LP Sepsis Neonatorium
LP Sepsis Neonatorium
Disusun Oleh:
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Sepsis
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogenik atau toksinnya
didalam darah atau jaringan lainnya. Sepsis adalah SIRS ditambah tempat
infeksi yang diketahui (ditentukan dengan biakan positif terhadap organism
dari tempat tersebut) yang memiliki criteria dua atau lebih yaitu (Nurarif,
2015):
1. Suhu > 380C atau 360C
2. Denyut jantung > 90 x/ menit
3. Respirasi > 20 x/ menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4. Hitung leukosit > 12.000/mm3 atau > 10% sel imatur
B. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat
diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini
(early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat (late-
onset neonatal sepsis). Sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) merupakan
infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari
72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero.
Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita
ibu selama persalinan atau kelahiran bayi. Incidence rate sepsis neonatorum
awitan dini adalah 3.5 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan 15-50% pasien
tersebut meninggal. Sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL) terjadi
disebabkan kuman yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi setelah 72
jam kelahiran. Proses infeksi semacam ini disebut juga infeksi dengan
transmisi horizontal dan termasuk didalamnya infeksi karena kuman
nasokomial (Aminullah, 2010).
C. Etiologi
Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis
nosokomial. Sepsis primer biasanya disebabkan: Streptokokus Grup B
(GBS), kuman usus Gram negatif, terutama Escherisia coli, Listeria
monocytogenes, Stafilokokus, Streptokokus lainnya (termasuk
Enterokokus), kuman anaerob, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan
penyebab sepsis nosokomial adalah Stafilokokus (terutama Staphylococcus
epidermidis), kuman Gram negatif (Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, dan
Proteus), dan jamur (Pusponegoro, 2012).
D. Faktor Risiko
Faktor Risiko untuk Terjadinya Sepsis Neonatal ialah (Pusponegoro, 2012):
1. Prematuritas dan berat lahir rendah, disebabkan fungsi dan anatomi
kulit yang masih imatur, dan lemahnya sistem imun,
2. Ketuban pecah dini (>18 jam),
3. Ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi, misalnya
khorioamnionitis, infeksi saluran kencing, kolonisasi vagina oleh GBS,
kolonisasi perineal dengan E. coli,
4. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau,
5. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir,
6. Kehamilan kembar,
7. Prosedur invasif,
8. Tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus, pipa endotrakheal,
9. Bayi dengan galaktosemi,
10. Terapi zat besi,
11. Perawatan di NICU (neonatal intensive care unit) yang terlalu lama,
12. Pemberian nutrisi parenteral,
13. Pemakaian antibiotik sebelumnya, dan
14. Lain-lain misalnya bayi laki-laki terpapar 4x lebih sering dari
perempuan
Lemahnya pertahanan tubuh pada bayi kurang bulan atau pada bayi cukup
bulan risiko tinggi disebabkan oleh (Pusponegoro, 2012):
E. Manifestasi klinik
Diagnosis dini sepsis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan terapi
diberikan tanpa menunggu hasil kultur. Tanda dan gejala sepsis neonatal
tidak spesifik dengan diagnosis banding yang sangat luas, termasuk
gangguan napas, penyakit metabolik, penyakit hematologik, penyakit
susunan syaraf pusat, penyakit jantung, dan proses penyakit infeksi lainnya
(misalnya infeksi TORCH = toksoplasma, rubela, sitomegalo virus, herpes).
Bayi yang diduga menderita sepsis bila terdapat gejala:
1. Letargi, iritabel,
2. Tampak sakit,
3. Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat,
kulit bintik-bintik tidak rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik,
4. Suhu tidak stabil demam atau hipotermi,
5. Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis
metabolik,
6. Gejala gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan (merintih,
napas cuping hidung, retraksi, takipnu), apnu dalam 24 jam pertama
atau tiba-tiba, takikardi, atau hipotensi (biasanya timbul lambat),
7. Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare,
kembung dengan atau tanpa adanya bowel loop (Pusponegoro, 2012).
F. Patofisiologi
Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus pada
neonatus (bayi).Kemudian menyebabkan terjadinya infeksi yang
menimbulkan sepsis. Faktor infeksi yang mempengaruhi sepsis, antara lain
faktor maternal yaitu adanya status sosial-ekonomi ibu,ras, dan latar
belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan
alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi
rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur
ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun. Kurangnya perawatan
prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur selama persalinan. Faktor
Neonatal, pada bayi dengan prematurius ( berat badan bayikurang dari 1500
gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya
imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup
bulan.Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh
terakhir ketiga.Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun sehingga menyebabkan hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas
kulit juga melemahkan pertahanan kulit. Kemudian adanya defisiensi imun.
Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza IgG dan IgA tidak melewati
plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Faktor
Lingkungan, pada bayi mudah terjadi defisiensi imun yaitu cenderung
mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan
waktu perawatan dirumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena atau
arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk
bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi jugamungkin terinfeksi
akibat alat yang terkontaminasi. Paparan terhadap obat-obat tertentu,seperti
steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi
spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-
kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme
yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak
tangan. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya
didominasi oleh E.colli (Pusponegoro, 2012).
G. Pathways
Kuman dan virus dari ibu Kuman di vagina dan serviks Infeksi
nosokomial dari
luar rahim
Melewati plasenta dan Naik mencapai kiroin dan
umbilikus amnion Melalui alat-alat
pengisap lender,
Masuk kedalam tubuh bayi Amnionitis dan korionitis selang endotrakeal,
infuse, selang
Melalui sirkulasi darah Kuman melalui umbilicus nasogastrik, botol
janin masuk ketubuh janin minuman atau dot
Sepsis
(Nurarif, 2015)
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh darah
air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan fungsi lumbal.
2. Bila sindroma klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi
sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi
lumbal, analisis dan kultur urin :
3. Leukositosis (>34.000×109/L)
4. Leukopenia (< 4.000x 109/L)
5. Netrofil muda 10%
6. Perbandingan netrofil immature (stab) dibanding total (stb+segmen)
atau I/T ratio > 0,2
7. Trombositopenia (< 100.000 x 109/L)
8. CRP >10mg /dl atau 2 SD dari normal (Pusponegoro, 2012).
I. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk
memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan
perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit meliputi sebagai
berikut:
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi
tetap normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh
harus dipantau secara teratur.
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami
perfusi yang jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5
sampai 10 menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama
30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk.
Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis
neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat
memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres
pernapasan atausianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas
tidak memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah
gangguan perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau
memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan
infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut
fisik, aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi
bayi dan perawatan ahli (Pusponegoro, 2012).
2. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
10eflex10a10c tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan
pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor
pemberian 10eflex10a10c hendaknya memenuhi 10eflex10a efektif
berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh,
dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah
ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin
atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Aminullah, 2010).
PEMBAHASAN
A. DATA BAYI
C. Keluhan Utama :
Sesak nafas
By. Y lahir di RS panti waluyo pada tanggal 21 Agustus 2017 jam 17.00
melalui operasi sectio caesaria atas indikasi pre eklamsia berat dengan usia
kehamilan janin yaitu 28 minggu. Berat badan bayi saat lahir 950 gram, selama 2
hari dirawat di RS Panti Waluyo klien tampak sesak nafas dan dari pemeriksaan
laboratorium (21-08-2017) di RS Panti Waluyo didapatkan leukosit tinggi yaitu
26,7 /mm3 (rujukan 5 - 19,5 /mm3), kemudian pada tanggal 23 Agustus 2017 jam
15,00 dari RS Panti Waluyo klien dirujuk ke RSUD Dr Moewardi untuk
mendapatkan perawatan dengan alat yang memadai.
E. RIWAYAT BAYI
Apgar skor 1” 4 5” 5 10” 6
Usia Gestasi 28 minggu
Berat badan/PB Lahir 950 gram/35 cm
F. RIWAYAT IBU
Usia Ibu 43 tahun
Gravida/Partus/Abortus G3 P3 A0
Jenis persalinan Sectio caesaria atas indikasi pre eklamsia berat
(PEB)
Komplikasi kehamilan Prematur
2 Tanda Vital
Suhu aksila / Denyut HR :158x/menit
jantung / Pernafasan / RR :52x/menit
Tekanan darah Suhu :36,8°C
Saturasi Oksigen SaPO2 :99%
Skala nyeri Skala nyeri : 2
3 Antropometri
Berat badan / Panjang Panjang Badan : 38 cm
badan Berat Badan : 1900 gram
IMT : 13,19 (kurus)
Lingkar Kepala / LK : 29 cm
Lingkar Dada LD : 24 cm
LILA : 5 cm
4 Alat Monitoring Klien terpasang alat bantu pernapasan SIPAP
Model NCPAP di O2 40 % PEEP 5, oro
gastric tube, infuse pump dan syringe pump
5 Kulit
Warna Warna kulit ikterik
Sianosis Lanugo ( √ )
Tanda Lahir : Tidak ada
Turgor kulit : Elastis
Edema : pada genetalia
Suhu 36,8°
Kelembaban : Lembap
Diaforesis (+)
Lesi/Benjolan :Tidak ada
Kapilary Refill : < 2detik
6 Rambut dan Kuku
a. Rambut Warna : hitam Distribusi : Merata
Kebersihan : bersih Kualitas : kuat
b. Kulit Kepala Lesi ( tidak ada), berminyak (tidak)
c. Kuku Sianosis
7 Kepala
Inspeksi Posisi kepala : Simetris
Kesimetrisan wajah (+)
Palpasi Fontanel anterior : belum menutup
Fontanel Posterior : belum menutup
Sutura : belum menutup
Pembesaran nodus limfe oksipital ( - ),
postaurikuler ( - ), preaurikuler ( - ),
submental ( - ) dan submandibular (- )
8 Leher
Inspeksi Bentuk : Simetris , Lipatan berlebih ( tidak
ada )
Palpasi ROM ( kurang aktif), Kaku kuduk ( tidak ada )
Pembengkakan nodus limfe servikal ( - ),
klavikular ( - )
Tiroid (tidak ada pembesaran)
9 Mata Eksternal Simetris ( +), tidak terdapat kotoran
Distribusi merata :bulu mata (+), alis (- ).
Warna Sklera: putih Iris: hitam, kornea :
hitam Konjungtiva : Anemis
Penglihatan Reflek berkedip (+)
18 Genitalia
Laki-laki Pubis Distribusi rambut : tidak ada
Penis Ukuran : 2 cm warna: kemerahan
Meatus Tampak luka
Skrotum Simetris ( - ) Warna: merah kehitaman,
bengkak, iritasi
Testis Integritas kulit : Lembab
Lunak ( + ), Simetris ( - )
19 Anus & Rektum
Kemerahan (+), Hemoroid (-), Prolap (-)
Keutuhan kulit : tidak, tampak luka dan iritasi,
warma merah kehitaman Mekonium ( + )
Refleks anus : positif
20 Muskuloskeletal Klavikula : Keras
Bahu simetris (+)
Tulang belakang Postur : tegap . Bentuk: lurus
Punggung simetris (+), Bahu simetris (+ )
Berkas rambut ( -), Perubahan warna
punggung : tidak ada
21 Ekstremitas
Ekstremitas Atas Lengan lurus ( +), Simetris ( +)
Jumlah jari 5 pada masing-masing ekstremitas
dan jumlah 20
Lipatan telapak tangan : merah muda
ROM : kurang aktif
Kekuatan Otot 4/4
Ekstremitas Bawah Dislokasi panggul (-), Tungkai simetris (+)
Lutut simetris (+), Tungkai Lurus (+)
ROM kurang aktif, Kekuatan otot sedang
22 Neurologis Kesiapsiagaan ( + ), Sensori (+)
Rooting (+) Sucking (+)
Asimetris leher (+) Palmar grasping (+)
Plantar grasping (+) Babinski (+)
Melangkah (-) Moro (+)
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal No.
No Evaluasi Ttd
/Jam Dx
1 9 1 S:- Ratri
Oktober O:
2017 Klien sesak
21.00 Terdapat retraksi dinding dada
Irama napas cepat
Frekuensi pernapasan 56 x/menit
Nadi 147x/menit
SB 36,5oC
Terpasang alat bantu pernapasan SIPAP Model
NCPAP di O2 40 % PEEP 5
Posisi tidur dengan tinggi kepala 15o
Bunyi napas ronchi
SiO2 99%
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi pola pernapasan klien
2. Observasi kecepatan, irama dan kedalaman
pernapasan
3. Obsevasi aliran oksigen dan saturasi oksigen klien
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan
2 S:-
O:
Terpasang OGT dialirkan
Terpasang Infus D1/4 Ns 122 ml + D40% 51 ml
+KCl 4 ml+ Ca 10ml + soluvit 2 ml (8,6 ml/jam)
Bibir kering
Kulit ikterik
Konjungtiva anemis
Membran mukosa pucat
Lidah berwarna pink
BB 1900 gram saat pengkajian
Hb :7,6 g/dl (Low)
Albumin : 2,8 g/dl (Low)
GDS : 41 mg/dl (Low)
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi mukosa bibir dan turgor kulit
2. Observasi adanya warna pucat, kemerahan dan
jaringan konjungtiva yang kering
3. Observasi tonus otot
4. Timbang BB per hari
5. Pertahankan intake nutrisi dan cairan
3 S:-
O:
KU lemah
Genetalia klien sampai pantat berwarna merah
kehitaman
Scrotum bengkak
Klien dalam inkubator
Suhu badan 36,5o C
Hasil laboratorium hitung jenis:
Eosinofil: 1.00 %
Basofil: 0.00 %
Netrofil: 76.00 %
Limfosit: 8.00 %
Monosit: 5.00 %
Leukosit: 50.5 ribu/ul (High)
GOT : 69 u/l (High)
Gamma GT : 174 u/l (High)
Bilirubin total : 21.50 mg/dl (High)
Bilirubin direk: 20.30 mg/dl (High)
Bilirubin indirek: 1.20 mg/dl (High)
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi adanya tanda dan gejala infeksi
2. Monitor hasil laboratorium
3. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
4. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan
5. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
6. Tingkatkan intake nutrisi yang cukup
4
S:-
O:
KU lemah
Tampak kulit merah kehitaman pada bagian scrotum
ke pantat
Pantat klien tampak masih lecet
Luka di scrotum tampak basah
Kulit tampak lembab
A : Masalah kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
3. Oleskan lotion atau minyak / baby oil pada daerah
yang tertekan
4. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
2 10 1 S:- Ratri
Oktober O:
2017 Klien sesak
21.00 Terdapat retraksi dinding dada
Irama napas cepat
Frekuensi pernapasan 56 x/menit
Nadi 141x/menit
SB 36,5oC
Terpasang alat bantu pernapasan SIPAP Model
NCPAP di O2 40 % PEEP 5
Posisi tidur dengan tinggi kepala 15o
Bunyi napas ronchi
SiO2 99%
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi pola pernapasan klien
2. Observasi kecepatan, irama dan kedalaman
pernapasan
3. Obsevasi aliran oksigen dan saturasi oksigen klien
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan
2 S:-
O:
Terpasang OGT
Terpasang Infus D1/4 Ns 116 ml + D40% 24 ml
+KCl 4 ml+ Ca 10ml + soluvit 2 ml (14,4 ml/jam)
Bibir lembab
Kulit tampak ikterik
Konjungtiva anemis
Membran mukosa tampak pucat
Lidah berwarna pink
BB 1900 gram saat pengkajian
Hb :7,6 g/dl (Low)
Albumin : 2,8 g/dl (Low)
GDS : 41 mg/dl (Low)
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi mukosa bibir dan turgor kulit
2. Observasi adanya warna pucat, kemerahan dan
jaringan konjungtiva yang kering
3. Observasi tonus otot
4. Timbang BB per hari
5. Pertahankan intake nutrisi dan cairan
3 S:-
O:
KU lemah
Genetalia klien sampai pantat berwarna merah
kehitaman, luka mulai mengering
Scrotum bengkak
Klien dalam inkubator
Suhu badan 36,5o C
Hasil laboratorium hitung jenis:
Eosinofil: 1.00 %
Basofil: 0.00 %
Netrofil: 76.00 %
Limfosit: 8.00 %
Monosit: 5.00 %
Leukosit: 50.5 ribu/ul (High)
GOT : 69 u/l (High)
Gamma GT : 174 u/l (High)
Bilirubin total : 21.50 mg/dl (High)
Bilirubin direk: 20.30 mg/dl (High)
Bilirubin indirek: 1.20 mg/dl (High)
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi adanya tanda dan gejala infeksi
2. Monitor hasil laboratorium
3. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
4. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan
5. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
6. Tingkatkan intake nutrisi yang cukup
4 S:-
O:
KU lemah
Tampak kulit merah kehitaman pada bagian scrotum
ke pantat
Pantat klien tampak lecet
Luka di scrotum tampak mulai mengering
Kulit tampak lembab
A : Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
3. Oleskan lotion atau minyak / baby oil pada daerah
yang tertekan
4. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
3 12 1 S:- Ratri
Oktober O:
2017 Klien sesak
06.30 Terdapat retraksi dinding dada
Irama napas sedang
Frekuensi pernapasan 48 x/menit
Nadi 146x/menit
SB 37,0oC
Terpasang alat bantu pernapasan SIPAP Model
NCPAP di O2 40 % PEEP 5
Posisi tidur dengan tinggi kepala 15o
Bunyi napas ronchi
SiO2 98%
A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi pola pernapasan klien
2. Observasi kecepatan, irama dan kedalaman
pernapasan
3. Obsevasi aliran oksigen dan saturasi oksigen klien
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan
2
S:-
O:
Terpasang OGT dialirkan
Terpasang Infus D1/4 Ns 122 ml + D40% 51 ml
+KCl 4 ml+ Ca 10ml + soluvit 2 ml (16,9 ml/jam)
Bibir lembab
Konjungtiva anemis
Turgor kulit baik
Membran mukosa tampak pucat
Lidah berwarna pink
BB 1900 gram saat pengkajian
Hb : 8,8 g/dl (Low)
Albumin : 3.0 g/dl (Low)
GDS : 89 mg/dl (High)
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi mukosa bibir dan turgor kulit
2. Observasi adanya warna pucat, kemerahan dan
jaringan konjungtiva yang kering
3. Observasi tonus otot
4. Timbang BB per hari
5. Pertahankan intake nutrisi dan cairan
3
S:-
O:
KU lemah
Genetalia klien sampai pantat berwarna kemerahan
mulai berkurang, luka kering
Scrotum bengkak
Klien dalam inkubator
Suhu badan 37o C
Hasil laboratorium hitung jenis:
Eosinofil: 3.50 %
Basofil: 0.60 %
Netrofil: 61.10 %
Limfosit: 20.10 %
Monosit: 8.20 %
Leukosit: 9.0 ribu/ul (Normal)
GOT : 107 u/l (High)
Gamma GT : 144 u/l (High)
Bilirubin total : 20.60 mg/dl (High)
Bilirubin direk: 19.00 mg/dl (High)
Bilirubin indirek: 1.60 mg/dl (High)
A : Masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Observasi adanya tanda dan gejala infeksi
2. Monitor hasil laboratorium
3. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
4. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan
5. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
6. Tingkatkan intake nutrisi yang cukup
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
4 antibiotik
S:-
O:
KU lemah
Tampak kulit kemerahan pada bagian scrotum ke
pantat
Pantat klien tampak iritasi
Luka di scrotum tampak kering
Kulit lembab
A : Masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
1. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
3. Oleskan lotion atau minyak / baby oil pada daerah
yang tertekan
4. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
PEMBAHASAN