Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FILSAFAT ILMU PENGGANTI UAS

“Kajian Implementasi Filosofis di Bidang Pelayanan Kesehatan Berkaitan


dengan Masalah Cloning “
Dosen Pengampu
Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno, M.Hum

OLEH:

SRI RAHAYU
NIM. P1337420817013

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Marilah kita panjatkan kehadiran allah swt karena berkah rahmat dan ridho
sehingga saya dapat menyelesaikan menyusun Tugas yang berjudul “Kajian
Implementasi Filosofis di Bidang Pelayanan Kesehatan Berkaitan dengan
Masalah Cloning “ dengan waktu yang telah ditentukan.
Tugas ini saya buat sesuai dengan pengalaman selama melaksanakan
pendidikan dan berdasarkan referensi-refensi dari buku yang ada serta sebagai wujud
tugas Kami sebagai mahasiswa di program Magister Terapan Kesehatan. Saya
menyadari bahwa penyusunan Tugas ini jauh dari kesempurnaan untuk itu saya
mohon saran dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas ini.
Selanjutnya kami mengucapkan terimah kasih kepada dosen Pengampun Mata
kuliah yang terhormat Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno, M.Hum yang telah
membimbing kami menyusun Tugas ini. Demikian Tugas ini kami buat sebagai salah
satu syarat sebagai tugas mahasiswa pada program Magister Terapan Kesehatan,
lebih dan kurang kami mohon maaf.
Wabillahi taufik walhidayah

wassalamu alaikum warrahmatulahi wabarakatu.

Semarang, Januari 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan ......................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Ilmu .............................................................. 7
B. Kajian Implementasi Filosofis di Bidang Pelayanan Kesehatan
Berkaitan dengan Masalah Cloning ............................................ 7
1. Tinjauan Ontologi terhadap Cloning pada Manusia ............. 7
2. Tinjauan Epistemologi terhadap Cloning pada Manusia ..... 9
3. Tinjauan Aksiologi terhadap Cloning pada Manusia ............ 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak manusia berada di muka bumi, telah dihadapkan pada berbagai
masalah dan dihadapkan untuk mencari pemecahan masalah tersebut. Namun,
dalam mengahadap masalah yang dihadapi, manusia memberikan reaksi yang
berbeda untuk menghadapi masalah tersebut sesuai dengan cara berikir setiap
individu itu sendiri.
Dari hal tersebut, Ada beberapa pendekatan yang dipilih oleh manusia
untuk memahami, mengelola, dan menghayati dunia berserta isinya.
Pendekatan-endekatan tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni, dan
agama. Fisafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hak
makna dan nilai-nilainya. Bidang filsafat sangat luas dan mencakup secara
keseluruahan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula sifat dasar alam semesta
tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.(Tim Dosen
U, 1996.)
Filsafat memberikan asumsi-asumsi dasar bagi setiap cabang ilmu
pengetahuan. Demikian pula halnya dengan pendidikan. Ketika filsafat
membahas tentang ilmu alam, maka diperoleh filsafat ilmu alam. Ketika filsafat
mempertanyakan konsep dasar dari hukum, maka terciptalah filsafat hukum, dan
ketika filsafat mengkaji masalah-masalah dasar pendidikan, maka terciptalah
cabang filsafat yang bernama filsafat pendidikan Jadi, setiap bidang ilmu
mempunyai landasan-landasan filsafat masing-masing.(Maman Rachan d,
2003.)
Pada zaman sekarang, di Negara-Negara maju dan berkembang
bioteknologi berkembang dengan sangat p esat. Kemajuan ini ditandai dengan
ditemukannya berbagai macam teknologi seperti rekayasa genetika, kultur
jaringan, DNA rekombinan pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain.
Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-
penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan. Selain itu
Hal-hal yang mendorong perkembangan bioteknologi ini adalah untuk
meningkatkan mutu baik itu dalam bidang pangan, medis, maupun bidang
kehidupan lainnya. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan kualitas
suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi tersebut dapat

4
memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan gen dari
organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut. Salah satu
penerapan bidang bioteknologi yang sering dibicarakan orang yaitu Kloning.
Namun, masalah kesehatan yang berkaitan dengan cloning Hingga kini
masih menjadi polemik pro dan kontra berkepanjangan., karena masyarakat
memahami bahwa kegiatan reproduksi manusia tidak terlepas dari peran dua
aktor utama sepasang anak manusia yang berbeda jenis kelamin yang pada
gilirannya akan menghasilkan manusia baru. Untuk memainkan peran tersebut
secara baik, kegiatan reproduksi tersebut sudah harus dipersiapkan sejak masih
di dalam kandungan. Selanjutnya siklus kehidupan (life cycle) dijadikan metode
pendekatan penting dan efektif dalam ranah kesehatan reproduksi. Namun
Perkembangan teknologi kedokteran terkini mengantarkan pada cloning yang
memungkinkan terciptanya manusia baru tanpa peran hubungan seksual laki-
laki.
Oleh karena itu, maka filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh
terhadap yang menyeluruh terdapat kehidupan dan dunia. Suatu bidang yang
berubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia. Filsafat
berusaha menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, etika,
estetika, dan agama. Para filsuf telah mencari suatu pandangan tentang hidup
secara terpadu, menuntukan maknanya serta menberitahukan suatu konsepsi
yang berasalan tentang alam semesta dan tempat manusia hidup di
dalamnya.(Maman Rachan d, 2003.)
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah dan ilmu pengetahuan tersebut.
Maksudnya, seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang
ilmunya masing-masing, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap
solipsistis, menganggap bahwa pendapatnya yang paling benar.(Maman Rachan
d, 2003.)
Sehingga, seperti konflik cloning yang dihadapi oleh masyarakat tadi,
maka diperlukan filsafat ilmu yang merupakan sumber dari segala ilmu. Karena
ada hubungan timbal balik antara ilmu pengetahuan dengan filsafat. Karena
banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah.
Dan melalui ilmu dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah fakta-fakta yang
sangat penting bagi perkembangan ide-ide filasafati yang tepat sehingga dapat
sejalan dengan pengetahuan ilmiah.

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Kajian Implementasi Filosofis di Bidang Pelayanan
Kesehatan Berkaitan dengan Masalah Cloning ?
2. Bagaimanakah implementasi cara-cara atau ciri-ciri khas filosofi (Esensial,
holistic atau komprehensif, normatif) dengan cara esensial dapat menggali
permasalahan dasar ontologis sedangkan holistik dapat menggali permasalah
dasar Epistemologi, dan cara berfikir normatif dapat menggali permasalahan
aksiologi di Bidang Pelayanan Kesehatan Berkaitan dengan Masalah
Cloning ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Kajian Implementasi Filosofis di Bidang Pelayanan Kesehatan
Berkaitan dengan Masalah Cloning.
2. Menganalisis implementasi cara-cara atau ciri-ciri khas filosofi (Esensial,
holistic atau komprehensif, normatif) dengan cara esensial dapat menggali
permasalahan dasar ontologis sedangkan holistik dapat menggali permasalah
dasar Epistemologi, dan cara berfikir normatif dapat menggali permasalahan
aksiologi di Bidang Pelayanan Kesehatan Berkaitan dengan Masalah
Cloning.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Ilmu


Kata filsafat dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa
Ingris philosophyyang berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata phileinartinya cinta (love) dan sophia artinya
kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Jadi
seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan.
Filsafat termasuk ilmu yang paling luas cakupanya, oleh karna itu titik
tolak untuk mengenal dan memahami filsafat adalah meninjaunya dari segi
etimoloi. Tinjauan secara etimologis adalah membahas suatu istilah atau kata
dari segi asal-usul kata itu. Pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah
filsafat dan ilmu lain-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Oleh sebab itu,
ada yang mengatakan filsafat sebagai induk atau ibu ilmu atau Mater
Scientiarum (Latin) atau The Mather Of Sciences (Inggris).(Maman Rachan d,
2003.) Secara Historis memang filsafat adalah induk segala ilmu, namu
perkembangan selanjutnya sampai sekarang ini filsafat dikembangkan menjadi
suatu ilmu filsafat. Jikalau filsafat mempunyai anak yang dinamakan ilmu, maka
ilmu mempunyai anak yang dinamakan teknologi. Karena material filsafat
sangat umum, yaitu seluruh kenyataan: tuhan, alam semesta, dan manusia,
padahal ilmu-ilmu membetuk objek material yang khusus, hal ini berakibat
berpisahnya filsafat dan ilmu.
B. Kajian Implementasi Filosofis di Bidang Pelayanan Kesehatan Berkaitan
dengan Masalah Cloning
Kajian filsafat ilmu terhadap pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
masalah kloning manusia dapat dikaji dari 3 (tiga) aspek tinjauan filsafat ilmu
yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi., yaitu :

1. Tinjauan Ontologi Terhadap Kloning Manusia


Istilah “Ontologi” berasal dari bahasa yunani “Onta” yang berarti
sesuatu “yang sungguh-sungguh ada”, “kenyataan yang sesungguhnya”, dan
“Logos” yang berarti “studi tentang” yang membahas seusatu. Pentingnya
ontologis ( hakikat ilmu ) harus terus dilakukan untuk mengenal lebih dalam
suatu ilmu / sifat – sifat dasar ilmu baik iti mempelajari ilmu secara utuh dan

7
termasuk menemukan masalah, agar dapat menemukan solusi dalam
memecahkan masalah yang ditemukan tersebut adalah dengan berfikir
esensial artinya mencoba untuk memberdihkan diri dari perasaan yang
subjektifitas atau mempersiapkan pikiran kita dalam keadaan jernih yang
akan berdampak pada menemukan solusi secara terarah. Setiap saat
menghadapi masalah harus meninggalkan masalah yang subjektifitas harus
lokus ( membatasi masalah ) dengan cara Memaknai persoalan, Memandang
masalah secara substansial, dan Belajar memaknai norma – norma. (Maman
Rachan d, 2003.)
Sehingga ontologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tentang
keberadaan suatu obyek, dalam hal ini kloning ditempatkan sebagai objek
yang akan dikaji dalam tinjauan ontologi ini.
Kata kloning, dari kata Inggris clone, pertama kali diusulkan oleh
Herbert Webber pada tahun 1903 untuk mengistilahkan sekelompok
makhluk hidup yang dilahirkan tanpa proses seksual dari satu induk. Secara
alami kloning hanya terjadi pada tanaman : menanam pohon dengan stek.
Dari sebuah sel yang mempunyai sifat unggul, kemudian dipacu untuk
membelah dalam kultur, sampai ribuan atau bahkan sampai jutaan sel. Tiap
sel mempunyai susunan gen yang sama, sehingga tiap sel merupakan klon
dari tanaman tersebut.(Agustina, 2008)
Lalu percobaan dilanjutkan denganKloning pada hewan dilakukan
mula-mula pada amfibi (kodok), dengan mengadakan transplantasi nukleus
ke dalam telur kodok yang dienukleasi. Sebagai donor digunakan nukleus sel
somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata donor nukleus dari
sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih dapat
membentuk embrio normal. Keberhasilan ini tentu memicu penelitian lebih
lanjut tentang kemungkinan penerapan teknologi kloning ini pada hewan
lain dan manusia. Hingga akhirnya pada tanggal 13 Oktober 1993, dua
peneliti Amerika, Jerry L. Hall dan Robert J. Stillman dari Universitas
George Washington mengumumkan hasil kerjanya tentang kloning manusia
dengan menggunakan metode embryo splitting (pemisahan embrio ketika
berada dalam tahap totipotent) atas embrio yang dibuat secara in vitro
fertilization (IVF). Dari proses embryo splitting tersebut, Hall dan Stillman
mendapatkan 48 embrio baru yang secara genetis sama persis. 18 Penelitian
terhadap kloning ini pun tetap berlanjut.(Agustina, 2008)

8
Sejak Wilmut et al. berhasil membuat klon anak domba yang donor
nukleusnya diambil dari sel kelenjar susu domba dewasa, maka terbukti
bahwa pada mammalia pun klon dapat dibuat. Atas dasar itu para ahli
berpendapat bahwa pada manusia pun secara teknis kloning dapat dibuat.
Namun, masalah cloning ini masih menjadi pro dan kontra.
Sehingga ontology berfungsi membantu memecahkan masalah-
masalah yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu khusus. Pembagian objek
kajian ilu satu dengan lainyya terkadang menimbulkan berbagai
permasalahan misalnya ilmu bioetika dan disiplin etika seperti yang terjadi
dengan masalah pro dan kontra tentang cloning yang dilakukan pada
manusia.(Tim Dosen U, 1996.) Dari hal tersebut ontology membantu ilmu
untuk menyusun suatu pandangan yang integral, komprehensif dan koheren
dengan mengkaji hal-hal khusus yang dikaji sedalam-dalamnya yang pada
ahirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek yang dikaji
tadi yaitu tentang masalah cloning.

2. Tinjauan Epistemologi Terhadap Kloning Manusia


Epistemologi berasal dari kata episteme yang berarti “pengetahuan”
dan logos yang berarti “teori”. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai
teori pengetahuan. Dalam ilmu filsafat, epistemologi dikategorikan sebagai
cabang ilmu yang mempelajari asal mula pengetahuan, struktur, metode dan
validitas pengetahuan. Karena epistemologi merupakan persoalan yang
membahas tentang pengembangan ilmu yang tepat sehingga sifat dari
epistemology ini adalah fokus (terarah pada masalah) dan lokus (membatasi
masalah yang dibahas). Adapun yang dibahas adalah Dalam hal ini yang
menjadi dasar pengembangan teknologi kloning yang merupakan metode
utama untuk menghasilkan individu atau jaringan/ organ tertentu sebagai
tinjauan epistemologi. Sehingga yang ditinjau adalah Jenis dan Metode
Kloning serta prosedur dan mekanisme cloning pada manusia.
a) Jika ditinjau dari cara kerja dan tujuan pembuatannya, kloning dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Kloning Embrional (Embryonal Cloning). Kloning embrional adalah
teknik yang dilakukan untuk memperoleh kembar identik, meniru apa

9
yang terjadi secara alamiah. Setelah pembuahan terjadi, beberapa
buah sel dipisahkan dari embrio hasil pembuahan. (Agustina,
2008)Setiap sel tersebut kemudian dirangsang dalam kondisi tertentu
untuk tumbuh dan berkembang menjadi embrio duplikat yang
selanjutnya diimplementasikan dalam uterus agar berkembang
menjadi individu baru yang memiliki komposisi materi genetik yang
sama dengan klonnya.
2) Kloning DNA Dewasa (Adult DNA Cloning) atau disebut juga
kloning reproduktif (Reproductive Cloning). Kloning DNA dewasa
atau kloning reproduktif adalah rekayasa genetis untuk memperoleh
duplikat dari seorang individu yang sudah dewasa. Dalam teknologi
ini, inti sel berisi materi genetik difusikan ke dalam sel telur. Hasil
fusi dirangsang dengan kejutan listrik agar membelah membentuk
embrio yang kemudian diimplementasikan ke dalam uterus agar
berkembang menjadi janin
3) Kloning Terapeutik (Therapeutic Cloning). Kloning terapeutik
adalah rekayasa genetis untuk memperoleh sel, jaringan atau organ
dari satu individu tertentu untuk tujuan pengobatan atau perbaikan
kesehatan. Dari embrio hasil rekonstruksi ‘DNA-sel telur”, diambil
sel-sel bakalnya yang disebut dengan istilah stem cell. Stem cell
adalah sel bakal yang dapat berkembang menjadi berbagai macam
jaringan atau organ sesuai dengan induktor atau rangsangan. Melalui
kloning terapeutik ini dapat dikatakan suplai jaringan dan organ
menjadi tidak terbatas, sehingga seseorang yang memerlukan
cangkokan jaringan atau organ tidak perlu menunggu lama tanpa
kepastian.
b) Prosedur dan Mekanisme Kloning Pada Manusia
Secara teoritis, prosedur dan mekanisme kloning terhadap makhluk
hidup sedikitnya harus melalui empat tahap yang diurutkan secara
sistematis. Keempat tahap itu adaah isolasi fragmen DNA, penyisipan
fragmen DNA ke dalam vektor, transformasi, dan seleksi hasil cloning.
Dalam tataran aplikasi, rentetan proses kloning dapat dilakukan dengan
mengikuti beberapa langkah konkrit berikut, yaitu:
1) Mempersiapkan sel stem, yaitu suatu sel awal yang akan tumbuh
menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari makhluk hidup yang

10
hendak dikloning.
2) Sel stem diambil inti selnya yang mengandung informasi genetik
kemudian dipisahkan dari sel.
3) Mempersiapkan sel telur, yaitu sebuah sel yang diambil dari makhluk
hidup dewasa kemudian intinya dipisahkan.
4) Inti sel dari stem diimplementasikan ke sel telur.
5) Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah
membelah menjadi embrio.
6) Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai
memisahkan diri dan siap diimplementasikan ke dalam rahim.
7) Embrio tumbuh dalam rahim menjadi janin dengan kode genetik
persis sama dengan sel stem donor.

Dilihat dari permasalahan cloning tersebut, landasan epistemologis


adalag menyangkut cara berpikir keilmuan yang berkaitan dengan kriteria
apa agar sampai pada suatu kebenaran ilmiah. Sesuai dengan
perkembangannya, ilmu berkembang melalui cara berpikir rasional.
Empiric rasional, dan rasional empiric eksperimental.
Produk ilmu pengetahuan yang berkembang dibarat seperti cloning
yang merupakan dalam bidang genetika adalah replikasi segmen DNA
tanpa melalui proses seksual. Itulah sebabnya kloning juga dikenal dengan
istilah rekombinasi DNA. Memang canggih dan tampak menarik serta
dapat mempermudah kehidupan manusia. Namun dampak negatifnya pun
sangat kuat antara lain pemusnahan massal alam dan manusia serta
pelecehan kodrat manusiawi (Human nature). Sehingga dibutuhkan
epistemology yang berbeda baik epistemology yang rasional maupun
empirisme yang perlu dilengkapi dengan humanistic religious. Karena cara
berpikir ilmiah bukanlah satu-satunya jalan dalam memecahkan masalah
kemasyarakatan harus mengedepankan juga cita rasa religious dan
spiritual.

3. Tinjauan Aksiologi Terhadap Kloning Manusia


Aksiologi adalah ilmu yang membahas persoalan berupa norma-
norma. Yang jika terlepas maka akan kehilangan kendali, karena aksiologis
brupa kaidah-kaidah moral, etika, agama yang dijadikan dasar pertimbangan

11
mengenai untuk apa teori atau ilmu itu dikembangkan, diterapkan, serta
ditemukan.(U., 2006.)
Sehingga aksiologi ilmu yang mempertanyakan nilai suatu obyek yang
akan dikaji. Karena itu dalam masalah ini diuraikan tentang manfaat dan
kerugian yang ditimbulkan oleh penerapan kloning teknologi reproduksi
pada manusia seta pandangan dari agama.
a) Manfaat Kloning
1) Untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Manfaat kloning terutama
dalam rangka pengembangan biologi, khususnya reproduksi-
embriologi dan diferensiasi. Dengan pengembangan ilu pengetahuan
baru di bidang bioteknologi akan membuka peluang lebar bagi
peneliti untuk menemukan cara baru lagi untuk memecahkan
masalah-masalah yang berujung pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
2) Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
3) Untuk tujuan diagnostik dan terapi. Sebagai contoh jika sepasang
suami isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika thalasemia
mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai
anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan
terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat blastomer. Jika ternyata
salah satu klon blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang
menjurus ke thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk melakukan
terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum dikembangkan menjadi
blastosit.
4) Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai
turunan. Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning
manusia dapat membantu/menyembuhkan pasangan infertil
mempunyai turunan. Secara medis infertilitas dapat digolongkan
sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia merupakan kondisis
yang menghancurkan, atau membuat frustasi.
5) Melestarikan Spesies Langka
6) Meningkatkan pasokan makanan. Kloning dapat menyediakan sarana
budidaya tanaman yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap penyakit,
sambil menghasilkan produk lebih. Hal yang sama bisa terjadi pada
ternak serta di mana penyakit seperti penyakit kaki dan ulut bisa

12
menjadi eradicated.Kloning karena

b) Efek Negatif Kloning


1) Kloning membatasi variasi genetik, keragaman populasi akan hilang,
akibatnya setiap orang memiliki respon yang sama
2) Kloning pada hewan dan manusia masih dipertentangkan karena
akibat yang ditimbulkan seperti contohnya: resiko kesehatan terhadap
individu hasil kloning. Beberapa kalangan berpendapat bahwa
kloning manusia dapat disalahgunakan untuk menciptakan spesies
atau ras baru dengahn tujuan yang bertentangan dengan nilai
kemanusiaan.
3) Terjadi kekecauan kekerabatan dan identitas diri dari klon maupun
induknya. Klon atau individu hasil cloning akan diangggap sebagai
kopian dari individu lain yang dianggap sebagai induknya karena
memiliki sifat yang sama dengan induknya. Sehinggga terjadi
kekacauan apakah status klon tersebut adalah anak atau merupakan
kembaran dari individu aslinya.
4) Teknik yang dipakai dalam kloning manusia dianggap tidak aman
dan efektif. Hal ini justru dapat merendahkan martabat manusia
karena resiko kerusakan masih sangat tinggi. Hal ini tidak etis karena
hasil yang akan dicapai dengan program itu masih jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan resiko kerusakan yang dihasilkan oleh teknik
kloning tersebut.
5) Ketidakadilan Sosial. Biaya yang dibutuhkan dalam kloning tentu
akan sangat besar, dan hanya orang-orang kayalah yang mampu
membuat kloning. Hal ini tentu akan semakin memperlebar jurang
antara orang kaya dan orang miskin
6) Melanggar hak untuk dikandung secara natural. Setiap individu
memiliki hak untuk dikandung secara natural oleh ibunya. Dalam
kloning, terbentuknya embrio terjadi dibawah rekayasa manusia
(tidak secara natural), dan terjadi tidak di dalam rahim seorang
perempuan .
7) Pelanggaran terhadap martabat prokreasi. Prokreasi terjadi dengan
adanya persatuan seksualitas manusia antara laki-laki perempuan
secara natural (ada hubungan seksual).

13
8) Pada Kloning terapeutik. Jumlahnya sel somatik sedikit, sangat
jarang ditemukan pada jaringan matur.

c) Pandangan Agama Terhadap Cloning Manusia


Dalam agama islam, sangat mendukung bahkan memuliakan
para ilmuwan. Namun, bila ilmu pengetahuan itu membahayakan
serta tidak mengandung manfaat, maka Islam mengharamkan dengan
melindungi dari bahaya tersebut. Sesuai dengan firman allah dalam
QS. Al-Isra : 70).
“Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami
angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami
ciptakan”. (QS. Al-Isra : 70).

Praktik Kloning manusia berimplikasi negatif secara langsung


pada hukum-hukum yang ditetapkan Al-Qur’an dan hadist, yaitu :
1) Hubungan perkawinan. Kloning mampu memproduksi manusia
tanpa melalui hubungan seksual. Dan proses tersebut
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist yang menetapkan
bahwa untuk memperoleh keturunan diharuskan melalui
hubungan seksual yang di legislasi oleh sebuah lembaga
perkawinan yang sah.
2) Warisan dan garis keturunan. Kloning dapat berakibat
munculnya kesamaran dalam hal penentuan garis keturunan yang
akan mempengaruhi oleh hukum pembagian warisan.
3) Pemeliharaan anak. Kloning juga dapat menimbulkan kesamaran
dalam masalah kewajiban untuk memelihara dan mendidik anak
hasil produksi Kloning. Islam sangat memperhatikan hubungan
psikologis yang terjalin antara anak dan orang tua. Bila seorang
anak lahir dari hasil kloning, maka akan timbul kesulitan untuk
memastikan siapakah sosok ayah atau sosok ibu yang akan
dijadikan tempat perlindungan psikologisnya.

Berdasarkan uraian tentang cloning terhadap manusia tersebut, maka

14
aksiologi ilmu pengetahuan hadir sebagai strategi untuk mengantisipasi
perkembangan kehidupan manusia yang negative, sehingga ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tetap berjalan pada jalur kemanusiaan.
Sehingga dalam pemilihan objek untuk melakukan penelaahan seperti
masalah cloning tadi, dapat dilakukan secara etis yang tidak mengubah
kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, serta tidak
mencampuri permasalahan kehidupan dan netral dari nilai-nilai yang bersifat
dogmatic, dan arogansi kekuasaan. Karena aksiologis karena aksiologis
berupa kaidah-kaidah moral, etika, agama yang dijadikan dasar
pertimbangan mengenai untuk apa teori atau ilmu itu dikembangkan,
diterapkan, serta ditemukan.(Maman Rachan d, 2003.)

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses kloning pada manusia secara teori bisa dilakukan, namun
persoalannya adalah apakah teknologi sudah cukup matang untuk dilakukan.
Selain itu dari aspek moral dan etika tidak dibenarkan menjadikan manusia
sebagai subyek percobaan, dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Sehingga penerapan teknologi kloning pada manusia sebaiknya tidak perlu
dilakukan dilihat dari segi biaya proses kloning memerlukan dana yang cukup
besar dan dari segi manfaat, kloning manusia tidak memiliki nilai manfaat apa-
apa, karena kloning itu sendiri hanya untuk menciptakan individu baru yang
sama persis dengan induknya, memperbanyak individu yang persis dengan
induknyapun memberikan resiko yang tinggi. Dalam pandangan islam pun,
masalah keturunan merupakan sesuatu yang sangat essensial, karena keturunan
mempunyai hubungan erat dengan hukum yang lain seperti pernikahan, warisan,
muhrim, dan sebagainya. Dan apabila ditinjau dari sisi hifzh al-mal (memelihara
harta), akan terkait dengan mashlahat dan mafsadat yang diperoleh dai usaha
pengkloningan
Sehingga, seperti konflik cloning yang dihadapi oleh masyarakat tadi,
maka diperlukan filsafat ilmu yang merupakan sumber dari segala ilmu. Karena
ada hubungan timbal balik antara ilmu pengetahuan dengan filsafat. Karena
banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah.
Dan melalui ilmu dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah fakta-fakta yang
sangat penting bagi perkembangan ide-ide filasafati yang tepat sehingga dapat
sejalan dengan pengetahuan ilmiah. Kajian filsafat ilmu terhadap pelayanan
kesehatan yang berkaitan dengan masalah kloning manusia dapat dikaji dari 3
(tiga) aspek tinjauan filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut maka dapat disarankan agar
masyarakat bisa memahami keberadaan kloning dengan pemahaman
menyangkut pendekatannya melalui pengkajian dari 3 (tiga) aspek tinjauan
filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Serta dalam bidang
biologis, etika moral, religius dan juga efeknya bagi hidup masyarakat manusia
pada umumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

AGUSTINA, F. M. T. 2008. Tinjauan Filsafat Kesehatan Reproduksi. Kesmas:


National Public Health Journal, 3, 126-132.

MAMAN RACHAN D 2003. filsafat ilmu, UPT MKU Universitas Negeri


Semarang; .
TIM DOSEN U 1996. Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Lyberty Yogyakarta; .

U., S. 2006. Pengantar Filsafat Pendidikan, . Alfabeta BC, editor.

17

Anda mungkin juga menyukai