Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHUALUAN KISTA COKLAT ATAU ENDOMETRIOSIS

LAPORAN PENDAHUALUAN
KISTA COKLAT ATAU ENDOMETRIOSIS
MINGGU KE III STASE MATERNITAS DIRUANG EDELWAIS
RSUP Dr. SOERADJI TIRTO NEGORO KLATEN

Disusun Oleh
Widodo
14160108

PROGRAM STUDI PROPESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2014

A. Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan
atau benda seperti bubur (Dewa, 2000).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya
terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero
dkk, 2005).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan
sel-sel lapisan uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus.
(Brunner & Suddarth, 2002).
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma)
diluar uterus ( Mansjoer, 2001).
Menurut Depkes sendiri penyakit kista merupakan penyakit yang menyerang
kaum perempuan. Kista sendiri merupakan benjolan yang berisi cairan yang berada
di indung telur. Penyakit ini merupakan penyakit tumor jinak, karena kebanyakan
penanganannya tidak melalui operasi besar. Namun berdasarkan tingkatan
keganasan, penyakit kista dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Kista non-neoplastik, yang sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri
setelah 2 hingga 3 bulan.
2. Kista neoplastik, kista ini umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun
tergantung pada ukuran dan sifatnya
Ada 4 macam kista indung telur. Kista fungsional, dermoid, cokelat
(endometriosis) dan kista kelenjar (cystadenoma). Sampai saat ini masih belum
diketahui bagaimana terjadinya kista. Biasanya tumbuh sangat pelan dan sering
terjadi keganasan pada umur lebih 45 tahun. Dari keempat kista ini yang paling
banyak dan justru sering mengecil sendiri seiring dengan membaiknya
keseimbangan hormonal adalah kista fungsional.

Adapun beberapa jenis kista antara lain sebagai berikut:


1. Kista Serosum
a. Berisi cairan bening, bentuk seperti buah yang bertangkai dan
warnanya seperti perasan air kunyit
b. Bersarang di indung telur (ovarium)
c. Pembesaran kista ini dipengaruhi oleh siklus haid
d. Jika terjadi kehamilan sementara ada kista serosum, kista bisa saja
terdesak dengan pertumbuhan janin yang semakin membesar. Akibatnya
bisa terjadi terpelintirnya tangkai kista dan menyebabkan sakit yang
sangat.
2. Kista Musinosum
a. Kista ini berisi cairan lendir yang kental dan lengket, bentuknya
menyerupai ingus tapi sifat pelekatannya mirip dengan tepung kanji.
b. Penanganan kista musinosum harus hati-hati dan seksama agar tidak
pecah. Bila pecah, cairan lengket akan membuat lengket organ-organ yang
ada di dalam perut. Hal ini berbahaya karena bisa membuat usus saling
menempel dan kista semakin sulit diambil.
3. Kista Dermoid
a. Bentuk cairan kista seperti mentega.
b. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tetapi ada juga partikel lain
seperti rambut, gigi, tulang atau sisa-sisa kulit.
c. Dermoid timbul dari sisa-sisa sel embrio yang terpental ke organ genital
sewaktu yang bersangkutan masih dalam kandungan.
d. Seperti halnya kista musinosum, kista dermoid pun penanganannya harus
hati-hati. Jika pecah maka cairan di dalamnya seperti rambut, gigi atau
tulang, bisa masuk ke perut dan menimbulkan sakit luar biasa.
4. Kista Endometriosis
a. Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum.
b. Penyebabnya karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan
yang dibiarkan. Sehingga kuman-kuman masuk ke selaput perut melalui
saluran indung telur.
c. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah
terserang penyakit.
d. Ketika haid tidak semua darah haid keluar mealui lubang vagina, tetapi
ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini merangsang sel-sel rusak
yang ada di selaput perut, sehingga bisa menimbulkan penyakit baru yang
dinamakan endometriosis.
e. Endometriosis sering disebut tumor jinak, karena penyusupannya yang
perlahan.
f. Endometriosis tumbuh di lapangan perut dan pelan-pelan menyebar ke
hamper semua organ. Seperti usus, paru, hati, otot rahim, mata dan otak.
Tetapi tempat bersarang yang paling sering adalah pada diding rahim.
g. Tak heran kalau penderita endometriosis mengalami sakit yang sangat
ketika haid, karena indung telur membengkak ketika haid.
5. Kista korpus luteum
a. Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain
dimulai.
b. Folikel kemudian bereaksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk
pembuahan.
c. Perubahan dalam folikel ini disebut korpus luteum. Tetapi, kadangkala
setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan
jaringan-jaringan mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum
membesar dan menjadi kista.
d. Meski kista ini biasanya hilang dengan sendiri dalam beberapa minggu,
tetapi kista ini dapat tumbuh hingga 4 inchi (10 cm) diameternya dan
berpotensi untuk berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang
menyebabkan nyeri panggul atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista
dapat pecah dan menyebabkan perdarahan internal dan nyeri tajam yang
tiba-tiba.
6. Kista folikular
a. Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat
ovulasi bilamana ada rangsangan LH (Luteinizing Hormone).
b. Pengeluaran hormon ini diatur oleh kelenjar hipofisis di otak. Bilamana
semuanya berjalan lancar, sel telur akan dilepaskan dan mulai perjalannya
ke saluran telur (tuba falloppi) untuk dibuahi. Kista folikuler terbentuk jika
lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai, sehingga
folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur, dan bahkan folikel tumbuh
terus hingga menjadi sebuah kista.
c. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang menimbulkan nyeri dan
sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus haid.
7. Kista Denoma
a. Kista yang berkembang dari sel-sel pada lapisan luar permukaan ovarium,
biasanya bersifat jinak.
b. Kistasenoma dapat tumbuh menjadi besar dan mengganggu organ perut
lainnya dan menimbulkan nyeri.
8. Kista Polikistik ovarium
a. Ovarium berisi banyak kista yang terbentuk dari bangunan kista folikel
yang menyebabkan ovarium menebal.
b. Ini berhubungan dengan penyakit sindrom polikistik ovarium yang
disebabkan oleh gangguan hormonal, terutama hormon androgen yang
berlebihan.
c. Kista ini membuat ovarium membesar dan menciptakan lapisan luar tebal
yang dapat menghalangi terjadinya ovulasi, sehingga sering menimbulkan
masalah infertilitas.

B. Fisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan
dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan
menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan
respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel
endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan
peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan
menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang
menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
C. Pathway
Infeksi Ovarium

Cistoma ovari Pembesaran ovavium

Kistektomi ruptur ovarium

Luka Operasi resiko pendarahan


Gg. perfusi jaringan

Diskontinuitas jaringan

Nyeri akut
Diskontinuitas
jaringan
Resiko Infeksi

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang
terjadi pada dan selama haid. Dismonorea pada endometriosis biasanya
merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin menghebat.
Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui, tetapi mungkin adanya hubungan
dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu
sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis
walaupun kelainan sudah luas, sabaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan
gejala nyeri yang keras. (Prawihardjo 2010).
2. Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Dispareunia yang
merupakan gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karean adanya endometriosis
di kavum Douglasi. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010)

3. Nyeri waktu defekasi, khusunya pada waktu haid


Defekais yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan oleh karena
adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis
dari lumen usus besar tersebut. Endometriosis kandung kencing jarang terdapat,
gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan hematuria pada waktu haid. (Prawihardjo,
Ilmu Kandungan, 2010)
4. Polimenorea dan hioermenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid
yang klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume
pendarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume pendarahan haid
biasa.(H. Hendrik, 2006)

Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu
6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari. Gangguan haid dan siklusnya dapat
terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga
fungsi ovulasi terganggu. (Prawihardjo, 2010).

5. Infertilitas
Infertilitas adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau
tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh. Tiga puluh sampai empat puluh
persen wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Menurut Rubin
kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah kurang lebih
separuh wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada
endometriosis ialah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan
jaringan di sekitarnya. (Prawihardjo, 2010)

E. Pemeriksaan penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasar dari ovarium atau tidak dan untuk mengetahui sifat sifat tumor
tersebut.
2. USG
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid dan dapat dibedakan pula cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak
3. Ultrasound / scan CT : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa.
4. Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis
sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP
dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi. ( Doenges. 2000).
5. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan
foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur barium dalam
colon disebut di atas.

F. Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat
dengan kolon
2. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
3. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
G. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
b. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita
abdomen sebagai penyangga.
d. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda
infeksi, perawatan insisi luka operasi. ( Lowdermilk.dkk. 2005).
H. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya
ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
c. Riwayat kesehatan
d. Pemeriksaan fisik meliputi :
Keadaan umum, BB, TB, TTV, pemeriaksaan head to toe.
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d agen injury fisik
2. Resiko infeksi b.d post operasi kistektomi

3. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi

J. Intervensi Keperawatan
No Dx. NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Nyeri Akut b.d  Kontrol nyeri  Menejemen Nyeri
agen injury Setelah dilakukan 1. Kaji TTV & KU klien
fisik tindakan keperawatan 2. Mengkaji nyeri secara 1. Mengetahui
selama 3x24 jam komprehensif kondisi klien
diharapkan klien dapat 3. Obsevasi reaksi nonverbal 2. Mengetathui
mengontrol nyeri dari ketidak nyamanan skala nyeri
dengan KH: 4. Ajarkan teknik relaksasi klien
1. Klien mampu nafas dalam 3. Mengetahui
mengontol nyeri 5. Anjurkan klien banyak ketidaknyama
2. Klien mengatakan istirahat nan klien
nyeri berkurang, 6. Kolaborasi dengan dokter 4. Mengurahi
skala nyeri untuk pemberian analgesik nyeri klien
1-3 5. Mengurangi
3. Mampu mengenali terjadinya
nyeri nyeri
4. Menyatakan rasa 6. Mengurangi
nyaman setelah nyeri
nyeri berkurang
2 Resiko Infeksi  Kontrol resiko  Kontrol infeksi
b.d post operasi infeksi 1. Bersihkan lingkunagan 1. Menghidari
kistektomi Setelah dilakukan setelah dipakai pasien terjadinya
tindakan keperawatan 2. Membatasi pengunjung infeksi
selama 3x24 jam 3. Mencuci tangan sebelum 2. Menghindari
diharapkan klien dapat dan sesudah melakukan kontaminasi
mengontrol resiko tindakan keperawatan bakteri
infeksi dengan KH: 4. Pertahankan .lingkungan 3. Untuk
1. Klien bebas dari aseptic selama tindakan menghindari
tanda dan gejala keperawatan. terjadinya
infeksi 5. Monitor tanda genjala infeksi
2. Menunjukan infeksi 4. Untuk
kemampuan untuk 6. Dorong masukan nutrisi menjaga steril
mencegah yang cukup 5. Mengetahui
timbulnya infeksi tanda dan
3. Jumlah leukosit gejala infeksi
dalam batas 6. Untuk
normal mempercepat
4. Menunjukan penyembuhan
prilaku hidup sehat luka
3 Kurang  Disiase Proses  Disiase Proses
pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien 1. Mengetahui
b.d kurang tindakan keperawatan terhadap penyakit yang pengetahuan
informasi selama 3x24 jam sedang dialami klien mengenai
diharapkan 2. Berikan informasi tentang terjadinya
pengetahuan terhadap terjadinya penyakit penyakit
penyakit klien 3. Gambarkan tanda dan 2. Menambah
bertambah dengan gejala yang muncul pada pengetahuan
KH: penyakit klien
1. Pasien dan 4. Gambarkan proses 3. Mengetahui
keluarga penyakit dengan cara yang tanda dan
menyatakan tepat gejala penyakit
pemahaman 5. Anjurkan untuk banyak 4. Mengetahui
tentang penyakit, istirahat & menghindari proses penyakit
kondisi, prognosis capek 5. Menghidari
dan program terjadinya
pengobatan komplikasi
2. Pasien mampu
melakukan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
3. Pasien mamapu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer & Bare (2002). Bruner & Sudant Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Vol 1 Edisi 8. Jakarta: EGC.
Manjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications
2012-2014. Editor : T. Healther Herdman.
Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edition.
Philadelphia : Mosby.

Anda mungkin juga menyukai