Anda di halaman 1dari 3

Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35–40 m dan

diameter mencapai 125 cm.[2] Batang lurus berbentuk silindris dan tidak
berbanir.[2] Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal
seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika
masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah
tua.[2] Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya
silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala
sari putih, kuning kecoklatan.[3] Buahnya buah kotak, bulat telur,
berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau
cokelat.[4] Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan
tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan
sebagai pohon pelindung.[5] Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini,
dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.[6]Pohon
mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% - 69% sehingga disebut sebagai
pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air.[7] Daun-daunnya
bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan
melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar.[7] Ketika
hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh,
sehingga menjadi cadangan air.[7] Buah mahoni mengandung flavonoid dan
saponin[8]. Buahnya dilaporkan dapat melancarkan peredaran darah sehingga para
penderita penyakit yang menyebabkan tersumbatnya aliran darah disarankan memakai
buah ini sebagai obat, mengurangi kolesterol, penimbunan lemak pada saluran darah,
mengurangi rasa sakit, pendarahan dan lebam, serta bertindak sebagai antioksidan
untuk menyingkirkan radikal bebas[8], mencegah penyakit sampar, mengurangi
lemak di badan, membantu meningkatkan sistem kekebalan, mencegah pembekuan
darah, serta menguatkan fungsi hati dan memperlambat proses pembekuan darah[9].

Mahoni sebagai peneduh jalan.

Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini sesuai
ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa, tanaman ini
bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman penjajahan Belanda mahoni dan
rekannya, Pohon Asam, sudah banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh
terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai
Panarukan. Sejak 20 tahun terakhir ini, tanaman mahoni mulai dibudidayakan karena
kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kualitas kayunya keras dan
sangat baik untuk meubel, furnitur, barang-barang ukiran dan kerajinan tangan. Sering
juga dibuat penggaris karena sifatnya yang tidak mudah berubah. Kualitas kayu
mahoni berada sedikit dibawah kayu jati sehingga sering dijuluki sebagai primadona
kedua dalam pasar kayu. Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya
dipergunakan untuk mewarnai pakaian. Kain yang direbus bersama kulit mahoni akan
menjadi kuning dan tidak mudah luntur. Sedangkan getah mahoni yang disebut juga
blendok dapat dipergunakan sebagai bahan baku lem, dan daun mahoni untuk pakan
ternak.[10]

Ekstrak biji pohon mahoni juga dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk
mengendalikan hama pada pertanaman kubis, yaitu Plutella xylostella dan
Crocidolomia binolalis khususnya pada saat hama berada pada stadia larva.
Penggunaan insektisida botani merupakan salah satu alternatif pengendalian yang
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif akibat penggunaan insektisida sintetik
yang tidak bijaksana.[11][12][13]

Ditemukan

Di Indonesia khususnya pulau Jawa, banyak ditemui kayu Mahoni. Mahoni


dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang
dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung.
Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh
di pasir payau dekat dengan pantai.Mahoni dapat tumbuh dengan subur di
pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar
matahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan
hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama
berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi
untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500
meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C.

Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon
ini sesuai ditanam di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa,
tanaman ini bukanlah tanaman yang baru, karena sejak zaman penjajahan
Belanda mahoni dan rekannya, Pohon Asam, sudah banyak ditanam di pinggir
jalan sebagai peneduh terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh
Daendels antara Anyer sampai Panarukan
Usia panen

Tanaman mahoni lebih digunakan kayunya pada umur 10 tahu sudah diperoleh
kayu cukup untuk bahan kerajinan. Sedangkan cabangnya dapat digunakan
sebagai bahan bakar. Untuk mahoni umur lebih dari 15 tahun maka tanaman
cukup kuat untuk Mahoni yang akan diambil bijinya maka setelah berumur
7 tahun berbunga dan berbuah. Bentuk buahnya bulat telur, berlekuk lima,
warnanya coklat. Biji pipih, warnanya coklat atau hitam. Mahoni
mengandung saponin dan flavonoida.

Sifat

ü Tekstur cukup halus


ü Serat indah
ü Berwarna merah muda hingga merah tua.
ü Mempunyai lingkaran tahun

Masa tanam yang lebih singkat dan harga yang relatif lebih murah
menjadikan kayu Mahoni pilihan lain dari kayu Jati. Namun kurangnya daya
tahan terhadap rayap harus diwaspadai. Kayu Mahoni memiliki tone warna
di kisaran merah hingga merah muda. Memiliki tekstur yang halus, serta
mudah dipotong dan dibentuk.

Anda mungkin juga menyukai