Anda di halaman 1dari 20

Kebidanan Komunitas

“ALAT ANALISIS GENDER MOSER”

Kelompok 2

Anita Damayanti Lubis (1920332043) Deswizar Syaputri (1920332047)


Fuji Rahayu Henafi (1920332041) Putri Gunawan (1920332050)
Lara Syukma Hara (1920332044)
ANALISIS GENDER
Analisis gender adalah suatu alat untuk
menyusun kebijakan Pengarus utamaan
Gender (PUG) dalam rangka strategi
untuk mencapai kesetaraan dan keadilan Tujuan
gender.
1. Mengidentifikasi kesenjangan gender
2. Mengetahui latar belakang terjadinya
kesenjangan gender
3. Menghimpun masalah-masalah karena
kesenjangan gender dan solusinya
4. Mengidentifikasi langkah-langkah
intervensi
Manfaat Analisis Gender

1. Membuka wawasan dalam memahami suatu kesenjangan gender di daerah


pada menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif.
2. Dapat memberikan gambaran secara garis besar atau bahkan secara detil
keadaan secara obyektif
3. menemukan akar permasalahan yang melatar belakangi masalah
kesenjangan gender dan sekaligus dapat menemukan solusi
TEKNIK ANALISIS MOSER
Teknik analisis model Moser atau Kerangka Moser
didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat
teknis dan politis (konflik dalam proses perencanaan dan proses
transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu
“debat).

• dikembangkan oleh Caroline Moser, seorang peneliti senior dengan pengalaman


luas dalam perencanaan gender.
• Kerangka ini didasarkan pada pendekatan Pembangunan dan Gender (Gender
and Development/ GAD) yang dibangun pada pendekatan Perempuan dalam
Pembangunan (Women in Development/ WID) yang lebih awal dan pada teori-
teori feminisme.
 Kerangka ini terkadang diacu sebagai ”Model Tiga Peranan (Triple Roles Models), atau
Kerangka Pemikiran Departemen Unit Perencanaan (Departemen of Planning Unit/ DPU)
karena dikembangkan oleh Moser selagi dia bekerja di Departemen Unit Perencanaan di
University College, London.
 Secara singkat, kerangka ini menawarkan pembedaan antara kebutuhan praktis dan strategis
dalam perencanaan pemberdayaan komunitas dan berfokus pada beban kerja perempuan.
 Uniknya, ia tidak berfokus pada kelembaggan tertentu tetapi lebih berfokus pada rumah
tangga.
Keutamaan kerangka moser

1. Mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki


2. Penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat peranan ganda perempuan terlihat
3. Menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi
4. Penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan kebutuhan
strategis
Kelemahan Kerangka Moser

1. Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial
2. Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan seperti akses atas sumber daya
3. Jika ditanyakan, perempuan akan mengidentifikasikan kebutuhan praktisnya.
4. Pendekatan kebijakan yang berbeda-2 bercampur dalam prakteknya
5. Kerja secara efektif lebih berfungsi sebagai alat analisis intervensi ketimbang perencanaan.
Tujuan Kerangka Perencanaan Gender Dari Moser

1. Mengarahkan perhatian ke cara dimana pembagian pekerjaan berdasarkan gender


mempengaruhi kemampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam intervensi- intervensi yang
telah direncanakan.
2. Membantu perencanaan untuk memahami bahwa kebutuhan-kebutuhan wanita adalah
seringkali berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan laki-laki.
3. Mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan melalui pemberian perhatian kepada
kebutuhan-kebutuhan praktis perempuan dan kebutuhan-kebutuhan gender strategis.
4. Memeriksa dinamika akses kepada dan kontrol pada penggunaan sumberdaya antara
perempuan dan laki-laki dalam berbagai konteks ekonomi dan budaya yang berbeda-beda.
5. Memadukan gender kepada semua kegiatan perencanaan dan prosedur.
6. Membantu pengklarifikasian batasan-batasan politik dan teknik dalam pelaksanaan praktek
perencanaan.
Perkembangan Pendekatan Kebijakan Gender (Moser
1989)
Pendekatan Tujuan Implementasi Asumsi
kebijakan
Kesejahteraan (Welfare) Melibatkan perempuan dalam Proyek-2 kesejahteraan social focus -Perempuan dilihat sebagai penyebab
1950-1970, masih kegiatan pembangunan pada bantuan pangan, nutrisi spt. ketertinggalan
digunakan semata-mata sebagai “ibu yang Ketrampilan masak yang lebih
-peran pasif perempuan dalam penelitian
lebih baik” dan ibu rumah tinggi, dan proyek-2 KB
pertanian, SDA dan pembangunan
tangga
-Tidak ada kaitan antara perempuan, gender dan
isu strategis spt nutrisi, kesehatan dan pangan
LANJUTAN TABEL
Pendekatan
Tujuan Implementasi Asumsi
kebijakan
Kesamaan (Equity) -upaya mensejajarkan perempuan Asalinya dikenal dengan istilah -pengakuan atas ”triple roles” perempuan dalam
dalam pembangunan ”Perempuan dalam pembangunan – pembangunan pada ranah rumah tangga, ekonomi dan
1975-1985, sangat
WID/Women in Development” yang komunitas
dipromosikan pada -mempromosikan perempuan
dipromosikan pada permulaan dekade
konferensi perempuan I sebagai peserta aktif dalam -pengakuan bahwa perempuan memiliki hak-hak dasar
Perempuan PBB dan ”Nairobi Forward
pembangunan tapi juga kebutuhan strategis
Looking Strategies”
-menjawab masalah subordinasi -penelitian pertanian dan SDA mulai mengakui peran
perempuan dalam pembangunan lipat tiga dan kebutuhan strategis perempuan dalam
pembangunan

-perempuan mulai dilihat sebagai korban pembangunan


Anti Kemiskinan -untuk meningkatakan produktifitas Proyek-2 WID berubah fokus pada proyek- -Prioritas utama pada kerentanan dan marginalisasi
perempuan miskin 2 income generating (IGA) skala kecil, ekonomi perempuan
1970an
proyek-2 kerajinan tangan adalah tipikal
-pengentasan kemiskinan melalui -penelitian-2 pertanian dan pembangunan mulai
“proyek perempuan”
peningkatan produksi konsentrasi pada IGA perempuan tapi belum melihat
kepentingan strategis perempuan
LANJUTAN TABEL

Pendekatan
Tujuan Implementasi Asumsi
kebijakan
Effisiensi -mengentaskan kemiskinan dengan -Proyek-2 WID berfokus pada proyek-2 -Perempuan diakui produktif dalam pertanian dan
meningkatkan efisiensi dalam penelitian dan sektoral seperti perempuan dan kehutanan, management SDA.
1980an
pembangunan perempuan dan perikanan dsb.
-perempuan dilihat sebagai solusi terhadap pembangunan;
-meningkatkan partisipasi perempuan dalam -proyek-2 pembangunan masih berkutat pada waktu mereka dilihat sebagai elastis
penelitian dan pembangunan pemenuhan kebutuhan dasar perempuan
-relasi gender sebagai relasi kuasa belum dikenali
-beberapa proyek mulai mengadopsi
-Pengarusutamaan isu perempuan dan gender dalam
perspektif gender ketimbang berbicara semata
pembangunan untuk efisiensi sumber daya proyek
tentang perempuan

Pemberdayaan -pemberdayaan perempuan melalui hak yang Gender dan pembangunan (GAD-gender and -pengakuan bahwa walaupun fokus pada peran perempuan
lebih besar untuk menentukan nasip sendiri development) berfokus pada kebutuhan dasar adalah penting, namun relasi dengan laki-2 dan seluruh
Akhir 1980an
dan strategis dan kerap dipisahkan. sistim politik dan ekonomi adalah sangat penting
-sub-ordinasi sebagai akibat dari penindasan
laki-2 tapi juga sistim yang meninda laki-2 -Perempuan sebagai agen pembangunan dan agenda
terlebih perempuan kolektif perempuan adalah penting

-Perlu dikaji ulang penelitian dan pembangunan


Tiga Konsep Utama Dari Kerangka Moser

1. Peran lipat tiga (triple roles) perempuan pada tiga aras: kerja reproduksi, kerja produktif
dan kerja komunitas. Ini berguna untuk pemetaan pembagian kerja gender dan alokasi kerja
2. Berupaya untuk membedakan antara kebutuhan yang bersifat praktis dan strategis bagi
perempuan dan laki-laki. Kebutuhan strategis berelasi dengan kebutuhan transformasi status
dan posisi perempuan (spt subordinasi).
3. Pendekatan analisis kebijakan – dari fokus pada kesejahteraan (welfare), Kesamaan
(equity), anti kemiskinan, effisiensi dan pemberdayaan atau dari WID ke GAD.
6 Alat Kerangka Perencanaan Gender Moser

Alat 2
Alat 1
• Penilaian Kebutuhan Gender.
• Penilaian kebutuhan gender didasari atas
• Identifikasi Peranan Gender (produkstif,
kebutuhan perempuan yang berbeda dengan
reproduktif, dan kemasyarakatan) laki-laki
• mencakup penyusunan pembagian • Kebutuhan-kebutuhan dibedakan atas:
pemetaan aktivitas laki-laki dan
perempuan dalam rumah tangga selama Kebutuhan Praktis Gender, Kebutuhan Strategis
periode 24 jam. Gender
Alat 3
 Pemisahan data/informasi berdasarkan jenis kelamin tentang kontrol atas sumberdaya dan
pengambilan keputusan dalam rumahtangga.
 Alat ini digunakan untuk menemukan siapa yang mengontrol sumberdaya, pengambil
keputusan dan bagaimana keputusan itu dibuat dalam rumahtangga,
Alat 4
 Menyeimbangkan peran gender antara laki-laki dan perempuan dalam mengelola tugas-tugas
produktif, reproduktif dan kemasyarakatan mereka.
Alat 5
 Matriks Kebijakan WID (Women In Development) dan GAD (Gender And Development) yang
akan memberikan masukan untuk pengarusutamaan gender.

Alat 6
 Pelibatan stakeholder yang meliputi Organisasi Perempuan dan institusi lain dalam
Penyadaran Gender pada Perencanaan Pembangunan.
 Tujuan adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan perempuan masuk dalam proses
perencanaan pemerintah dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender di tingkat
keluarga dan masyarakat.
Tiga Alat Utama Kerangka Moser

Alat 1: Peran lipat tiga (triple roles) Perempuan A. Kerja reproduksi perempuan

  B. Kerja Produktif
  C. Kerja komunitas
Alat 2: Gender need assessment A. Kebutuhan/kepentingan praktis

  B. Kebutuhan/kepentingan strategis

Alat 3: Gender Disaggregated data - intra-household Siapa mengotrol apa dan siapa yang memiliki
kekuasaan atas pengambilan keputusan?
 
Proses Analisis Moser

1. Analisis Pola Pembagian Kerja dalam keluarga


 melalui Curahan Kerja (Profil Kegiatan) untuk laki- laki maupun perempuan (produktif,
reproduktif, maupun sosial kemasyarakatan di tingkat keluarga).
 Melalui analisis ini akan memberikan gambaran sejauh mana laki-laki mengambil bagian
peran domestik, dan sejauh mana perempuan mengambil bagian peran produktif.
 Dapat mengetahui: seberapa jauh perempuan masih mempunyai waktu luang untuk
melakukan kegiatan produktif, peluang baik laki-laki maupun perempuan dalam
memanfaatkan sumberdaya yang ada.
“analisis ini memberikan informasi tentang kekuatan pengambilan keputusan dan peluang
untuk mendistribusikan kekuatan tersebut antara laki-laki dan perempuan.”
2. Analisis Profil Akses (peluang) dan Kontrol (kekuatan dalam pengambilan keputusan)
 berkaitan dengan sumberdaya fisik, situasi dan kondisi pasar, dan sumberdaya sosial-
budaya.

3. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi profil kegiatan serta profil akses dan
kontrol
 Analisis ini dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan hal-hal yang menghambat atau
menunjang sebuah program/ proyek.
 Faktor-faktor yang perlu dianalisis : lingkungan budaya, tingkat kemiskinan, distribusi
pendapatan dalam masyarakat, struktur kelembagaan, penyebaran pengetahuan, teknologi
dan ketrampilan, norma/nilai-nilai individu dan masyarakat, kebijakan lokal/regional,
peraturan/hukum, pelatihan dan pendidikan, kondisi politik, local wisdom dan lain
Teknik Analisis Gender: Model Moser

       
Tujuan/Asumsi Komponen/Langkah Parameter Kegunaan

1. Harus adaperencanaan gender (teknis 1. Tiga peran gender. Relasi kebutuhan strategi Dapat digunakan untuk menyusun
dan politik). 2. Kontrol dan pengambilan gender dan kebutuhan praktis beragam Perencanaan mulai dari
  keputusan. gender pada tiga peran gender tingkat rumahtangga sampai ke
2. Adanya konflik perencanaan. 3. Penilaian strategi gender/ (produktif, reproduktif dan tingkat regional.
kebutuhan praktis gender. sosial)
4. Penyeimbangan peran gender.
5. Matriks Women In Development(WID) dan
Gender And Development (GAD)
(pendekatan kesejahteraan, keadilan, anti-
kemiskinan,
efisiensi dan pemberdayaan).

6. Pelibatan organisasi untuk pemastian


pemasukan kebutuhan strategi gender
dan kebutuhan praktis gender
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai