Tak 3
Tak 3
A. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok Gangguan Sensori Persepsi :Halusinasi
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi jenis halusinasi,isi ,frekuensi,
waktu, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi dan
respon saat menghadapi halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain dan minum obat
secara teratur.
C. LANDASAN TEORI
Gangguan sensori persepsi :Halusinasi
1. Latar belakang
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah
gangguan sensori persepsi: Halusinasi dan merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan
asyik dengan fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan
melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk
mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RS Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan khususnya Ruang Bangau sebagian besar
pasien menderita halusinasi. Oleh karena itu maka kami menganggap
dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan sensori
persepsi dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya namun tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien
yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat
TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok
yang lain.
2. Halusinasi
Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsisensorik
tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjaditanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua systempenginderaan
(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan)
Tanda dan gejala :
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), seseorang yang mengalami halusinasi
biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
d. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
e. Perilaku menyerang teror seperti panik.
f. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
g. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan
agitasi.
Jenis-jenis halusinasi
a. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Perkembangan yang terganggu misalnya rendah control dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, yang menyebabkan mudah frustasi, hilang percaya diri,
dan lebih rentan terhadap strees.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi (
unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
3. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinnya gangguan jiwa, adannya
strees yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia,
seperti bufennol dan dimetytranferase (DMP). Akibat stress
bekepanjangan menyebabkan teraktifasinya, neurotransmitter otak,
misanya terjadi ketidakseimbangan asetyl kolin dan dopamine.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata kea lam khayal.
5. Faktor genetic dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh ortu
skizofreinia cenderung mengalami skizofreinia. hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
saling berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlinsh Heacock, 1993 mencoba mememcahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai
makhluk yang dibangun atas dasar unsur bio, psiko, sosial, spiritual.
Sehingga dapat dilihat dari 5 dimensi:
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alcohol, dan kesulitan tidur dalam
waktu lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi isi halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan.
c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan ego. Awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri melawan impuks yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan akan mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah
dia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan agar interaksi
sosial, control diri, dan haarga diri yang tidak didapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan system control oleh individu
tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman,
dirinya atau orang lain cenderung untuk itu. Aspek penting
dalam melakukan intervensi keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan
pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan
klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan
berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
2. Kriteria Klien
Klien sebagai anggota yang mengikuti terapi aktivitas kelompok ini
adalah :
a. Klien tidak gelisah
b. Klien dengan riwayat skizoprenia dengan disertai gangguan
persepsi sensori; halusinasi
c. Klien tenang dan kooperatif (tidak menganggu berlangsungnya
terapi aktifitas ini bisa dibicarakan dalam tata tertib kelompok)
d. Kondisi fisik dalam keadaan baik
e. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
g. Setting Tempat
Keterangan :
: Leader : Observer
: Co Leader
: Fasilitator
: Klien
Langkah- Langkah
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu mengenal suara-suara yang didengar
2. Leader menjelaskan aturan main
3. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
minta izin kepada leader
4. Lama kegiatan 20 menit
5. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Tahap kerja
1. Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang
isinya, waktu terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan
perasaan klien pada saat halusinasi muncul
2. Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu
terjadinya, situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien
saat terjadi halusinasi. Hasilnya ditulis di whiteboard
3. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
4. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan
perasaan klien dari suara yang biasa didengar
e. Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2. Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan
perasaan jika halusinasi muncul
3. Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol
halusinasi
b. Menyepakati waktu dan tempat
2. Tn. Y √ √ √ √
3. Tn. H √ √ √ √
4. Tn. A √ √ X X
5. Tn. R √ X X √
6. Tn. D √ √ √ √
7. Tn. B √ √ √ √
Keterangan :
Dalam proses Terapi Aktivitas Kelompok peserta dapat kooperatif dengan perawat,
peserta dapat bekerja sama dalam menyesuaikan diri ditempat Terapi Aktivitas
Kelompok. Setiap peserta pada Terapi Aktivitas Kelompok dapat menyebutkan isi,
waktu, situasi dan perasaan saat halusinasi.
Sesi II
a. Tujuan
Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
b. Langkah kegiatan
1. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah
mengikuti sesi I
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam terapeutik
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Orientasi
1) Leader menanyakan perasaan klien saat ini
2) Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang
terjadi: isi, waktu, situasi dan perasaan
3. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik
2) Menjelaskan aturan main
3) Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada leader
4) Lama kegiata 20 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
4. Tahap kerja
1) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan
pada saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya
. Ulangi sampai semua pasien mendapat giliran
2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
3) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi pada saat halusinasi muncul.
4) Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi
yaitu: ”Pergi, pergi jangan ganggu saya, kamu suara
palsu kamu tidak nyata
5) Leader meminta masing-masing klien memperagakan
cara menghardik halusinasi.
6) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien
bertepuk tangan.
7) Setiap klien memperagakan menghardik halusinasi
5. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK
2) Leader memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
b. Tindak Lanjut
1) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara
yang telah dipelajari jika halusinasi muncul
Menyebutkan efektivitas √ √
√ √ √ √ √
cara yang digunakan
Menyebutkan cara
√ √ √ √ √ √ √
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
Memperagakan cara
√ √ √ √ √ √ √
menghardik halusinasi
Keterangan:
Klien yang mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi Sensori Persepsi.
Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi sesuai dengan yang
dipraktekkan oleh perawat, dan menganjurkan klien untuk menggunakannnya jika
halusinasi muncul.
Sesi III
a. Tujuan
Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
untuk mencegah munculnya halusinasi
Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah
halusinasi
b. Langkah kegiatan
1. Persiapan
- Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi
II (dua)
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
- Salam terapeutik
- Klien dan terapis pakai papan nama
b. Orientasi
- Leader menanyakan perasaan klien saat ini
- Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi:
isi, waktu, situasi dan perasaan
- Kontrak
Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap
- Menjelaskan aturan main
- Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada leader
- Lama kegiata 20 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Tahap kerja
- Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan
pada saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya .
Ulangi sampai semua pasien mendapat giliran
- Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
- Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
bercakap-cakap pada saat halusinasi muncul.
- Co-Leader memperagakan cara bercakap-cakap untuk
mengontrol halusinasi
- Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara
bercakap-cakap
- Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien
bertepuk tangan.
- Setiap klien memperagakan cara bercakap-cakap dengan
oranglain untuk mengontrol halusinasi
- Tahap terminasi
d. Evaluasi
- Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
- Tindak Lanjut
- Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang
telah dipelajari jika halusinasi muncul
- Memasukkan kegiatan bercakap-cakap dengan oranglain
ke dalam jadwal kegiatan harian klien
F. PENUTUP
Demikian proposal TAK ini kami buat atas perhatiannya dan dukungannya
serta partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terima kasih.
DOKUMENTASI