Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam artikel yang ditulis oleh Dra. Ani M. Hasan disebutkan di dalamnya
bahwa abad 21 adalah abad pengetahuan. Pada masa yang akan datang,
pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan). Hal ini
berarti bahwa ilmu pengetahuan akan menjadi elemen yang sangat berarti bagi
perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia.

Berdasarkan data yang disajikan dalam “Human development Report 2008”


pendidikan di Indonesia berada di tingkat 107 dari 177 negara yang diteliti profil
pendidikannya oleh UNICEF. Hal ini berarti bahwa Indonesia berada dalam
“Medium Human Development” atau berada di peringkat tengah dalam hal
pengembangan sumber daya manusia. Fakta inilah yang menjadi salah satu
dorongan bahwa Indonesia umumnya serta kota Depok khususnya harus memiliki
cara dan solusi dalam usaha meningkatkan pengembangan sumber daya manusia
melalui pendidikan.

Salah satu fasilitas untuk membuat kota Depok sebagai kota dengan
sumber daya manusia yang maju adalah dengan memberikan fasilitas Youth
Creative Space , dimana merupakan tempat berkumpulnya mahasiswa ataupun
pemuda pemudi lainnya untuk melakukan aktivitas produktif yang terkait dengan
bidang kekreatifan yang bisa bermanfaat, pengembangan potensi bidang ekonomi
kreatif, ataupun hanya untuk sekedar belajar, bertukar pikiran, sosial, interaksi,
event, membaca buku, hang out, dan bekerjasama demi kota Depok untuk ke
depannya.

Adapun definisi dari “Youth Creative Space” , yaitu “Youth” yaitu


mencakup pemuda-pemudi khususnya mahasiswa dengan jumlah yang tidak
sedikit di kota Depok, “Creative Space” yang mewadahi ruang ekonomi kreatif

1
bagi para pemuda pemudi dan kegiatan mahasiswa dari segi non-akademis
maupun akademis.

Untuk itu, perancangan Youth Creative Space di Depok, Jawa Barat ini
bertujuan untuk menyatukan para pemuda dan mendorong generasi ke depan yang
lebih aktif dan berwawasan luas. Dengan adanya sarana berkumpul dan kegiatan
workshop/kursus mahasiswa dari berbagai kampus, sekolah dan komunitas di
Depok ataupun Jabodetabek tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan mereka
tetapi juga dapat bersosialisasi dan sebagai tempat berkumpul, berbagi
pengalaman dan berinteraksi dengan satu sama lain.

Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF) yang bertugas membantu


Presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi
kebijakan di bidang ekonomi kreatif (Perpres 6/2015 dan Perpres 72/2015)
menetapkan subsektor ekonomi kreatif Indonesia yang terdiri dari 16 subsektor;
Aplikasi & Game , Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain
Produk, Fashion, Film Animasi dan Video, Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik,
Penerbitan, Periklanan, Seni Pertunjukan, Seni Rupa dan Televisi & Radio,
dengan rantai nilai pengembangan ekonomi kreatif sebagai berikut;

Gambar 1.1 Rantai Nilai Pengembangan Ekraf

Sumber : Badan Ekonomi Kreatif, 2016

2
Arah kebijakan pembangunan ekonomi kreatif adalah memfasilitasi Orang
Kreatif (OK) di sepanjang rantai nilai yang dimulai dari tahap kreasi, produksi,
distribusi, konsumsi, hingga konservasi (RPJMN 2015 – 2019):

 Kreasi. Menyediakan fasilitas bagi OK untuk kegiatan kreasi seperti ruang


kreatif, sarana kreatif, pada lingkup yang lebih luas mendorong
terbangunnya klaster kreatif;
 Produksi. Memfasilitasi OK memproduksi kreasinya dalam skala usaha
yang layak secara ekonomi, dalam bantuk penetapan usaha baru (start-up),
akses terhadap permodalan (pembiayaan), akses terhadap sarana/alat
produksi, dan penyediaan sumberdaya manusia/teknisi produksi dengan
keterampilan yang tinggi;
 Distribusi. Memfasilitasi usaha baru ekonomi kreatif untuk mendapatkan
akses ke pasar dan menjaga struktur pasar yang memudahkan pendatang
baru;
 Konsumsi. Memfasilitasi usaha baru ekonomi kreatif membangun pasar
(market development) dan bila perlu membatu pembelajaran pasar (market
learning).
 Konservasi. Memfasilitasi terbangunnya repositories bagi produk- produk
kreatif yang dimanfaatkan OK sebagai sumber inspirasi pada proses kreasi
berikutnya.

Sedangkan strategi pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia adalah 1

 Sesuai kebutuhan
 Memperluas pasar produk kreatif Indonesia pasar baik di pasar ekspor
maupun pasar domestik
 Memfasilitasi proses kreasi seperti pembangunan ruang kreasi (termasuk
pusat kreatif, pusat eksebisi), jaringan orang kreatif

1
(RPJMN 2015 – 2019). Badan Ekonomi Kreatif Indonesia

3
 Memfasilitasi usaha kreatif sepanjang rantai produksi dengan
menyediakan akses ke sumber permodalan atau pasokan SDM
produksi,dan akses ke pasar;
 Memfasilitasi penumbuhan usaha kreatif terutama bagi usaha pemula.

Sedangkan di Indonesia sendiri masih jarang di temukan tempat yang


difokuskan untuk pengembangan potensi kreatif terutama ekonomi kreatif.
Padahal di Rantai Nilai Pengembangan Ekraf dibutuhkan : Ruang Kreatif, Sarana
Kreasi dan Sarana Produksi, terutama di poin Kreasi, dan juga di strategi
pengembangan ekraf terdapat memfasilitasi proses kreasi seperti pembangunan
ruang kreasi, dan semua ini bisa dipenuhi dengan dibentuknya proyek Depok
Youth Creative Space yang dapat mengakomodasi ruang atau space untuk
perkembangan ekonomi kreatif Indonesia, terlebih potensi ekonomi kreatif
pemuda pemudi Indonesia, terutama di kota Depok dan sekitarnya (Jabodetabek).

Menurut sekretaris Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Depok, Hardiono, pada


tahun 2015 ekonomi kreatif mampu memberi sumbangsih sebesar 10,76 persen.
Ada tiga sektor utama yang dominan memberi sumbangsih besar terhadap PDRB
Kota Depok antara lain, fashion sebesar 40,38 persen, kerajinan sebesar 29,60
persen, dan kuliner sebesar 7,05 persen. Dari 2,1 juta penduduk Kota Depok, 9,13
persennya menggeluti sektor ekonomi kreatif. Setiap tahunnya sektor ini terus
berkembang dengan kekuatan intelektual individu yang dimiliki. Hardiono
melanjutkan, tentu hal ini sesuai dengan program pembangunan yang masuk dan
dituangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Depok tahun 2016-2021 serta visi Kota Depok, yaitu unggul, nyaman, dan
religius.2

Dan dari hasil survey penelitian arsitektur “Tipologi Arsitektur Library x


Cafe Untuk Kebutuhan Mahasiswa di Depok”,diadakan survey kepada 28
mahasiswa yang berasal dari Universitas Gunadarma (18 orang), mahasiswa UI (7
orang), mahasiswa BSI Depok (3 orang), yang kebanyakan mendominasi jumlah

2
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/17/12/06/p0j6tf438-
pemkot-depok-akan-kembangkan-potensi-ekonomi-kreatif

4
mahasiswa di Depok, survey diadakan pada tanggal 12-15 Januari 2018 melalui
kuisioner dan didapatkan data sebagai berikut :

 Merasa membutuhkan ruang yang nyaman dan efektif untuk mengerjakan


tugas diluar kampus dan diluar rumah : “Ya” sebanyak 23 orang , “Tidak”
sebanyak 3 orang, “Tidak Tahu” sebanyak 2 orang.
 Merasa membutuhkan ruang khusus pemuda-pemudi untuk menyalurkan
potensi kreatif : “Ya” sebanyak 26 orang, “Tidak” sebanyak 0 orang ,dan
“Tidak Tahu” sebanyak 2 orang.
 Merasa Depok bisa menjadi kota pelajar yang lebih baik bila diadakannya
suatu ruang untuk mewadahi kebutuhan mahasiswa dimana kota Depok
yang dikelilingi oleh perguruan tinggi memiliki jumlah mahasiswa yang
bisa mempengaruhi kelangsungan kota Depok : “Ya” sebanyak 20 orang,
“Tidak” sebanyak 6 orang, “Tidak Tahu” sebanyak 2 orang.
 Untuk jenis fokus wadah kemahasiswaan dari segi minat dan bakat, 17
mahasiswa setuju bahwa Depok butuh space untuk kekreatifitasan dari
segi seni musik dan teater, 8 mahasiswa setuju Depok butuh space untuk
seni rupa seperti galeri fotografi, lukisan. Sedangkan 3 mahasiswa tidak
menjawab.
 Untuk usul tambahan,dari 11 mahasiswa yang di survey, Depok
membutuhkan tempat untuk workshop atau kursus, atau tempat pelatihan
enterpreneurship bagi mahasiswa yang efektif dan tidak terbatas dari
kampus saja.Seperti networking, dan e-commerce enterpreneurship (online
shop business,dll), 17 mahasiswa tidak menjawab. 3

Dan dari hasil wawancara pada tanggal 13-14 Januari 2018 kepada
sebanyak 10 orang mahasiswa (8 orang mahasiswa Gunadarma, 2 orang
mahasiswa UI) maka didapat data bahwa 9 dari 10 mahasiswa merasa bahwa kota
Depok masih membutuhkan wadah berupa space khusus mahasiswa secara umum,
dimana space ini tidak terbatas untuk kalangan kampus atau komunitas tertentu
saja, namun dengan target mencakup mahasiswa Depok secara keseluruhan.

3 Data survey kuesioner PA “Tipologi Arsitektur Library x Cafe Untuk Kebutuhan Mahasiswa di Depok”

5
Menurut hasil wawancara, adanya kebutuhan space ini dapat memfasilitasi
kebutuhan mahasiswa, terutama space untuk berdiskusi dan bekerja secara khusus
seperti mengerjakan tugas individu atau tugas kelompok, skripsi/tesis, ataupun
hanya berdiskusi ringan, ruang untuk menyalurkan kekreatifitasan, seperti teater
dan auditorium untuk mengadakan event-event para pemuda-pemudi, dimana
mayoritas yaitu 8 orang mahasiswa setuju untuk diadakan ruang untuk
mengadakan konser,pentas seni, dll, sedangkan sisanya yaitu 2 orang menjawab
tidak tahu. Selain space sejenis coworking space dan auditorium ini, juga
diperlukan ruang lainnya seperti meeting room, conference room, wifi hotspot
area yang bisa dijangkau seluruh ruang, cafetaria, workshop area, bahkan
dormitories. Keseluruhan 10 mahasiswa ini juga setuju bahwa sebaiknya space ini
dari segi non-akademis difokuskan untuk pengadaan pengembangan potensi
kreatif pemuda pemudi dan pengadaan aktivitas yang bermanfaat dan aktivitas
hiburan seperti event terutama konser musik dan teatrikal yang dikira bisa
4
menarik minat mayoritas mahasiswa

Salah satu alasan mengapa Depok juga butuh suatu creative space adalah,
dimana saat penulis melakukan wawancara kepada bu Euis Nurhayati selaku
perwakilan narasumber dari Dinas Perindustrian Kota Depok, beliau mengatakan
bahwa creative space sangat diperlukan di kota Depok. Dimana, creative space ini
bisa menjadi wadah untuk orang-orang kreatif dalam memasarkan produk mereka
secara terarah, karena menurut beliau kelemahan dari potensi ekonomi kreatif di
Depok adalah pemasaran, dan dimana orang-orang kreatif ini bisa melakukan
aktivitas pelatihan tentang fokus ekonomi kreatif tertentu menurut minat dan
kebutuhan mereka masing-masing. Beliau juga mengatakan, bahwa potensi kreatif
di kota Depok itu yang paling banyak peminatnya adalah fashion (hijab, batik, dll)
dan kuliner (jus belimbing, dodol,dll) . Beliau mengatakan, diadakannya wadah
atau ruang untuk pelatihan potensi kreatif di Depok dapat membantu kemajuan
ekonomi di kota Depok yang lebih baik lagi.

4 Data survey wawancara PA” Tipologi Arsitektur Library x Cafe Untuk Kebutuhan Mahasiswa di Depok”

6
Dengan jumlah pemuda pemudi di Depok yang cukup banyak yaitu
mencapai lebih dari 1.000.000 orang 5 tentu dengan adanya Youth Creative Space
dapat membantu mewujudkan tujuan dari pemerintah untuk mengembangkan
potensi ekonomi kreatif Indonesia yang kebanyakan muncul dari pemuda pemudi
Indonesia dan juga membantu pelajar dan pekerja, pemuda pemudi berkumpul
dengan efektif baik secara formal yaitu konferensi, meeting, event, maupun secara
informal yaitu berdiskusi ringan, mengerjakan tugas dengan efektif, ataupun
hanya sekedar hang out dan bertukar pikiran atau bersosialisasi satu sama lain.

1.2 Tujuan

 Memahami kebutuhan dari kegiatan dan aktivitas pemuda pemudi di


Depok terutama di bidang ekonomi kreatif
 Mengakomodasi kebutuhan pemuda pemudi Depok atas ide-ide ekonomi
kreatif yang ingin mereka tuangkan
 Memberi ruang bagi pemuda pemudi Depok yang ingin berkarya namun
tidak disediakan/belum disediakan tempat yang sesuai

1.3 Masalah Perancangan

Untuk perencanaan dan perancangan Depok Youth Creative Space ini


terdapat masalah-masalah yang secara umum dapat dijabarkan seperti :

 Kebutuhan ruang yang sesuai standar yang telah di tetapkan, dimana


dikarenakan masih minimnya creative space di Indonesia dan standar
pemerintah tentang ruang ekonomi kreatif dalam skala besar belum
terbentuk dengan sempurna.
 Besar atau kecilnya peminat dan pengunjung akan tertarik datang
dikarenakan masih minimnya sosialisasi dan pengetahuan tentang ruang
untuk ekonomi kreatif.

5 Data Badan Pusat Statistik Nasional kerjasama Bappeda Depok mulai tahun 2015

7
1.4 Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Depok


Youth Creative Space ini adalah dengan cara sebagai berikut :

a) Studi Literatur
Mengkaji hal-hal yang bersifat teoritis, mencari acuan dalam mendesain.
b) Studi Lapangan/Observasi
Mengetahui kondisi asli di lapangan dengan melakukan survey baik itu
tapak/site dan bangunan,lingkungan sekitar secara makro dan mikro
c) Wawancara
Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan terpercaya dari
narasumber yang akan dijadikan acuan dalam perencanaan dan
perancangan

1.5 Lingkup/Batasan

Batasan/lingkup dibuat agar tidak menyimpang dari pokok pembahasan


dan terfokus pada hal-hal yang penting terkait judul, dengan rinci sebagai berikut :

a) Kebutuhan ruang sesuai aktivitas dan memenuhi setidaknya minimal 8-10


subsektor dari 16 subsektor ekonomi kreatif Bekraf
b) Ruang yang sesuai dengan aktivitas/kegiatan ekonomi kreatif pemuda
pemudi di kota Depok
c) Lokasi dan site yang sesuai untuk dibangunnya proyek ini
d) Desain tapak dan bangunan yang tepat

1.6 Kerangka Berpikir

Pada perencanaan dan perancangan dari Depok Youth Creative Space ini
mempunyai kerangka berpikir sebagai berikut:

8
Munculnya latar
Pendekatan dan
belakang diadakannya
Batasan/lingkup metode
proyek,tujuan dan
pembahasan
masalah perancangan

Studi literatur dan


Pemilihan Proses
studi banding,
tema,konsep dan perancangan dan
pengumpulan data
melakukan analisa desain akhir
pendukung

Pengujian,
evaluasi dan Revisi
feedback

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

Sumber : Penulis

Latar belakang memuat alasan mengapa diadakannya proyek, yaitu alasan


Depok membutuhkan suatu wadah yang menampung potensi kreatif pemuda
pemudi. Di latar belakang juga dikumpulkan data yang menjadi bukti suatu
proyek itu dibutuhkan/diperlukan untuk pihak yang membutuhkan. Setelah alasan
atau latar belakang dari diadakannya proyek tersebut muncul maka ditentukan
tujuan dari diadakannya proyek tersebut, dimana tujuan ini yang akan dicapai
setelah proyek tersebut menjadi nyata. Kemudian dari proyek tersebut ditentukan
masalah perancangan yang akan ditemukan solusinya di akhir proyek

Kemudian, setelah data-data tersebut di dapatkan maka dilakukan


penentuan batasan atau ruang lingkup, agar perencanaan dan perancangan
mempunyai suatu standar yang terfokus dan tidak mengarah keluar dari topik.

Setelah penentuan batasan maka selanjutnya adalah penentuan pendekatan


dan metode pembahasan yang membantu menjelaskan dan menentukan data
selanjutnya untuk perencanaan dan perancangan yang lebih terarah dan sesuai.

9
Studi banding dan studi literatur kemudian dilakukan untuk pendukung
data dalam perencanaan dan perancangan. Studi ini biasanya berupa observasi
langsung untuk data yang lebih jelas dan akurat juga studi literatur yang secara
teoritis dan penunjang data yang lebih luas.

Setelah dilakukan studi banding dan studi literatur, langkah selanjutnya


adalah pemilihan tema dan konsep, dan melakukan analisa. Dimana ini
merupakan bagian penting dari perencanaan dan perancangan yang kemudian
menentukan hasil akhir dari proyek. Semua ini dilakukan secara teliti dan akurat
sesuai data yang telah di dapat.

Langkah terakhir adalah melakukan perancangan desain, yaitu kesimpulan


akhir dari data-data utama dan pendukung, tema konsep dan analisa. Desain akhir
merupakan hasil akhir dari perencanaan dan perancangan.

Tidak sampai disitu, desain akhir juga harus di uji dengan maket dan
simulasi. Kemudian di adakan evaluasi oleh ahli seperti profesor atau dosen
arsitektur. Setelah diadakan pengujian dan evaluasi maka muncullah adanya
feedback antara penulis/perancangan dengan ahli tentang desain dan data yang
ada. Ini dilakukan agar perancangan lebih akurat dan sesuai.

Berikutnya setelah di dapat persetujuan dari ahli dan perancang,


diadakanlah revisi oleh perancangan sesuai dengan hasil evaluasi dan feedback
dengan ahli.

10

Anda mungkin juga menyukai