Anda di halaman 1dari 18

ORBITA

Ruang orbita merupakan suatu pyramid. Puncakya disebelah posterior dibentuk


oleh foramen optikum dan basisnya dibagian anterior dibentuk oleh margo orbita.
Dinding medial dari mata kanan dan kiri sejajar. Dinding lateralnya dari mata kanan
tegak lurus terhadap dinding lateral mata kiri.
Tulang-tulangnya terdiri dari :
- Bagian atas : os frontalis, os sfenoidalis
- Bagian medial : os maksilaris, os lakrialis, os sfenoidalis, os etmoidalis,
lamina papirasea hubungan ke os sfenoidalis. Dinding ini paling tipis.
- Bagian bawah : os maksilaris, os zigomatikum, os platinum.
- Bagian lateral : os zigomatikus, os sfenoidalis, os frontalis. Dinding ini
paling tebal.
Di ruang orbita terdapat 3 lubang yang dilalui oleh pembuluh darah, serat saraf,
yang masuk kedalam mata, terdiri dari :
1. Foramen optikum, dialui oleh N. optikus, A. oftalmika.
2. Fisura orbita superior, dilalui oleh V. oftalmika, N,III,IV,VI, untuk otot-otot
dan N.V (saraf sensibel).
3. Fisura orbita inferior, dilauli oleh N.V A. infra orbita.
Ruang orbita dikelilingi oleh sinus-sinus, yaitu :
- Diatas : sinus frontalis
- Dibawah : sinus maksilaris

1
- Dimedial : sinus etmoidalis, sinus sfenoidalis, ruang hidung.
Pertumbuhan penuh dicapai pada umur 18-20 tahun, dengan isinya 30 cc, tinggi
35 mm dan lebar 40 mm. isi orbita terdiri dari : bulbus okuli, N. optikus, otot-otot
mata yang terdiri dari : m. levator palpebra, m. rektus superior, m rektus inferior,
m. rektus lateralis, m. rektus medialis, m. obliqus inferior, m. obliqus superior.
Diantaranya juga terdapat lemak, pembuluh darah, serat-serat saraf dan pembuluh
limfe.
Bagian-bagian orbita :
1. Bola mata (bulbus okuli) :
Terdiri dari segmen atnterior, kornea dan segmen posterior, sklera.
Letaknya dibagian anterior orbita, dikelilingi oleh otot luar mata , kapsula
tendon dan fasia orbita. Di atas bola mata, sebelah temporal, terletak gl.
Lakrimal. Pembuluh darah dan serat saraf, yang megurus bola mata, otot-
otot dan jaringan lain di orbita, masuk ke dalam orbita melalui 3 lubang di
bagian posterior, untuk berakhir di jaringan-jaringan orbita tersebut atau
melalui orbita untuk kemudian pergi ke daerah supra orbita atau infra orbita.
2. Periorbital (fasia orbita)
Merupakan periost dari dinding orbita. Mulai dari margo orbita, fasia
orbita melanjutkan diri sebagai septum orbita, yang melekat pada bagian
atas tarsus. Juga terdapat srabut-serabut dari septum orbita yang pergi ke
otot-otot.
3. Kapsula tenon
Merupakan fasia yang mengelilingi bola mata, mulai dari kornea
belakang, memisahkan bola mata dari lemak diorbita. Dihubungkan dengan
sklera oleh ajringan ikat. Dibagian anterior berhubungan erat dengan
jaringan subkonjungtiva, dibagain posterior menghilang di daerah N.II pada
tempat dimana kapsula tenon dilalui otot-otot maka kapsula ini menjadi
fasia bersama dengan otot.
4. Pembuluh darah :
A.oftalmika dan V. oftalmika superior dan inferior, melalui fisura orbita
superior masuk ke sinus kavernosus.
5. Serat saraf :

2
Motoris : N.III,IV,VI, Sensoris : N.V

Ganglion siliaris, terletak disebelah luar N.II, menerima saraf motoris dari
N.III, sensoris dari N.V dan simpatis dari pleksus karotikus, kemudian
mengeluarkan Nn, siliaris brevis, yang menembus bola mata dibagian posterior.
Oleh karena ruang orbita dikelilingi tulang dan satu-satunya jalan yang terbuka
adalah kedepan, maka setiap perubahan isi, baik yang terletak dipinggir atau di
belakang bola mata, akan menimbulkan perubahan letak dari bola mata kedepan
dan mengakibatkan eksoftalmus (proptosis, protrusion bulbi), dengan tanda-tanda
dianataranya : keterbatasan gerak, diplopi, rasa sakit bila terjadi pembengkakan
yang hebat, mata tak dapat ditutup dengan sempurna (lagoftalmus), sehingga dapat
menimbulkan kerusakan kornea.

A. KELAINAN KONGENITAL :
1. Anoftalmus :
Keadaan dimana bola mata diganti dengan masa kisik atau padat. Pada
pemeriksaan patologis anatomis masih tampak sisa-sisa jaringan mata, yang
tidak berkembang normal. Akibatnya, orbita menjadi lebih kecil atau sangat
kecil. Dengan tidak adanya bola mata yang normal, orbita terhambat
perkembangannya. Sering disertai kelainan kongenital yang lainnya. Dapat
terjadi bilateral atau homolateral.
Pengobatan :
Kosmetik teruatama untuk yang unilateral, dengan pemberian protesa
ukuran maksimal, dengan harapan perkembangan orbita tidak terlalu terlambat
dibandignkan dengan orbita yang ada bola matana, sehingga bentuk muka tidak
terlalu asimetris.
2. Mikroftalmus :
Keadaan dimana bola mata kecil dalam segala diameter.
3. Hidroftalmus (buftalmus) :
Yang didapatkan pada glaucoma kongenital, dimana didapatkan tekanan
intraokuler yang meninggi. Oleh karena bola mata pada anak-anak masih

3
elastis, maka meningginya tekanan intraokuler dapat diikuti dengan
membesarnya bola mata dan terjadilah buftalmus.
B. KELAINAN AKWISTA
1. EKSOFTALMUS (proptosis, protrusion bulbi).
Merupakan keadaan, dimana bola mata menonjol keluar.
Penyebab :
1. Kavum orbita terlalu dangkal
2. Edma, radang, tumor, perdarahan di dalam orbita
3. Pembesaran dari bola mata
4. Dilatasi dari ruangan sinus-sinus disekitar mata dengan berbagai sebab,
radang, tumor dsb
5. Thrombosis dari sinus kavernosus
6. Paralise mm. rekti
7. Eksoftalmus goiter
8. Pulsating exophthalmus
9. Intermittent exophtalmus
Akibatnya :
Timbul bendungan di palpebral, konjungtiva, gerak mata terganggu,
diplopia, ada rasa sakit bila pembengkakan hebat, lagoftalmus karena mata tak
dapat menutup dengan sempurna, sehingga menyebabkan epifora. Tarikan pada
N.II menyebabkan gangguan visus.
Pemeriksaan yang harus dilakukan :
1. Riwayat penyakit
2. Pemeriksaan mata secara sistimatis yang teliti
3. Pemriksaan orbita.
a. Pengukuran proptosis, dengan eksoftalmometer dari Hertl. Yang diukur
adalah jarak antara puncak kornea dan margo orbita lateralis. Nilai
penonjolan mata normal antara 12-20 mm dan beda penonjolan kedua mata
tidak melebihi 2 mm. penonjolan mata lebih dari 20 mm atau beda
penonjolan di kedua mata lebih dari 2 mm merupakan keadaan patologik.
b. Posisi proptosis
c. Proptosis unilateral/bilateral.

4
4. Pemeriksaan radiologi standar
5. Tomografi, pada pemeriksaan radiologi khusus ini didapatkan gambaran
yang lebih baik dalam menilai kelainan tulang orbita, kanal optic dan
struktur sela tursika.
6. Ultrasonografi, merupakan suatu penilaian terhadap jaringan lunak dengan
mempergunakan getaran suara. Ada 2 cara A scan dan B scan
A scan, penilaian hasil echo, untuk mengetahui struktur jaringan.
B scan, memberikan penilaian topografis, untuk mengetahui besar, bentuk
dan lokalisasi jaringan
7. Ct- scan, kelebihannya dari pemeriksaan radiologi standar ialah dapat
terlihatnya struktur jaringan lunak. Dengan bantuan kontras dapat juga
dibedakan tumor ganas dari yang jinak, dimana pada tumor ganas terjadi
peningkatan densitas akibat adanya pertambahan vaskularisasi, sedang pada
tumor jinak tak terdapat pertambahan vaskularisasi.
8. Arteriografi, dengan penyuntikan konras melalaui A.karotis, dapat dilihat
bentuk dan jalannya arteri oftalmika.
9. Venografi, untuk memperlihatkan bentuk dan caliber dari vena oftalmika
superior.

Eksoftalmusmeter Hertl.

2. EKSOFTALMUS GOITER = PENYAKIT GRAVE


Merupakan eksoftalmus yang berhubungan dengan hiperaktivitas dari gl.
Tiroid. Tanda klasik dari penyakit grave terdiri dari : pembesaraan gl. Tiroid, tanda-
tanda tirotoksikosis, kelainan palpebral dan eksoftalmus yang bilateral. Gejala
tirotoksikosis adalah meningkatnya metabolism, banyak berkeringat, kelemahan
otot-otot, berat badan menurun, penderita dalam keadaan tegang, tremor,
oligomenorrhea, atau amenorrhea, tachycardia, kenaikan “cardiac output”, fibrilasi

5
atrial, ekstrasistole, bahkan dekompensasio kordis. Penyakit grave tak selalu
menyertai hipertiroid.
Perubahan di matanya disebut oftalmopati, dengan tanda spesifik :
Tanda spesifik :
1. Tanda dari Von Graef : palpebral superior tak dapat mengikuti gerak bola
mata, bila penderita melihat kebawah. Palpebral superior tertinggal dalam
pergerakannya.
2. Tanda dari Dalrvmple : sangat melebarnya fisura palpebral, sehingga mata
menjadi melotot.
3. Tanda dari Stellwag : frekwensi kedipan berkurang dan tak teratur.
4. Tanda Mobius : kekuatan konvergensi menurun.
5. Tanda dari Gifford : timbulnya kesukaran untuk mengangkat palpebral
superior, oleh karena menjadi kaku.

Eksoftalmus Bilateral Goiter

Penyulit :
Dapat menimbulkan neuropati N. II, yang mungkin disebabkan oleh karena
adanya tekanan dari mixedema jaringan seluler pada pembuluh darah yang
mengurus N.optikus sehingga menimbulkan gangguan nutrisi dan menyebabkan
gangguan visus, juga dari otot-otot yang membesar.
Pengobatan :
- Kausal
- Untuk eksoftalmusnya, diberikan kortikosteroid sistimik dosis tinggi setiap
hari selama 7 hari, untuk mengurangi edemanya.
- Bila sudah disertai neuropati dapat diberikan radiasi atau dekompresi
dengan membuang sebagian jaringan di sekitar N.II.

6
- Pada keadaan dimana kelopak mata sukar menutup pada waktu tidur, maka
diberikan “emullient substance 5%, methylcellulose/mineral oil” untuk
mencegah kekeringan mata. Bila keadaanya lebih hebat, dilakukan
pengecilan fissure palpebral dengan tarsorafi.

3. PULSATING EXOPHTHALMUS
Eksoftalmus yang disertai pulsasi dari bola mata. Dengan palpasi atau
dengan pemeriksaan stetoskop, maka teraba dan terdengar gemuruh di mata, didahi
dan kepala, yang sesuai dengan denyut nadi. Terdapat edema di palpebral,
konjungtiva dan juga di papil N.II. pembuluh darah dipalpebra. Konjungtiva, retina
melebar. Juga ada rasa sakit. Penekanan pada A. Carotis komunis sisi yang sama,
akan meyebabkan pulsasi dan suara gemuruh itu berkurang.
Penyebab :
Sering disebabkan oleh arterio venous aneurysma, antara a. karotis interna
dan sinus kavernosis. Biasanya akibat trauma tembus, pukulan yang keras atau jatuh
dikepala yang menyebabkan kerusakan dasar tengkorak, terutama os sfenoid.
Jarang disebabkan oleh karena degenerasi dinding pembuluh darah. Juga dapat
disebabkan oleh tumor dari pembuluh darah.
Penyakit ini jarang sembuh dengan spontan. Biasaya disertai dengan gejala-gejala
serebral dan perdarahan, yang dapat berakhir fatal.
Pengobatan :
Sementara penekana dengan jari atau dengan alat, pada a. karotis komunis
sisi yang sama. Kemudian dilakukan pengikatan dari a. karotis sisi yang sama atau
V. oftalmika sisi yang sama.

4. EKSOFTALMUS INTERMITEN (eksoftalmus yang hilang timbul)

Penyebab :
Varises pembuluh darah balik diorbita, dapat pula disebabkan trauma atau
tak diketahui sebabnya. Jarang terjadi. Pada varises vena orbita, bila kepala
menunduk timbul pengumpalan darah divena daerah kepala, sehingga terjadi
eksoftalmus. Tetapi bila kepala tegak kembali, eksoftalmusnya akan hilang. Akibat

7
bendungan darah dalam vena, dapat mengakibatkan perdarahan dan menimbulkan
eksoftalmus yang persisten. Visus jarang terganggu.
Pengobatan :
Diseksi dari varises diorbita. Dengan sinar X, supaya terjadi thrombus
divena. Juga dapat dicoba dengan obat-obatan untuk varises pada umumnya.

5. PERIOSTITIS ORBITA
Merupakan peradangan dari periost tulang-tulang orbita. Terjadinya dapat
akut (lues) atau menahun (tbc), dapat terbatas pada margo orbita atau lebih tersebar
kedalam. Pada perjalanan penyakitnya, mungkin terjadi penebalan periost,
pembentukan tulang, abses, timbulnya nekrosis atau karies tulang orbita.
Tanda-tanda kliniknya, bila mengenai margo orbita :
- Terasa sakit, juga pada penekanan dimargo orbita.
- Pada tempat ini timbul benjolan yang sukar digerakkan daridasarnya.
- Palpebral dan konjungtiva bengkak.
- Bila hebat, keadaan umumnya terganggu. Sering berakhir dengan absorpsi
total dari peradangan tersebut, bila pengobatan diberikan segera secar
intensif. Jarang-jarang timbul abses, yang dapat mengadakan perforasi
dikulit.
Melalui fistula ini harus dilakukan probing, untuk mengetahui apakah ada karies
atau tidak. Fistula tetap terbuka berbulan-bulan, sampai tulang yang nekrotik
dikeluarkan. Sesudah itu luka sembuh meninggalkan jaringan parut, yang dapat
menyebabkan ektropion atau lagoftalmus.
Tanda-tanda klinik bila mengenai periost yang lebih dalam :
- Sakitnya lebih hebat, disertai pembengkakan yang hebat dari palpebral dan
konjungtiva.
- Terdapat eksoftalmus. Keadaan umum terganggu.
- Dapat berakhir dengan absorpsi total atau menimbulkan penebalan periost
dan pembentukan nekrosis tulang.
- Kalau terbentuk abses, keadaan lebih buruk dan sukar dibedakan dari
selulitis orbita. Pus dapat menjalar ke depan, tetapi lambat. Yang lebih

8
berbahaya bila pus masuk ke dalam tulang tengkorak, sehingga dapat
menimbulkan meningitis atau abses otak.
Penyebab :
1. Peradangan dari kulit, sinus-sinus dari sekitar mata.
2. Trauma yang disertai infeksi diorbita.
3. Tbc teruatama pada anak-anak. Biasanya mengenai margo orbita lateralis. Pada
tempat initimbul benjolan yang bewrana merah tanpa sakit, yang disebut cold
abscess. Perjalanan penyakitnya menahun.
4. Lues stadium III, pada orang dewasa. Biasanya mengenai margo orbita superior.
Perjalanan penyakitnya akut.
Pengobatan :
Menurut penyebabnya. Untuk di lokal diberikan kompres hangat. Pada yang
supuratif, dilakukan insisi sepanjang margo orbita, untuk mengeluarkan pusnya.
Kemudian dimasukkan tampon yodoform untuk mengeluarkan pusnya dari fistula
dan tampon ini arus diganti setiap hari, sampai pus tidak keluar lagi. Bila ada karies
dari tulang yang nekrotik, harus dikeluarkan dengan operasi.

6. SELULITIS ORBITA :
Merupakan peradangan dari jaringan seluler diorbita, yang biasanya
berakhir dengan supurasi dan terbentuk abses orbita atau orbital phlegmone, abses
retrobulber, pada perabaan terasa fluktuasi.perjalanan penyakitnya biasanya akut,
seperti yang disebabkan oleh kuman pyogrn pneumokok, streptokok atau
stafilokok. Dapat pula terjadi secara menahun seperti pada lues, jamur dan
sarcoidosis. Sering terjadi pada orang dengan gizi yang buruk.

Gambaran klinik pada yang akut :


- Suhu badan meninggi.
- Sakit dibola mata, teruatama pada penekanan.

9
- Bila N.II tak terkena, tak terjadi penurunan visus. Bila terkena baru visusnya
menurun, bahkan dapat terjadi atrofi N.II.
- Eksoftalmus.
- Gangguan gerak mata, diplopia.
- Palpebral dan konjungtiva bengkak.
- Kadang-kadang terjadi perdarahan retina dan koroid, pelebaran pembuluh
darah vena, serta neuritis optika.
- Dapat terjadi abses, dan teraba fluktuasi.
- Sesudah satu minggu, timbulah pus dimargo orbita sebelah atas, memecah
dikulit atau forniks superior.
Kalau pus sudah keluar, tanda-tanda radang mereda. Kemudian lubangnya tertutup
dengan disertai pembentukan jaringan parut. Selulitis ringan dapat diabsorpsi tanpa
pembentukan pus.
Pada yang khronik, perjalanan penyakitnya lebih ringan. Rasa sakit tak jelas,
demamnya ringan, penurunan visus sedikit, palpebral dan konjungtiva tak terlalu
bengkak. Diagnose bandingnya dengan periostitis. Dengan foto rontgen dapat
dilihat penebalan tulang dan adanya karies tulang pada periostitis.
Penyebabnya :
- Peradangan sinus teruatma sinus etmoidalis.
- Periostitis orbita.
- Trauma kecelakaan atau operasi yang disertai infeksi.
- Adanya benda asing diorbita.
- Hordeolum.
- Septikhemi.
- Infeksi akut lainnya seperti influenza.
Pengobatan :
- Selulitis orbita dapat mengakibatkan kebutaan, karenanya diperlukan
pengobatan segera. Penderita harus istirahat penuh dengan dirawat.
- Khemoterapeutika, antibiotika yang berspektrum luas atau yang sesuai
dengan penyebabnya dengan dosis tinggi, diberikan lokal dan sistimik.
- Istirahat di tempat tidur.
- Kompres hangat diberikan pada kasus yang ringan.

10
- Kalua tanda akut sudah mereda, lakukan insisi pada tempat yang
menunjukkan fluktuasi untuk mengeluarkan pusnya.
- Kalua ada benda asing, usahakan mengeluarkannya.
- Cari infeksi fokalnya dan obati.
Prognosis :
Sukar diramalkan, karena kumannya dapat berjalan terus dan menimbulkan
berbagai penyulit baru. Bila pengobatan terhambat, hasilnya akan lebih buruk lagi.
Penyulitnya :
1. Neuritis optik.
2. Panoftalmi.
3. Meningitis.
4. Abses otak.
5. Thrombosis sinus kavernosus atau v. retina sentral.

7. TENONITIS :
Merupakan peradangan serosa dari kapsul-tenon, yang isisnya masuk
keruang tenon.
Penyebab : trauma kecelakaan atau operasi dengan infeksi, influenza, rheuma, gout.
Tanda-tanda klinik :
- Eksoftalmus.
- Gangguan gerak mata.
- Palpebral, konjungtiva bengkak dan merah, terutama pada tempat insersi
dari muskuli rekti.
- Khemosis yang rata.
Perjalanan penyakitnya beberapa minggu. Kemudian timbul perlekatan, antara
kapsul tenon dan bola mata. Dapat terjadi bersamaan dengan iridosiklitis atau
panoftalmi.
Pengobatan :
Menurut penyebabnya. Kompres hangat.

8. TROMBOSIS SINUS KAVERNOSUS


Tanda-tanda klinik :

11
- Eksoftalmus.
- Edema dari konjungtiva dan palpebral.
- Reflex pupil meurun
- Visus menurun.
- Edema papil.
- V. retina sentral melebar.
- Karena saraf-saraf untuk otot-otot mata luar sinus kavernosus, dapat juga
mengenai araf ini dan menyebabkan kelumpuhan dari otot-otot ini dan
strabismus sebagai akibatnya.
- Kejang-kejang sebagai gejala serebral.
- Bila penyebabnya sepsis, terdapat kenaikan suhu.
Penyebabnya :
- Thrombosis sinus kavernosus biasanya aseptic, disebabkan ole trauma yang
mengakibtakan fraktura fosa kranii anterior dan media atau merupakan
penyulit dari bedah saraf.
- Penjalaran infeksi sepanjang pembuluh darah balik, yang mengurus orbita
dan jaringan muka. Misalnya berasal dari selulitis orbita, infrksi piogen
dimuka, terutama pada bagian muka diatas bibir atas, oleh karena thrombus
dapat masuk kedalam v. fasialis, v. oftalmika, kemudian masuk kedalam
sinus kavernosus.
- Infeksi piogen dari telinga, hidung, tenggorokan, gigi, atau pada tempat lain.
Pengobatan :
- Penderita harus istirahat total. Diberikan antibiotika berspektrum luas,
dengan dosis tinggi, sistimik, kalua perlu intravitreal, seperti pensilin,
sefalostin, gentamisin, kloramfenikol.
Bila tak memberikan perbaikan dalam 48 jam pengobatan intensif, mungkin
terdapat resistensi kuman terhadap antibiotika yang dipakai, karenanya perlu
dilakukan juga pemeriksaan biakan dan tes resistensi, utuk menentukan antibiotika
yang tepat guna.
Penyulit :

12
Trombosis sinus kavernosis dapat berakhir dengan kematian ataupun kelumpuhan.
Karenanya memerlukan perawatan intensif bersama, antara ahli penyakit dalam,
ahli saraf dan ahli bedah saraf.
Diagnosa banding dengan selulitis orbita penting:
Selulitis orbita Thrombosis sinus kavernosus
- Unilateral - Bilateral
- Refleks pupil normal - Reflex pupil menurun
- Edema papil (-) - Edema papil (+)
- Rasa sakit hebat - Rasa sakit tidak hebat

9. Pseudo tumor orbita :


Pembengkakan orbita disertai eksoftalmus dapat berasal dari pseudo tumor,
suatu reaksi peradangan, yang klinis menyerupai neoplasma. Penyebabnya ada
yang menyertai penyakit sistimik (eksoftalmus tiroid, granulomatosis Wagener),
peradangan intraorbita yang diketahui penyebabnya (benda asing intraorbita,
setelah terkena trauma), atau peradangan yang tak diketahui sebabnya. Perjalanan
penyakitnya ada yang mendadak ada pula yang menahun. Biasanya monkuler.
Tanda klinik :
- Proptosis
- Gerak mata terganggu
- Pelpebra bengkak
- Kalua mata ditekan kebelakang, terasa ada tekanan, dan sakit.
- Kadang-kadang diplopia
- Tak terdapat tanda radang akut seperti pada selulitis orbita
- Pada biopsy terdapat tanda-tanda radang menurun atau granuloma.
Pengobatan :
Sering tidak memuaskan. Pemberian antibiotika berspektrum luas,
khemoterapeutika. Kortikosteroid dapat dipakai, yang harus diberikan beberapa
minggu atau bulan untuk menghindarkan terjadinya kekambuhan. Pemberian
kortikosteroid dapat mencegah kerusakan N.II. Bila pembengkakan ini
mengadakan tekanan pada N.II, eksisi dan jaringan granulomatosa ini mungkin
diperlukan.

13
10. ENOFTALMUS.
Merupakan keadaan dimana bola mata letaknya lebih kedalam, didalam
ruang orbita.
Penyebabnya :
1. Kelainan kongenita
2. Lanjut umur, karena berkurangnya jaringan lemak diorbita
3. Fraktura dari salah satu dinding orbita terutama dasar orbita, dimana bola
mata dapat masuk kedalam sinus maksilaris.
4. Kontraksi jaringan parut sesudah trauma orbita atau peradangan misalnya
setelah menderita selulitis orbita.
5. Enoftalmus pada orang berumur dibawah 25 tahun, merupakan bagian dari
sindrom Horner yang terdiri dari : miosis, ptosis, anhidrosis dan enoftalmus.

11. TUMOR ORBITA :


Jarang. Dapat berasal dari dinding orbita, isi orbita, sinus sekelilingnya.
Tanda klinik :
- Eksotalmus unilateral
- Gangguan visus bila mengenai N.II.
- Gangguan gerak mata
- Kerusakan tulang yang dapat dilihat daei pemeriksaan foto Rontgen.
Arah proptosis dan gangguan gerak mata, tergantung dari keadaan tumor.
Penekanan pada N.II dapat menyebabkan edema papil, yang berakhir dengan atrofi
papil N.II. Bila terletak dibgaian anterior dari ruang orbita, atau tumor sudah terlalu
besar, maka dapat teraba antara margo orbita dan bola mata. Tumor dapat maligna
atau benigna. Besar dan bentuk tumor dapat dilihat dengan Ultra sonografi.
Tumor benigna : krista dermoid, hemangioma, meningioma, glioma saraf optik.
- Hemangioma, Sering dijumpai, tumbuhnya lambat, biasanya terletak diluar
konus otot, tidak menimbulkan gangguan penglihatan.
- Meningioma, primer berasal dari selubung saraf optik, dapat menyebabkan
gangguan kelainan fungsi otot-otot penggerak bola mata dan lapang
pandangan.

14
- Glioma saraf optik, menyebabkan gangguan tajam penglihatan, sebelum
timbul eksoftalmus. Infiltrasinya difus, sehingga pada pemeriksaan sinar
Rontgen tampak pelebaran foramen optikus.
Pengobatan :
Eksterpasi tumor, sedang bola mata tetap tidak diapa-apakan, terutama bila
visusnya masih baik.
Caranya, bila letaknya sangat posterior :
Kantotomi pada kantus eksternus. Insisi kulit tegak lurus pada kantotomi,
konjungtiva bulbi dibuka diforniks superior dan inferior. Tenotomi pada tempat m.
rektus eksternus. Kemudian tumor dikeluarkan. Konjungtiva, kulit, dijahit kembali.
Kalau hal ini tak mencukupi, maka dilakukan operasi dari kronlein, yaotu
melepaskan dinding orbita sebelah lateral untuk sementara, supaya tumor dapat
dicapai.
Caranya :
Setelah kantotomi, ligamentum tarsalis dan m rektus lateralis dipotong dan sebelum
dipotong diberi jahitan tanda, sebagian tulang orbita dinding lateral dipotong
seperlunya. Kemudian tumornya diangkat. Tulang orbita ditempelkan lagi, sedang
m. rektus tarsalis lateralis dijahit kembali. Demikian juga kulit.

12. TRAUMA PADA ORBITA:


Pukulan dapat menyebabkan :
1. Perdarahan, yang menyebabkan eksoftalmus.
2. Ruptura bola mata
3. Dislokasi bola mata kedepan
4. Fraktura dinding orbita
Bila terjadi fraktura dari margo orbita, maka dinding teraba tidak licin. Fraktura
dipuncak orbita, dapat merusak N.II dan timbul kebutaan, tanpa tanda nyata dari
fundus, tetapi beberapa minggu kemudian timbul atrofi dai N.II.
Pengobatan :
Kalau ada luka, lekas dibersihkan, benda asing dikeluarkan. Balut erat-erat, untuk
mempercepat absorbs dari darah dan emfisemanya, bila terjadi fraktura dinding
orbita yang berbatas dengan ruangan (sinus rongga hidung).

15
Jangan lupa melakukan pemeriksaan foto Rontgen tengkorak untuk lokalisasi
kelainannya.

C. OPERASI PADA BOLA MATA :


- Enukleasi bulbi
- Eviserasi bulbi
- Eksenterasi orbita
Semua operasi ini dilakukan dengan narkoe umum.
1. ENUKLEASI BULBI :
Pasang spekulum untuk membuka mata.
Mula-mula konjungtiva dilepas dari dasarnya, dari dekat kornea sampai sejauh
insersi dari otot-otot mata luar. Pada otot-otot ini diberi jahitan tanda dulu,
kemudian dipotong pada tempat insersinya. Kemudian spekulum ditekan, supaya
terjadi dislokasi bola mata ke depan. N.II kemudian digunting sedekat mungkin
kesklera. Bola mata dikeluarkan. Otot-otot dijahitkan satu sama lain. Konjungtiva
dijahit. Beri tampon, yang harus diganti setiap hari sampai kering.
Indikasi enukleasi bulbi :
1. Trauma bola mata, terutama bila bola mata pecah, N.II putus, mengenal
badan siliar atau mengakibatkan iridosiklitis.
2. Mata yang buta dan menyebabkan rasa sakit yang sangat, gangguan
kosmetik.
3. Tumor maligna yang letaknya masih intraokuler.
4. Benda asing yang tak dapat dikeluarkan dan menyebabkan rangsangan.
5. Peradangan uveau atau glaucoma, yang sangat hebat dan hamper buta,
disertai rasa sakit yang sangat.
Kontraindikasi :
Panoftami, karena sel radang dapat melalui celah pembungkus N.II sampai keruang
tengkorak dan menyebabkan ensefalitis atau meningitis.
2. EVISERASI BULBI :
Sesudah dipasang speculum, kornea dipotong seluruhnya. Isi bola mata
dikerok dengan sendok yang tajam, jangan sampai ada koroid yang tersisa. Yang

16
tertinggal hanya sklera. Kantong sklera kemudian dicuci dan dijahit. Demeikian
juga dengan konjungtiva. Beri tampon.
Indikasi : panoftalmi.
Kontraindikasi :
Tumor maligna, benda asing intraokuler, ptisis bulbi, oftalmia simpatika.
Sesudah beberapa waktu, setelah enukleasi bubi atau eviserasi bulbi bila lukanya
telah sembuh, dapat dimasukkan mata buatan kedalam mata itu, supaya kosmetik
tetap cantik. Mata buatan ini harus dikeluarkan pada malam hari dan diganti setiap
1-2 tahun. Dalam memilih mata buatan, harus diperhatikan keadaan mata yang baik,
supaya sesuai keadaanya.
Pemaiakain mata salju bukan saja supaya pemaikainya tidak tampak buta,
tetapi berguna agar aliran air mata terarah menuju pungtum lakrimal. Mata buatan
berfungsi pula sebagai pelindung dari lapisan lemak yang sensitive, di dalam
rongga mata, agar tidak terkena rangsangan dari luar. Dengan adanya mata buatan
di dalam rongga mata, tonus otot-otot wajah yang berdekatan dengan M. orbikularis
okuli tidak terganggu, sehingga tidak menimbulkan asimetri dan penampilan
wajahnya tetap baik.
Mata buatan dinamakan juga protesa mata, ada yang terbuat dari gelas, yang
kini disukai terbuat dari aklirik, karena tidak menimbulkan reaksi jaringan, lagi pula
mudah dimanipulasikan. Protesa yang baik akan sangat tersamar, karena dipilih
yang seusai dengan mata yang sehat. Protesa mata ini tidak boleh dipasang
sembarangan. Juga harus dipilih yang tepat, jangan terlalu bear ataupun terlalu
kecil, supaya dapat mempertahankan fungsiya yang benar. Protesa yang terlalu
besar dapat menekan M. orbikularis okuli terus-menerus, sehingga otot ini menjadi
lemah dan menimbulkan ektropion. Dengan demikian protesa pun tidak dapat
dipertahanakan pada tempatnya. Protesa dengan permukaan yang kasar dapat
merusak konjungtiva, yang disusul dengan infeksi dan mata menjadi belekan. Bila
pada wakut memakai protesa mata, timbul banyak sekret, maka protesanya harus
dibuka, rongga matanya dbilas dengan air bersih, kemudian ditetesi dengan
antibiotika. Protesanya dicuci sampai bersih. Kalua infeksinya sudah sembuh, baru
protesanya dipasang kembali.

17
Agar protesa terlihat lebih bagus, baik pada enukleasi bulbi atau eviserasi
bulbi, dimasukkan implant yang diambil dari kulit dan lemak bagian paha dan
dibuat sebuah bulatan dengan diameter kira-kira 3 cm serupa gundu. Pada enukleasi
bulbi implant dimasukkan sesudah bola mata dikeluarkan, otot mata luar dijahitkan
pada implant, yang disusul dengan penjahitan konjungtiva, baru ditampon.
Sedangkan pada eviserasi bulbi implant di masukkan ke dalam kantong sklera, yang
kemudian dijahit, isusul dengan pemasangan tampon. Dengan pemasangan implant
ini maka protesa mempunyai kedudukan yang baik, sehingga komestik tampak
lebih cantik, juga dapat dicegah timbulnya enoftalmus, ptosis dan pelebaran sulkus
palpebral inferior. Penyulitnya adalah ekstrusi dari implant. Untuk mencegah
timbulnya ekstrusi implant ini telah digunakan graft mukosa, sklera, fasia lata untuk
memperkuat dinding soket sehingga ekstrusi implant dapat ditekan. Selain implant
yang harus dibuat dari jaringan tubuh sendiri dapat dipergunakan juga terbuat dari
silicon, siap pakai. Saying harganya mahal, tidak terjangkau oleh penderita yang
berpenghasilan kecil.

Mata buatan

3. EKSENTERASI ORBITA
Margo palpebral dengan silianya dibuang. Konjungtiva palpebral
dilepaskan dari dasarnya, sampai ke forniks, kemudian periost dan seluruh isi orbita
dikeluarkan, termasuk bola mata. Sisa dari palpebral, kemudain ditekan dengan
tampon kedalam ruang orbita.
Indikasi :
Tumor ganas yang sudah ekstra okuler.

18

Anda mungkin juga menyukai