Anda di halaman 1dari 27

LAND CLEARING

Dibuat sebagai tugas mata kuliah Tambang Terbuka Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Oleh:
Assyfah Agustika (03021381320014)
Fista Fitri Vertika (03021381320002)
Hadnaltias Alpeki (03021381320028)
Insyaniah Khoiriah (03021281320008)
Try Inda Wulandari (03021381320040)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
LAND CLEARING

A. SISTEM PEMBUKAAN LAHAN


Tahapan pekerjaan penambangan umumnya diawali dengan mempersiapkan lahan, yaitu
mulai dari pemotongan pepohonan hutan, pembabatan sampai ke pembakaran hasilnya,
yang dinamakan land clearing. Jadi land clearing dapat diartikan sebagai suatu aktivitas
pembersihan material hutan yang meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang.
Pekerjaan land clearing ini pada kenyataannya tidak terbatas pada penambangan saja, tetapi
juga meliputi persiapan lahan yang akan dimanfaatkan untuk lokasi pemukiman,
perkantoran, pabrik pengolahan, lapangan terbang dan jalur jalan raya. Intensitas pekerjaan
land clearing sangat dipengaruhi oleh kondisi alami daerah dan lahan yang akan
dimanfaatkan. Kadang-kadang persiapan lahan cukup hanya dengan membersihkan semak
belukar saja kemudian membakarnya. Namun, apabila di daerah tersebut curah hujan
cukup tinggi, maka dengan menggunakan alat yang berkemampuan sama, jadwal land
clearing di lokasi tersebut akan lebih panjang dibanding lokasi yang kecil curah hujannya.
1. Manual
terutama tenaga manusia, alat-alat sederhana, pemakaian tenaga sangat banyak
2. Mekanis
Menggunakan alat-alat pertanian seperti traktor, buldozer. Cara ini digunakan pada
areal yang rata (kemiringan 0-8%). Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat. Satuan
penggunaan alat berat dalam JKT (jam kerja traktor)
3. Chemis
Peracunan pohon atau penyemprotan dengan bahan kimia tertentu (untuk lalang).
Pada daerah curah hujan tinggi kurang efektif. Dibutuhkan air untuk pelarut
herbisida.
Pilihan : tergantung pada keadaan lapangan, ketersediaan tenaga kerja, dana, alat-alat serta
jadwal waktu penanaman yang ditargetkan. Dalam pelaksanaannya dapat menggunakan cara
kombinasi.

Larangan : Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1995 tidak membenarkan melakukan pembakaran
untuk tujuan pembukaan lahan
B. TAHAP PEKERJAAN
1. Membabat / Imas (Underbrushing)
 Memotong anak kayu yang berdiameter < 10 cm
 Menggunakan parang dan kampak
 Pemotongan anak kayu harus putus dan diusahakan serendah mungkin atau
dekat dengan tanah
 Tujuan untuk memudahkan penumbangan pohon dan pelaksanaan perun
mekanis Areal semak belukar tidak perlu diimas, langsung dilakukan perun
mekanis
2. Menumbang (Felling/Cutting)
 Menumbang pohon yang berdiameter > 10 cm secara teratur
 Tinggi penebangan/sisa tunggul dari permukaan tanah :

Diameter Ditebang dari permukaan tanah maks.


> 10 – 15 cm 15 cm (serapat mungkin dengan tanah)
16 – 30 cm 25 cm
31 – 75 cm 50 cm
76 – 150 cm 100 cm
> 150 cm Ditebang pada batas antara akar penguat dengan batang utama
Ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam penumbangan :
 Hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang di atas alur air dan jalan
 Harus dilakukan secara tuntas sehingga tidak ada pohon yang setengah
tumbang maupun pohon yang ditumbuhi oleh tanaman menjalar
 Pohon yang masih tegak tetapi sudah mati tidak perlu ditumbang sampai
pada waktu dilakukan perumpukan (perun mekanis)
 Penumbangan di lahan gambut dilakukan setelah minimum 6 bulan selesai
pembuatan outlet dan main drain serta telah terjadi penurunan permukaan
tanah.
3. Merencek
 Memotong batang, cabang dan ranting
 Pedoman panjang potongan kayu :
Diameter (cm) Panjang Potongan (m)
10 - 30 1,5 – 3
30 - 75 2–4
> 75 4–5

4. Merumpuk (Piling)
 Mengumpulkan batang dan cabang-cabang yang telah dipotong menjadi barisan
yang teratur
 Potongan cabang-cabang disusun di atas potongan batang yang besar
 Jarak antar rumpukan 50 – 100 m.

Mekanismenya :

 Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur rencana rumpukan batang dan berada
di gawangan mati
 Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera putih supaya mudah dilihat
oleh operator alat berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang pembantu
sehingga terdapat 6 – 8 pancang pembantu dalam jaluran
 Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA) dibuat tanda tidak boleh
dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan lebar ± 4 m.
 Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan pengumpulan atau
perumpukan kayu diatur dalam gawangan mati sejauh ± 2,5 m dari radius
pohon sawit dan harus diletakkan rata di permukaan tanah
 Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi
pisau diatur ± 10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.
5. Membersihkan areal
Membersihkan sisa-sisa potongan untuk dikumpulkan di jalur rumpukan secara
sistem mekanis, Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan
kegiatan merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar
baris tanaman dengan arah Timur – Barat
6. Perun mekanis
Perun dengan menggunakan buldozer dan/atau excavator merupakan kegiatan
merumpuk kayu hasil imasan dan tumbangan pada gawangan mati sejajar baris
tanaman dengan arah Timur – Barat
 Jenis alat berat untuk perun mekanis :

Jenis Alat Vegetasi Topografi Posisi Rumpuk Kerapatan kayu


Buldozer Hutan sekunder, Gelombang, darat, datar 4:1 Sedang – rendah
semak belukar
Buldozer Hutan primer Datar, gelombang 2:1 Tinggi – sedang
Buldozer & Hutan primer, Bukit, gelombang Antar teras Tinggi – rendah
Excavator sekunder, semak
belukar
Excavator Hutan primer, Rendahan, gambut 2:1 Tinggi - rendah
sekunder, semak
belukar

Pancang jalur rumpukan

 Pancang jalur rumpukan dipasang di jalur


rencana rumpukan batang dan berada di
gawangan mati
 Tinggi pancang 4 m dan harus dipasang bendera
putih supaya mudah dilihat oleh operator alat
berat. Setiap jarak ± 50 m diberikan pancang
pembantu sehingga terdapat 6 – 8 pancang
pembantu dalam jaluran
 Pada jarak 150 m (inti) atau 200 (plasma/KKPA)
dibuat tanda tidak boleh dirumpuk karena akan digunakan sebagai jalan kontrol dengan
lebar ± 4 m.
Pelaksanaan perun mekanis

 Posisi alat berat berada di gawangan hidup, kegiatan


pengumpulan atau perumpukan kayu diatur dalam gawangan
mati sejauh ± 2,5 m dari radius pohon sawit dan harus diletakkan
rata di permukaan tanah
 Top soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau buldozer, posisi pisau diatur ±
10 cm di atas permukaan tanah dan/atau pisau dipasang gigi.

7. Cincang Jalur
Kegiatan yang dilakukan pada areal datar
 Membebaskan jalur tanam dan titik tanam dari kayu dengan memotong kayu yang
masih melintang pada jalur tanam dan disusun di jalur rumpukan
 Membuat jalur rintis tengah untuk jalan kontrol selebar 4 m arah utara selatan
harus bebas dari kayu
 Menentukan jumlah rumpukan jalur ditetapkan :
a. Pada areal dengan vegetasi padat penentuan ratio rumpukan 1:2
b. Pada areal dengan vegetasi sedang sampai ringan ratio rumpukan 1:4
c. Lebar rumpukan ± 3 m dengan ketinggian maksimal 2 m

Kegiatan yang dilakukan pada areal berbukit

 Penempatan rumpukan dilakukan mengikuti areal kontur dan kayu-kayu yang


melintang pada jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun di jalur
rumpukan
 Untuk areal rendahan, penentuan rumpukan diserahkan kepada kebijakan
manajemen
Metode-metode Penebasan dan Penumbangan
1. Metode Perimeter
Metode ini cocok diterapkan pada areal yang rata. Setelah plot areal yang akan dibuka
telah ditentukan, maka bulldozer mulai menebas atau menumbangkan pohon, dari luar
menuju kedalam, mengelilingi plot area dengan arah gerak bulldozer berlawanan dengan
arah jarum jam.
4. VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PEKERJAAN LAND CLEARING
Keberhasilan pekerjaan land clearing harus mempertimbangkan beberapa variabel, antara lain:
1. PEPOHONAN YANG TUMBUH
Faktor yang mempengaruhi produksi dan biaya : jumlah pohon, ukuran pohon, kerapatan
antar pohon, struktur akar, tanaman yangmerambat di pohon, dan semak belukar. Faktor
ini dinyatakan dalam “tree count”
2. KONDISI DAN DAYA DUKUNG TANAH
Faktor yang mempengaruhi operasi adalahkedalaman tanah pucuk, tipe tanah, kadar air
dlm tanah, dan hadir-tidaknya batuan dankrikil
3. TOPOGRAFI
Kemiringan lembah yang curam, parit, daerah rawa, boulder, dan sungaisemuanya sangat
mempengaruhi kinerja alat di atas normal
4. HUJAN DAN PERUBAHAN CUACA
Sebenarnya seluruh fase land clearing mulai daripenebangan sampai pembakaran
dipengaruhi oleh derajat perubahan cuaca
5. SPESIFIKASI PEKERJAAN
Yang perlu dicatat adalah persentase pekerjaan yangsudah selesai, luas area, jadwal, cara
pembuangan sampah penebangan, konservasi

Pengerjaan land clearing dapat dilakukan secara mekanis dan manual. Secara
mekanis land clearing dikerjakan dengan alat-alat berat seperti Back Hoe, Buldozer dan
Grader. Secara manual land clearing dikerjakan oleh manusia dengan peralatan sederhana
berupa parang, kampak, gergaji, machine saw, cangkul, tembilang, babat.
Jika ditinjau secara ekonomis, penggunaan cara mekanis ataupun manual harus
memperhatikan pada beberapa faktor, yaitu:

1. Jauhnya jarak tempuh untuk mendatangkan alat-alat berat


2. Luasnya lahan
3. Tingkat kesulitan pekerjaan
4. Tingkat standar upah buruh lokal
5. Ketersediaan buruh
6. Biaya sewa/harga beli alat berat
7. Kebijakan dan peratruran pemerintah
8. Harga BBM dan oli mesin traktor
9. Tingkat upah operator traktor
10. Produktifitas kerja traktor
11. Produktifitas tenaga kerja manusia

Perkerjaan land clearing harus dilakukan oleh operator yang benar-benar


berpengalaman,waspadalah terhadap bahaya-bahaya yang akan timbul saat mengerjakan
land clearing, dan jangan lakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Jangan sekali-kali sarang lebah sampai terdorong.
b) Jangan mendorong pohon yang sudah lapuk, dahan kering yang mudah
patah di bagian atasnya. bila menemui hal seperti ini sebaiknya
dipotong saja dengan enchinsaw.
c) Hati-hati terhadap pohon yang menyandar dipohon lain/tidak
ditumbangkan secara tuntas dan waspadalah selalu terhadap akar yang
menyangkut di traktor.

Daerah seperti lereng/tebing curam yang dapat membahayakan operator dan alat
yang dioperasikanya, pengalaman dan pengawasan dilapangan dalam perkerjaan land
clearing perlu ditingkatkan karena kecelakaan tersebut disebabkan oleh bahaya-bahaya
tersebut diatas dan masih banyak lagi bahaya-bahaya lain yang tidak terduga.

a) Membersihkan belukar.
 Belukar tinggi dan pohon berukuran sedang, titik singgung dengan batang pohon
dilakukan pada ketinggian 12-16 inc (300-400 cm) diatas permukaan tanah
sambil mengangkat blade bergerak maju.
 Pembersihan belukar; tekan blade beberapa inci masuk ketanah, kemudian
doronglah dan angkat blade bila belukar sudah tercabut agar tanah bersih dari
akar.

 Pembersihan tanggul; angkat blade sewaktu mendorong.


b) Pembersihan pohon.
 Singkirkan cabang pohon yang sudah mati, potong akar pada posisi berlawanan
dengan arah tumbangnya pohon.

 Potong akar pada dua sisi yang sejajar arah tumbangnya pohon.

 Perlahan-lahan majukan traktor kearah pohon hingga blade menyentuhnya,


dengan blade terangkat tinggi doronglah pohon tersebut kearah tumbang yang
diinginkan. bila titik singgung antara pohon dengan blade buatlah tumpukan
tanah untuk injakkan traktor.

 Pada saat pohon tumbang cepat-cepat mundurkan traktor sehingga tidak melindas
tenggul pohon tersebut.
c) Beroperasi dikemiringan.
 Sedapat mungkin hindari berjalan dikemiringan, kendarai mendaki atau
menuruni lereng bahaya terbalik selalu ada pada operasi pada lereng yang curam.
Jangan mempergunakan gigi transmisi tinggi, pilihlah gigi transmisi yang sesuai
sebelum menuruni lereng. besarnya kemiringan yang dapat anda tanggulangi
tergantung beberapa hal seperti kondisi permukaan tanah, muatan yang akan di
bawa. Jaga sabuk pengaman selalu terpakai selama mengoperaikan traktor
dengan ROPS. pengalaman menunjukan lebih baik tetap berada dalam kabin bila
alat terguling.

d) Menambatkan alat
 Bila memang perlu menambatkan alat berat, gunakan tempat tumpuan yang
kokoh, bahaya tetap mengancam karena dapat saja tambatan tersebut dapat
tercabut. Demi keselamatan kerja bersama, buatlah kebiasaan beroperasi dan
berkerja dengan baik. jaga daerah kerja datar sejauh memungkinkan ini
meningkatkan kesetabilan dan mempermudah gerakkan dan juga memperkecil
kelelehan operator.
e) Waktu Memotong Sisi Tebing
 Waspada terhadap batu dan pohon yang berada diatas, sebaiknya melakukan
pendorongan dimulai dari atas ke bawah. waktu memotong sisi tebing dengan
kemiringan tertentu, operasikan traktor dengan kecepatan rendah dan potong
sedikit demi sedikit, kalau tidak traktor dapat berputar atau terguling apabila
tertabrak batu atau tanggul besar yang terbenam. periksa kalau ada tanah lepas
disekeliling tepi tebing atau karang karena kemungkinan menyebabkan longsor
dan traktor dapat terguling karenanya.

f) Kenakan Selalu Ikat Pinggang Pengaman


 Selalu berada didaerah terlindung dan memperbesar kemungkinan untuk tetap
selamat andaikan traktor terbalik. tengoklah kebelakang traktor sebelum anda
mundur, bunyikan tanda bahaya pada waktu mundur. jangan membawa
penumpang, kecuali tersedia tempat duduk penumpang.
g) Bila Merobohkan Pohon
 Dahan atau cabang pohon yang dapat menimpa, traktor harus dilengkapi dengan
pelindung yang tepat. jangan sekali-kali membiarkan traktor berada pada
perakaran pohon ketika pohon akan ditumbangkan. lebih berhati-hati bila sedang
merobohkan pohon yang bagian atasnya tidak diketahui, kondisinya. jangan
berkerja sendirian didaerah-daerah yang berbahaya.

h) Selalu mengoperasikan traktor dengan kecepatan yang terkendali, aman dalam


kondisi apapun.
 Hindari penggunaan kabel atau pengait yang sudah aus, karena kemungkinan
akan putus dan melukai seseorang. hendaknya diganti terlabih dahulu, selalu
turunkan sarana perlangkapan ketanah, pasang rem dan dudukan transmisi pada
posisi netral sebelum menarik beban/kayu gelondongan atau meninggalkan alat.

i) Kondisi-kondisi yang berbahaya.


 Bila melakukan pemotongan bawah tebing yang tinggi atau tumpukan material,
kondisi demikian amat labil dan memungkinkan terjadinya longsor. Hindari
mengoperasikan traktor anda terlalu dekat tanah/tebing menggantung, lubang
galian yang dalam atau lubang yang curam, berhati-hatilah akan adanya parit-
parit, tebing-tebing, batuan jatuh dan longsoran.

5. ALAT – ALAT DALAM LAND CLEARING


1. BULLDOZER.
Bulldozer ialah alat yang mesin penggerak utamanya adalah traktor. Sebutan
bulldozer berasal dari traktor yng perlengkapan (attachment)-nyadozer atau pendorong
yang disebut juga blade. Kemampuan bulldozer ini untuk mendorong tanah ke muka,
disamping itu ada yang disebut dengan angle dozer yang dapat mendorong tanah atau
material ke samping. Angle ini dapat membuatsudut 25º terhadap posisi lurus Menurut
track-shoe nya, bulldozer dapat dibedakan atas :
a. Crawler tractor dozer (dengan roda kelabang).
b. Wheel traktor dozer (dengan roda ban).
c. Swamp bulldozer (untuk daerah rawa).
Sedangkan berdasarkan penggerak blade-nya, bulldozer dibedakan oleh :
a. Pengendalian dengan kabel.
b. Pengendalian dengan hidrolik.
Bulldozer digunakan untuk mendorong tanah, seperti meratakan tanah dan
mengupas permukaan humus tanah.Fungsi lai dari bulldozer adalah :
a. Membersihkan site dari kayu-kayuan, pokok/tonggak pohon dan batu -
batuan
b. Membuka jalan kerja di pegunungan maupun daerah berbatuan.
c. Memindahkan tanah yang jauhnya hingga 300 feet ( ± 90 meter).
d. Menarik Scrapper.
e. Menghampar tanah isian (fill).
f. Menimbun kembali bekas galian.
g. Membersihkan site atau medan kerja.
Posisi blade pada bulldozer ada 2(dua), yaitu posisi tegak lurus dan
posisimiring. Posisi blade tegak lurus hanya dapat bergerak maju, dan posisi miring
dapat bergerak-gerak sesuai dengan jarak kemiringannya (kedepan dan
kesamping).
Jenis blade yang digunakan pada bulldozer adalah :
a. UNIVERSAL BLADE ( U-BLADE)
Blade ini dilengkapi dengan sayap yang bertujuan meningkatkan
produktivitas. Sayap ini akan membuat bulldozer mendorong /
membawa muatan lebih banyak, karena memungkinkan kehilangan
muatan lebih kecil Kebanyakan blade tipe ini dipakai untuk pekerjaan
reklamasi tanah, peker jaan penyediaan bahan (stock pilling) dan lain-
lain.
b. STRAIGHT BLADE ( S –BLADE)
Blade jenis ini sangat cocok untuk berbagai kondisi medan, blade ini
merupakan modifikasi dari U-blade. Banyak digunakan untuk
mendorong material cohesive, penggalian struktur dan penimbunan.
Dengan memiringkanblade dapat berfungsi untuk menggali tanah keras.
Manuver blade jenis inilebih mudah dan dapat menangani material
dengan mudah.
c. ANGLING BLADE ( A –BLADE)
Blade dengan posisi lurus dan menyudut, juga dibuat untuk
• Pembuangan kesamping (side casting).
• Pembukaan jalan (pioneering roads).
• Penggalian saluran (cutting ditches).
• Sangat effektif untuk pekerjaan side hill cut atau back filling.
• dan lain-lain pekerjaan yang sesuai.
d. CUSHION BLADE ( C –BLADE)
Blade tipe ini dilengkapi dengan rubber cushion (bantalan karet) untuk
meredam tumbukan. Selain untuk push dozing, blade juga dipakai untuk
pemeliharaan jalan dan pekerjaan dozing yang lain. Lebar C-blade
memungkinkan peningkatan manuver. Selain perlengkapan standar
Bulldozer ini juga memiliki beberapa option /Peralatan tambahan
seperti : Pisau garuk, Garu batuan, Pembajak akar,Pemotong pohon
jenis V, Kanopi pelindung operator, Roda pencacah,Kap pelindung
untuk pekerjaan berat dsb
e. BOWL-DOZER
Blade ini dibuat untuk membawa /mendorong material dengan
kehilangansesedikit mungkin, karena adanya dinding besi pada sisi
blade yang cukuplebar. Bentuknya seperti mangkuk, menyebabkan ia
disebut bowl-dozer.
f. BLADE UNTUK MATERIAL RINGAN
Alat ini didesain untuk pekerjaan material non-kohesif yang lebih
ringan.Contohnya seperti stock pile dari tanah lepas/gembur

Perhitungan Produksi Alat Berat

Analisis tentang perhitungan dan produksi alat berat, menyangkut :

a. Perhitungan Waktu Siklus (cycle time) : umum CT = LT + HT + DT + RT + ST dan


disesuaikan dengan jenis alat Bulldozer, Excavator, Dump Truck, Compactor.

CT : Waktu Siklus (Cycle Time).

LT : Waktu Muat (Loading Time).

HT : Waktu Angkut (Hauling Time)


DT : Waktu Pembongkaran (Dumping Time)

RT : Waktu Kembali (Return Time).

ST : Waktu Tunggu (Spotting Time).

b. Perhitungan Produksi Alat :

 Rumusan umum : Produksi Alat = kapasitas x 60/CT x efisiensi.

1. Perhitungan Produksi Bulldozer Produk x D9R


 Waktu Siklus / Cycle Time (Cm)
D D
Cm = + +Z
F R

= 10/67 + 10/100 + 0,05 = 0,3 menit

 Produksi Per Siklus


q = q1 x a = 13,5 x 0,8
= 10,8 m3
 Produksi Per jam
q x 60 x E
Q = = (10,8 x 60 x 0,75) / 0,3 = 1620 m3/jam
Cm
2. Perhitungan Produksi Bulldozer Produk y D275A-5
 Waktu Siklus / Cycle Time (Cm)
D D
Cm = + +Z
F R

= 10/67 + 10/100 + 0,05 = 0,3 menit

 Produksi Per Siklus


q = q1 x a = 13,7 x 0,8
= 10,96 m3
 Produksi Per jam
q x 60 x E
Q =
Cm

= (10,96 x 60 x 0,75 ) / 0,3 = 1644 m3/jam.

TRAKTOR
Alat untuk mengubah energi mesin menjadi energi mekanik. Traktor merupakan prime mover
(penggerak utama) dari sebagian alat-alat besar.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih traktor:


1.Ukuran yang diperlukan untuk pekerjaan tertentu, sehingga alat tersebut betul-betul
efektif.
2.Macam pekerjaan yang akan dikerjakan: menarik scrapper, mengerjakan ripping dan lain-lain.
3.Kondisi tempat bekerja
4.Traksi yang tersedia pada traktor
5.Haul distance
6.Pengangkutan ke tempat kerja
7.Pekerjaan lanjutan setelah pekerjaan pertama selesai, dll

TRAKTOR DIBEDAKAN MENJADI :


A. Crawler Tractor (Traktor Roda Kelabang)
Penting dan banyak digunakan dalam dunia konstruksi. Penggunaannya antara lain:
1.Sebagai tenaga penggerak untuk mendorong dan menarik beban
2.Sebagai tenaga penggerak untuk winch dan alat angkut
3.Sebagai tenaga penggerak blade (bulldozer)
4.Sebagai tenaga penggerak front-end bucket loader

Tipe Traktor Roda Rantai


a.Standard: rantai biasa
b.Swampy: Mempunyai tekanan pada tanah rendah sekali (Low Ground Pressure), cocok
digunakan di rawa, tanah lempung, dsb.
Gambar Jenis Traktor dengan roda rantai

B. Wheel Tractor (Traktor Roda Karet)


Penggunakan Wheel Tractor dimaksudkan untuk mendapatkan kecepatan yang lebih besar,
konsekuensinya tenaga tariknya menjadi lebih kecil

Tipe-tipe Wheel Tractor

1.Traktor Dua Roda


a.Kemungkinan gear yang lebih besar
b.Traksi lebih besar, karena seluruh berat yang ada dilimpahkan kepada dua roda
c.Rolling Resistance (tahanan gelinding) lebih becil, karena jumlah roda lebih sedikit
d.Pemeliharaan ban lebih sedikit

2.Traktor Empat Roda


a.Lebih confortable untuk dikemudikan
b.Pada jalan lebih buruk lebih stabil
c.Kemungkinan menggunakan kecepatan yang lebih besar
Gambar Jenis Traktor dengan roda karet.

Contoh :
Jadi, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan land clearing adalah TP (Underbrushing) + TP
(Felling) + TP (Penumpukan) + TP (Penggaruan)

Anda mungkin juga menyukai