Anda di halaman 1dari 75

PERBANDINGAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN

BALANCED SCORECARD PADA RUMAH SAKIT SE-EKS


KARESIDENAN SURAKARTA

TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:
RETNO WULANDARI
NIM: S4308003

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERBANDINGAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD PADA RUMAH SAKIT SE-EKS
KARESIDENAN SURAKARTA

Disusun oleh:
RETNO WULANDARI
NIM : S4308003

Telah disetujui Pembimbing


Pada tanggal, Januari 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak. Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak.
NIP. 19680401 199303 2001 NIP. 19611231 198803 1006

Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Dr. Bandi, M.Si., Ak.


NIP. 19641120 199103 1002

ii
PERBANDINGAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD PADA RUMAH SAKIT SE-EKS
KARESIDENAN SURAKARTA

Disusun oleh:
RETNO WULANDARI
NIM: S4308003

Telah disetujui Tim Penguji


Pada tanggal,

Ketua Tim Penguji : Dra. Y Anni Aryani, M.Prof.Acc., Ph.D., Ak. ....................

Sekretaris Tim Penguji : Dr. Bandi, M.Si., Ak. ....................

Anggota : Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak. ....................

Anggota : Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak. BKP. ....................

Mengetahui:
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister Akuntansi

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Dr. Bandi, M.Si., Ak.


NIP. 19570820 198503 1004 NIP. 19641120 199103 1002
PERNYATAAN

Nama : Retno Wulandari

NIM : S4308003

Program Studi : Magister Akuntansi

Kosentrasi : Akuntansi Sektor Publik

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Perbandingan Kinerja

Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Pada Rumah Sakit Se-Eks Karesidenan

Surakarta” adalah betul – betul karya saya sendiri. Hal–hal yang bukan karya

saya, dalam tesis ini diberi tanda citiasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh atas tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2010

Yang menyatakan

Retno Wulandari

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Setiap coretan pena pada karya ini merupakan wujud dari Keesaan dan Hidayah

yang diberikan Allah SWT kepada hambaNya, dan wujud kesetian sebagai

pengikut Nabi Muhammad SAW.

Setiap detingan waktu terwujudnya karya ini merupakan ketulusan doa Ayah dan

Ibunda yang senangtiasa mengukir jiwa dan raga dengan penuh kasih sayang.

Setiap aura semangat yang menyelimuti diriku merupakan jerih payah Suamiku,

Anakku, Kakakku, Adikku, saudaraku, keponakanku, Sahabat dekatku Terima

kasih telah memberi warna kehidupan dan inspirasi yang engkau siratkan padaku

Setiap goresan tinta dalam setiap bab dikarya ini merupakan hasil hempasan dan

saran dari pembimbingku

Dan hasil karya sederhana ini merupakan wujud dari hasil usahaku dan

doaku,untuk menemukan suatu makna kehidupan yang hakiki.

Almamater

v
HALAMAN MOTTO

v Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu, Aku cukupkan atasmu nikmat

Ku, dan Aku rela Islam menjadi agamamu.

(Al-Maidah: 3)

v Manusia tidak akan mencapai pada kebahagiaan kecuali dengan ilmu dan

ibadah, seluruh manusia akan binasa kecuali orang–orang yang berilmu, dan

orang–orang yang berilmu akan binasa kecuali orang–orang yang

melaksanakan ilmunya, dan orang–orang yang melaksanakan ilmunya akan

binasa kecuali orang–orang yang ikhlas di dalam bekerja.

(Imam Ghozali)

v Tidak ada sesuatu yang lebih memperberat timbangan pahala kebaikan (pada

hari kiamat) kecuali budi pekerti (akhlak) yang baik.

(Aa’Gym)

vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillahirabbilaalamin penulis panjatkan kepada Sang

Khalik, atas segala rahmat dan karunia–Nya, sehingga penulis

dapatmenyelesaikan tesis dengan judul “Perbandingan Kinerja Dengan

Pendekatan Balanced Scorecard Pada Rumah Sakit Se-Eks Karesidenan

Surakarta”. Cinta abadi kepada-Nya mampu mengisi relung spiritual penulis

menggapai spirit tuk lahirkan ide-ide yang menurut penulis tak mampu tercapai.

Karya yang jauh dari kata mumpuni apalagi sempurna ini, tak akan pernah

bisa usai tanpa bantuan, jerih payah, pengorbanan dan spririt dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus

kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung hingga selesainya tesis ini. Dengan kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak., selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dan pikiran, memberikan segala kemudahan,masukan,dan arahan serta

bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

2. Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak., selaku pembimbing II yang telah

memberikan waktu dan kesabaran untuk mengarahkan dan memotivasi penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Ibu dosen beserta staf di Program Magister Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan

bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi.

vii
4. Semua karyawan dan paramedis Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, Rumah

Sakit Kustati Surakarta, Rumah Sakit Trihasi Surakarta, Rumah Sakit

Banyudono Boyolali, Rumah Sakit Islam Klaten, Rumah Sakit Assalam

Sragen, Rumah Sakit PKU Surakarta, Rumah Sakit Jati Husada Karanganyar,

Rumah Sakit PKU Karanganyar, Rumah Sakit Slamet Riyadi Surakarta dan

Rumah Sakit Jafar Medica Karanganyar yang telah membantu dalam

penulisan tesis ini

5. Ayah Soeyono, Ibunda Tri Sulaminah (Almarhum), Bapak dan Ibu Sudadi

tercinta, terima kasih atas segala pengertian, kasih sayang, bimbingan, kata –

kata bijak dan doa yangselalu menyertaiku dalam menggapai asaku.

6. Suamiku, Kakakku dan adikku terima kasih atas nasihat, dukungan dan doa

yang selalu menyertaiku.

7. Ir. Ari H Ramelan, M.Sc., Ph.D., Dr.Sunarto, M.sc., dan Kim Budi Winarto,

M.Si. yang telah banyak membantu dalam penulisan tesis ini.

8. Teman-teman kelas A MAKSI Angkatan 2007, suatu kenikmatan kulalui masa

kuliahku dengan kalian.

Penulis menyadari bahwapenulisan tesis ini masih seretak wujud gading

yang sarat dengan ketidaksempurnaan, untuk itu segala saran kritik yang sifatnya

konstruktif akan penulis terima dengan ikhlas.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Retno Wulandari

viii
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAM PENGESAHAN................................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN..................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi

KATA PENGANTAR.......................................................................................vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiv

ABSTRAKSI .................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Perumusan Permasalahan ................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN 10

PENGEMBANGAN HIPOTESIS ....................................................................10

A. Jenis – Jenis Rumah Sakit .....................................................................12

B. Pengertian Kinerja ................................................................................ 12

C. Pengukuran Kinerja Sektor Publik ....................................................... 13

ix
D. Konsep Balanced Scorcard .................................................................. 16

E. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit

Dengan Menggunakan Balanced Scorecard.......................................... 23

F. Penelitian Terdahulu............................................................................. 24

G. Pengembangan Hipotesis ..................................................................... 27

H. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 31

BAB III METODA PENELITIAN................................................................... 33

A. Populasi ............................................................................................... 33

B. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34

D. Pengukuran Variabel ............................................................................ 35

E. Metoda Analisis ................................................................................... 37

BAB IV ANALISIS DATA.............................................................................. 41

A. Sampel................................................................................................... 41

B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................... 42

C. Hasil Uji Normalitas............................................................................. 43

D. Pengujian Hipotesis.............................................................................. 45

E. Pembahasan........................................................................................... 51

BAB V PENUTUP........................................................................................... 54

A. Kesimpulan .......................................................................................... 54

B. Keterbatasan ......................................................................................... 54

C. Saran ..................................................................................................... 55

D. Implikasi .............................................................................................. 55

x
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................56

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Rumah Sakit Se-Eks Karesidenan Surakarta .................. 41

Tabel 2 Hasil Uji Validitas Pelanggan..................................................... 42

Tabel 3 Hasil Uji Realibilitas Pelanggan................................................. 43

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas ................................................................... 44

Tabel 5 Hasil Pengujian Perspektif Pelanggan ........................................ 45

Tabel 6 Statistik Diskriptif Perspektif Pelanggan.................................... 46

Tabel 7 Hasil Pengujian Perspektif

Pelayanan dan Administrasi........................................................ 47

Tabel 8 Statistik Diskriptif Pelayanan dan Administrasi 48

Tabel 9 Statistik Diskriptif Kelompok Proses

Pelayanan dan Administrasi Crosstabulation.............................. 48

Tabel 10 Hasil Pengujian Perspektif

Pertumbuhan dan Pembelajaran.................................................. 49

Tabel 11 Statistik Diskriptif Perspektif

Pertumbuhan dan Pembelajaran.................................................. 49

Tabe 12 Statistik Diskriptif Kelompok Pertumbuhan

dan Pembelajaran Crosstabulation.............................................. 49

Tabel 13 Hasil Pengujian Perspektif Keuangan......................................... 50

Statistik Diskriptif Perspektif Keuangan..................................... 51

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Konseptual.................................................................. 32

xiii
ABSTRACT

The Performance Comparison Using Balanced Scorecard Approach in the


Hospitals throughout Ex- Residency Surakarta

RETNO WULANDARI
NIM: S4308003

The objective of the research is to compare the performance between the


hospitals throught ex-Residency Surakarta using balanced scorecard approach.
In this research, the purposive sampling was employed as the method in
describing the respondents. Specifically, the respondents were taken based on a
certain consideration. The respondents consist of patients, employees and
physicians in the hospital throughout Ex-Residency Surakarta.
The variables tested in this research consist of customer perspective,
service and administrative perspective, growth and learning perspective, and
financial perspective. The data analysis was conducted using the test data
instrument, normality test, and t-test. From the t-test, it can be concluded that
there is a significant difference between the hospitals throughout Ex-Residency
Surakarta using balanced scorecard approach viewed from the service and
administrative perspective, growth and learning persepective. Meanwhile, for the
customer perspective and financial perspective, there is no significant difference
between the hospitals throughout Ex-Residency Surakarta using balanced
scorecard approach viewed from the customer perspective and financial
perspective.

Keywords: Comparison of performance, balanced scorecard, and hospital

xiv
ABSTRAK

Perbandingan Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard Pada Rumah


Sakit Se-Eks Karesidenan Surakarta

RETNO WULANDARI
NIM: S4308003

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan kinerja dengan pendekatan


balanced scorecard antara rumah sakit Se-Eks Karesidenan Surakarta.
Dalam penelitian ini, purposive sampling dipakai sebagai metode yang
menggambarkan responden. Secara spesifik, responden diambil berdasarkan
pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari pasien, karyawan,
dan para medis rumah sakit se-Eks Karesidenan Surakarta.
Variabel yang diuji dalam penelitian ini meliputi perspektif pelangan,
perspektif pelayanan dan administrasi, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran,
dan perspektif keuangan. Analisis penelitian ini menggunakan instrumen data tes,
uji normalitas, dan uji t. Dari uji t dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan secara signifikan dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard
antara rumah sakit se-Eks Karesidenan Surakarta ditinjau dari perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran serta perspektif pelayanan dan administrasi.
Sedangkan untuk perspektif pelanggan dan perspektif keuangan menunjukkan
tidak ada perbedaan secara signifikan dengan menggunakan pendekatan balanced
scorecard antara rumah sakit se-Eks Karesidenan Surakarta

Kata Kunci: perbandingan kinerja, balanced scorecard, dan rumah sakit

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dari waktu ke waktu perkembangan zaman terasa semakin cepat dan

pesat serta melingkupi semua bidang dalam kehidupan manusia. Perkembangan

zaman yang sangat pesat dan cepat ini menuntut adanya penyesuaian dengan

perkembangan tersebut sehingga tidak terjadi ketimpangan dengan apa yang

terjadi pada masa tersebut. Salah satu akibat berkembangnya zaman adalah

semakin tinggi tingkat persaingan dunia bisnis.

Salah satu sektor yang juga ikut terkena dampak persaingan yang tinggi

adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas publik yang

bergerak dibidang pelayanan jasa kesehatan bergerak secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang

terdesentralisasi secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan

pencegahan penyakit serta upaya lanjutan (Kepres Menkes RI No. 983/

Men.Kes/SK/XI/1992).

Rumah sakit tidak sekedar menampung orang sakit, namun harus lebih

memperhatikan aspek kepuasan bagi para pemakai jasanya dalam hal ini pasien.

Jika sebuah rumah sakit ternyata tidak mampu memenuhi keinginan dan

kebutuhan pelanggan maka rumah sakit tersebut akan ditinggalkan para pengguna

jasanya dan beralih ke rumah sakit lain yang memenuhi kebutuhan mereka. Oleh

karena itu, diperlukan peningkatan kinerja atau pelayanan yang diberikan kepada

pengguna jasa atau pasien tersebut. Peningkatan pelayanan tersebut tentu akan

xvi
melibatkan semua pihak yang ada dalam rumah sakit tersebut (Kepres Menkes RI

No. 866B/ Men.Kes/SK/XII/1987).

Beberapa rumah sakit baik swasta maupun pemerintah masih memiliki

kualitas jasa layanan yang masih memperhatinkan. Hal ini disebabkan karena

keterbatasan sumber daya baik financial maupun non financial. Tuntutan

peningkatan kualitas jasa layanan membutuhkan berbagai dana investasi yang

tidak sedikit. Kenaikan tuntutan kualitas layanan harus diimbangi dengan

profesionalisme dalam pengelolaan.

Perkembangan rumah sakit, baik dari aspek manajemen maupun

operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, yaitu

lingkungan eksternal dan internal. Tuntutan eksternal antara lain adalah dari para

stakeholder bahwa rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan biaya pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan berunjung

pada kepuasan pasien. Tuntutan dari pihak internal antara lain adalah

pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks

karena dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, perilaku ekonomi,

sumber daya profesional, dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan

teknologi (Lusa, 2007).

Rumah sakit kepemerintahan yang terdapat di tingkat pusat maupun

daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut. Di pdanang dari

segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah

merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah.

Sebaliknya dengan rumah sakit swasta. Biaya kesehatan yang cenderung terus

xvii
meningkat dan rumah sakit dituntut untuk secara mdaniri untuk memenuhi

masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan ini menyebabkan fenomena

tersendiri bagi rumah sakit pemerintah karena rumah sakit pemerintah meliputi

segmen layanan kesehatan untuk layanan masyarakat ke bawah. Akibatnya rumah

sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu.

Rumah sakit pemerintah menghadapi dilema antara misi layanan masyarakat

menengah ke bawah dan adanya keterbatasan sumber dana serta berbagai aturan

birokrasi yang harus ditaati.

Penilaian terhadap kegiatan rumah sakit adalah hal yang sangat

diperlukan. Kegiatan penilaian suatu instansi seperti rumah sakit memiliki banyak

manfaat terutama bagi pihak–pihak yang memiliki kepentingan terhadap rumah

sakit tersebut. Bagi pemilik rumah sakit baik individu, yayasan dann pemerintah

hasil kegiatan penilaian kinerja tersebut dapat dijadikan acuan kepada siapa saja

atau rumah sakit mana mereka akan mempercayakan kesehatan (Nurbahtiar,

2003).

Dalam menilai keberhasilan organisasi pelayanan kesehatan sering

menghadapi kendala antara lain belum adanya indikator kinerja organisasi yang

formal dan secara komprehensif dapat digunakan mengukur tingkat keberhasilan

organisasi pelayanan kesehatan dan organisasi pelayanan sektor publik pada

umumnya. Pencapaian target dari pusat dan propinsi sering dijadikan ukuran

kinerja oleh rumah sakit umum daerah dan puskemas. Seharusnya dalam sistem

manajemen saat ini pengukuran kinerja harus bergeser dari action control menjadi

xviii
pemicu timbulnya motivasi karyawan untuk menjadikan visi dan misi organisasi

(Mulyadi dan Setyawan, 1999).

Indikator yang selama ini digunakan untuk mengukur kinerja organisasi

pelayanan kesehatan tidak komprehensif dan hanya bersifat sementara. Indikator

tersebut dipengaruhi oleh faktor–faktor eksternal seperti keadaan ekonomi dan

kebijakan pemerintah. Hal ini menyebabkan pengukuran kinerja organisasi

pelayanan kesehatan belum menggambarkan realita yang sesungguhnya dari

organisasi tersebut. Indikator merupakan alat untuk memantau tujuan organisasi.

Dengan adanya indikator dapat di lihat tingkat kemajuan dalam organisasi.

Disamping itu dapat juga dilakukan pembdaningan antar organisasi yang bergerak

dibidang yang sama (Alkatiri et al., 1997).

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan sekaligus sebagai

entitas yang memiliki tanggung jawab kepada shareholder dan stakeholder harus

cerdik dan bijaksana dalam merancang manajemen strategi. Seiring dengan

kemajuan teknologi, pengaruh globalisasi, tingkat persaingan yang semakin tinggi

dan perilaku pasien yang semakin jeli dan kritis dalam memilih pelayanan

kesehatan menjadi pemicu rumah sakit untuk selalu memberikan pelayanan yang

optimal kepada masyarakat. Oleh karena itu faktor keuangan tidak dapat lagi

dijadikan sebagai satu-satunya pedoman untuk menilai kinerja manajemen rumah

sakit. Untuk itu diperlukan sebuah konsep yang nyata dan applicable bagi rumah

sakit untuk dapat meningkatkan kinerjanya baik secara keuangan dan non

keuangan. Konsep balanced scorecard terbukti sebagai terobosan cerdas dan

xix
inovatif yang membantu rumah sakit untuk dapat unggul dan kreatif dalam

meningkatkan kinerja manajemen (Jonathan, 2007).

Balanced scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem

manajemen stategik sekarang berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen

dalam manajeman tradisional. Balanced scorecard menjadikan sistem manajemen

kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen

tradisional yaitu karakteristik keterukuran dan keseimbangan. Balanced scorecard

sebagai inti sistem manajemen strategik mempunyai keunggulan yaitu memotivasi

personel untuk berpikir dan bertindak strategik dalam membawa perusahaan

menuju masa depan, menghasilkan total bussines plan yang komprehensif dan

koheren, serta menghasilkan sasaran-sasaran strategik yang terukur. Balanced

scorecard dapat digunakan dalam setiap tahap sistem manajemen strategik mulai

dari tahap perumusan masalah sampai dengan tahap pemantauan (Mahmudi,

2005).

Penekanan kinerja pada rumah sakit lebih banyak ditujukan pada aspek

pelayanan pada pasien, sebagai masyarakat pengguna jasa daripada aspek kinerja

lain seperti perpekstif keuangan. Dalam kerangka pengukuran kinerja berdasarkan

balanced scorecard oleh Kaplan dan Nortan tahun 1992, perspektif pelanggan

merupakan satu diantara empat perspektif kinerja lainnya yang terdiri dari kinerja

keuangan dan non keuangan. Penekanan pada aspek pelanggan (custamer)

merupakan ciri utama organisasi yang memberikan pelayanan kepada publik.

Penerapan konsep balanced scorecard pada organisasi sektor publik

banyak dilakukan di luar negeri misalnya pada organisasi pemerintah dan masing–

xx
masing organisasi ini memiliki balanced scorecard yang berbeda sesuai dengan

karekteristik organisasi (Grifith et al., 2002).

Penelitian sebelumnya Grifith et al. (2002) menunjukkan bahwa dari 9

ukuran yang di uji dan di evaluasi (arus kas, perputaran asset, mortality,

complication, leng of in patient stay, biaya per kasus, accupancy, change in

accupancy dan persontase pendapatan dari perawatan pasien rawat jalan) terdapat

7 ukuran (arus kas, perputaran asset, mortality, complication, leng of in patient

stay, biaya per kasus, accupancy) yang sangat berguna untuk digunakan dalam

mengevaluasi kinerja rumah sakit di Amerika Serikat dan ukuran ini menunjukan

kinerja rumah sakit di Amerika Serikat dan mengidentifikasi kesempatan yang ada

sehingga menjadikan organisasi lebih bermanfaat. Perbedaan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Tempat penelitian.

Penelitian ini dilakukan di wilayah Indonesia yang sangat berbeda jauh

dari penelitian sebelumnya. Hal ini dapat di lihat dari sumber daya

manusia, budaya, dan sosial yang mempengaruhinya.

2. Instrumen yang digunakan.

Instrumen penelitian menggunakan data primer yang mengacu pada

penelitian Chow et al. dalam Nurbahtiar.

Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat bahwa masyarakat

menuntut agar organisasi sektor publik yang memberikan pelayanan secara

langsung kepada masyarakat dapat meningkat kualitas pelayanannya dan dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya. Tuntutan terhadap akuntabilitas publik atas

xxi
proses penyelenggaraan organisasi sektor publik termasuk pelayanan kesehatan

dalam mewujudkan good corporate governance, mensyaratkan adanya aspek

pengukuran kinerja organisasi sektor publik atau pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan kinerjanya maka diperlukan pengukuran kinerja, tidak

hanya dari aspek finansial saja tapi juga dari aspek non finansial. Di samping itu

penulis tertarik untuk memilih topik penelitian ini, karena masyarakat sering

menilai bahwa rumah sakit pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan

tidak sebdaning dengan rumah sakit swasta. Jika hal ini dibiarkan secara terus

menerus, rumah sakit pemerintah akan ditinggalkan oleh pengguna jasa (pasien).

Oleh karena itu rumah sakit pemerintah harus membenahi diri agar mampu

bersaing dengan rumah sakit swasta dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Peneliti menyadari bahwa secara praktik penerapan dan penggunaan

balanced scorecard di organisasi pelayanan kesehatan atau rumah sakit baik

pemerintah maupun swasta di Indonesia khususnya Se-Eks Karesidenan Surakarta

belum sepenuhnya dapat dengan mudah dijumpai dan diperoleh data yang masih

berhubungan dan berkaitan dengan aspek–aspek yang ada dalam kerangka

balanced scorecard.

Salah satu cara yang di tempuh untuk mendapatkan gambaran mengenai

seberapa baik kinerja suatu organisasi, maka dapat dilakukan perbdaningan

kinerja organisasi lain yang sejenis (Robertsone, 2002). Dalam penelitian ini

peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan kinerja dengan menggunakan

pendekatan balanced scorcard pada rumah sakit pemerintah dan rumah sakit

swasta se–Eks Karesidenan Surakarta.

xxii
B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan kepemilikan dan pengelolaan rumah sakit dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu rumah sakit swasta dan rumah pemerintah. Dalam

menjalankan aktivitas rumah sakit pemerintah memperoleh subsidi langsung dari

anggaran pemerintah melalui Departemen Kesehatan. Sedangkan rumah sakit

swasta harus berdiri sendiri dalam membiayai operasional melalui shareholdernya.

Dewasa ini rumah sakit pemerintah dengan segala keterbatasannya harus

siap-siap bersaing dengan rumah sakit swasta. Dengan melihat jumlah penduduk

Indonesia yang sangat besar maka terbuka peluang bagi pengembangan usaha di

bidang pelayanan kesehatan. Rumah sakit swasta berkembang sangat pesat

melebihi rumah sakit pemerintah.

Salah satu perbedaan mencolok dari kedua jenis rumah sakit adalah

perbedaan tarif pelayanan kesehatan. Secara umum rumah sakit swasta lebih

mahal daripada rumah sakit pemerintah. Perbedaan kepemilikan dan sumber

pembiayaan menyebabkan adanya implikasi aktivitas operasional yang berbeda

sehingga perlu dipertanyakan kemungkinan adanya perbedaan kinerja rumah sakit

pemerintah dan rumah sakit swasta. Masyarakat sering menilai bahwa pelayanan

yang diberikan oleh rumah sakit pemerintah tidak maksimal dibdaningkan rumah

sakit swasta.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian

sebagai berikut: apakah ada perbedaan yang signifikan dalam pengukuran kinerja

dalam kerangka balanced scorecard pada organisasi Rumah Sakit Pemerintah dan

Swasta Se-Eks Karesidenan Surakarta?

xxiii
C. TUJUAN PENELITIAN

Mengacu pada latar belakang dan permasalah yang diajukan dalam

penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang

signifikan dalam pengukuran kinerja dalam kerangka balanced scorecard pada

organisasi Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Se-Eks Karesidenan Surakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada pihak-pihak

yang membutuhkan sebagai berikut:

1. Bagi praktisi bidang kesehatan khususnya dalam organisasi rumah sakit

sehingga diharapkan dapat meldanasi praktik yang ada dan juga diharapkan

hasil penelitian ini dapat menumbuhkan kesadaran bahwa ldanasan teori yang

kuat akan dapat membentuk praktik yang mudah atau dipahami dan

diaplikasikan.

2. Bagi para peneliti yang tertarik dengan organisasi rumah sakit sehingga

penelitian lanjutan atas tulisan ini dapat dikembangkan dan dapat meberikan

manfaat positif bagi pertumbuhan teori dan praktik sektor publik khususnya

organisasi rumah sakit.

xxiv
BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Jenis-jenis rumah sakit

A.1. Rumah sakit umum

Rumah sakit (hospital) adalah sebuah institusi perawatan kesehatan

profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli

kesehatan lainnya. Rumah sakit yang melayani hampir seluruh penyakit umum,

dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat

darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan

pertolongan pertama (Jonatahan, 2007).

Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di

suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif

ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas

bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi

kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan

penyelenggaranya.

A.2. Rumah sakit terspesialisasi

Jenis rumah sakit ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah

sakit manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus seperti

psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-lain (Jonanthan,

2007).

xxv
A.3. Rumah sakit penelitian atau pendidikan

Rumah sakit penelitian atau pendidikan adalah rumah sakit umum yang

terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas kedokteran pada

suatu universitas / lembaga pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit ini dipakai

untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau

teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas

atau perguruan tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian masyarakat atau Tri

Dharma perguruan tinggi (Jonanthan, 2007).

A.4. Rumah sakit lembaga atau perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga atau perusahaan untuk

melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga tersebut atau karyawan

perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena penyakit yang berkaitan dengan

kegiatan lembaga tersebut (misalnya: rumah sakit militer dan lapangan udara),

bentuk jaminan sosial atau pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak

atau lokasi perusahaan yang terpencil dan jauh dari rumah sakit umum. Biasanya

rumah sakit lembaga atau perusahaan di Indonesia juga menerima pasien umum

dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum (Jonanthan,

2007).

A.5. Klinik

Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu.

Biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang

ingin menjalankan praktik pribadi. Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan.

xxvi
Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik (Jonanthan,

2007).

B. PENGERTIAN KINERJA

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama

periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh

kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang

dimiliki (Helfert, 1996).

Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk

sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau

yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau

akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Srimindarti, 2004).

Adapun kinerja menurut Mulyadi (1999) adalah penentuan secara periodik

efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kinerja perusahaan pada dasarnya merupakan cermin atas hasil kegiatan

dan kondisi yang ada disebuah perusahaan, hasil kegiatan dari perusahaan ini akan

dianalisis, dimana hasil dari analisis tersebut akan dapat memperlihatkan kondisi

manajemen perusahaan selama periode dilakukannya analisis akan kinerja

(Srimindarti, 2004)

Kinerja juga merupakan suatu tingkat dimana para individu dan organisasi

dalam suatu perusahaan berusaha untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan

xxvii
efisien. Anthony et al. (1995) dalam buku Yuwono dkk. (2003) menyatakan

bahwa efektifitas suatu organisasi berkaitan dengan kemampuan untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, sedangkan efisiensi menggambarkan beberapa masukan

yang diperlukan untuk menghasilkan suatu unit keluaran. Dengan demikian

pengertian kinerja perusahaan merupakan hasil dari berbagai keputusan

manajemen yang terus menerus untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan

efisien sesuai dengan yang diinginkan pelanggan.

C. PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

Menurut Mardiasmo (2002) Sistem pengukuran kinerja sektor publik

adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai

pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.

Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud.

Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu

memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk membantu

pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada

akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik

dalam memberikan pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik

digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga,

ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan

pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan (Mulyadi,

2009).

xxviii
Pengukuran kinerja merupakan tindakan pengukuran yang dilakukan

terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil

pengukuran tersebut digunakan sebagai umpan balik yang akan memberi

informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan

memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan

pengendalian. Menurut Hongren (1995: 802) informasi-informasi yang digunakan

sebagai dasar pengukuran kinerja bisa merupakan informasi keuangan maupun

non keuangan dan dapat juga berdasarkan pengukuran intern dan ekstern, tipe

informasi keuangan intern antara lain pendapatan operasi, penjualan dan total

aktiva. Sedangkan informasi keuangan ekstern antara lain harga saham. Contoh

informasi non keuangan adalah kepuasan pelanggan atas pelayanan perusahaan,

jumlah transaksi dan sebagainya.

Pengukuran kinerja di sektor pemerintah bukanlah hal yang baru. Setiap

departemen, satuan kerja, dan unit kerja diharuskan untuk memberikan laporan

berkala terhadap pelaksanan tugas pokok dan fungsinya, namun pelaporan yang

dihasilkan selama inilebih difokuskan pada input dan output. Sedangkan hasil,

manfaat, keefektifan, dan program tersebut terkesan diabaikan. Akan tetapi

sekarang fokus pengukuran kinerja telah bergeser dari hanya sekedar berapa

jumlah sumber daya yang dialokasikan tapi juga kearah hasil yang dicapai dari

penggunaan sumber daya tersebut. Pengukuran kinerja mereflesikan seberapa

besar filosofi dan kultur dari organisasi dan menggambarkan seberapa baik suatu

pekerjaan telah diselesaikan dengan biaya, waktu, dan kualitas yang optimal

(Tatikonda dan Tatikonda, 1999)

xxix
Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personal

dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang

telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang

diinginkan oleh organisasi (Mulyadi dan Setyawan, 1999).

Penilaaian kinerja dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak

semstinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya

diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta pemberian

penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.

Dengan adanya penilaian kinerja, manajer puncak dapat memperoleh dasar

yang obyektif untuk memberikan kompensasi sesuai dengan prestasi yang

disumbangkan masing-masing pusat pertanggungjawaban kepada perusahaan

secara keseluruhan. Semua ini diharapkan dapat membentuk motivasi dan

rangsangan pada masing-masing bagian untuk bekerja lebih efektif dan efisien

(Mulyadi, 2009).

Menurut Mulyadi (1999) penilaian kinerja dapat dimanfaatkan oleh

manajemen untuk:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui

pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan

karyawannya seperti promosi, pemberhentian, mutasi.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan

untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan

karyawan.

xxx
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan

mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

D. KONSEP BALANCED SCORECARD

Pada awalnya, balanced scorecard diciptakan untuk mengatasi

permasalahan tentang kelemahan kinerja yang hanya terfokus pada aspek

keuangan. Sehingga terdapat kecenderungan untuk mengabaikan kinerja non

keuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas dan efektivitas biaya proses

yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa, dan keberdayaan dan

komitmen karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi pelanggan. Oleh

karena itu ukuran kinerja keuangan mangdanalkan informasi yang dihasilkan dari

sistem akuntansi yang berjangka pendek, maka pengukuran kinerja yang berfokus

pada keuangan akan berjangka pendek pula. Ide tentang balanced scorecard

pertama kali dipublikasikan dalam artikel Kaplan dan Norton di Harvard

Bussiness Review tahun 1992 yang berjudul “ Balanced scorecard-Measures that

Drive Performance”. Balanced scorecard dikembangkan sebagai sistem

pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif memdanang perusahaan

dari berbagai perspektif secara simultan. Dalam perkembangannya, balanced

scorecard kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur kinerja

bisnis dengan strategi perusahaan.

Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan

implementasi konsep tersebut. Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa

xxxi
Balanced scorecard terdiri dari kartu skor (scorecard) dan berimbang (balanced).

Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja

seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang

hendak diwujudkan oleh peronil di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang

akan diwujudkan personil di masa depan dibdaningkan dengan hasil kinerja

sesungguhnya. Hasil perbdaningan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas

kinerja personil yang bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk

menunjukkan bahwa kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek:

keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan

ekstern. Oleh sebab itu jika kartu skor personil digunakan untuk merencanakan

skor yang hendak diwujudkan di masa depan maka, personil harus

mempertimbangkan keseimbangan antara pencapaian kinerja keuangan dan non

keuangan, antara kinerja jangka pendek dan jangka panjang, serta antara kinerja

yang bersifat intern dan yang bersifat ekstern.

D.1. Perspektif Finansial

Menurut Kaplan dan Norton (1996), perspektif finansial pada organisasi

bisnis dapat diukur dengan melihat ROA, ROI dari perusahaan bisnis tersebut.

Sedangkan pada sektor publik, perspektif finansial menjelaskan mengenai apa

yang diharapkan oleh pemerintah dan stakeholder yang lain yang menyediakan

sumber daya jangka panjang yang berkaitan dengan kinerja keuangan

(Robertsone, 2002).

Dalam perspektif finansial oraganisasi merumuskan tujuan finansial yang

ingin dicapai organisasi di masa yang akan datang. Selanjutnya tujuan finansial

xxxii
tersebut dijadikan dasar bagi ketiga perspektif lainnya dalam menetapkan tujuan

dan ukurannya. Tujuan finansial suatu organisasi bisnis biasanya berhubungan

dengan profitabilitas yang bisa diukur berdasarkan laba operasi, return on asset

(ROA), return on equity (ROE), dan lainnya. Ukuran finansial menggambarkan

apakah implementasi strategi organisasi memberikan kontribusi atau tidak

terhadap keberhasilan finansial organisasi (Nurbahtiar, 2003).

Menurut Srimindarti l(2004) perspektif keuangan tetap menjadi perhatian

dalam balanced scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari

konsekuensi ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang di

ambil. Tujuan pencapaian kinerja keuangan yang baik merupakan fokus dari

tujuan-tujuan yang ada dalam tiga perspektif lainnya. Sasaran-sasaran perspektif

keuangan dibedakan pada masing-masing tahap dalam siklus bisnis yang oleh

Kaplan dan Norton (1996) dibedakan menjadi tiga tahap:

1. Growth (Berkembang)

Growth merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan

bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki tingkat pertumbuhan yang sama

sekali atau peling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk menciptakan

potensi ini, kemungkinan seorang manajer harus terikat komitmen untuk

mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan

fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem,

infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta

mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan dalam

tahap pertumbuhan mungkin secara aktual beroperasi dengan cash flow negatif

xxxiii
dan tingkat pengembalian atas modal yang rendah. Investasi yang di tanam untuk

kepentingan masa depan sangat memungkinkan memakai biaya yang lebih besar

dibdaningkan dengan jumlah dana yang mampu dihasilkan dari basis operasi yang

ada sekarang, dengan produk dan jasa dan konsumen yang masih terbatas. Sasaran

keuangan untuk growth stage menekankan pada pertumbuhan penjualan di dalam

pasar baru dari konsumen baru dan atau dari produk dan jasa baru.

2. Sustain Stage (Bertahan)

Sustain Stage merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana

perusahaan masih melakukan investasi dan reinbestasi dengan mempersyaratkan

tingkat pengembalian yang terbaik, Dalam tahap ini perusahaan berusaha

mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembankannya apabila mungkin.

Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan,

mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional secara

konsisten. Pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi

jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat

pengembalian atas investasi yang dilakukan.

3. Harvest (Panen).

Harvest ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana

perusahaan melakukan panen (harvest) terhadap investasi mereka. Perusahaan

tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan

perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan eksppansi atau membangun suatu

kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas

xxxiv
yang masuk ke perusahaan. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow

maksimum yang mampu dikembalikan dari investasi di masa lalu.

D.2. Perspektif Pelanggan

Dalam perspektif pelanggan, organisasi mengidentifikasikan pelanggan

dan segmen pasar dimana organisasi akan bersaing. Tujuan yang bisa ditetapkan

dalam perspektif ini adalah pemuasan kebutuhan pelanggan. Ukuran-ukuran yang

digunakan dalam perspektif ini antara lain retensi pelanggan, kepuasan pelanggan,

profitabilitas pelanggan, akuisisi pelanggan baru, market share, dan lainnya.

Dalam perspektif ini organisasi menyusun strategi yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan yang pada akhirnya memberikan keuntungan

finansial bagi organisasi (Hermawan, 1996).

Menurut Soeptjipto (1997) tolok ukur kinerja pelanggan dibagi menjadi

dua kelompok:

1. Kelompok Inti

a. Pangsa pasar: mengukur seberapa besar proporsi segmen pasar tertentu

yang dikuasai oleh perusahaan.

b. Tingkat perolehan para pelanggan baru: mengukur seberapa banyak

perusahaan berhasil menarik pelanggan-pelanggan baru.

c. Kemampuan mempertahankan para pelanggan lama: mengukur seberapa

banyak perusahaan berhasil mempertahankan pelangan-pelanggan lama.

d. Tingkat kepuasan pelanggan: mengukur seberapa jauh pelanggan merasa

puas terhadap layanan perusahaan.

xxxv
e. Tingkat profitabilitas pelanggan: mengukur seberapa besar keuntungan

yang berhasil diraih oleh perusahaan dari penjualan produk kepada para

pelanggan.

2. Kelompok Penunjang.

a. Atribut-atribut produk (fungsi, harga dan mutu).

Tolok ukur atribut produk adalah tingkat harga eceran relatif, tingkat daya

guna produk, tingkat pengembalian produk oleh pelanggan sebagai akibat

ketidaksempurnaan proses produksi, mutu peralatan dan fasilitas produksi

yang digunakan, kemampuan sumber daya manusia serta tingkat efisiensi

produksi.

b. Hubungan dengan pelanggan

Tolok ukur yang termasuk sub kelompok ini, tingkat fleksibilitas

perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan para pelanggannya,

penampilan fisik dan mutu layanan yang diberikan oleh pramuniaga serta

penampilan fisik fasilitas penjualan.

c. Citra dan reputasi perusahaan beserta produk-produknya dimata para

pelanggannya dan masyarakat konsumen.

D.3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Menurut Srimidarti (2008) Perpektif proses bisnis internal

mengidentifikasikan proses-proses yang penting bagi organisasi untuk melayani

pelanggan (persepektif pelanggan) dan pemilik organisasi (perpektif finansial).

Komponen utama dalam proses bisnis internal adalah:

xxxvi
1. Proses inovasi, yang diukur dengan banyaknya produk baru yang dihasilkan

organisasi, waktu penyerahan produk ke pasar, dan lainnya.

2. Proses operasional, yang diukur dengan peningkatan kualitas produk, waktu

proses produksi yang lebih pendek, dan lainnya.

3. Proses pelayanan, yang diukur dengan pelayanan purna jual, waktu yang

dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan, dan lainnya.

D.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Perspektif ini menggambarkan kemampuan organisasi untuk menciptakan

pertumbuhan jangka panjang. Perspektif ini bertujuan meningkatkan kemampuan

karyawan, meningkatkan kapabilitas sistem informasi, dan peningkatan

keselarasan dan motivasi. Ukuran yang bisa digunakan antara lain kepuasan

karyawan, retensi karyawan, banyaknya saran yang diberikan oleh karyawan, dan

lainnya (Imelda, 2004).

Setiap tujuan dan ukuran dari setiap perspektif merupakan suatu hubungan

sebab akibat, artinya jika tujuan dari perspektif pelanggan, proses bisnis internal,

dan pembelajaran dan pertumbuhan tercapai, maka pada akhirnya adalah

peningkatan kinerja finansial organisasi. Hubungan sebab akibat merupakan

komponen penting dalam performance measurement model karena hubungan

sebab akibat dapat membantu memprediksi tujuan finansial yang akan tercapai,

dan dapat menciptakan proses pembelajaran, motivasi dan komunikasi yang

efektif (Malina dan Selto, 2004).

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dalam balanced scorecard

mengembangkan pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar

xxxvii
berjalan dan tumbuh. Tujuan dari perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur

untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Perspektif keuangan,

pelanggan dan sasaran dari proses bisnis internal dapat mengungkapkan

kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem dan prosedur dengan

apa yang dibutuhkan untuk mencapai suatu kinerja yang hdanal. Untuk

memperkecil kesenjangan tersebut perusahaan harus melakukan investasi dalam

bentuk reskilling employes. Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah

(Kaplan dan Norton, 1996):

1. Karyawan.

Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan karyawan dan produktivitas kerja

karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan perusahaan perlu

melakukan survei secara reguler. Beberapa elemen kepuasan karyawan adalah

keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh

informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari

atasan. Produktivitas kerja merupakan hasil dari pengaruh agregat peningkatan

keahlian moral, inovasi, perbaikan proses internal dan tingkat kepuasan

konsumen. Di dalam menilai produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan

pemantauan secara terus menerus.

2. Kemampuan Sistem Informasi.

Perusahaan perlu memiliki prosedur informasi yang mudah dipahami dan

mudah dijalankan. Tolok ukur yang sering digunakan adalah bahwa informasi

yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama

untuk mendapat informasi tersebut.

xxxviii
E. PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN PENDEKATAN

BALANCED SCORECARD

Konsep pengukuran kinerja rumah sakit dengan balanced scorecard

merupakan konsep pengukuran kinerja yang tidak menggunakan indikator tunggal

dalam menilai kinerja suatu organisasi. Pengukuran kinerja yang hanya

memdanang dari aspek finacial saja sudah tidak relevan dalam pengambilan

keputusan karena ukuran–ukuran keuangan dianggap tidak proaktif terhadap

masalah–masalah potesial seperti masalah–masalah operasional (indikator non

keuangan). Ukuran keuangan dan non keuangan sangat penting dan merupakan

satu kesatuan yang mendukung serta dapat mencerminkan kinerja organisasi

menyeluruh (Srimindarti, 2004).

Rumah sakit sebagai salah satu organisasi sektor publik yang memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Organisasi ini sama dengan organisasi instansi

pemerintah secara keseluruhan yaitu bertujuan untuk memberikan pelayanan yang

optimal dan memberikan kepuasan bagi pengguna jasa mereka. Indikator

keberhasilan organisasi pelayanan kesehatan mempunyai karekter istilah yang

sama dengan organisasi sektor publik pada umumnya. Pendekatan balanced

scorecard dapat digunakan sebagai alat manajemen untuk mengukur kinerja

organisasi sektor publik pada umumnya. Pendekatan balanced scorecard dapat

digunakan sebagai alat manajemen untuk mengukur kinerja pelayanan kesehatan

(Imelda, 2004).

xxxix
F. PENELITIAN TERDAHULU

Menurut Grifith et al. (2002) menunjukkan bahwa dari 9 ukuran yang di

uji dan di evaluasi (arus kas, perputaran asset, mortality, complication, leng of in

patient stay, biaya per kasus, accupancy, change in accupancy dan persentase

pendapatan dari perawatan pasien rawat jalan) terdapat 7 ukuran (arus kas,

perputaran asset, mortality, complication, leng of in patient stay, biaya per kasus,

accupancy) yang sangat berguna untuk digunakan dalam mengevaluasi kinerja

rumah sakit di Amerika Serikat dan ukuran ini menunjukan kinerja rumah sakit di

Amerika Serikat dan mengidentifikasi kesempatan yang ada sehingga menjadikan

organisasi lebih bermanfaat.

Menurut Kaplan dan Norton (1996) balanced scorecard merupakan

seperangkat ukuran kinerja yang memberi suatu pdanangan yang sekilas namun

konferhensip tentang bisnis, yang meliputi ukuran keuangan yang menampilkan

hasil tindakan masa lalu, dilengkapi dengan ukuran operasional seperti kepuasan

pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan orang yang

menjadi pemicu keuangan masa depan.

Curtwright et al. (2000) berpendapat bahwa para pemimpin sistem kesehatan

terpadu perlu mengembangkan sebuah balanced scorecard guna mengembangkan

sebuah balanced scorecard yang menyelaraskan strategi organisasi dengan

pengukuran kinerja dan manajemen. Mereka menganjurkan agar para

stockeholder internal mengenali ukuran-ukuran untuk mengukur kinerja pada

masing-masing kategori penting dan, melalui ukuran-ukuran tersebut, organisasi

xl
menghubungkan visi, nilai utama, prinsip inti dan kegiatan operasional sehari-

harinya.

Jones dan Filip dalam Zellman et al. (2003) menekankan pada proses dan

indikator hasil yang menunjukkan bagaimana cara kerja semua anggota tim

memunculkan perbedaan pada titik pelayanan kesehatan dan implikasi bagi

perkembangan kepemimpinan.

Castaneda-Mendez et al. dalam Zelman (2005) menegaskan bahwa untuk

menghubungkan praktik-praktik, hasil, kualitas, nilai, dan biaya, organisasi pusat

kesehatan harus menggunakan balanced scorecard. Mereka melihat teori ini

sebagai perspektif yang seimbang mengenai organisasi untuk digunakan oleh para

manajemen senior dalam merancang, membuat, menyebarkan, dan mengarahkan

rencana strategis, yang sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen total kualitas.

Menurut Niven (2004) balanced scorecard adalah pelaksanaan strategi

baru secara efektif. Ukuran – ukuran yang dipilih merupakan suatu alat bagi

pimpinan organisasi atau mengkomunikasikan kepada karyawan dan stockholder

eksternal out comes dan performance drivers untuk mencapai misi dan startegi

organsiasi.

Menurut Aidemark (2001) bahwa selama masa 1990–an, pengukuran

kinerja keuangan merupakan mekanisme pengukuran yang paling dominan dalam

pelayanan kesehatan dan hal ini menyebabkan manajemen tergantung pada sistem

yang hanya mengurus sumber daya yang mengalir masuk dan keluar. Penilaian

pada pengendalian keuangan menyebabkan aspek penting lain pada manjemen

kesehatan. Dalam kontek ini penggunaan balanced scorecard pada organisasi

xli
pelayanan kesehatan dapat dipahami. Organisasi yang hanya menekankan pada

pengendalian keuangan dan mengabaikan aspek non keuangan, tidak dapat

bertahan.

Menurut Nurbahtiar (2003) yang melakukan pengukuran kinerja dengan

pendekatan balanced scorecard pada rumah sakit pemerintah dan swasta di

Kotamadya Kendari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan dengan pendekatan balanced scorecard di lihat dari aspek

pelanggan, pelayanan dan administrasi, dan pertumbuhan dan pembelajaran antara

rumah sakit pemerintah dan swasta di Kotamadya Kendari. Sedangkan untuk

aspek keuangan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Menurut Pineno (2000) balanced scorecard merupakan suatu teknik yang

representif yang digunakan dalam manajemen strategik untuk menerjemahkan

misi, visi dan strategi organisasi ke dalam serangkaian ukuran kinerja yang

komprehensif dan memberikan kerangka untuk mengimplementasikan manajemen

strategik untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

G. PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja manajemen

dari aspek keuangan saja di nilai sudah tidak relevan, karena hal tersebut hanya

berfokus pada pencapaian kinerja keuangan dan cenderung mengabaikan kinerja

non keuangan. Dengan memperluas ukuran kinerja manajemen ke kinerja

keuangan maka ukuran kinerja manajemen lebih konfrehensip. Dalam LAKIP,

xlii
keempat aspek balanced scorecard ini menjadi aspek yang cenderung digunakan

dalam pengukuran kinerja (BPKP, 2009).

Demikian pula halnya pada organisasi sektor publik terutama untuk

organisasi pelayanan kesehatan. Menurut Aidemark (2001) bahwa selama tahun

1990–an, pengukuran kinerja keuangan merupakan mekanisme pengendalian yang

paling dominan dalam pelayanan kesehatan dan hal ini menyebabkan manajemen

tergantung pada sistem yang hanya menguras sumber daya yang mengalir keluar

(out flow). Penekanan pada pengendalian keuangan cenderung mengabaikan aspek

penting lain pada manajemen pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini,

penggunaan pendekatan balanced scorecard pada organisasi pelayanan kesehatan

dapat dipahami.

Akuntansi manajemen konvensional, yang didasarkan pada ukuran

keuangan, telah kehilangan relevansinya (Johson dan Kaplan, 1987). Balanced

scorecard telah dikembangkan sebagai salah satu solusi untuk mengatasi hal

tersebut (Kaplan dan Norton, 1992). Pdanangan mengenai akuntansi manajemen

harus dapat memberikan poin rekomendasi bagi organisasi sektor publik (Lapsley

dan Pettigrew, 1994). Demikian pula bagi organisasi sektor publik di Indonesia

dimana keberadaan sistem pengendalian manajemen telah dikritik hampir seluruh

lapisan masayarakat dan ini menjadikan pendekatan balanced scorecard terlihat

sebagai suatu daya tarik yang memungkinkan untuk diterapkan pada organisasi

sektor publik di Indonesia terutama pada organisasi pelayanan kesehatan.

Keuntungan penggunaan balanced scorecard pada organisasi pelayanan

kesehatan adalah:

xliii
1. Memberikan kekutan bagi pimpinan organisasi untuk mempertimbangkan dan

memperhatikan semua ukuran – ukuran operasional penting dalam satu

kemasan terintegrasi.

2. Membantu menciptakan penggabungan yang penting bagi pelayanan

kesehatan agar dapat di kelola seperti bagian lain pada proses bisnis.

3. Secara signifikan dapat meningkatkan kemungkinan pencapaian kinerja yang

diinginkan (Birkner dan Birkner,1999).

Keuntungan lain dari penggunaan pendekatan balanced scorecard adalah

bahwa pendekatan ini bersifat komprehensif (menyeluruh) adalah bahwa

pendekatan ini bersifat komprehensif (menyeluruh) dan koheren, tidak hanya

mengukur aspek keuangan namun juga menilai aspek non keuangan. Semua

perspektif atau aspek yang terdapat pada balanced scorecard saling berkaitan dan

berhubungan dengan tujuan organiisasi yang ingin dicapai (Mulyadi, 2009).

Penyelarasan merupakan suatu integrasi sistem kunci dan proses serta

respon terhadap lingkungan internal. Salah satu bentuk penyelarasan (aligment)

adalah budaya self–aligment organization yaitu berusaha melakukan penyelarasan

dengan secara terus menerus melakukan pemantauan terhadap dirinya sendiri

(organisasi yang bersangkutan) dan lingkungan luar untuk mengidikasikan bahwa

dirinya masih berada pada jalan yang tepat. Pengukuran kinerja dapat digunakan

untuk memantau dan menetapkan budaya self aligment. Balanced scorecard

merupakan ukuran yang seimbang antara pelanggan, pegawai, proses internal dan

keuangan yang digunakan secara bersama untuk tujuan organisasi (Nurbahtiar,

2003).

xliv
Seperti halnya dengan inovasi lainnya, balanced scorecard dapat

diharapkan melewati sebuah daur hidup produk, yaitu pengenalan, pertumbuhan,

kedewasaan, dan penurunan. Dalam pemelihara kesehatan balanced scorecard

masuk kedalam fase pertumbuhannya. Organisasi pelayanan kesehatan telah

menghadapi banyak masalah implementasi yang sama seperti organisasi industri

lain, mereka harus memenuhi tantangan yang unik untuk mengadopsi balanced

scorecard ke dalam lingkungan perawatan kesehatan. Sebagai contoh, hubungan

staf kesehatan dengan kualitas perawatan merupakan atribut yang penting dari

kinerja rumah sakit yang mungkin sulit untuk diukur, diinterprestasikan,

dibandingkan dengan organisasi–organisasi lain. Otonomi profesional para dokter

dan pentingnya hasil jangka panjang merupakan pelayanan kesehatan yang

mempunyai analog dalam industri lain (Imelda, 2004).

Penelitian sebelumnya Grifith et al. (2002) menunjukkan bahwa dari 9

ukuran yang di uji dan di evaluasi (arus kas, perputaran asset, mortality,

complication, leng of in patient stay, biaya per kasus, accupancy, change in

accupancy dan persontase pendapatan dari perawatan pasien rawat jalan) terdapat

7 ukuran (arus kas, perputaran asset, mortality, complication, leng of in patient

stay, biaya per kasus, accupancy) yang sangat berguna untuk digunakan dalam

mengevaluasi kinerja rumah sakit di Amerika Serikat dan ukuran ini menunjukan

kinerja rumah sakit di Amerika Serikat dan mengidentifikasi kesempatan yang ada

sehingga menjadikan organisasi lebih bermanfaat.

Menurut Youseff et al. (1996) yang dikuti Lim dan Tang (2001) rumah

sakit memberikan tipe pelayanan yang sama tetapi kualitas pelayanan berbeda.

xlv
Penggunaan pelayanan kesehatan di masa sekarang ini, banyaknya alternatif yang

ditawarkan dan cenderung untuk memilih organisasi pelayanan yang dapat

memenuhi harapan pengguna jasa maka rumah sakit pemerintah harus menyadari

hal ini agar dapat bersaing dengan rumah sakit swasta. Perbedaan tarif antara

rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta mengidentifikasikan adanya

perbedaan antara kedua jenis rumah sakit ini dalam kepuasan pasien, proses

pelayanan dan administrasi, pertumbuhan dan pembelajaran, dan keuangan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan hipotesis:

H1a = Terdapat perbedaan rata–rata kinerja pelanggan yang signifikan antara

Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se–Eks Karesidenan

Surakarta.

H1b = Terdapat perbedaan rata–rata kinerja pelayanan dan administrasi yang

signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se–

Eks Karesidenan Surakarta.

H1c = Terdapat perbedaan rata–rata kinerja pertumbuhan dan pembelajaran yang

signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se–

Eks Karesidenan Surakarta.

H1d = Terdapat perbedaan rata–rata kinerja keuangan yang signifikan antara

Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se–Eks Karesidenan

Surakarta.

xlvi
H. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan hipotesis di atas maka dapat dibuat kerangka pemikiran

sebagai berikut:

Gambar 1

Skema Konseptual Perbdaningan Kinerja dengan Pendekatan Balanced

scorecard pada Rumah Sakit Se-Eks Karesidenan Surakarta

Perbedaan
Kinerja Rumah
Sakit Swasta
dengan Rumah
Sakit Pemerintah

Kinerja Rumah Kinerja Rumah


Sakit Sakit Swasta
Pemerintah

xlvii
BAB III

METODA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dirancang untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan rata–rata kinerja dengan menggunakan

Balanced scorecard (pelanggan, pelayanan dan administrasi, proses pembelajaran,

dan administrasi serta keuangan) yang signifikan diantara Rumah Sakit–Rumah

Sakit se–Eks Karesidenan Surakarta.

A. POPULASI

Populasi dalam penelitian ini adalah para pimpinan rumah sakit, karyawan,

paramedis dan pasien di lingkungan rumah sakit se- Eks Karesidenan Surakarta.

Jumlah sampel dalam peneltian ini sebanyak 458 responden yang berasal

dari 11 rumah sakit yang terdiri dari 176 orang berasal dari pasien, 176 orang

berasal dari para medis dan karyawan non keuangan serta 106 responden berasal

dari Kasubag. yang menerima dana/anggaran dan karyawan keuangan.

Tabel 1
Daftar Rumah Sakit Se –Eks Karesidenan Surakarta
No. Nama Rumah Sakit Responden
1. PKU Karanganyar 41
2. Rumah Sakit Jati Husada 48
3. Rumah Sakit Jafar Medica 60
4. Rumah Sakit PKU Surakarta 55
5. Rumah Sakit Kasih Ibu 60
6. Rumah Sakit Triharsi 59
7. Rumah Sakit Slamet Riyadi 48
8. Rumah Sakit Assalam Sragen 49
9. Rumah Sakit Kustati Surakarta 58
10. Rumah Sakit Islam Klaten 53
11. Rumah Sakit Banyudono 54
Total 458
Sumber: Hasil Survay

xlviii
B. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu

teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan–

pertimbangan tertentu. Ada pertimbangan yang digunakan dalam dalam penelitian

ini adalah:

1. Dikarenakan banyaknya pasien dan karyawan, maka penulis hanya mengambil

sampel pasien khusus rawat inap sebanyak 15 orang, karyawan sebanyak 5

orang dan para medis 10 orang, serta Kasubag yang menerima dana/anggaran

maupun karyawan keuangan yang ada di rumah sakit baik pemerintah maupun

swasta

2. Dikarenakan keterbatasan waktu sosialisasi penyebaran kuisioner,

keterbatasan tenaga, maka jumlah sampel yang didapat terbatas hanya pada 2

rumah sakit pemerintah dan 9 rumah sakit swasta se–Eks Karesidenan

Surakarta.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dengan menggunakan data primer dari

responden dilakukan dengan metode survai, yaitu dengan cara mengumpulkan

data pokok (data primer) dari suatu sampel dengan menggunakan instrumen

kuisioner dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden.

Data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi dari responden

mengenai variabel–variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Kuisioner

xlix
dikirim secara langsung kepada masing–masing responden dan

mengumpulkannya pada waktu yang disepakati.

Setiap paket kuisioner terdiri dari dua bagian yang harus dijawab oleh oleh

reponden dengan mengikuti perintah yang terdapat di dalam setiap bagian.

Bagian pertama berisi pertanyaan yang berhubungan dengan data demografi

responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, nama rumah

sakit. Bagian kedua adalah pernyataan yang berhubungan dengan pandangan

responden terhadap 4 perspektif balance scorecard.

Data–data dalam penelitian ini harus di uji secara verifikatif oleh sebab itu

jawaban deskriptif yang didapat oleh responden perlu diverifikatifkan terlebih

dahulu dengan menggunakan skala likert. Skala likert adalah salah satu cara untuk

menentukan skor dengan memberikan pertanyaan kepada responden dan memilih

salah satu jawaban yang ada. Skala likert di desainf untuk menelaah seberapa kuat

subyek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada skala 5 titik. Interval skor

yang digunakan dalam skala likert penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1.

b. Jawaban tidak setuju diberi skor 2.

c. Jawaban ragu –ragu diberi skor 3.

d. Jawaban setuju diberi skor 4.

e. Jawaban sangat setuju diberi skor 5.

l
D. Pengukuran Variabel

D.1. Variabel perspektif pelanggan (pasien)

Untuk perspektif ini, peneliti menyebarkan Kuisioner kepada pasien secara

langsung dari masing–masing rumah sakit yang diteliti. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepuasan pelanggan.

Intrumen variabel terdiri dari 7 pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian

Nurbahtiar (2003), yang mengadobsi penelitian Chow et al., (1998), Amaratungga

et al. (2002) dan Robertsone (2002). Instrumen–instrumen itu diukur dengan

menggunakan skala likert. Tipe skala dengan skala 1 (Sangat Tidak Setuju) – 5

(Setuju Sekali)

D.2 Variabel Proses Pelayanan dan Administrasi

Untuk perspektif ini, peneliti menyebarkan Kuisioner dan melakukan

wawancara secara langsung kepada pasien dari masing–masing rumah sakit.

Instumen dalam penelitian ini adalah mengetahui tingkat pelayanan dan

administrasi. Intrumen variabel terdiri dari 10 pertanyaan yang dikembangkan dari

penelitian Nurbahtiar (2003), yang mengadobsi penelitian Chow et al., (1998),

Amaratungga et al. (2002) dan Robertsone (2002).

D.3. Variabel Pembelajaran dan Pertumbuhan

Untuk perspektif ini, peneliti menyebarkan Kuisioner dan melakukan

kepada dokter dan para medis dari masing–masing rumah sakit. Instrumen dalam

penelitian ini adalah mengetahui tingkat pembelajaran dan pertumbuhan.

Intrumen variabel terdiri dari 5 pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian

li
Nurbahtiar (2003), yang mengadobsi penelitian Chow et al., (1998),

Amaratungga et al. (2002) dan Robertsone (2002).

D.4. Variabel Keuangan

Untuk perspektif ini, peneliti menyebarkan Kuisioner kepada pimpinan,

kasubag yang menerima dana dan karyawan keuangan dari masing–masing rumah

sakit. Instrumen penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepuasan pelanggan.

Intrumen variabel terdiri dari 7 pertanyaan yang dikembangkan dari penelitian

Nurbahtiar (2003), yang mengabdosi penelitian Chow et al., (1998), Amaratungga

et al. (2002) dan Robertsone (2002). Instrumen–instrumen itu diukur dengan

menggunakan skala likert.

E. METODA ANALISIS

E.1. Pengujian Instrumen

Uji Validitas data yang digunakan dalam suatu pengujian sangat

menentukan ketepatan pengujian suatu hipotesis. Untuk mengukur kualitas data

yang digunakan ada dua konsep yang digunakan yaitu dengan melakukan uji

validitas dan uji reliabilitas. Jika data kurang reliabel dan kurang valid, maka

kesimpulan yang dihasilkan dari suatu penelitian tersebut akan bias. Menurut

Cooper dan Emory (1995), data penelitian tidak akan berguna jika instrumen yang

digunakan untuk pengumpulan data penelitian tidak memiliki reliabilitas dan

validitas.

lii
E.1.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Jadi

validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuisioner tersebut dapat

mengukur hal yang hendak kita ukur (Ghozali, 2002).

Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan uji validitas adalah

analisis faktor. Dalam metode analisis faktor tersebut, validitas diukur dari

besarnya factor loading. Factor loading menunjukkan kekuatan hubungan antara

variabel dan faktor (Hair, et al.,1998). Menurut Hair et al. (1998) jika factor

loading ³0,50 maka dianggap secara praktis signifikan. Oleh karena itu jika suatu

item pertanyaan mempunyai loading ³0,050 maka item pertanyaan tersebut

dinyatakan valid.

E.1.2. Uji Reliabitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi dari

instrumen yang dimiliki oleh masing–masing variabel, apabila dilakukan

pengukuran 2x atau lebih terhadap gejala yang sama menggunakan alat

pengukuran yang sama. Instrumen dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang

konsisten dan stabil sehingga instrumen ini dapat dipakai dengan aman karena

dapat bekerja dengan baik pada waktu yang berbeda dan kondisi yang berbeda

(Cooper dan Emory, 1995). Penggunaan konsistensi pada penelitian ini

menggunakan koefisien crombach alpha, semakin besar nilai alpha yang

dihasilkan, berarti item pertanyaan dalam kuisioner tersebut semakin reliabel.

liii
Menurut Nunnully (1978) bahwa nilai nilai standar untuk reliabilitas Alpha

Cronbach > 0.60.

E.2. Uji Normalitas

Secara teoritis model yang digunakan dalam penelitian ini akan

menghasilkan nilai parameter model penduga yang sahih bila memenuhi asumsi

normalitas. Normalitas data menggunakan statistik uji kolmogorov–sminov, untuk

menentukan apakah variabel–variabel terdistribusi secara normal atau tidak.

Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%.

Pengujian yang dilakukan adalah dengan menggunakan pengujian dua arah

dengan membdaningkan nilai p. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai

p yang didapat lebih besar dari 0,05 (Yarnest, 2004).

E.3. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis disusun untuk menemukan apakah terdapat

perbedaan yang signifikan dalam pengukuran kinerja dalam dalam kerangka

balanced scorecard pada rumah sakit se-Eks Karesidenan Surakarta. Oleh karena

itu pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis

kuantitatif atau pengujian statistik yang digunakan adalah analisis rata–rata.

Pengujian hipotesisnya mengunakan pengujian unvarians dengan menggunakan

uji t. Uji t digunakan untuk menguji sampel normal. Uji t merupakan metode

statistik parametik. Jika sampel yang diperoleh jumlahnya relatif kecil dan tidak

liv
terdistribusi dengan normal, maka dilakukan uji Mann–Whitney U test. Mann–

Whitney U test merupakan metode statistik non parametik.

Langkah – langkah pengujian adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan hipotesis.

a. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengukuran kinerja dalam

kerangka balanced scorecard pada organisasi Rumah Sakit Pemerintah

dan Rumah Sakit Swasta se–Eks Karesidenan Surakarta atau H01:µ1=µ2.

b. Ada perbedaan yang signifikan dalam pengukuran kinerja dalam kerangka

balanced scorecard pada organisasi Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah

Sakit Swasta se–Eks Karesidenan Surakarta atau H1:µ1≠µ2.

2. Menentukan tingkat signifikasi a = 0,05%

3. Melakukan pengujian

Jika tsig £ a maka H1 (H alternatif) diterima sebaliknya jika t signifikan ³ a

maka H0 (H Null) didukung.

lv
BAB IV

ANALISIS DATA

A. Sampel

Jumlah responden yang berhasil terkumpul hingga batas akhir pengujian

kuisioner adalah 458 sampel yang berasal dari 11 rumah sakit se–Eks Karesidenan

Surakarta. Sampel di ambil secara langsung dari rumah sakit dengan mendatangi

satu persatu responden yang ada.

Kuisoner tentang prespektif pelanggan dan perspektif pelayanan dan

administrasi di isi langsung oleh pasien rawat inap. Perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan di isi dokter, perawat dan karyawan non keuangan. Sedangkan untuk

Perspektif keuangan di isi oleh kasubag. yang menerima dana/anggaran dan

karyawan keuangan.

B. HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Instrumen untuk perspektif pelanggan terdiri dari 7 item pertanyaan,

perspektif pelayanan dan administrasi terdiri dari 10 item pertanyaan, perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran terdiri dari 9 item pertanyaan, serta perspektif

keuangan terdiri dari 6 item pertanyaan. Hasil uji validitas dan realibilitas

instrumen penelitian yang dilakukan pada 458 responden pasien pada rumah sakit

se–Eks Karesidenan Surakarta menunjukkan bahwa item pertanyaan yang

digunakan valid dan reliabel. Hasil uji validitas ditunjukkan pada tabel 2.

lvi
Tabel 2
Hasil uji validitas
Perspektif Pelanggan
Butir pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan
L1 0,684 0,148 valid
L2 0,579 0,148 valid
L3 0,411 0,148 valid
L4 0,493 0,148 valid
L5 0,466 0,148 valid
L6 0,330 0,148 valid
L7 0,384 0,148 valid
Y1 0,497 0,148 valid
Perspektif Pelayanan dan Administrasi
Butir pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan
Y2 0,567 0,148 valid
Y3 0,452 0,148 valid
Y4 0,533 0,148 valid
Y5 0,447 0,148 valid
Y6 0436 0,148 valid
Y7 0,480 0,148 valid
Y8 0,408 0,148 valid
Y9 0,456 0,148 valid
Y10 0,574 0,148 valid
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Butir pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan
P1 0,381 0,148 Valid
P2 0,710 0,148 Valid
P3 0,615 0,148 Valid
P4 0,753 0,148 Valid
P5 0,657 0,148 Valid
P6 0,545 0,148 Valid
P7 0,692 0,148 Valid
P8 0,687 0,148 Valid
P9 0,632 0,148 Valid
Perspektif Keuangan
Butir pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan
U1 0,473 0,195 Valid
U2 0,517 0,195 Valid
U3 0,441 0,195 Valid
U4 0,553 0,195 Valid
U5 0,539 0,195 Valid
U6 0,591 0,195 Valid
Sumber : hasil olah data

Dari tabel 2 menunjukan bahwa taraf signifikasi (a) sebesar 5%. Ukuran

sampel (n) sebesar 176 untuk masing-masing perspektif yaitu perspektif pelaggan,

perspektif pelayanan dan administrasi, dan perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran) dengan r-tabel sebesar 0,148. Sedangkan perspektif keuangan

mempunyai ukuran sampel (n) sebasar 106 responden dengan r-tabel sebesar

lvii
0,195. Apabila koefisien korelasi antara skor butir pertanyaan dengan skor total (r-

hitung) lebih besar dari r-tabel, maka butir pertanyaan dinyatakan valid. Keempat

perspektif tersebut menunjukkan bahwa r-hitung lebih besar dari r-tabelnya maka

butir pertanyaan yang ada dari keempat perspektif dinyatakan valid.

Tabel 3
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach’s Alpha N of Item
Perspektif Pelanggan .750 7
Perspektif Pelayanan dan administrasi .806 10
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran .880 9
Perspektif Keuangan .195 6
Sumber : hasil olah data

Tingkat reliabilitas variabel perspektif pelanggan, perspektif pelayanan

administrasi, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif keuangan

dapat di lihat pada tabel 3. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat

reliabilitas lebih besar dari r-tabel sehingga variabel tersebut reliabel. Jadi butir-

butir pertanyaan sudah valid dan reliabel untuk pengukuran perspektif yang ada

dalam balanced scorecard yang meliputi perspektif pelanggan, pelayanan dan

administrasi, pertumbuhan dan pembelajaran serta keuangan.

C. Uji Normalitas

Untuk menguji normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan uji

Kolmogorov, dengan uji ini dapat diketahui data yang digunakan terdistribusi

normal atau tidak.

Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansinya di atas 5 %

maka uji t memenuhi asumsi normalitas.

Hasil uji normalitas dapat disajikan dalam tabel 4.

lviii
Tabel 4
Hasil Pengujian Normalitas
Perspektif Pelanggan
N 176
Normal Parameter a,b Mean 27,66
Std. Deviation 3,004
Most Extreme Absolute ,091
Differences Positive ,086
Negative -,091
Kolmogorov-Sminov Z 1,213
Asymp. Sig. (2-tailed) ,105
Perspektif Pelay dan Adm
N 176
Normal Parameter a,b Mean 39,45
Std. Deviation 4,397
Most Extreme Absolute ,092
Differences Positive ,092
Negative -,068
Kolmogorov-Sminov Z 1,223
Asymp. Sig. (2-tailed) ,099
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
N 176
Normal Parameter a,b Mean 33,50
Std. Deviation 5,919
Most Extreme Absolute ,068
Differences Positive ,046
Negative -,068
Kolmogorov-Sminov Z ,899
Asymp. Sig. (2-tailed) ,394
Perspektif Keuangan
N 106
Normal Parameter a,b Mean 23,68
Std. Deviation 3,388
Most Extreme Absolute ,102
Differences Positive ,054
Negative -,102
Kolmogorov-Sminov Z 1,054
Asymp. Sig. (2-tailed) ,216
Sumber : hasil olah data
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov–Sminov Z untuk

perspektif pelanggan adalah 1,213 dan signifikansinya 0.105 lebih besar dari taraf

signifikan 0,05 sehingga data tersebut berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-

Sminov Z untuk perspektif Keuangan adalah 1,054 dan signifikansinya 0.216

lebih besar dari taraf signifikan 0,05 sehingga data tersebut berdistribusi normal.

Nilai Kolmogorov-Sminov Z untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

lix
adalah 0899 dan signifikansinya 0.3945 lebih besar dari taraf signifikan 0,05

sehingga data tersebut berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov–Sminov Z untuk

perspektif proses pelayanan dan administrasi adalah 1,225 dan signifikansinya

0.099 lebih besar dari taraf signifikan 0,05 sehingga data tersebut berdistribusi

normal.

D. PENGUJIAN HIPOTESIS

D.1. Pengujian I: Perbedaan Perspektif Pelanggan antara Rumah Sakit

Pemerintah dan Swasta Se–Eks Karesidenan Surakarta

Untuk mengetahui perbedaan perbedaan perspektif pelanggan antara

rumah sakit pemerintah dan swasta se–Eks Karesiden Surakarta digunakan uji t

dengan menggunakan SPSS.

Hasil perhitungan dari data yang diperoleh secara studi empiris disajikan

dalam tabel 5 sebagai berikut ini.

Tabel 5
Hasil Pengujian Perspektif Pelanggan
Levene’s Test For
Equity Of Variance
95% Confidences
Interval of the
Differences
F Sig. T df Sig. Mean Std. Error
(2-tailed) Differences Differences
Perspektif Pelanggan Equal variances 1.041 ,039 -,651 174 ,516 -,393 ,603 - ,796
assumed 1,583
Equal variances -,773 51,411 ,443 -,393 ,506 - ,627
not assumed 1,412
Sumber : hasil olah data

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa dengan menggunakan taraf signifikansi

sebesar 5 % ternyata nilai sig (0,516) lebih besar dari 0,05 sehingga pengujian I

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata–rata yang signifikan antara rumah

sakit pemerintah dan swasta se–Eks Karesidenan Surakarta dalam perspektif

pelanggan.

lx
Tabel 6
Statistik Diskriptif Perspektif Pelanggan

Kelompok Rumah Sakit N Mean Std. Std. Error


Deviation Mean
Perspektif Pelanggan RS Pemerintah 30 27,33 2,397 ,438
RS Swasta 146 27,73 3,117 ,258
Sumber : hasil olah data

Dari tabel 6 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan perspektif pelanggan.

Hal ini dapat ditunjukkan dari besarnya mean, nilai mean kelompok rumah sakit

pemerintah dan rumah sakit sama yaitu sebesar 27,33. Hal ini berarti responden

rumah sakit pemerintah maupun swasta rata- rata memberikan respon yang sama

sebesar 27,33 dalam hal layanan pelanggan meliputi pemeriksaan kesehatan,

pengobatan dan perawatan pada rumah sakit; propesionalisme dokter; kepuasanan

pelayanan yang diberikan perawat; pelayanan administrasi; fasilitas yanga ada;

tarif pemeriksaan; dan ruang rawat inap.

D.2. Pengujian II: Perbedaan Perspektif Proses Pelayanan dan Administrasi

Antara Rumah Sakit Pemerintah Dan Swasta Se-Eks Karesidenan

Surakarta.

Untuk mengetahui perbedaan perspektif pelayanan dan administrasi antara

rumah sakit pemerintah dan swasta Se-Eks Karesidenan Surakarta digunakan uji t

dengan menggunakan SPSS.

Hasil perhitungan dari data yang diperoleh secara studi empiris disajikan

dalam tabel 7 sebagai berikut:

lxi
Tabel 7
Hasil uji t :perbedaan perspektif pelayanan dan administrasi
Levene’s Test For
Equity Of Variance
95% Confidences
Interval of the
Differences
F Sig. t df Sig. Mean Std. Error
(2-tailed) Differences Differences
Perspektif Pelayanan Equal variances 3,173 ,077 -2,191 174 ,,029 -1,914 ,872 -3,653 -,193
danadmministrasi assumed
Equal variances -,236 52,273 ,011 -1,914 ,726 -3,371 1, 457
not assumed
Sumber : hasil olah data

Dari hasil olah data, dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5 %

ternyata nilai sig (0,029) lebih kecil dari 0,05 sehingga pengujian II menunjukkan

bahwa ada perbedaan rata–rata yang signifikan antara rumah sakit pemerintah dan

swasta dalam perspektif proses pelayanan dan administrasi.

Tabel 8
Statistik Diskriptif Perspektif Pelayanan dan Administrasi
Kelompok Rumah Sakit N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Perspektif Pelayanan RS Pemerintah 30 37,87 3,411 ,623
dan Administrasi RS Swasta 146 39,78 4,514 0,374
Sumber : hasil olah data

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa mean rumah sakit pemerintah lebih kecil

sebesar 37,87 dibdaningkan dengan mean rumah sakit swasta sebesar 39,78. hal

ini berarti respon rata–rata responden rumah sakit pemerintah di lihat dari

perspektif pelayanan administrasi kurang bagus dibdaningkan rumah sakit swasta.

Tabel 9
Statistik Diskriptif Kelompok Proses Pelayanan dan Administrasi
Crosstabulation
Total
Rendah Sedang Tinggi
Kelompok RS RS Pemerintah Count % within 3 26 1 30
Kelomp. RS 10,0% 86,7% 3,3% 100,0%
RS Swasta Count % within 22 102 22 146
Kelomp. RS 15,1% 69,9% 15,1% 100,0%
Total Count % within 25 128 23 176
Kelomp. RS 14,2% 72,7% 13,1% 100,0%
Sumber : hasil olah data

Katerangan :

lxii
Rendah (jika < m-s) = <35
Sedang ( Jika m-s≤nilai≤ m+s) = 35≤nilai≤44
Tinggi (Jika >m+s) = 44

Dari tabel 9, diketahui bahwa respon dari 86,7% responden pasien rumah

sakit pemerintah menunjukan kategori sedang yaitu total score berkisar antara 35

-44, 10% responden pasien rumah sakit pemerintah menunjukan kategori rendah

yaitu total score kurang dari 35, dan 3,3% responden pasien rumah sakit

pemerintah menunjukan kategori sedang yaitu total score lebih dari 44.

Sedangkan respon dari 69,9% responden pasien rumah sakit swasta menunjukan

kategori sedang yaitu total score berkisar antara 35-44, 15,1% responden pasien

rumah sakit swasta menunjukan kategori rendah yaitu total score kurang dari 35,

dan 15,1% responden pasien rumah sakit pemerintah menunjukan kategori sedang

yaitu total score lebih dari 44.

D.3. Pengujian III: Perbedaan Perspektif Dan Pembelajaran Antara Rumah

Sakit Pemerintah Dan Swasta Se–Eks Karesidenan Surakarta.

Untuk mengetahui perbedaan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

untuk rumah sakit Pemerintah dan Swasta se–Eks Karesidenan Surakarta

digunakan uji t dengan menggunakan SPSS.

Hasil perhitungan dari data yang diperoleh secara studi empiris disajikan

dalam tabel 10.

lxiii
Tabel 10
Hasil Pengujian Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Levene’s Test For
Equity Of Variance
95% Confidences
Interval of the
Differences
F Sig. t df Sig. Mean Std. Error
(2-tailed) Differences Differences
Perspektif Equal variances 9,493 ,002 -3,126 174 ,002 -3,616 1,157 - -1,333
Pertumbuhan dan assumed 5,900
Pembelajaran Equal variances -4147 62,033 ,000 -3,616 ,872 - ,-1,873
not assumed 5,360
Sumber : hasil olah data
Dari tabel 10, dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5 % ternyata

nilai sig (0,000) lebih kecil dari 0,05 sehingga pengujian III menunjukkan bahwa

ada perbedaan yang signifikan antara rumah sakit pemerintah dan swasta Se-Eks

Karesidenan Surakarta dalam perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

Tabel 11
Statistik Diskriptif Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Kelompok Rumah Sakit N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Perspektif RS Pemerintah 30 30,50 3,902 ,712
Pertumbuhan dan RS Swasta 146 34,2 6,077 0,503
Pembelajaran
Sumber : hasil olah data

Dari tabel 11, Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran rumah sakit

swasta lebih tinggi dibdaningkan rumah sakit pemerintah Se-Eks Karesidenan

Surakarta. Hal ini di lihat dari nilai mean rumah sakit pemerintah sebesar 30,50

lebih kecil dibdaningkan rumah sakit swasta sebesar 34,12.

Tabel 12
Statistik Diskriptif Kelompok Proses Pertumbuhan dan Pembelajaran
Crosstabulation
Total
Rendah Sedang Tinggi
Kelompok RS RS Pemerintah Count % within 5 25 0 30
Kelomp. RS 16,7% 83,3% 0,0% 100,0%
RS Swasta Count % within 27 90 29 146
Kelomp. RS 18,5% 61,6% 19,9% 100,0%
Total Count % within 32 115 29 176
Kelomp. RS 18,2% 65,3% 16,5% 100,0%
Sumber : hasil olah data

lxiv
Keterangan:
Rendah (jika < m-s) = <28
Sedang ( Jika m-s≤nilai≤ m+s) = 28≤nilai≤39
Tinggi (Jika >m+s) = 39

Dari tabel 12, repon dari 20 % responden tenaga medis dan karyawan non

keuangan Rumah Pemerintah menunjukan kategori rendah dengan total score

kurang dari 35; 73,3 % responden pasien Rumah Sakit Pemerintah menunjukan

kategori sedang yaitu total score bekisar antara 35–44 dan 6,7 % responden pasien

Rumah Sakit Pemerintah menunjukan kategori tinggi yaitu total score lebih dari

35. Sedangkan jawaban dari 79,2 % responden pasien Rumah Sakit Kustati

Surakarta menunjukan kategori sedang yaitu total score bekisar antara 35–44 dan

20,8% responden pasien Rumah Sakit Kustati Surakarta menunjukan kategori

tinggi yaitu total score lebih dari 35.

D.4. Pengujian IV: Perbedaan Perspektif Keuangan Antara Rumah Sakit

Pemerintah Dan Swasta se –Eks Karesidenan Surakarta.

Untuk mengetahui perbedaan perbedaan keuangan antara rumah sakit

pemerintah dan swasta digunakan uji t dengan menggunakan SPSS.

Hasil perhitungan dari data yang diperoleh secara studi empiris disajikan

dalam tabel 13 sebagai berikut:

lxv
Tabel 13
Hasil Pengujian Perspektif Keuangan
Levene’s Test For
Equity Of Variance
95% Confidences
Interval of the
Differences
F Sig. T df Sig. Mean Std. Error
(2-tailed) Differences Differences
Perspektif Keuangan Equal variances 7,106 ,009 -,179 104 ,858 -,170 ,948 -2,,051
assumed
Equal variances -,280 34,723 ,781 -,170 ,607
not assumed
Sumber : hasil olah data
Dari hasil olah data, dengan menggunakan taraf signifikansi sebesar 5 %

ternyata nilai sig (0,858) lebih besar dari 0,05 sehingga pengujian IV

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rumah sakit

pemerintah dan swasta dalam perspektif keuangan.

Tabel 14
Statistik Diskriptif Perspektif Keuangan
Kelompok Rumah Sakit N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Perspektif Keuangan RS Pemerintah 15 23,53 1,846 ,477
RS Swasta 91 23,70 3,583 ,376
Sumber : hasil olah data
Dari tabel 14 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan perspektif keuangan

disebabkan nilai mean kelompok rumah sakit pemerintah dan rumah sakit sama

yaitu sebesar 14. Hal ini berarti responden rumah sakit pemerintah maupun swasta

rata- rata memberikan respon yang sama sebesar 23 dalam hal keuangan.

E. PEMBAHASAN

Dalam konteks apakah terdapat perbedaan kinerja dengan menggunakan

pendekatan balanced scorcard pada rumah sakit Se-Eks Karesidenan Surakarta

harus dimaknai secara hati–hati karena persepsi atas analis kinerja dengan

pendekatan balanced scorecard di lihat dari aspek pelanggan, pelayanan dan

administrasi, pertumbuhan dan pembelajaran pada rumah sakit se–Eks

lxvi
Karesidenan Surakarta yang digambarkan oleh responden harus dipahami dalam

konteks pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced sorecard pada rumah

sakit. Pembahasan responden seperti yang diuraikan pada bagian pada bagian

sebelumnya memberikan indikasi yang kuat bahwa ada perbedaan yang signifikan

dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard di antara rumah sakit

pemerintah dengan rumah sakit swasta di Karesidenan Surakarta baik di lihat dari

perspektif pelayanan dan administrasi maupun perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran.

Dari hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa pengujian II dan pengujian

III di terima. Sedangkan pengujian I dan pengujian IV di tolak. Temuan pada

hasil uji t menunjukkan bahwa pengukuran kinerja dengan menggunakan

pendekatan balanced scorecard pada rumah sakit se–Eks Karesidenan Surakarta

sebagai berikut:

a. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rumah sakit pemerintah dengan

swasta se–Eks Karesidenan Surakarta di lihat dari aspek perspektif pelanggan

dan perspektif keuangan.

b. Ada perbedaan yang signifikan antara rumah sakit pemerintah dengan swasta

se–Eks Karesidenan Surakarta di lihat dari aspek perspektif pelayanan dan

administrasi dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perspektif pelayanan dan

administrasi, pertumbuhan dan pembelajaran, dan keuangan konsisten dengan

penelitian sebelumnya dari Nurbahtiar (2003) yang melakukan pengukuran

kinerja dengan pendekatan balanced scorecard pada rumah sakit pemerintah dan

lxvii
swasta di Kotamadya Kendari. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan pendekatan

balanced scorecard di lihat dari aspek pelanggan, pelayanan dan administrasi, dan

pertumbuhan dan pembelajaran antara rumah sakit pemerintah dan swasta di

Kotamadya Kendari. Sedangkan untuk aspek keuangan tidak menunjukkan

perbedaan yang signifikan.

Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perspektif pelayanan

dan administrasi; dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran konsisten dengan

penelitian sebelumnya dari Grifith et al. (2002) yang melakukan evaluasi dengan

pendekatan balanced scorecard terhadap 9 multidimensi ukuran kinerja rumah

sakit yang didasarkan pada laporan medicare. Hasil yang diperoleh dari penelitian

ini menunjukkan bahwa dari 9 ukuran yang di uji dan di evaluasi (perspektif

keuangan: arus kas dan perputaran asset, perspektif proses bisnis internal:

mortality, biaya per kasus dan complication, perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran: leng of in patient stay dan persontase pendapatan dari perawatan

pasien rawat jalan, perspektif pelanggan: accupancy dan change in accupancy)

terdapat 7 ukuran (arus kas, perputaran asset, mortality, complication, leng of in

patient stay, biaya per kasus, accupancy) yang sangat berguna untuk digunakan

dalam mengevaluasi kinerja rumah sakit di Amerika Serikat dan ukuran ini

menunjukan kinerja rumah sakit di Amerika Serikat dan mengidentifikasi

kesempatan yang ada sehingga menjadikan organisasi lebih bermanfaat.

lxviii
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian, dapat diperoleh beberapa butir

kesimpulan sebagai berikut ini.

1. H1a di tolak, artinya tidak terdapat perbedaan rata–rata kinerja pelanggan yang

signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se–Eks

Karesidenan Surakarta.

2. H1b diterima, artinya terdapat perbedaan rata–rata kinerja pelayanan dan

administrasi yang signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit

Swasta se–Eks Karesidenan Surakarta.

3. H1c diterima, artinya terdapat perbedaan rata–rata kinerja pertumbuhan dan

pembelajaran yang signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah

Sakit Swasta se–Eks Karesidenan Surakarta.

4. H1d di tolak, artinya tidak terdapat perbedaan rata–rata kinerja keuangan yang

signifikan antara Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta se–Eks

Karesidenan Surakarta.

Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya dari Nurbahtiar (2003),

yang melakukan pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard pada

rumah sakit pemerintah dan swasta di Kotamadya Kendari ditinjau dari aspek

pelayanan dan administrasi, aspek pertumbuhan dan pembelajaran, serta aspek

keuangan. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya dari

lxix
Grifith et al. (2002), yang melakukan evaluasi dengan pendekatan balanced

scorecard terhadap 9 multidimensi ukuran kinerja rumah sakit yang didasarkan

pada laporan medicare ditinjau dari aspek pelayanan dan administrasi, aspek

pertumbuhan dan pembelajaran.

B. KETERBATASAN

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Empat perspektif yang ada dalam penelitian ini hanya digunakan sebatas

pengukuran kinerja saja. Sedangkan tahap perancangan dan implementasi

balanced scorecard belum dilakukan oleh rumah sakit di Karesidenan

Surakarta sehingga keunggulan balanced scorecard belum terlihat jelas.

2. Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dialami penelitian persepsian pada

umumnya, yaitu masalah subyektivitas responden. Keterbatasan ini membuat

penelitian rentan terhadap biasnya jawaban responden.

3. Terbatasnya jumlah Rumah Sakit Pemerintah dalam penelitian ini.

C. SARAN

Dari kesimpulan dan keterbatasan di atas maka peneliti mengajukan saran

sebagai berikut:

1. Perlu dibuat rancangan dan implementasi penggunaan balanced scoracard

pada organisasi kesehatan dengan cara memperjelas visi dan misi rumah sakit,

mengembangkan strategi dan menjadikan balanced scorecard menjadi budaya

organisasi.

lxx
2. Perlu subyektivitas responden dimaknai dengan hati-hati.

3. Perlu diperbanyak jumlah sampel

D. IMPLIKASI

Adapun implikasi penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Bagi Rumah Sakit di Karesidenan Surakarta.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan koreksi yang positif bagi

rumah sakit yang ada di Karesidenan Surakarta untuk meningkatkan

kinerjanya.

2. Bagi Karyawan Rumah Sakit.

Perlu memahami ukuran–ukuran kinerja yang ada agar tidak salah arah dalam

melaksanakan aktivitas – aktivitas untuk tujuan rumah sakit.

lxxi
DAFTAR PUSTAKA

Aidemarck, Lars L.G., 2001. The Meaning of Balanced scorecard In The Care
Organization. Financial Accoutability dan Management, 117: 1, Februari.

Amaratungga, D., Haigh, R., Sarshar, M., dan Baldry, D. 2002. Aplication of The
Balanced scorecard Concept to Develope a Conceptual Framework to
Measure Facilities Management Performance within NHS Facilities.
International Journal Of Health Care Quality Assurance, April.

Alkatiri, A., Soejitno, S., dan Ibrahim, E., 1997. Rumah Sakit Proaktif Suatu
Permulaan Awal. Dirjen Yanmedik Depkes RI Jakarta.

Birkner, R., Lawrence dan Birkner, K Ruth, 1999. The Health dan Safety
Scorecard. Ocvuputional Hazard, June.

BPKP, 2000. Pengukuran Kinerja: Suatu Tinjauan Pada Instansi Pemerintah.


Modul Sosialisaisi Sistem Akuntabioitas Kinerja Instansi Pemerintah
LAKIP.

Ceacilia, Srimindarti. 2008. Balanced scorecard Sebagai Alternatif Untuk


Mengukur Kinerja. Fokus Ekonomi. April.

Chow, W.C., Ganulin D., dan Haddad Kwilliamson, J., 1998. The Balanced
scorecard: A Potent Tool For Energizing dan Focusing Healthcare
Organization Management. Journal of Healthcare Management, 43:3.
May/June.

Cooper, D.R. dan Emory, C.W., 1995. Business Research Methods, Irwin. Home
Wood, Illionois, 5th Edition.

Curtright, Jonathan W., Eric S., dan Edell, M.D., 2000. Strategic Performance
Management Development of a Performance Measurement System at the
Management Clinic. Journal of Healthcare Management 45(1): 58-68.

Griffith J.R., Andrew P., dan Jeffrey A.A., 2002. Measuring Comperatif Hospital
Performance. Journal of Healthcare Management.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPPS.


Bagian Penerbit UNDIP. Semarang

Hermawan, Ancella. 1996. Balanced scorecard sebagai Sarana Akuntansi


Managemen Strategi. Jakarta: IAI.

lxxii
Imelda, R.A.N., 2004. Implementasi Balanced scorecard pada Organisasi Publik.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 06. No.2. Nop. Universitas Petra.
PP. 106-142.

Johson, H.T. dan Kaplan, R.S., 1987. Relevance Lost On The Rise dan Fill of
Management Accounting. Harverd Business School Press.

Jonathan, Sofian. 2007. Workshop Balanced scorecard Untuk Rumah sakit. http:
sisfokampus.com. April

Kaplan, R.S. dan Norton, D.P., 1992. Balanced scorecard Measures That Drive
Performance. Harward Bussiness Review, Jan – Feb.

Kaplan, R.S. dan Norton, D.P., 1992. Using Balanced Scorcard as a Strategic
Management System. Harward Bussiness Review. September – Oktober.

Lapsey, I., dan Petti G.A., 1994. Meeting the Challenge: Accounting for Change.
Financial Accountability Management.

Lim, P.C. dan Tang Nelson K.H., 2000. A Study Of Patients Expectact dan
Satisfaction In Singapore Hospital. International Journal of Health Care
Quality Assurance.

Lusa, Jonatan Sofian. 2007. Balanced scorecard untuk Rumah Sakit. http:
sisfokampus.com. April

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Penerbit Akademi


Managemen Perusahaan YKPN Yogyakarta.

Mardiasmo, 2005. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Dani Yogyakarta.

Malina, Mary, A., dan Selto, Frank, H., 2001. Communicating dan Controlling
Strategy an Emprical of the Effectiveness of The Balanced scorecard.
Http//www.SSRN. Com, PP.1-32.

Menkes RI, 1987. Kep. Menkes No. 866B/Men.Kes/SK/XII/1987. Pembagian


Kelas dalam Klasifikasi I Rumah Sakit Swasta. Jakarta.

Menkes RI, 1992. Kep. Menkes No. 983/Men.Kes/SK/XI/1992. Jasa Rumah


Sakit. Jakarta.

Mulyadi, 1999. Strategic Management System Dengan Pendekatan Balanced


scorecard (Bagian Pertama Dari Dua Tulisan). Usahawan. No 02. Tahun
XXVIII. Februari. Halaman 39-46.

lxxiii
Mulyadi dan Johny Setyawan. 1999. Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen. Aditya Media. Yogyakarta.

Mulyadi, 2009. Sistem Terpadu Kinerja Personel Berbasis Balanced scorecard.


UPP STIM YKPN.

Nunnaly, J.C.1978. Pschometric Theory. MC Graw Hill.New York.

Nurbahtiar, 2003. Pengukuran Kinerja dengan Pendekatan Balanced scorecard


pada Rumah Sakit Pemerintah di Kotamadya Kendari. Tesis Pasca Sarjana
UGM.

Pineno, J Charles., 2002. The Balanced scorecard : An IncrementaL Approach


Model to Helath Care Management. Journal of Health Care Finance,
Summer.

Robertsone, G., 2002. Lokakarya Review Kinerja Pemerintah.

Sekaran, Uma. 2000. Reasearch Methods For Business.3Rd Edition. Jun

Srimindarti, Ceacilia. 2008. Balanced scorecard Sebagai Alternatif Untuk


Mengukur Kinerja. Fokus Ekonomi. April.

Tatikonda Laksmi, U dan Tatikonda, Rao.J., 1998. We Need Dynamic


Performance Measures. Majalah Manajemen Acconting, September.

Yuwono, Sony dan Edy Sukarno. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced
scorecard. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Zellman W.N., Goerge, H.P., Chatherine, B., 2003. Use the Balanced scorecard in
Health Care. Journal of Healthcare Finance. Summer 2003.

lxxiv
lxxv

Anda mungkin juga menyukai