Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PENAMBAHAN PATI BIJI NANGKA SEBAGAI

ALTERNATIF EKSIPIEN TABLET IBUPROFEN

Oleh:
MUHAMMAD TAHMID
(24041315316)

I. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang amat besar.

Kekayaan alam ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku yang

bersumber dari alam. Saat ini masyarakat cenderung memilih untuk kembali ke

alam. Salah satu bahan baku dari alam adalah biji nangka (Artocarpus

heterophyllus L).

Dalam pembuatan tablet, terdapat komponen-komponen tablet seperti zat

aktif, pengisi, pengikat, penghancur, lubrikan, antiadheren dan glidan. Tablet

adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.

Tablet merupakan suatu sediaan padat yang dibuat dengan cara kempa atau

dengan mencetak dan mengandung zat obat dengan atau tanpa pengencer yang

cocok, zat penghancur, zat penyalut, zat pemberi warna dan pembantu lainnya (1).

*) Sari Tugas Akhir SI yang akan disampaikan di Prodi S1 Farmasi FMIPA


UNIGA pada :
Hari/tanggal :
Tempat : F-MIPA UNIGA Jurusan Farmasi
Unit Bidang Ilmu : Teknologi Farmasi
Pembimbing utama : Dr. Rachmat Mauludin
Pembimbing serta : Nurhabibah, M.Si., Apt

Salah satu bahan pembantu yang mempunyai peranan penting dalam

formulasi tablet adalah bahan pengikat, penghancur dan pengisi. Penambahan

1
bahan pengikat, penghancur dan pengisi di dalam formulasi tablet bertujuan agar

campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper (wadah berbentuk

seperti corong, yang menampung obat dan mengatur arusnya menuju mesin

pembuat tablet) ke dalam cetakan, mengisinya dengan tepat dan merata (2).

Pati merupakan karbohidrat asal tanaman sebagai hasil fotosintesis, yang

disimpan dalam bagian tertentu tanaman sebagai cadangan makanan. Sifat pati

tergantung pada jenis tanaman serta penyimpanannya. Perbedaan terlihat antara

lain pada viskositas dan daya lekat mucilagonya (3).

Nangka (Artocarpus heterophyllus L) merupakan salah satu buah tropis

yang keberadaannya tidak mengenal musim. Di Indonesia buah nangka sudah

banyak dimanfaatkan. Namun, masyarakat umumnya tidak mengkonsumsi

bijinya, sehingga biji nangka biasanya dibuang sebagai limbah. Potensi biji

nangka yang besar belum dieksploitasi secara optimal yang memiliki nilai lebih,

padahal biji nangka mengandung karbohidrat, kalsium dan fosfor yang cukup

tinggi (8).

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat tablet ibuprofen dengan

menggunakan pati biji nangka (Artocarpus heterophyllus L) sebagai bahan

eksipien dengan menggunakan metode granulasi basah dan melakukan uji

disolusinya sehingga dapat menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan

dalam Farmakope Indonesia.

II. METODOLOGI PENELITIAN

2
Penelitian ini diawali dengan determinasi tumbuhan nangka di

Laboratorium Teknologi Hayati ITB dan pembuatan pati dari biji nangka yang

didapat dari daerah Sambas, Kalimantan Barat. Formulasi sediaan tablet ibuprofen

terdiri dari zat aktif dan zat tambahan.

Tahap selanjutnya adalah pembuatan tablet ibuprofen dengan bobot 300 mg,

dan digunakan pati biji nangka sebagai bahan eksipien. Proses pembuatan tablet

ibuprofen digunakan metode granulasi basah. Adapun evaluasi yang dilakukan

untuk mendapatkan bentuk sediaan tablet dengan mutu yang baik, evaluasi terdiri

dari evaluasi granul dengan pemeriksaan kandungan lembab, sifat alir granul,

bobot jenis, indeks kompresibilitas, dan evaluasi tablet yaitu sifat organoleptik,

keseragaman bobot, keseragaman ukuran, friabilitas, uji friksibilitas, uji

kekerasan, uji waktu hancur, dan uji disolusi.

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, lemari pengering, pengayak,


pH meter, alat penetapan kandungan lembab, alat uji pemampatan, alat uji
kecepatan alir, mesin cetak tablet, alat pengukur kekerasan tablet, alat uji
friabilitas, uji friksibilitas, jangka sorong, alat uji waktu hancur, alat uji disolusi
dan alat gelas umum digunakan pada laboratorium farmasi.
3.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu pati biji nangka (Artocarpus heterophyllus L),

ibuprofen, laktosa, magnesium stearat, amilum manihot, talk, aquadest, kalium

dihidrogen fosfat pro analisis, NaOH pro analisis.

3
IV. PENELITIAN

4.1 Determinasi Tumbuhan

Penelitian ini diawali dengan determinasi tanaman nangka (Artocarpus

heterophyllus L) di Laboratorium Teknologi Hayati ITB.

4.2 Pembuatan Pati Biji Nangka

Biji nangka dipisahkan dari daging buahnya, lalu dicuci dengan air

mengalir, kemudian dikupas kulitnya dan di cuci bersih, kemudian biji nangka

ditiriskan dan dipotong tipis, kemudian dikeringkan, setelah dikeringkan biji

nangka dihaluskan, kemudian serbuk biji nangka direndam dengan air dengan

perbandingan 1:2 kemudian disaring dan diperas menggunakan kain penyaring,

filtrat yang dihasilkan kemudian diendapkan selama 24 jam. Pisahkan air dengan

pati, kemudian endapan pati dikeringkan sampai kering. Setelah kering pati biji

nangka disimpan pada suhu kamar.

4.3 Identifikasi Bahan Baku Ibuprofen

Penelitian ini diawali dengan identifikasi bahan baku ibuprofen dilakukan

dengan mengukur panjang gelobang serapan maksimum ibuprofen dalam larutan

NaOH 0,1N menggunakan spektrofotometer UV yang kemudian dicocokkan

dengan sertifikat analisis ibuprofen.

4.4 Formulasi

Formulasi tablet ibuprofen yang akan dibuat terdiri dari:

Tabel 4.1. Komposisi Formulasi Tablet Ibuprofen

4
Pembanding
Pengikat Penghancur Pengisi
Bahan Fase Luar
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
FASE DALAM
Ibuprofen 200 200 200 200 200 200 200 200
Pati Biji Nangka Basah 45 - 45 - 45 - 45 -
Pati Biji Nangka Kering - 9 9 - 22 - - 9
Amilum Manihot Basah - 45 - 45 - 45 - 45
Amilum Manihot Kering 9 - - 9 9 9 9 -
Laktosa 22 22 22 22 - 22 22 22
FASE LUAR
Mg Stearat 3 3 3 3 3 3 3 3
Talk 6 6 6 6 6 6 6 6
Pati Biji Nangka 15 15 15 15 15 15 - -
Amilum Manihot Kering - - - - - - 15 15
Bobot Tablet 300 300 300 300 300 300 300 300
4.5 Pembuatan Tablet Ibuprofen

Tablet ibuprofen dibuat dengan metode granulasi basah, Semua bahan yang

digunakan dihaluskan dan ditimbang. Bahan yang digunakan sebagai fasa dalam

yaitu ibuprofen sebagai zat aktif, laktosa sebagai pengisi, amilum manihot sebagai

penghancur, pati biji nangka sebagai eksipien (pengikat, penghancur dan

pengikat). Setelah itu dicampur hingga terbentuk massa yang dapat dikepal

kemudian diayak dengan pengayak no 14 sehingga diperoleh granul yang kasar.

Granul yang diperoleh, lalu dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu

40°C – 50°C sampai kadar air 2-4 %. Granul yang sudah dikeringkan diayak lagi

dengan pengayak no 16. Granul kering dievaluasi, jika memenuhi syarat dicampur

dengan fasa luar yaitu Mg stearat, talk, pati biji nangka, amilum manihot, lalu

dicetak. Kemudian dilakukan evaluasi tablet.

4.6 Evaluasi Granul

Evaluasi granul meliputi penetapan kadar air, sifat aliran granul, kadar

pemampatan, bobot jenis dan indeks kompresibilitas.

5
4.5.1 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air pada granul dilakukan dengan cara menggunakan

sekitar 2 gram granul yang diratakan pada indikator piring logam, kemudian

dimasukkan kedalam alat Moisture Ballance. Atur panas yang digunakan pada

suhu 70°C lalu diamkan beberapa waktu sampai diperoleh angka yang ditetapkan

dalam bentuk %. Kadar air granul yang baik yaitu 2-4% (4).

4.5.2 Sifat Alir Granul

Penentuan kecepatan alir dilakukan dengan alat flow tester. Timbang 20

gram granul kemudian granul tersebut dimasukkan kedalam corong yang ujung

tangkainya tertutup. Penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai

habis. Diamati waktu alirnya dengan menggunakan stopwatch, dihitung mulai

dari ujung tangkai dibuka sampai seluruh granul mengalir habis. Kecepatan alir

granul yang baik adalah > 4 g/detik (4). Sifat alir dihitung dengan persamaan :

Sifat alir granul = Berat Granul (gram)


Waktu (detik)

4.5.3 Bobot Jenis

Penentuan bobot jenis pada granul dilakukan dengan 2 cara yaitu penentuan

bobot jenis nyata dan bobot jenis mampat (5).

i). Penentuan bobot jenis nyata

Sejumlah 20 gram granul dimasukkan kedalam gelas ukur. Catat volumenya

dan timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini. Bobot nyata

yang baik adalah 0,2-0,6 g/mL. Hitung bobot jenis nyata dengan persamaan:

6
P = W/V
Keterangan :

P = bobot jenis nyata

W = bobot granul

V = volume granul tanpa pemampatan

ii). Penentuan bobot jenis mampat

Sejumlah 20 g granul dimasukkan ke dalam geals ukur pada alat dengan

menggunakan corong panjang. Catat volumenya (Vo). Gelas ukur diketuk-

ketukkan sebanyak 10, 50,100 dan 500 kali. Catat volumenya. Timbang

bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini. Hitung bobot jenis

mampat dengan persamaan:

Pn = W/Vn
Keterangan :

Pn = bobot jenis mampat

W = bobot granul

Vn = volume granul pada n ketukan

4.5.4 Kadar Pemampatan

Penentuan kadar pemampatan granul dilakukan dengan cara masukkan 20

gram granul dalam gelas ukur 50 ml, volume mula-mula dicatat sebagai ketukan 0

(Vo). Kemudian lakukan pengetukan dan volume pada ketukan ke 10,50,100,500

diukur volumenya.Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.

Kadar pemampatan yang baik adalah ≤ 20% (6). Hitung kadar pemampatan dengan

persamaan berikut ini :

7
Kp = [(Vo-Vn)/Vo] x 100%

Keterangan :

Kp = kadar pemampatan

Vo = volume granul sebelum pemampatan

Vn = volume granul pada n ketukan

4.5.5 Indeks Kompresibilitas

Penentuan indeks kompresibilitas dapat dihitung dengan persamaan sebagai

berikut (7):

Indeks Kompresibilitas = [(Pn-P)/Pn] x 100 %

Keterangan :

P = bobot jenis nyata

Pn = bobot jenis mampat

Penentuan Indeks kompresibilitas sebagai berikut :

- 5 – 10 % = aliran sangat baik

- 11 – 20 % = aliran cukup baik

- 21 – 25 % = aliran cukup

- ˃ 26 % = aliran buruk

4.7 Evaluasi Tablet Ibuprofen

4.7.1 Organoleptik

Organoleptik tablet yang utama adalah penampilan dari tablet yang meliputi

warna, bau dan rasa pada tablet.

8
4.6.2 Uji Keseragaman Ukuran Tablet

Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, diukur tebal dan diameternya satu

persatu dengan menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung nilai rata-rata

diameter tebal tablet lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 ⅓ tebal tablet (3).

4.6.3 Uji Keseragaman Bobot Tablet

Sebanyak 20 tablet diambil secara acak dan ditimbang satu persatu,

kemudian dihitung bobot rata-ratanya. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh

lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-

ratanya lebih besar dari 5 %, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 10 % (1).

4.6.4 Uji Kekerasan

Digunakan 20 tablet yang diambil yang diambil secara acak, diukur dengan

menggunakan alat pengukur kekerasan tablet. Umumnya tablet mempunyai

kekerasan 4-8 kg/cm2 (3).

4.6.5 Uji Friabilitas

Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dan

bebas dari debu dan kemudian ditimbang (Wo). Tablet dimasukkan kedalam alat

friabilator, alat dihidupkan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm. Setelah itu,

tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (W1). Syarat friabilitas yang

baik yaitu < 1% (5). Friabilitas dihitung dengan rumus :

(𝑊𝑜−𝑊1)
Friabilitas = x 100 %
𝑊𝑜

9
Keterangan :

Wo = bobot 20 tablet yang diambil secara acak dan bebas dari debu

W1 = bobot tablet setelah di masukkan ke dalam alat friabilator dan di

bersihkan dari debu

4.6.6 Uji Friksibilitas

Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak dan

bebas dari debu dan kemudian ditimbang (Wo). Tablet dimasukkan kedalam alat

friksibilator, alat dihidupkan selama 15 menit dengan kecepatan 25 rpm. Setelah

itu, tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (W1). Syarat friabilitas yang

baik yaitu < 1% (5). Friabilitas dihitung dengan rumus :

(𝑊𝑜−𝑊1)
Friksibilitas = x 100 %
𝑊𝑜

Ketetangan :

Wo = bobot 20 tablet yang diambil secara acak dan bebas dari debu

W1 = bobot tablet setelah di masukkan ke dalam alat friabilator dan di

bersihkan dari debu

4.6.7 Uji Waktu Hancur

Dimasukkan satu tablet pada masing-masing tabung dari keranjang dan alat

dijalankan. Uji waktu hancur menggunakan air 900 ml bersuhu 37°C. Sediaan

dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji

merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari

penyalut ataupun cangkang kapsul yang tidak larut. Kecuali dinyatakan lain waktu

hancur tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut (3).

10
4.6.8 Uji Disolusi

Cara pengujian disolusi tablet ibuprofen adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan larutan dapar fosfat pH 7,2

Dibuat dengan mencampur 250 mL kalium fosfat monobasa 0,2 M dengan

173,5 mL NaOH 0,2 N, dan ditambahkan aquadest sampai batas tanda 1000

mL.

b. Penentuan panjang gelombang maksimum ibuprofen dengan dapar fosfat

pH 7,2

Larutan induk ibuprofen dibuat dengan cara melarutkan 100 mg ibuprofen

dalam 100 mL dapar fosfat pH 7,2 sehingga diperoleh konsentrasi 1000

µg/mL. Diukur serapan larutan ibuprofen pada panjang gelombang 200-400

nm dengan menggunakan spektrofotometer UV.

c. Pembuatan kurva baku

Dibuat larutan induk ibuprofen dengan konsentrasi 1000 ppm dalam larutan

dapar fosfat pH 7,2. Kemudian dilakukan pengenceran pada konsentrasi 150

ppm, 200 ppm, 250 ppm, 300 ppm, 350 ppm, dan 400 ppm. Masing-masing

larutan diukur serapannya pada panjang gelombang yang mempunyai

serapan maksimal dengan menggunakan alat spektrofotometer UV dengan

range absorban 0,2-0,8.

d. Uji Disolusi

Uji disolusi dilakukan berdasarkan FI Edisi IV dengan menggunakan

metode dayung, kecepatan 100 rpm. Satu tablet yang telah ditimbang

11
dimasukkan ke dalam labu disolusi yang berisi 900,0 ml dapar fosfat pH 7,2

dengan suhu 37°C ± 0,5 °C. Diambil 10,0 ml sampel dengan pipet volume

pada menit ke 5; 10; 15; 30; 45; 60. Volume sampel yang diambil diganti

dengan dapar fosfat pH 7,2 suhu 37°C ± 0,5°C dengan volume yang sama

sehingga volume media tetap. Sampel yang diambil dibaca serapannya

dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 264,2 nm, dihitung

jumlah zat terlarut pada setiap waktu pengambilan sampel dengan bantuan

kurva kalibrasi (3).

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat tablet ibuprofen dengan

menggunakan pati biji nangka (Artocarpus heterophyllus L) sebagai bahan

eksipien dengan menggunakan metode granulasi basah dan melakukan uji

disolusinya sehingga dapat menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan

sebagai Farmakope Indonesia edisi IV.

Pada pembuatan tablet ibuprofen ini digunakan metode granulasi basah,

dengan menggunakan pati biji nangka sebagai bahan eksipien pembuatan tablet

ibuprofen. Pemilihan metode granulasi basah dikarenakan ibuprofen mempunyai

sifat alir yang jelek, dan ibuprofen juga tahan terhadap pemanasan dan

kelembapan (9).

Pembuatan tablet diawali dengan pencampuran bahan-bahan yang meliputi

fase dalam dan fase luar. Pencampuran dilakukan untuk mendapatkan distribusi

zat aktif yang merata dan homogen. Setelah semua bahan tercampur dan menjadi

massa yang dapat dikepal dan mudah diayak, sehingga menghasilkan granul basah

dengan ukuran yang diinginkan dan selanjutnya dilakukan evaluasi granul.

12
Evaluasi granul bertujuan untuk mendapatkan granul dengan mutu yang baik,

yang terdiri dari pemeriksaan kadar air, sifat alir granul, bobot jenis, kadar

pemampatan dan indeks kompresibilitas.

Uji kadar air dilakukan agar kada air pada granul tidak lebih dan tidak
(4)
kurang dari persyaratan yaitu 2-4% . Kadar air yang tinggi akan menyebabkan

penempelan pada die, sedangkan kadar air yang rendah dapat menyebabkan
(4)
laminating atau capping . Hasil penelitian dari uji kadar air yang didapatkan

dari masing-masing formula yaitu 2,4% (4).

Uji sifat alir granul dilakukan untuk mengetahui apakah aliran granul sudah

bagus, karena dengan aliran granul yang bagus maka granul akan mudah mengalir

dari hopper ke dalam cetakan. Pada uji ini dapat diketahui bahwa semua formula

memiliki sifat alir yang bagus, karena semua formula memiliki sifat alir yang

memenuhi persyaratan, yaitu ≥ 4 gram/detik (4). Hasil penelitian uji sifat alir yang

didapatkan dapat dilihat dalam tabel 5.1. Dimana hasil yang didapatkan memiliki

sifat alir yang baik.

Tabel 5.1. Hasil penelitian uji sifat alir tablet ibuprofen

Formulasi Sifat Alir (g/detik)


1 4,58 ± 0,06
2 6,39 ± 0,31
3 4,92 ± 0,19
4 6,25 ± 0,20
5 5,17 ± 0,08
6 4,92 ± 0,07
7 4,48 ± 0,15
8 6,19 ± 0,11

Hasil penelitian uji bobot jenis nyata granul yang didapatkan semua formula

0,3 g/mL. Sedangkan hasil penelitian uji bobot jenis mampat granul pada P500

13
dapat dilihat pada tabel 5.2. Hasil penelitian yang didapatkan pada kedua uji bobot

jenis ini telah memenuhi persyaratan yang baik, yaitu antara 0,2-0,6 g/mL (5). Dari

kedua uji bobot jenis ini akan mempengaruhi hasil kadar pemampatan dan

persentase kompresibilitas.

Tabel 5.2. Hasil uji bobot jenis mampat tablet ibuprofen

Formula Bobot Jenis Mampat (g/mL)


1 0,38 ± 0,00
2 0,45 ± 0,00
3 0,43 ± 0,00
4 0,47 ± 0,00
5 0,43 ± 0,00
6 0,49 ± 0,00
7 0,38 ± 0,00
8 0,45 ± 0,00

Hasil penelitian uji kadar pemampatan granul, semua formula memiliki

kadar pemampatan yang memenuhi persyaratan, yaitu ≤ 20% (6)


. Hasil penelitian

uji ini dapat dilihat dari volume granul pada pengetukan terakhir (V500).

Tabel 5.3. Hasil penelitian uji kadar pemampatan tablet ibuprofen

Formula Kadar Pemampatan (%)


1 17,02 ± 0,77
2 18,01 ± 0,89
3 18,49 ± 0,82
4 16,77 ± 0,94
5 16,86 ± 0,86
6 18,54 ± 0,93
7 17,02 ± 0,77
8 18,01 ± 0,89

14
Pada hasil uji kompresibilitas dapat menunjukkan bagaimana sifat aliran

dari granul. Dari hasil penelitian uji kompresibilitas dapat diketahui bahwa semua

formula memiliki kompresibilitas yang menunjukkan aliran cukup baik, karena

semua formula tersebut masuk pada rentang 11-20% (7).

Tabel 5.4. Hasil uji kompresibilitas tablet ibuprofen

Formula Indeks Kompresibilitas (%)


1 17,02 ± 0,77
2 18,01 ± 0,89
3 18,49 ± 0,82
4 16,77 ± 0,94
5 16,86 ± 0,86
6 18,54 ± 0,93
7 17,02 ± 0,77
8 18,01 ± 0,89

Setelah semua uji granul dilakukan, maka granul siap dicetak menjadi

tablet. Sebelum dicetak, granul ditambahkan fase luar yaitu pelicin dan pelincir,

kedua fase luar tersebut ditambahkan agar aliran tablet menjadi bagus, sehingga

diperoleh tablet dengan bentuk dan bobot yang bagus serta seragam. Kemudian

tablet dicetak dengan menggunakan mesin pencetak tablet.

Adapun evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan bentuk sediaan tablet

dengan mutu yang baik, evaluasi tablet yaitu sifat organoleptik, keseragaman

bobot, keseragaman ukuran, friabilitas, friksibilitas, uji kekerasan, uji waktu

hancur, dan uji disolusi.

15
Uji sifat organoleptis bertujuan untuk melihat warna, bau dan rasa tablet.

Dari evaluasi tablet ibuprofen secara organoleptis menunjukkan bahwa semua

formula memiliki hasil yang sama, baik warna, bau dan rasa yaitu bewarna putih,

tidak berbau dan berasa agak pahit.

Kemudian dilakukan uji keseragaman bobot, semua formula memiliki bobot

yang tidak jauh berbeda, dikarenakan semua formula dicetak dengan alat yang

sama. Uji keseragaman bobot merupakan uji fisik tablet untuk melihat tablet yang

dihasilkan memiliki kesamaan bobot atau terjadi penyimpangan bobot yang tidak

sesuai standar. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet dengan berat lebih

dari 300 mg ditimbang ± 20 tablet dan tidak lebih dari dua tablet yang

menyimpang dari bobot rata-rata 7,5% dan tidak boleh satu tablet lebih dari 15%

bobot rata-rata (1).

Tabel 5.5. Hasil penelitian uji keseragaman bobot tablet ibuprofen

Keseragaman bobot (mg)


Formula
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
1 300 ± 4,59 301 ± 3,94 301 ± 3,08
2 301 ± 3,94 300 ± 4,59 299 ± 4,47
3 300 ± 4,59 300 ± 3,94 299 ± 3,66
4 300 ± 4,59 301 ± 4,47 300 ± 3,94
5 299 ± 4,47 301 ± 3,94 301 ± 3,08
6 301 ± 4,47 300 ± 4,59 300 ± 5,10
7 301 ± 5,10 301 ± 6,05 310 ± 5,53
8 301 ± 3,08 300 ± 3,94 299 ± 4,47

Dan untuk uji keseragaman ukuran, semua tablet memenuhi persyaratan

yang telah ditentukan, persyaratannya adalah diameter tablet tidak lebih dari 3 kali

dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (3).

Tabel 5.6. Hasil penelitian uji keseragaman ukuran tablet ibuprofen

Ketebalan (mm)
Formula Diameter (mm)
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

16
1 10,45 4,41 ± 0,01 4,40 ± 0,01 4,40 ± 0,01
2 10,45 4,40 ± 0,01 4,41 ± 0,02 4,40 ± 0,01
3 10,45 4,41 ± 0,02 4,40 ± 0,01 4,41 ± 0,02
4 10,45 4,41 ± 0,02 4,41 ± 0,01 4,40 ± 0,01
5 10,45 4,40 ± 0,01 4,41 ± 0,02 4,41 ± 0,02
6 10,45 4,41 ± 0,02 4,41 ± 0,02 4,41 ± 0,01
7 10,45 4,41 ± 0,02 4,41 ± 0,02 4,40 ± 0,01
8 10,45 4,41 ± 0,02 4,41 ± 0,02 4,41 ± 0,02

Adanya variasi berat atau bobot dan ukuran tablet ditentukan oleh

banyaknya granul di dalam ruang cetak sebelum dicetak. Oleh karena itu faktor-

faktor yang mempengaruhi proses pengisian ruang cetak, akan mempengaruhi

berat tablet.

Uji kekerasan tablet dilakukan untuk memastikan bahwa tablet yang telah

dibuat tidak rapuh dan tidak mudah patah. Semua tablet memiliki kekerasan yang

memenuhi persyaratan, yaitu 4-8 kg/cm2 (3).

Tabel 5.7. Hasil penelitian uji kekerasan tablet ibuprofen

Kekerasan Tablet (kg/cm2)


Formula
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
1 7,25 ± 0,34 7,23 ± 0,38 7,25 ± 0,38
2 5,65 ± 0,43 5,55 ± 0,43 5,58 ± 0,44
3 6,25 ± 0,44 6,28 ± 0,41 6,33 ± 0,41
4 5,68 ± 0,49 5,65 ± 0,54 5,65 ± 0,52
5 6,88 ± 0,51 6,65 ± 0,40 6,73 ± 0,50
6 5,45 ± 0,54 5,43 ± 0,44 5,35 ± 0,49
7 6,93 ± 0,34 7,18 ± 0,34 7,03 ± 0,34
8 5,98 ± 0,41 6,15 ± 0,46 6,05 ± 0,39

Uji friabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah tablet capping atau tidak.

Data friabilitas digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap

gesekan yang dialami sewaktu pengemasan dan pengiriman. Dari hasil yang

diperoleh, menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan <1% (5).

Tabel 5.8. Hasil penelitian uji friabilitas tablet ibuprofen

17
Formula Friabilitas (%)
1 0,72 ± 0,10
2 0,89 ± 0,10
3 0,72 ± 0,10
4 0,89 ± 0,10
5 0,78 ± 0,10
6 0,89 ± 0,10
7 0,72 ± 0,10
8 0,78 ± 0,10

Uji friksibilitas bertujuan untuk mengetahui ketahanan permukaan tablet

terhadap gesekan yang dialami sewaktu pengemasan dan pengiriman. Dari hasil

yang diperoleh, menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan

<1%(5).

Tabel 5.9. Hasil penelitian uji friksibilitas tablet ibuprofen

Formula Friksibilitas (%)


1 0,72 ± 0,10
2 0,78 ± 0,10
3 0,72 ± 0,10
4 0,83 ± 0,17
5 0,83 ± 0,17
6 0,78 ± 0,10
7 0,89 ± 0,10
8 0,78 ± 0,10

Uji waktu hancur tablet bertujuan untuk mengetahui berapa lama tablet

hancur dalam saluran cerna. Dari hasil uji waktu hancur yang diperolrh, semua

formula dinyatakan memenuhi persyaratan waktu hancur, yaitu <15 menit (3).

Tabel 5.10. Hasil penelitian uji waktu hancur tablet ibuprofen

Waktu hancur (menit)


Formula
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
1 10,33 ± 0,07 10,34 ± 0,06 13,36 ± 0,06
2 8,42 ± 0,10 8,43 ± 0,11 8,44 ± 0,06
3 10,29 ± 0,17 10,36 ± 0,17 10,30 ± 0,15
4 6,45 ± 0,08 6,46 ± 0,11 6,40 ± 0,07
5 11,68 ± 0,26 11,66 ± 0,35 11,69 ± 0,27

18
6 6,11 ± 0,04 6,13 ± 0,05 6,12 ± 0,03
7 10,09 ± 0,03 10,07 ± 0,03 10,11 ± 0,03
8 8,18 ± 0,10 8,17 ± 0,09 8,19 ± 0,14

Uji disolusi bertujuan untuk mengetahui kelarutan partikel-partikel yang

telah terpecah dari tablet oleh bahan penghancur didalam saluran cerna, partikel-

partikel tersebut akan dilarutkan oleh cairan-cairan dalam saluran cerna. Uji

disolusi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat

disolusi tipe 2 (tipe dayung) dengan kecepatan 100 rpm dengan menggunakan

medium larutan dapar fosfat pH 7,2 dengan volume 900 mL dan temperature

dijaga konstan pada suhu 37oC. Pengujian disolusi ini dilakukan selama 60 menit

dengan pengambilan sampel cairan pada menit ke- 5, 10, 15, 30, 45, 60. Setiap

pengambilan medium 10 mL diganti sebanyak medium yang diambil. Dari hasil

disolusi semua formula memenuhi persyaratan, yaitu tidak kurang dari 70% zat

aktif dapat larut dalam waktu 30 menit (3).

Pada gambar 5.11 dapat dilihat hasil uji disolusi tablet ibuprofen formula 1

dan formula 2 sebagai pengikat telah memenuhi persyaratan yaitu tidak kurang

dari 70% zat aktif larut dalam waktu 30 menit. Dimana hasil yang didapatkan

formula 1 zat aktif sudah terlarut 86,98%, sedangkan formula 2 zat aktif sudah

terlarut 89,42%.

Uji Disolusi Tablet Ibuprofen sebagai pengikat

105.00

90.00
%Terdisolusi

75.00

60.00

45.00
Formula 1
30.00
Formula 2
15.00

0.00
5 10 1519 30 45 60
Waktu (menit)
Gambar 5.11. Hasil uji disolusi tablet ibuprofen formula 1 dan formula 2

Pada gambar 5.12 dapat dilihat hasil uji disolusi tablet ibuprofen formula 3

dan formula 4 sebagai penghancur telah memenuhi persyaratan yaitu tidak kurang

dari 70% zat aktif larut dalam waktu 30 menit. Dimana hasil yang didapatkan

formula 3 zat aktif sudah terlarut 89,67%, sedangkan formula 4 zat aktif sudah

terlarut 91,28%.

Uji Disolusi Tablet Ibuprofen sebagai penghancur


105.00

90.00

75.00
%Terdisolusi

60.00

45.00
Formula 3
30.00
Uji Disolusi Tablet Ibuprofen sebagai Pengisi Formula 4

15.00
105.00

0.00
90.00
5 10 15 30 45 60
75.00 Waktu (menit)
%Terdisolusi

Gambar60.00
5.12. Hasil uji disolusi tablet ibuprofen formula 3 dan formula 4
45.00
Pada gambar 5.13 dapat dilihat hasil uji disolusi tablet ibuprofen
Formula 5
formula 5
30.00
Formula 6
dan formula 615.00
sebagai pengisis telah memenuhi persyaratan yaitu tidak kurang

dari 70% zat aktif


0.00 larut dalam waktu 30 menit. Dimana hasil yang didapatkan
5 10 15 30 45 60
Waktu (menit)
formula 5 zat aktif sudah terlarut 83,94%, sedangkan formula 6 zat aktif sudah

terlarut 91,53%.

20
Uji Disolusi Tablet Ibuprofen sebagai Pembanding Fase
Luar
105.00

90.00
Gambar 5.13. Hasil uji disolusi tablet ibuprofen formula 5 dan formula 6
75.00
%Terdisolusi

Pada gambar
60.00 5.14 dapat dilihat hasil uji disolusi tablet ibuprofen formula 7

dan formula 845.00


sebagai pembanding fase luar telah memenuhi persyaratan yaitu
Formula 7
30.00 Formula 8
tidak kurang dari 70% zat aktif larut dalam waktu 30 menit. Dimana hasil yang
15.00
didapatkan formula 7 zat aktif sudah terlarut 88,50%, sedangkan formula 8 zat
0.00
5
aktif sudah terlarut 93,46%. 10 15 30 45 60
Waktu (menit)

Gambar 5.14. Hasil uji disolusi tablet ibuprofen formula 7 dan formula 8

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

21
6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari hasil evaluasi granul dan evaluasi tablet telah memenuhi persyaratan

msesuai Farmakope Indonesia edisi IV.

2. Uji disolusi tablet menunjukkan bahwa semua formula memenuhi

persyaratan, yaitu tidak kurang dari 70% zat aktif dapat larut dalam waktu

30 menit

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian tentang pembuatan tablet dengan menggunakan

pati biji nangka sebagai bahan eksipien dengan zat aktif yang berbeda.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Ditjen POM, 1979, “Farmakope Indonesia”, edisi III, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

2. Anonim, 1990, “Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia”, Indonesia, Biro


Pusat Statistik, Jakarta.

3. Ditjen POM, 1995, “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 4, 43, 107-108, 1086

4. Voight, R., 1994, “Bahan Baku Pelajaran Teknologi Farmasi”,


Terjemahan Soendani Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
hal 153-156

5. Lachman, L., H, Lieberman and J.L Kanig., 1994., “Teori dan Praktek
Farmasi Industri”, Vol.2 edisi ketiga, Lea & Febiger, Philadelphia, hal 293-
294, 296-307, 685-696, 697-705

6. Siregar, Charles J.P., Saleh Wikarsa. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan


Tablet : Dasar – Dasar Praktis. Jakarta: EGC, hal 2, 193-194

7. Aulton, M.E. 2002. “Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design”,


edisi ke-2, Churchill Livingstone, London. hal 220 dan 223

8. Kusumawati, D.D, Amanto, B.S., dan Muhammad , D.R.A. 2012. Pengaruh


Perlakuan dan Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan
Sensori Tepung Biji Nangka. Jurnal Teknosains Pangan. 1 : 41-48

23
9. Sofyan, Tri Yanuarto, dan Maria Dona Octavia. 2015. Pengaruh Kombinasi
Magnesium Stearat dan Talkum sebagai Lubrikan terhadap Profil
Disolusi Tablet Ibuprofen. Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Padang

24
LAMPIRAN 1

HASIL DETERMINASI TANAMAN NANGKA

Gambar 4.1 Determinasi tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus L)

25
LAMPIRAN 2

PEMBUATAN PATI BIJI NANGKA

Nangka

Dikupas
Pisahkan Biji dari Daging buah

Biji Nangka

Dicuci
Direbus sekitar 15 menit
Tiriskan
Kupas kulit
Dipotong tipis-tipis
DiKeringkan
Dihaluskan

Serbuk Biji Nangka

Direndam dengan air


perbandingan 1:2
Disaring/diperas

Filtrat

Diendapkan selama 24-48 jam

Endapan Pati

Dikeringkan
Diayak

Pati Biji Nangka

Gambar 4.2 Bagan pembuatan pati biji nangka

26
LAMPIRAN 3

PEMBUATAN TABLET IBUPROFEN SEBAGAI PENGIKAT

Formula 1 Formula 2

Pencampuran Fase Dalam


Timbang masing-masing bahan
Serbuk ibuprofen, laktosa,amilum
manihot dicampur
Tambahkan pati biji nangka, campur
sampai berbentuk massa yang dapat
dikempa
Diayak dengan mesh 14

Massa Basah

Dikeringkan di dalam lemari


pengering dengan suhu 40-50oC

Granul Kering

Dilakukan evaluasi granul meliputi :


Penetapan kadar air, sifat alir granul,
kadar pemampatan, bobot jenis, indeks
kompresibilitas
Ditambahkan fase luar meliputi :
magnesium stearat, talk, pati biji nangka
Dicetak dengan mesin tablet

Tablet

Dilakukan evaluasi tablet meliputi :


organoleptik, keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, friabilitas dan
friksibilitas, kekerasan, waktu hancur,
uji disolusi

Formula Tablet Terbaik yang memenuhi persyaratan

Gambar 4.3 Bagan pembuatan tablet ibuprofen sebagai pengikat

27
LAMPIRAN 4

PEMBUATAN TABLET IBUPROFEN SEBAGAI PENGHANCUR

Formula 3 Formula 4

Pencampuran Fase Dalam


Timbang masing-masing bahan
Serbuk ibuprofen, laktosa,amilum
manihot dicampur
Tambahkan pati biji nangka, campur
sampai berbentuk massa yang dapat
dikempa
Diayak dengan mesh 14

Massa Basah

Dikeringkan di dalam lemari


pengering dengan suhu 40-50oC

Granul Kering
Dilakukan evaluasi granul meliputi :
Penetapan kadar air, sifat alir granul,
kadar pemampatan, bobot jenis, indeks
kompresibilitas
Ditambahkan fase luar meliputi :
magnesium stearat, talk, pati biji nangka
Dicetak dengan mesin tablet

Tablet
Dilakukan evaluasi tablet meliputi :
organoleptik, keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, friabilitas dan
friksibilitas, kekerasan, waktu hancur,
uji disolusi

Formula Tablet Terbaik yang memenuhi persyaratan

Gambar 4.4 Bagan pembuatan tablet ibuprofen sebagai penghancur

28
LAMPIRAN 5

PEMBUATAN TABLET IBUPROFEN SEBAGAI PENGISI

Formula 5 Formula 6

Pencampuran Fase Dalam


Timbang masing-masing bahan
Serbuk ibuprofen, laktosa,amilum
manihot dicampur
Tambahkan pati biji nangka, campur
sampai berbentuk massa yang dapat
dikempa
Diayak dengan mesh 14

Massa Basah

Dikeringkan di dalam lemari


pengering dengan suhu 40-50oC

Granul Kering
Dilakukan evaluasi granul meliputi :
Penetapan kadar air, sifat alir granul,
kadar pemampatan, bobot jenis, indeks
kompresibilitas
Ditambahkan fase luar meliputi :
magnesium stearat, talk, pati biji nangka
Dicetak dengan mesin tablet

Tablet

Dilakukan evaluasi tablet meliputi :


organoleptik, keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, friabilitas dan
friksibilitas, kekerasan, waktu hancur,
uji disolusi

Formula Tablet Terbaik yang memenuhi persyaratan

Gambar 4.5 Bagan pembuatan tablet ibuprofen sebagai pengisi

29
LAMPIRAN 6

PEMBUATAN TABLET IBUPROFEN SEBAGAI PEMBANDING

FASE LUAR

Formula 7 Formula 8

Pencampuran Fase Dalam


Timbang masing-masing bahan
Serbuk ibuprofen, laktosa,amilum
manihot dicampur
Tambahkan pati biji nangka, campur
sampai berbentuk massa yang dapat
dikempa
Diayak dengan mesh 14

Massa Basah
Dikeringkan di dalam lemari
pengering dengan suhu 40-50oC

Granul Kering
Dilakukan evaluasi granul meliputi :
Penetapan kadar air, sifat alir granul,
kadar pemampatan, bobot jenis,
indeks kompresibilitas
Ditambahkan fase luar meliputi :
magnesium stearat, talk, amilum
manihot
Dicetak dengan mesin tablet

Tablet
Dilakukan evaluasi tablet meliputi :
organoleptik, keseragaman ukuran,
keseragaman bobot, friabilitas dan
friksibilitas, kekerasan, waktu hancur,
uji disolusi

Formula Tablet Terbaik yang memenuhi persyaratan

Gambar 4.6 Bagan pembuatan tablet ibuprofen sebagai pembanding fase

luar

30
LAMPIRAN 7

SERTIFIKAT ANALISIS IBUPROFEN

Gambar 4.7 Sertifikat analisis ibuprofen

31
LAMPIRAN 8

HASIL IDENTIFIKASI IBUPROFEN

Gambar 4.8 Hasil scanning panjang gelombang maksimum ibuprofen

32
LAMPIRAN 9

HASIL EVALUASI GRANUL TABLET IBUPROFEN

Tabel 5.1

Hasil Uji Kadar Air

Kadar Air
Formulasi Mean SD KV
R1 R2 R3
1 2,45 2,46 2,46 2,46 0,006 0,235
2 2,42 2,43 2,43 2,43 0,006 0,238
3 2,46 2,46 2,47 2,46 0,006 0,234
4 2,47 2,47 2,46 2,47 0,006 0,234
5 2,42 2,43 2,42 2,42 0,006 0,238
6 2,48 2,47 2,48 2,48 0,006 0,233
7 2,47 2,48 2,48 2,48 0,006 0,233
8 2,43 2,44 2,43 2,43 0,006 0,237

Persyaratan kadar air granul yaitu 2-4% (4)


Keterangan :
R = replikasi
SD = standar deviasi
KV = koefesien variasi

Tabel 5.2

Hasil Uji Sifat Alir

Berat (g) Waktu (detik) Sifat Alir


Formulasi Mean SD KV
R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
1 20 20 20 4,4 4,3 4,4 4,55 4,65 4,55 4,58 0,06 1,33
2 20 20 20 3,3 3,1 3,0 6,06 6,45 6,67 6,39 0,31 4,81
3 20 20 20 4,1 3,9 4,2 4,88 5,13 4,76 4,92 0,19 3,80
4 20 20 20 3,3 3,1 3,2 6,06 6,45 6,25 6,25 0,20 3,13
5 20 20 20 3,9 3,8 3,9 5,13 5,26 5,13 5,17 0,08 1,51
6 20 20 20 4,0 4,1 4,1 5,00 4,88 4,88 4,92 0,07 1,43
7 20 20 20 4,3 4,5 4,6 4,65 4,44 4,35 4,48 0,15 3,46
8 20 20 20 3,2 3,3 3,2 6,25 6,06 6,25 6,19 0,11 1,77

Persyaratan sifat alir granul yaitu > 4 g/detik (4)


Keterangan :
R = replikasi
SD = standar deviasi
KV = koefesien variasi

33
LAMPIRAN 9

(LANJUTAN)

Tabel 5.3

Hasil Uji Bobot Jenis Nyata

V P
Formulasi W Mean SD KV
R1 R2 R3 R1 R2 R3
1 20 62 63 63 0,323 0,317 0,317 0,319 0,003 0,926
2 20 53 54 54 0,377 0,370 0,370 0,373 0,004 1,083
3 20 57 58 58 0,351 0,345 0,345 0,347 0,003 1,007
4 20 52 51 52 0,385 0,392 0,385 0,387 0,004 1,125
5 20 55 55 56 0,364 0,364 0,357 0,361 0,004 1,037
6 20 50 50 51 0,400 0,400 0,392 0,397 0,005 1,140
7 20 62 63 63 0,323 0,317 0,317 0,319 0,003 0,926
8 20 53 54 54 0,377 0,370 0,370 0,373 0,004 1,083

Persyaratan bobot jenis nyata yaitu 0,2-0,6 g/mL (5)


Keterangan :
W = bobot granul
V = volume granul tanpa pemampatan
P = bobot jenis nyata
R = replikasi
SD = standar deviasi
KV = koefesien variasi

34
LAMPIRAN 9

(LANJUTAN)

Tabel 5.4

Hasil Uji Bobot Jenis Mampat

Vn Pn
Formulasi Ketukan W Mean SD KV
R1 R2 R3 R1 R2 R3
10 58 59 58 0,34 0,34 0,34 0,34 0,00 0,98
50 55 56 56 0,36 0,36 0,36 0,36 0,00 1,04
1 20
100 54 54 54 0,37 0,37 0,37 0,37 0,00 0,00
500 52 52 52 0,38 0,38 0,38 0,38 0,00 0,00
10 49 50 50 0,41 0,40 0,40 0,40 0,00 1,17
50 47 48 47 0,43 0,42 0,43 0,42 0,01 1,21
2 20
100 45 45 45 0,44 0,44 0,44 0,44 0,00 0,00
500 44 44 44 0,45 0,45 0,45 0,45 0,00 0,00
10 53 54 54 0,38 0,37 0,37 0,37 0,00 1,08
50 51 52 51 0,39 0,38 0,39 0,39 0,00 1,12
3 20
100 49 49 49 0,41 0,41 0,41 0,41 0,00 0,00
500 47 47 47 0,43 0,43 0,43 0,43 0,00 0,00
10 49 48 48 0,41 0,42 0,42 0,41 0,00 1,19
50 47 46 46 0,43 0,43 0,43 0,43 0,01 1,24
4 20
100 45 45 45 0,44 0,44 0,44 0,44 0,00 0,00
500 43 43 43 0,47 0,47 0,47 0,47 0,00 0,00
10 51 51 52 0,39 0,39 0,38 0,39 0,00 1,12
50 49 49 50 0,41 0,41 0,40 0,41 0,00 1,16
5 20
100 47 47 48 0,43 0,43 0,42 0,42 0,01 1,21
500 46 46 46 0,43 0,43 0,43 0,43 0,00 0,00
10 46 46 47 0,43 0,43 0,43 0,43 0,01 1,24
50 44 44 44 0,45 0,45 0,45 0,45 0,00 0,00
6 20
100 42 42 42 0,48 0,48 0,48 0,48 0,00 0,00
500 41 41 41 0,49 0,49 0,49 0,49 0,00 0,00
10 58 59 58 0,34 0,34 0,34 0,34 0,00 0,98
50 55 56 56 0,36 0,36 0,36 0,36 0,00 1,04
7 20
100 53 54 54 0,38 0,37 0,37 0,37 0,00 1,08
500 52 52 52 0,38 0,38 0,38 0,38 0,00 0,00
10 49 50 50 0,41 0,40 0,40 0,40 0,00 1,17
50 47 48 47 0,43 0,42 0,43 0,42 0,01 1,21
8 20
100 45 45 45 0,44 0,44 0,44 0,44 0,00 0,00
500 44 44 44 0,45 0,45 0,45 0,45 0,00 0,00

Persyaratan bobot jenis mampat yaitu 0,2-0,6 g/mL (5)


Keterangan :
W = bobot granul
Vn = volume granul pada n ketukan
Pn = bobot jenis mampat
R = replikasi
SD = standar deviasi
KV = koefesien variasi

35
LAMPIRAN 9

(LANJUTAN)

Tabel 5.5

Hasil Uji Kadar Pemampatan

V0 Vn KP
Formulasi Ketukan Mean SD KV
R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
10 58 59 58 6,45 6,35 7,94 6,91 0,89 12,85
50 55 56 56 11,29 11,11 11,11 11,17 0,10 0,93
1 62 63 63
100 53 54 54 14,52 14,29 14,29 14,36 0,13 0,93
500 52 52 52 16,13 17,46 17,46 17,02 0,77 4,52
10 49 50 50 7,55 7,41 7,41 7,45 0,08 1,08
50 47 48 47 11,32 11,11 12,96 11,80 1,01 8,60
2 53 54 54
100 45 45 45 15,09 16,67 16,67 16,14 0,91 5,62
500 44 44 44 16,98 18,52 18,52 18,01 0,89 4,93
10 53 54 54 7,02 6,90 6,90 6,94 0,07 1,01
50 51 52 51 10,53 10,34 12,07 10,98 0,95 8,63
3 57 58 58
100 49 49 49 14,04 15,52 15,52 15,02 0,86 5,70
500 47 47 47 17,54 18,97 18,97 18,49 0,82 4,44
10 49 48 48 5,77 5,88 7,69 6,45 1,08 16,74
50 47 46 46 9,62 9,80 11,54 10,32 1,06 10,27
4 52 51 52
100 45 45 45 13,46 11,76 13,46 12,90 0,98 7,60
500 43 43 43 17,31 15,69 17,31 16,77 0,94 5,58
10 51 51 52 7,27 7,27 7,14 7,23 0,07 1,04
50 49 49 50 10,91 10,91 10,71 10,84 0,11 1,04
5 55 55 56
100 47 47 48 14,55 14,55 14,29 14,46 0,15 1,04
500 46 46 46 16,36 16,36 17,86 16,86 0,86 5,11
10 46 46 47 8,00 8,00 7,84 7,95 0,09 1,14
50 44 44 44 12,00 12,00 13,73 12,58 1,00 7,92
6 50 50 51
100 42 42 42 16,00 16,00 17,65 16,55 0,95 5,75
500 41 41 41 18,00 18,00 19,61 18,54 0,93 5,01
10 58 59 58 6,45 6,35 7,94 6,91 0,89 12,85
50 55 56 56 11,29 11,11 11,11 11,17 0,10 0,93
7 62 63 63
100 53 54 54 14,52 14,29 14,29 14,36 0,13 0,93
500 52 52 52 16,13 17,46 17,46 17,02 0,77 4,52
10 49 50 50 7,55 7,41 7,41 7,45 0,08 1,08
50 47 48 47 11,32 11,11 12,96 11,80 1,01 8,60
8 53 54 54
100 45 45 45 15,09 16,67 16,67 16,14 0,91 5,62
500 44 44 44 16,98 18,52 18,52 18,01 0,89 4,93

Persyaratan kadar pemampatan yaitu ≤ 20% (6)


Keterangan :
Vo = volume granul sebelum pemampatan
Vn = volume granul pada n ketukan
Kp = kadar pemampatan
R = replikasi
SD = standar deviasi
KV = koefesien variasi

36
LAMPIRAN 9

(LANJUTAN)

Tabel 5.6

Hasil Uji Indeks Kompresibilitas

P Pn %Kompresibilitas
Formulasi Ketukan Mean SD KV
R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
10 0,34 0,34 0,34 6,45 6,35 7,94 6,91 0,89 12,85
50 0,36 0,36 0,36 11,29 11,11 11,11 11,17 0,10 0,93
1 0,32 0,32 0,32
100 0,37 0,37 0,37 12,90 14,29 14,29 13,82 0,80 5,77
500 0,38 0,38 0,38 16,13 17,46 17,46 17,02 0,77 4,52
10 0,41 0,40 0,40 7,55 7,41 7,41 7,45 0,08 1,08
50 0,43 0,42 0,43 11,32 11,11 12,96 11,80 1,01 8,60
2 0,38 0,37 0,37
100 0,44 0,44 0,44 15,09 16,67 16,67 16,14 0,91 5,62
500 0,45 0,45 0,45 16,98 18,52 18,52 18,01 0,89 4,93
10 0,38 0,37 0,37 7,02 6,90 6,90 6,94 0,07 1,01
50 0,39 0,38 0,39 10,53 10,34 12,07 10,98 0,95 8,63
3 0,35 0,34 0,34
100 0,41 0,41 0,41 14,04 15,52 15,52 15,02 0,86 5,70
500 0,43 0,43 0,43 17,54 18,97 18,97 18,49 0,82 4,44
10 0,41 0,42 0,42 5,77 5,88 7,69 6,45 1,08 16,74
50 0,43 0,43 0,43 9,62 9,80 11,54 10,32 1,06 10,27
4 0,38 0,39 0,38
100 0,44 0,44 0,44 13,46 11,76 13,46 12,90 0,98 7,60
500 0,47 0,47 0,47 17,31 15,69 17,31 16,77 0,94 5,58
10 0,39 0,39 0,38 7,27 7,27 7,14 7,23 0,07 1,04
50 0,41 0,41 0,40 10,91 10,91 10,71 10,84 0,11 1,04
5 0,36 0,36 0,36
100 0,43 0,43 0,42 14,55 14,55 14,29 14,46 0,15 1,04
500 0,43 0,43 0,43 16,36 16,36 17,86 16,86 0,86 5,11
10 0,43 0,43 0,43 8,00 8,00 7,84 7,95 0,09 1,14
50 0,45 0,45 0,45 12,00 12,00 13,73 12,58 1,00 7,92
6 0,40 0,40 0,39
100 0,48 0,48 0,48 16,00 16,00 17,65 16,55 0,95 5,75
500 0,49 0,49 0,49 18,00 18,00 19,61 18,54 0,93 5,01
10 0,34 0,34 0,34 6,45 6,35 7,94 6,91 0,89 12,85
50 0,36 0,36 0,36 11,29 11,11 11,11 11,17 0,10 0,93
7 0,32 0,32 0,32
100 0,38 0,37 0,37 14,52 14,29 14,29 14,36 0,13 0,93
500 0,38 0,38 0,38 16,13 17,46 17,46 17,02 0,77 4,52
10 0,41 0,40 0,40 7,55 7,41 7,41 7,45 0,08 1,08
50 0,43 0,42 0,43 11,32 11,11 12,96 11,80 1,01 8,60
8 0,38 0,37 0,37
100 0,44 0,44 0,44 15,09 16,67 16,67 16,14 0,91 5,62
500 0,45 0,45 0,45 16,98 18,52 18,52 18,01 0,89 4,93

Persyaratan indeks kompresibilitas yaitu 11-20% (7)


Keterangan :
P = bobot jenis nyata
Pn = bobot jenis mampat
R = replikasi
SD = standar deviasi
KV = koefesien variasi

37
LAMPIRAN 10

Tabel 5.7
Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Ibuprofen
Bobot Tablet (mg)
NO Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3 Formulasi 4 Formulasi 5 Formulasi 6 Formulasi 7 Formulasi 8
R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
1 300 300 300 300 300 290 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 310 310
2 290 300 300 300 300 300 290 310 290 300 300 300 290 300 300 300 300 300 310 310 300 300 300 300
3 300 300 300 300 300 300 300 300 300 310 310 300 300 300 300 300 290 290 310 300 300 300 300 300
4 290 300 300 300 290 300 300 290 290 300 300 300 290 300 300 300 300 300 300 290 310 300 300 300
5 300 300 300 300 300 300 300 300 290 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 290 300 300 300 290
6 300 290 310 300 300 290 300 300 300 300 310 300 300 300 310 310 300 310 300 300 300 310 300 300
7 310 300 300 300 300 300 310 300 300 300 300 300 310 300 300 290 310 300 300 300 300 300 300 300
8 300 310 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 310 300 290 310 300 300 300 300
9 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 290 300 300 300
10 300 300 300 300 310 300 300 300 300 300 300 310 300 300 300 300 300 300 300 300 290 300 300 300
11 300 310 300 300 300 300 290 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 310 300 300 300 300 300 300
12 300 300 300 310 300 300 300 300 300 290 300 300 300 310 300 310 300 300 300 300 300 300 300 300
13 300 300 300 300 310 310 300 290 300 300 300 300 300 300 300 310 300 300 300 300 300 300 300 300
14 310 300 300 300 300 300 310 300 300 300 300 300 290 290 300 300 290 300 300 300 310 300 300 290
15 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 290 300 300 300 300 300 300 300 300 300 310 300 300 300
16 300 300 300 300 290 300 300 300 300 290 300 300 300 300 300 300 300 290 290 300 300 300 300 290
17 300 300 310 300 300 290 300 300 300 300 310 300 300 300 310 300 300 290 300 290 300 310 300 300
18 300 300 300 300 300 300 300 300 300 310 300 290 300 300 300 300 300 300 300 310 300 300 290 300
19 300 300 300 310 300 300 300 300 300 300 300 300 300 310 300 300 300 300 300 310 300 300 300 300
20 300 300 300 290 300 300 300 300 300 300 300 290 300 300 300 300 300 300 310 300 310 300 290 300
Mean 300 301 301 301 300 299 300 300 299 300 301 300 299 301 301 301 300 300 301 301 301 301 300 299
SD 4,59 3,94 3,08 3,94 4,59 4,47 4,59 3,94 3,66 4,59 4,47 3,94 4,47 3,94 3,08 4,47 4,59 5,10 5,10 6,05 5,53 3,08 3,94 4,47
KV 1,53 1,31 1,02 1,31 1,53 1,5 1,53 1,32 1,23 1,53 1,49 1,32 1,5 1,31 1,02 1,49 1,53 1,7 1,7 2,01 1,84 1,02 1,32 1,5
Persyaratan uji keseragaman bobot tablet dengan berat 300 mg yaitu tidak lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata
7,5%, dan tidak boleh satu tablet lebih dari 15% bobot rata-rata (1)

38
LAMPIRAN 10

(LANJUTAN)

Tabel 5.8

Hasil Uji Keseragaman Ukuran Tablet Ibuprofen


Ketebalan (mm)
D
NO Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3 Formulasi 4 Formulasi 5 Formulasi 6 Formulasi 7 Formulasi 8
(mm) R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
1 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45
2 10,45 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,43 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45
3 10,45 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4
4 10,45 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,45 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4
5 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
6 10,45 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4
7 10,45 4,4 4,4 4,43 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,45 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4
8 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
9 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,45 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
10 10,45 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43
11 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4
12 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4
13 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,45 4,4 4,43
14 10,45 4,4 4,43 4,4 4,45 4,4 4,4 4,43 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4
15 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
16 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4
17 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4
18 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43
19 10,45 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4 4,4 4,4 4,4
20 10,45 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,43 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,4 4,45 4,4
Mean 10,45 4,41 4,4 4,4 4,4 4,41 4,4 4,41 4,4 4,41 4,41 4,41 4,4 4,4 4,41 4,41 4,41 4,41 4,41 4,41 4,41 4,4 4,41 4,41 4,41
SD 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 0,02
KV 0,00 0,30 0,28 0,28 0,28 0,35 0,21 0,47 0,21 0,42 0,37 0,30 0,25 0,21 0,42 0,38 0,42 0,37 0,31 0,43 0,36 0,17 0,37 0,36 0,38
Persyaratan uji keseragaman ukuran tablet yaitu tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (3)

39
LAMPIRAN 10

(LANJUTAN)

Tabel 5.9

Hasil Uji Friabilitas Tablet Ibuprofen

W1 % Friabilitas
Formulasi Wo Mean SD KV
R1 R2 R3 R1 R2 R3
1 6 5,96 5,96 5,95 0,67 0,67 0,83 0,72 0,10 13,32
2 6 5,95 5,94 5,95 0,83 1,00 0,83 0,89 0,10 10,83
3 6 5,96 5,96 5,95 0,67 0,67 0,83 0,72 0,10 13,32
4 6 5,95 5,95 5,94 0,83 0,83 1,00 0,89 0,10 10,83
5 6 5,96 5,95 5,95 0,67 0,83 0,83 0,78 0,10 12,37
6 6 5,94 5,95 5,95 1,00 0,83 0,83 0,89 0,10 10,83
7 6 5,96 5,96 5,95 0,67 0,67 0,83 0,72 0,10 13,32
8 6 5,96 5,95 5,95 0,67 0,83 0,83 0,78 0,10 12,37

Persyaratan uji friabilitas tablet yaitu < 1% (5)


Keterangan :
Wo = bobot 20 tablet yang diambil secara acak dan bebas dari debu
W1 = bobot tablet setelah dimasukkan kedalam alat friabilator dan dibersihkan
dari debu
R = replikasi
SD = standar deviasi
KV = koefesien variasi

40
LAMPIRAN 10

(LANJUTAN)

Tabel 5.10

Hasil Uji Friksibilitas Tablet Ibuprofen

W1 % Friksibilitas
Formulasi Wo Mean SD KV
R1 R2 R3 R1 R2 R3
1 6 5,95 5,96 5,96 0,83 0,67 0,67 0,72 0,10 13,32
2 6 5,96 5,95 5,95 0,67 0,83 0,83 0,78 0,10 12,37
3 6 5,95 5,96 5,96 0,83 0,67 0,67 0,72 0,10 13,32
4 6 5,96 5,95 5,94 0,67 0,83 1,00 0,83 0,17 20,00
5 6 5,95 5,96 5,94 0,83 0,67 1,00 0,83 0,17 20,00
6 6 5,95 5,96 5,95 0,83 0,67 0,83 0,78 0,10 12,37
7 6 5,95 5,94 5,95 0,83 1,00 0,83 0,89 0,10 10,83
8 6 5,95 5,96 5,95 0,83 0,67 0,83 0,78 0,10 12,37

Persyaratan uji friksibilitas tablet yaitu < 1% (5)


Keterangan :
Wo = bobot 20 tablet yang diambil secara acak dan bebas dari debu
W1 = bobot tablet setelah dimasukkan kedalam alat friabilator dan dibersihkan
dari debu
R = replikasi
SD = standar deviasi
KV = koefesien variasi

41
LAMPIRAN 10

(LANJUTAN)

Tabel 5.11

Hasil Uji Disolusi Tablet Ibuprofen

Waktu Rata - rata terdisolusi (%)


(menit) F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
72,50 ± 79,00 ± 75,67 ± 79,42 ± 70,83 ± 79,33 ± 78,33 ± 80,83 ±
5
0,250 0,250 0,382 0,382 0,520 0,382 0,764 0,382
77,55 ± 80,88 ± 80,09 ± 82,41 ± 75,87 ± 82,80 ± 80,95 ± 84,24 ±
10
0,504 0,253 0,501 0,144 0,384 0,148 0,375 0,383
81,69 ± 83,56 ± 83,55 ± 86,07 ± 78,17 ± 86,16 ± 83,64 ± 87,34 ±
15
0,378 0,379 0,626 0,382 0,386 0,500 0,751 0,384
86,98 ± 89,42 ± 89,67 ± 91,28 ± 83,94 ± 91,53 ± 88,50 ± 93,46 ±
30
0,141 0,247 0,507 0,148 0,385 0,386 0,376 0,251
89,96 ± 93,07 ± 92,74 ± 94,75 ± 86,26 ± 95,01 ± 91,56 ± 95,78 ±
45
0,250 0,522 0,244 0,250 0,383 0,251 0,520 0,253
93,07 ± 95,86 ± 95,52 ± 97,46 ± 88,53 ± 97,71 ± 94,09 ± 98,05 ±
60
0,383 0,385 0,253 0,147 0,385 0,384 0,376 0,251

Persyaratan uji disolusi tablet ibuprofen yaitu tidak kurang dari 70% zat aktif
dapat larut dalam waktu 30 menit (3)

42
LAMPIRAN 11

TABLET IBUPFOREN

Gambar 4.9 Tablet Ibuprofen

43

Anda mungkin juga menyukai