Anda di halaman 1dari 2

Ke-Bahagia-an Sejati yang Gagal

Ke-bahagia-an merupakan kesenangan dan ketenteraman hidup.


Dalam sebuah kehidupan dimana setiap individu mendengung-dengungkan pada puncak tujuan
hidup-nya tidak lain adalah sebuah ke-bahagia-an. Dengan berbagai jalan ia tempuh untuk
mengarungi tujuannya sehingga jiwanya terbebas dari keterikatan duniawi.

Bhagawan Wararuci dalam Kitab Sarasamuscaya


417. Bagi orang bijaksana kelekatan pada objek-objek indra itulah yang justru di
tinggalkannya.

Dengan penuh drama, dunia mempersolek diri dan selalu menjanjikan ketentraman hidup
yang abadi yang pada kenyataan-nya tidak ada (non-sense)!!!. Namun pada kenyataannya
mayoritas masih terbelenggu dengan nafsu indrawi yang lambat laun siap menghantarkan ke
gerbang kenestapaan.

Kemegahan dunia menggoda jiwa-jiwa yang tenang, sehingga tergugahlah nafsu indrawi untuk
mencapainya. Ketika hal itu tidak tercapai, ia selalu mengibaratkan dunia sebagai samudera
duka dan semua makhluk timbul tenggelam di tengah samudera duka yang penuh
penderitaan. Dan ia akan bertanya pada dirinya, Mengapa hidup-ku menjadi demikian
menderita? Semua ini karena indra-mu telah meninggalkan hati nurani sehingga hati nurani
merasa terpidana, merana, tidak tentram, penuh beban dan tekanan. Inilah awal semua
pendertiaan.

Syekh Abu Madyan al-Maghribi dalam kitab al-Hikam al-Ghautsiyyah:


‫ْل‬
,ِ َّ ‫ء ب‬
ِ‫ِالد‬
‫لي‬ ‫ْت‬
َِ
ِ‫دا‬ ْ ِ
‫ِق‬
‫اْل‬ ‫َر‬
‫ْك‬ َْ
ِ ‫ل‬
‫لت‬ ‫ُو‬‫ُص‬ ْ
‫واالو‬ ُِ
‫م‬‫ُر‬‫َاح‬ َّ‫ا‬
‫ِنمـ‬
)١٠٨( ‫َى‬ ‫هو‬ ْ ُ
َ‫ال‬ ‫ِـــم‬ ‫ْك‬
‫ِه‬ ُُ‫َس‬
‫لو‬ ‫و‬
Mereka tak bisa sampai karena tak mengikuti petunjuk dan diarahkan hawa nafsu.

Orang yang diperbudak nafsu dan mereka yang selalu memenuhi kenikmatan indrawi-nya
sungguh tidak akan pernah merasa puas walau segala upaya telah dilakukan untuk
memanjakan nafsu indrawinya itu, bagaikan usaha ayam hutan yang hendak berteduh pada
bayangan burung elang, kapankah ia akan terhindar dari panas terik.

Bhagavad-gita 18.38
Kebahagiaan yang didapatkan dari hubungan indria-indria dengan obyeknya dan kelihatannya
seperti minuman ke-kekal-an pada awal, tetapi akhirnya seperti racun, dikatakan bersifat
nafsu.
Jika ke-bahagia-an yang selama ini tanam hanya terikat pada kesenangan jasmani yang
memenuhi kebutuhan nafsu indrawi yang lambat laun akan mengikis esensi bahagia itu
sendiri, maka ke-bahagia-an batin akan sirna dan deraan nurani akan mempengaruhi emosi
dan suasana hati seorang manusia. Suasana hati akan sangat kacau dan emosi-pun sangat
labil. Dalam keadaan demikian biasanya seorang manusia akan berusaha mencari sesuatu
untuk melampiaskan emosi dan melenyapkan penderitaan sesaat.
Kenikmatan indera hanyalah pembiusan diri yang sementara. Setelah itu, deraan,
ketidaktenteraman, dan rasa bersalah diri akan dating menyerang lagi. Penderitaan dan
deraan nurani jauh lebih menderita daripada penderitaan jasmani, jauh lebih sakit dari pada
irisan sembilu.

Lalu Dimanakah kebahagian sejati ?


Setiap individu yang telah mencapai pada sebuah ke-bahagia-an sejati, ia telah meninggalkan
ikatan-ikatan nafsu-nafsu indrawi. Karena “Kesenangan indra jasmani hanyalah sementara,
namun ke-bahagia-an nurani kekal abadi”.
______________________________________________________
(Pribadi Maha-Kasih Lagu Polos)
Mampu mengalahkan orang lain bukanlah ksatria sejati namun mampu mengalahkan diri
sendiri barulah ksatria sejati.

#al_Hikam
#Bhagavad_Gita
#Sarasamuscaya
#Amongraga_Kawula_Alit

Anda mungkin juga menyukai