KOROSI
LABORATORIUM UNIT PROSES
.
.
DISUSUN.OLEH
NOPITASARI 03031381720006
ANGGI NADIA UTARI 03031181520015
HERWAN KRISYANTO 03031281520088
MASAYU RIA ANGGREINI 03031181520091
EKI SAPUTRA 03031181520101
.....
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa saja hal-hal yang dapat mempengaruhi laju korosi?
2) Apa perbedaan hasil antara logam yang mendapatkan perlakuan yang
berbeda?
3) Apa pengaruh hasil akhir logam yang diuji coba pada praktikum ini?
4) Apa pengaruh asam serta potensial elektroda terhadap suatu logam?
1
2
1.3. Tujuan
1) Mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi laju korosi.
2) Mengetahui perbedaan hasil antara logam yang mendapatkan perlakuan
yang berbeda.
3) Mengetahui pengaruh hasil akhir logam yang diuji coba pada praktikum ini.
4) Mengetahui pengaruh asam serta potensial elektroda terhadap suatu logam.
1.4. Hipotesa
1) Laju korosi dipengaruhi oleh jenis logam, luas permukaan logam, dan waktu
logam berada pada lingkungan yang korosif.
2) Logam yang diamplas dan digores akan lebih cepat terkorosi dibandingkan
dengan logam yang tidak diberikan perlakuan.
3) Logam yang belum terkorosi akan memiliki berat yang lebih besar
dibandingkan dengan logam yang telah terkorosi.
4) Logam yang memiliki potensial elektroda besar lebih mudah terkorosi.
1.6. Manfaat
1) Dapat mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi laju korosi.
2) Dapat mengetahui perbedaan hasil antara logam yang mendapatkan
perlakuan yang berbeda.
3) Dapat mengetahui pengaruh hasil akhir logam yang diuji coba pada
praktikum ini.
4) Dapat mengetahui pengaruh asam serta potensial elektroda terhadap suatu
logam.
BAB II
TINJAUAN.PUSTAKA
3
4
1) Logam anoda
2) Logam Katoda
3) Hubugan Listrik
4) Elektrolit
Logam anoda merupakan logam yang relatif lebih negatif dari logam mana
ia berhubungan. Logam katoda merupakan logam yang relatif lebih positif dari
logam mana ia berhubungan. Hubungan listrik sebagai media yang menghasilkan
arus listrik yang berlangsung antara anoda dan katoda, umumnya hubungan listrik
ini berupa sambungan logam. Elektrolit sebagai media dimana logam anodik dan
katodik berada. Elektrolit dalam korosi dapat berupa air, tanah, dan udara basah.
1
2 3
4
Keterangan :
1 = Hubungan listrik
2 = Logam Anoda
3 = Logam Katoda
4 = Elektrolit.
didefinisikan bila dalam lingkungan tidak ada fase cair dan sering dikaitkan dengan
temperatur yang tinggi, contohnya korosi baja oleh gas-gas dari furnace. Klasifikasi
korosi berdasarkan lokasi terjadinya korosi, yaitu korosi permukaan menyeluruh
(uniform atau general corrosion) dan korosi permukaan yang terlokalisir atau
setempat (localized corrosion). Menurut Wahyudi (2015), jenis korosi yang pada
umumnya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Korosi merata (uniform corrosion), merupakan korosi yang menyerang
logam secara merata pada semua bagian permukaan logam yang ada, sehingga akan
diperoleh laju korosi yang cenderung sama di semua bagian. Korosi celah (crevice
corrosion), merupakan korosi yang terjadi pada daerah celahan, yaitu daerah yang
biasanya terdapat pada antara dua permukaan yang dilapiskan.
Korosi erosi (erosion atau abrasion corrosion), merupakan korosi yang
disebabkan oleh adanya gerakan relatif antara fluida dengan permukaan logam. Ada
dua teori mengenai korosi ini, yaitu wear-oxidation, korosi yang didahului keausan
lalu oksidasi, dan oxidation-wear. Korosi sumuran (pitting corrosion), merupakan
korosi yang menyerang logam secara lokal, yang biasanya terjadi pada daerah
anodik logam yang berlangusng secara terus-menerus (Kohar, 2013).
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), merupakan korosi yang
terjadi akibat interaksi antara tiga hal pokok, yaitu adanya tegangan, adanya
lingkungan yang korosif, dan adanya logam yang rawan terhadap korosi lokal pada
lingkungan yang dimaksud. Korosi batas butir (intergranular corrosion),
merupakan korosi yang menyerang batas butir, terjadi pada baja tahan karat yang
mengalami pemanasan pada suhu kurang lebih setengah dari temperatur cair.
Korosi selektif (selective corrosion), merupakan korosi yang menyerang
satu unsur logam dari sebuah logam paduan. Korosi galvanik, merupakan korosi
yang menyerang dua logam yang berbeda jenis yang saling berhubungan.
Perbedaan jenis logam menyebabkan perbedaan potensial antarmuka kedua logam.
Penggetasan.hidrogen (hydrogen embrittlement), merupakan perubahan sifat
mekanik logam akibat disusupi hidrogen.. Beberapa jenis korosi lain yang biasa
dijumpai adalah differential aeration corrosion, freeting corrosion, filiform
corrosion, corrosion fatique, microbial corrosion, dan dew point corrosion.
6
dampak yang ditimbulkan dari adanya korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap
tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian korosi secara baik di bidang
industri. Berdasarkan kerugian yang ditimbulkan oleh korosi (corrosion cost) dapat
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kerugian langsung (direct) dan kerugian tidak
langsung (indirect) (Sumarji, 2012).
Kerugian langsung (direct cost), kerugian langsung akibat korosi ini adalah
biaya yang dikeluarkan untuk penggantian peralatan yang rusak karena korosi,
sehingga tidak dapat digunakan lagi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa
kerugian akibat korosi diberbagai negara adalah kira-kira 5% dari GNP. Kerugian
tidak langsung (indirect cost), kerugian tidak langsung adalah biaya yang timbul
karena adanya gangguan operasi yang disebabkannya, kerugian yang ditimbulkan
biasanya berdampak besar pada pabrik, antara lain sebagai berikut:
1) Terhentinya operasi pabrik.
2) Kontaminasi produk.
3) Ancaman terhadap keselamatan.
4) Biaya perawatan ekstra.
5) Biaya operasional ekstra.
12
13
8) Catat waktu pencelupan jenis logam, jenis larutan, dan fenomena yang
terjadi pada logam, (3 x 24 jam).
9) Angkat benda uji dari cawan setelah waktu yang ditentukan (3 hari).
10) Bersihkan logam dari produk korosi (oksida) dengan cara diamplas dan
dicuci dengan aquadest, kemudian keringkan.
11) Timbang lagi berate benda uji setelah dibersihkan.
14
Pengambilan Mula
Bahan Baku i
Celupkan kedalam
HCl dan keringkan
Logam
Timbang berat awal
pembanding
Rangkai Selesai
Logam
Timbang
kembali
Celupkan kedalam larutan (HCl 1
N, H2SO4 1 N, NaOH 1 N) dan
catat waktunya
Angkat
Logam
15
16
Gambar 4.1. Grafik Laju Korosi Berbagai Jenis Paku Terhadap Larutan Aquadest
0.00006
0.00004
0.00002
0.00000228 0.0000012
0
Paku Besi Paku Besi + Seng Paku Besi + Baterai
Gambar 4.2. Grafik Laju Korosi Berbagai Jenis Paku Terhadap Larutan NaOH
0.0004
0.0002
0
Paku Besi Paku Besi + Seng Paku Besi + Baterai
Gambar 4.3. Grafik Laju Korosi Berbagai Jenis Paku Terhadap Larutan HCl
Gambar 4.4. Grafik Laju Korosi Paku Terhadap Berbagai Jenis Larutan
0.0004
0.0002
0.0000012 0.000000333
0
HCl 1N NaOH 1N Aquadest
Gambar 4.5. Grafik Laju Korosi Paku dan Seng Terhadap Berbagai Jenis Larutan
19
Gambar 4.6. Grafik Laju Korosi Paku dan Baterai Terhadap Berbagai Jenis Larutan
20
4.2. Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penguuran laju korosi pada praktikum ini
adalah wight loss, dimana hasil pengamatan yang dilakukan pada material jenis
paku dalam larutan HCl setelah 50 jam menunjukan bahwa korosi yang terjadi
merupakan korosi merata, dimana prosuk yang terbentuk berwarna hitam dan
sebagian terlepas sehingga larutan menjadi keruh. Paku yang dicelupkan pada HCl
setelah 50 jam menjadi rapuh dan patah, teksturnya pun menjadi keropos.
Penyusutan massa pun sangat signifikan yaitu sebesar 1,1575 gram, sedangkan
pada larutan NaOH tidak terjadi perubahan secara visual, namun setelah dilakukan
penimbangan terjadi penyusutan massa sebesar 0,0047 gram. Hasil pengamatan
pada paku di dalam aquadest menunjukan bahwa korosi hanya terjadi pada bagian
ujung paku dan kepala paku. Produk korosi yang terbentuk berwarna merah bata,
dan menyebabkan aquadest berubah menjadi keruh akibat oksidan yang terlepas.
Sama halnya seperti yang terjadi pada rangkaian logam lain (paku dengan
seng dan paku dengan baterai). Logam yang berada padal larutan asam (HCl) akan
sangat cepat terkorosi. Paku dan seng yang dirangkai dan dimasukkan ke dalam
larutan HCl 1N dimaksudkan untuk melindungi paku yang bertindak sebagai
katodik, namun kedua logam tersebut sama-sama mengalami korosi, menghasilkan
produk korosi berwarna hitam, menyebabkan paku patah, dan mengalami
penyusutan massa sebesar 1,4394. Hal ini mungkin saja terjadi karena seng yang
sudah terkorosi sepenuhnya, sehingga tidak dapat menjadi anoda tumbal lagi.
Perubahan struktur dan penyusutan massa juga terjadi pada logam-logam
yang dimasukkan kedalam berbagai jenis larutan selama 50 jam, seperti paku dan
seng dalam larutan NaOH mengalami penyusutan sebanyak 0,0026 gram dan dalam
aquadest sebesar 0,0007 gram. Rangkaian paku dan baterai juga mengalami
penurunan massa yaitu pada larutan HCl 1N sebesar 1,0815 gram, pada larutan
NaOH 1N sebesar 0,1495 gram, dan pada aquadest sebesar 0,0055 gram.
Perbedaan penurunan massa, perubahan struktur, dan perbedaan fenomena
disebabkan karena perbedaan elektrolit dan rangkaian yang digunakan. Suasana
asam menyebabkan proses transfer electron berlangsung cepat, karena adanya
bantuan dari ion H+ yang ada pada larutan asam, sedangkan rangkaian logam yang
21
5.1. Kesimpulan
1) Faktor yang mempengaruhi laju korosi adalah pH, luas permukaan, dan
waktu.
2) Rangkaian paku dan baterai mengalami korosi paling cepat, sedangkan
rangkaian paku dan seng mengalami korosi paling lambat.
3) Penurunan massa logam menggambarkan adanya produk korosi yang tejadi.
4) pH netral mengalami laju korosi paling lambat, semakin asam pH atau basa
larutan, maka laju korosi semakin besar.
5) Semakin besar potensial elektrodanya maka semakin cepat laju korosinya.
6) Semakin besar luas permukaan, semakin banyak yang terkorosi, namun
semakin kecil laju korosinya.
5.2 Saran
1) Ada baiknya perlatan yang akan digunakan untuk praktikum dalam keadaan
yang steril sehingga untuk meminimalisasikan kesalahan yang terjadi.
2) Sebaiknya lakukan pengamplasan dengan baik, agar seluruh lapisannya
hilang dan proses korosi berjalan baik.
3) Pembersihan produk korosi sebaiknya dilakukan secara perlahan dan
pastikan benar-benar bersih sebelum ditimbang berat akhirnya.
22
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
Laju korosi dapat dihitung dengan berbagai metode, salah satu metode yang
umum digunakan adalah weight loss test. Metode ini merupakan jenis metode yang
merusak bahan baku, dimana bahan akan kehilangan berat akibat adanya proses
korosi yang terjadi. Perhitungan laju korosi melalu metode weight loss test dapat
diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
WI = W a – W ai
WI
Vcorr =
At
Keterangan:
Vcorr = Laju Korosi (g m-2 jam-1)
WI = Selisih berat (gr)
23
24
WI
Vcorr =
At
1,1575
Vcorr =
(41,7895)m2 ×50 jam
= 0,000554 gr m-2 jam-1
t = 50 jam
WI
Vcorr =
At
1,0815
Vcorr =
(40,2705 × 10-4 )m2 ×50 jam
= 0,000537 gr m-2 jam-1
= 34,0062 × 10-4 m2
Apaku = Abatang + Atopi
= 5,6677 × 10-4 m2 + 34,0062 × 10-4 m2
= 39,6739 × 10-4 m2
t = 50 jam
WI
Vcorr =
At
0,0023
Vcorr =
(39,6739 × 10-4 )m2 ×50 jam
= 1,16 × 10-6 gr m-2 jam-1
Gambar 3. Paku dan Seng pada Berbagai Jenis Larutan Setelah 10 Menit
29
30
Gambar 4. Paku dan Seng pada Berbagai Jenis Larutan Setelah 50 Jam
Gambar 5. Paku dan Baterai pada Berbagai Jenis Larutan Setelah 10 Menit
Gambar 6. Paku dan Baterai pada Berbagai Jenis Larutan Setelah 50 Jam
DAFTAR PUSTAKA
Brown, T. L.. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Kohar, R.. 2013. Laju dan Bentuk Korosi Pada Baja Karbon Menengah yang
Mendapat Perlakuan Pada Suhu Austenit Diuji di Dalam Larutan NaCl 3 N.
Jurnal Desiminasi Teknologi. Vol. 1(1) : 44-49.
Rahman, A. R.. 2016. Analisa Laju Korosi Pada Baja Karbon Rendah yang
Dilapisi Seng dengan Metode Hot Dip Galvanizing. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Teknik Mesin. Vol. 1(2) : 25-29.
Silberberg, M., dkk. 2015. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change
(7th edition). New York: McGraw-Hill Education.
Sulistiyono. 2015. Pengenalan Korosi. (online). http://personal.its.ac.id/files/
material/1537-ssulistijono-mat-eng-pengenalan_korosi. (Diakses pada
tanggal 2 Februari 2018)
Sumarji. 2012. Evaluasi Korosi Baja Karbon Rendah Astm A36 Pada Lingkungan
Atmosferik di Kabupaten Jember. Jurnal Reaktor. Vol. 5(1) : 44-51.
Susetyo, B., dkk. (2013). Analisis Kinerja Pelat Besi Berkarat Oleh Rust Remover
X. Jurnal Spektrum Industri. Vol. 11(2) : 117-242.
Wahyudi. 2015. Handout Teknik Korosi. Bandung: JPTM FPTK UPI.
Yuanda. 2011. Material Teknik. Jakarta: Andi.
Zulfikar. 2010. Pengantar Korosi dan Teknik Pengendaliannya. Bandung: Wahyu
Media.