai 20 m dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Akibat nilainya
yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditas perdagangan yang
penting sejak masa lampau. Istilah ‘pala’ juga dipakai untuk biji pala yang diperdagangkan
(Rismunandar, 1990).
Tumbuhan ini berumah dua (Dioecious) dimana bunga jantan dan bunga betina terdapat pada
individu/pohon yang berbeda. sehingga dikenal pohon jantan dan pohon betina. Untuk menentukan
populasi tanaman dengan perbandingan jenis kelamin jantan dan betina optimum pada pertanaman
pala harus menunggu sampai tanaman berbunga (± 5 tahun). Dari 100 biji pala yang ditanam rata-
rata terdapat 55 pohon betina, 40 pohon jantan dan 5 pohon yang hermaphrodite.
Daun pala berbentuk elips langsing, buahnya berbentuk lonjong seperti lemon, berwarna kuning,
berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada daging buahnya. Bila masak,
kulit dan daging buah membuka dan biji akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Satu
buah menghasilkan satu biji berwarna coklat.
Di Provinsi Aceh daerah penghasil minyak pala bersentral di Aceh Selatan. Di daerah Tapaktuan ini
terdapat beberapa perusahaan atau industri penyulingan minyak pala dan merupakan salah satu
industri yang tumbuh dan berkembang karena banyaknya buah pala yang terdapat di Kabupaten
Aceh Selatan tersebut. Kualitas tanaman pala asal Aceh dan Maluku menjadi primadona dan
digemari oleh masyarakat internasional. Kedua daerah itu telah dikenal mengembangkan tanaman
pala sejak berabad lalu. Salah satu penyebab Maluku dan Aceh diserang oleh Belanda, karena
kedua daerah ini menyimpan cadangan pala yang melimpah dan rempah-rempah lainnya, seperti
cengkeh dan lain-lainnya.
Di Aceh Selatan, pala jenis myristica fragans paling banyak dibudidayakan. Pala jenis ini memiliki
kualitas ekonomi lebih tinggi dan harga jual lebih mahal di pasaran internasional. Data dari Dinas
Tanaman Pangan dan Holtikultura Aceh Selatan menyebutkan bahwa di tahun 2001 Aceh Selatan
mampu menghasilkan 4.937 ton pala dengan devisa sedikitnya Rp 6,5 milyar.
Dari tahun 1995 sampai 2000 rata-rata terjadi penurunan produksi 320 ton setiap tahun. Pada tahun
2005, produksi pala hanya mencapai 4.321 ton, dan tahun 2011 hanya terjadi sedikit peningkatan
produksi yaitu menjadi 4.650.
Adapun distribusi penghasil pala serta luas lahan yang dimiliki untuk komoditi ini masing-masing
kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut:
Luas Lahan dan Produksi Pala di Aceh 2011.
No Kabupaten/kota Luas/Area (ha) Produksi(Ton)
1. Simeulue 1.389 83
2. Aceh Singkil 64 12
3. Aceh Selatan 14.183 4.650
4. Aceh Tenggara 43 8
5. Aceh Timur 1 -
6. Aceh Barat 64 15
7. Aceh Besar 248 44
8. Pidie 109 10
9. Bireun 150 25
10. Aceh Utara 148 35
11. Aceh Barat daya 4.683 319
12. Nagan Raya 122 35
13. Aceh Jaya 135 18
14. Bener Meriah 12 3
15. Sabang 153 -
16. Pidie Jaya 18 4
Total 21.522 5.261
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh.
Tabel di atas menunjukkan produksi pala tahun 2011 terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Aceh
Selatan, seluas 14.183 Ha, dengan produksi 4.650 ton. Di bawahnya menyusul Kabupaten Aceh
Barat Daya (Abdya) dengan luas lahan 4.683 Ha dengan total produksi 319 ton per tahun.
Mengenal Tanaman Pala
Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah berproduksi
secara menguntungkan. Produksi pada akan terus meningkat dan pada umur 25 tahun mencapai
produksi tertinggi. Pohon pala terus berproduksi sampai umur 60–70 tahun. Buah pala dapat dipetik
(dipanen) setelah cukup masak (tua), yaitu sekitar 6–7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda
buah pala yang sudah masak adalah jika sebagian dari buah tersebut tersebut mulai merekah
(membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli warna merah. Jika buah
yang sudah mulai merekah dibiarkan tetap dipohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah
menjadi sempurna (buah berbelah dua) dan bijinya akan jatuh di tanah.
Pala dipanen biji dan salut bijinya (Arillus), dalam perdagangan salut biji pala dinamakan fuli, atau
dalam bahasa Inggris disebut mace. Sebelum dipasarkan, biji dijemur hingga kering setelah dipisah
dari fulinya. Pengeringan ini memakan waktu enam sampai delapan minggu. Bagian dalam, biji akan
menyusut dalam proses ini dan akan terdengar bila biji digoyangkan. Cangkang biji akan pecah dan
bagian dalam biji dijual sebagai pala.
Biji pala mengandung minyak atsiri 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau
kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar. Minyaknya juga dipakai sebagai campuran
parfum atau sabun.
Manfaat pala tidak hanya dari bijinya saja. Daging buahnya yang berair dan berasa asam yang
selama ini juga telah dimanfaatkan dalam industri rumah tangga sebagai makanan ringan. Begitu
pula dengan selubung biji pala yang berwarna merah, biasanya dijadikan bahan campuran ketika
mengolah minyak pala.
Manfaat dari Tanaman Pala
Selain sebagai rempah-rempah, tanaman pala juga banyak manfaat lainnya seperti kulit, batang,
daun, fuli, biji, daging buah pala.
a. Kulit batang dan daun
Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar,
sedangkan kulit batang dan daun tanaman pala dapat menghasilkan minyak atsiri
b. Fuli
Fuli adalah benda yang menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut
“bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual di dalam negeri. Fuli ini sebaiknya
dijemur pada panas matahari yang tidak terlalu panas selama beberapa jam, kemudian diangin-
anginkan. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai fuli itu kering. Warna fuli yang semula merah
cerah, setelah dikeringkan menjadi merah tua dan akhirnya menjadi jingga. Dengan pengeringan
seperti ini dapat menghasilkan fuli yang kenyal (tidak rapuh) dan berkualitas tinggi sehingga nilai
ekonomisnya pun tinggi pula.
Fuli ini juga bisa menghasilkan minyak atsiri dengan cara menyuling fuli. Minyak atsiri ini warnanya
jernih dan mudah menguap. Minyak fuli juga dapat dipakai sebagai obat rubefacien dan minyak
gosok balsam untuk penghangat kulit.
c. Biji pala
Dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk
angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu dan
obat muntah-muntah. Lemak yang dikeluarkan oleh minyak pala sebagian besar diolah di Eropa dan
diperdagangkan sebagai Volatile oil of nutmeg. Minyak digunakan untuk membuat minyak wangi,
parfum dan sabun di Eropa, isi biji pala juga dibuat serbuk untuk bumbu masakan Barat dan Timur
Tengah.
d. Daging buah
Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi
makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, selai pala, sirup pala, Manmelade daging
buah pala yang masih muda.
Jenis Pala
Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain:
1) Myristica fragrans Houtt
2) Myristica argentea Ware
3) Myristica fattua Houtt
4) Myristica specioga Ware
5) Myristica Sucedona BL
6) Myristica malabarica Lam
Jenis pala yang banyak diusahakan adalah terutama Myristica fragrans, sebab jenis pala ini
mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi daripada jenis lainnya. Disusul jenis Myristica
argentea dan Myristica fattua. Jenis Myristica specioga, Myristica sucedona, dan Myristica
malabarica produksinya rendah sehingga nilai ekonomisnya pun rendah pula.
Pemasaran
Jalur pemasaran pala sangat sederhana. Dimulai dari petani, kemudian ke pedagang pengumpul di
tingkat kecamatan, baru kemudian dibawa ke pedagang besar, biasanya di ibukota kabupaten.
Sebelum dibawa ke Medan dalam bentuk minyak atsiri Pala (nutmeg oil), buah pala masuk ke pabrik
penyulingan pala yang banyak terdapat di ibukota kabupaten seperti Tapaktuan atau Blang Pidie.
Peluang Usaha
Peluang usaha di sektor ini dapat dibagi dalam 3 (tiga) jenis, yaitu pada bidang pembukaan
perkebunan baru, bidang pemrosesan lanjutan dari minyak pala dan bidang pemasaran/trade.
Karena margin yang dinikmati oleh perantara selama ini cukup besar, maka usaha di bidang
pemasarannya menjadi cukup menarik. Namun karena produksi minyak pala yang dihasilkan dari
Aceh masih relatif kecil untuk memenuhi permintaan pasar internasional, maka usaha di bidang ini
juga menjadi sangat terbatas karena sudah adanya pemain lama yang masih aktif. Oleh sebab itu
untuk membuat industri ini lebih menarik, maka pembukaan perkebunan pala yang baru sangat
disarankan untuk memperbesar volume produksi pala di Aceh. Setelah itu baru pemrosesan minyak
pala dan pembuatan produk turunannya baik yang berasal dari bunga, daging buah dan biji pala
dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Aspek Budidaya-budidaya Tanaman Pala. http://ditjenbun.deptan.go.id/ budtanreyar.
Sunanto,Hatta. Budidaya Pala Komoditas Ekspor . Yogyakarta: kanisius.1993.
Rismunandar, 1992. Budidaya dan Tataniaga Pala. Penebar Swadaya, Jakarta.
Bachmid, 2008. Seks Rasio Pala di Blok Kebun Percobaan PT. Banda Permai
Purseglove. 1995. Prospek dan Strategi Pengembangan Pala di Maluku.

Anda mungkin juga menyukai