Anda di halaman 1dari 11

4

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Topografi Regional

Lokasi penambangan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, secara administratif

terletak pada daerah Barat Daya kota Palembang di Kecamatan Lawang Kidul,

Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan dengan luas Kuasa Pertambangan

15.421 Ha dan memiliki 3 lokasi penambangan yaitu : Tambang Air Laya (TAL)

dengan luas ± 7.621 Ha, Muara Tiga Besar (MTB) dengan luas ± 3.300 Ha, dan

Banko Barat dengan luas ± 4.500 Ha. Semua itu tercantum dalam wilayah Kerja

Kuasa Pertambangan (WKKP) yang terdiri dari DU.8/SS, DU.1426, dan

DU.1422. Adapun batas-batas wilayah penambangannya meliputi :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muara Enim.


2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lawang Kidul.
3. Sebelah Selatan BerbatasandenganKecamatanTanjungAgung.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Merapi Kab. Lahat

Keadaan topografi daerah penambangan PT. BA merupakan daerah dataran

rendah dengan beberapa bukit disekitarnya, yaitu Bukit Murman, Bukit Munggu,

Bukit Tapuan, dan Bukit Asam serta dilalui oleh dua buah sungai yaitu Sungai

Enim disebelah Timur dan Sungai Lawai disebelah Barat. Daerah sepanjang

Sungai Enim merupakan dataran rendah dengan bukit tertinggi adalah Bukit Asam

yaitu 282 mdpl.


5

Gambar 2.1

Peta Lokasi kesampaian Daerah

Untuk menuju ke daerah operasi Tambang Air Laya dapat ditempuh dengan

kendaraan roda empat melalui jalan tanah yang telah dikeraskan.

TAMBANG AIR LAYA


7.700 ha

TAMBANG MTB TIMBUNAN TAMBANG BANKO BARAT


3.300 ha 4.300 ha
AIR LAYA
TLS 3
MTBU LokasiPenelitian
TLS 1+2

AIR LAYA
TAL
BWE SISTEM Selatan TIMBUNAN
BANKOPIT
MTBS 3
KANTOR STOCKPILE
TOWN SITE PTBA
TIMBUNAN
PTBA BANKO
PLTU
BANJARSARI
2 X 100 MW
PIT 1

TAMBANG Jalan Eksplorasi


PT. BUKIT KENDI
Simpang Karso PLTU
BANKO TENGAH
4 X 600 MW

Gambar 2.2. Peta Lokasi Tambang di Unit Pertambangan Batubara Tanjung Enim
6

2.2 Geologi Regional Muara Enim

Area tambang batubara Bukit Asam berada pada Cekungan Sumatera

Selatan yang merupakan salah satu cekungan penghasil bahan bakar fosil

terpenting di Indonesia. Pulau Sumatera terbentuk sebagai akibat dari tumbukan

antara Lempeng Samudera Hindia dengan Lempeng Benua Eurasia. Tumbukan ini

mengakibatkan terbentuknya beberapa elemen tektonik yaitu palung, busur

kepulauan ‘luar’ non gunung api, cekungan muka busur, busur gunung api

(Pegunugan Bukit Barisan) dan cekungan belakang busur yang berlangsung pada

Tersier Awal (Tim Geologi PTBA, 2008).

Kegiatan tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya cekungan sedimen

yang berumur Tersier dan terletak di belakang busur gunung api atau sebelah

timur Pegunungan Barisan serta termasuk dalam cekungan belakang busur/busur-

belakang. Salah satu cekungan tersebut adalah Cekungan Sumatera Selatan,

tempat terendapkannya batuan sedimen pembawa batubara berumur Tersier Akhir

yaitu Formasi Muara Enim.

Selama zaman tersier Paparan Sunda telah mengalami dua kali gerak rotasi

yang berlawanan dengan arah jarum jam sebesar 42 derajat. Secara garis besar

struktur geologi regional daerah Sumatera Selatan meliputi :

a. Zona sesar Semangko yang merupakan hasil tumbukan konvergen antara

lempeng Samudra Hindia ke arah Utara–Timur laut dengan Pulau Sumatera,

akibatnya timbul gerak rotasi Right Lateral antara lempeng Samudra Hindia

dengan Pulau Sumatera.


b. Perlipatan dengan arah utama Barat laut–Tenggara.
7

c. Sesar-sesar yang berasosiasi dengan perlipatan dan sesar Pra-Tersier yang

mengalami peremajaan.

Struktur perlipatan di daerah Cekungan Sumatera Selatan yang terbentuk

akibat Orogenesa Plio-Pliestosen dikelompokkan menjadi tiga Antiklinorium

utama dari Selatan ke Utara yaitu Antiklinorium Muara Enim, Antiklinorium

Pendopo – Benakat, Antiklinorium Palembang. Antiklinorium Muara Enim sendiri

terbetuk pada akhir Tersier – Kuarter ketika kegiatan tektonik berlanjut dan

menyebabkan batuan sedimen yang berada di Sumatera terangkat, tersesarkan dan

terlipat.

Gambar 2.3 Penampang Daerah Cekungan Sumatera Selatan

Pada Antiklinorium Pendopo–benakat dan Antiklinorium Muara Enim

struktur Antiklin agak curam dan asimetrik disertai sesar naik yang ke bawah

menjadi patahan-patahan dasar (basement fault). Semua struktur perlipatan

disertai sesar naik yang ke bawah menjadi patahan batuan dasar. Kondisi

Antiklinorium Muara Enim mempengaruhi penyebaran lapisan batubara di daerah

tanjung Enim yaitu dengan adanya struktur Antiklin. Asimetrik suatu sesar naik
8

mengakibatkan dua tempat yang relatif dekat akan terdapat perbedaan yang

menyolok dari kedudukan lapisan batubara.

2.2.1 Stratigrafi

Batuan Pra-tersier yang terdiri atas batuan metamorf dan batuan beku

merupakan dasar/alas Cekungan Tersier Sumatera Selatan. Satuan batuan ini telah

mengalami pensesaran, perlipatan dan penerobosan.

Runtuhan batuan Tersier di Cekungan Sumatera Selatan berdasarkan

periode pengangkatan dan pengikisan terdiri atas tiga bagian/daur, yaitu urutan

fluviatil sampai lakustrin, berumur Eosen-Oligosen/Miosen (Formasi Lahat dan

Talang Akar), urutan genang laut berumur Miosen Tengah (Formasi Baturaja dan

Gumai), dan urutan susut laut berumur Miosen Akhir-Plistosen (Formasi Air

Benakat, Muara Enim dan Kasai, tabel 2.1).


9

Gambar 2.4 Peta Geologi Regional Area Muaraenim dan Sekitarnya (Sunarjanto, 2008)

Tabel 2.1 Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan (Pudjobroto, A., 2000)

Tebal
Formasi Litologi
(m)
Kasai >200 Tuff, batupasir tufaan dan batulempung
Muara Enim 250 – 800 Batulempung berinterkalasi dengan

batupasir, batubara dan batulanau


Air Benakat 300 – 600 Batulempuung berinterkalasi dengan
10

batupasir glaukonitan, batugamping

dengan beberapa foraminifera


Gumai 150 -1500 Batulempung berinterkalasi dengan

batupasir dan batulanau


Baturaja 50 – 200 Batugamping
Talang Akar 400 – 850 Sisipan batupasir dan serpih, batupasir

kasar-sangat kasar berinterkalasi

dengan batubara dan serpih


Lahat 200 – 700 Serpih tufaan dan batulanau, tuff,

batupasir agromerat, breksi


Basement >700 Granite, quartzite, phylite dan slate

2.2.2 Struktur Geologi

Kehadiran struktur di Cekungan Sumatera Selatan berkaitan erat

dengan proses geologi yang terjadi selama proses benturan antara Lempeng

Samudera Hindia dengan Lempeng Benua Eurasia. Beberapa elemen tektonik

terekspresikan oleh kehadiran beberapa tinggian (highs) dan rendahan (lows)

pada permukaan batuan dasar.

Terjadinya deformasi, perlipatan dan pensesaran adalah akibat dari

adanya periode kegitan tektonik tersebut. Perlipatan dan sesar yang terbentuk

mempunyai arah umum utara-selatan, baratlaut-tenggara dan timurlaut-

baratdaya. Sesar berarah utara-selatan berumur Paleogen, sedangakan sesar

berarah baratlaut-tenggara dan juga timurlaut-baratdaya berumur lebih muda

yaitu Neogen. Pada Plio-Plistosen, sesar ini mengalami pengaktifan kembali

atau peremajaan (Tim Geologi PTBA, 2008).

2.3 Geologi Area Tambang Air Laya


11

2.3.1 Fisiografi dan Morfologi

Secara umum fisiografi area kajian merupakan bagian Timur Kaki

Pegunungan Bukit Barisan / Eastern Foot Hills (Tim Geologi PTBA, 2008).

Morfologi area kajian merupakan perbukitan berlereng terjal, dengan perbedaan

elevasi mencapai 370 m (titik tertinggi 280 m sedangkan titik terendah -90 m).

Pada area ini terdapat batuan sedimen dari Formasi Muara Enim, intrusi andesit

dan soil cukup tebal. Terdapat 2 bukit intrusi yang terlihat sangat menonjol yaitu

Bukit Asam dan Bukit Tapuan. Perbatasan sebelah timurlaut terdapat area

penambangan Air Laya, sebelah baratdaya merupakan Bukit Munggu dan area

perumahan PTBA. Sungai terdekat adalah sungai Enim di sebelah Timur dan

sungai Lawai di sebelah barat. Sungai Enim mengalir ke arah utara sedangkan

sungai Lawai mengalir ke arah timur dan bermuara di Sungai Enim. Jenis-jenis

tumbuh-tumbuhan terdiri dari bermacam-macam pohon, semak belukar, dan

rerumputan.

2.3.2 Stratigrafi

Formasi batubara Muara Enim terbentuk pada Miosen Atas dan

menempati bagian dari Cekungan Sumatera Selatan. Cekungan ini dibagi menjadi

empat subbagian yaitu M1, M2, M3, dan M4 (Sunarjanto, dkk., 2008). Anggota

M1 mengandung 2 lapisan batubara yaitu lapisan batubara kladi (5-10 m) dan

Merapi (0.2-1 m). Anggota M2 mengandung beberapa lapisan utama, yaitu

lapisan batubara C (petai) dengan ketebalan 5-9 m, lapisan batubara B (Suban)

dengan ketebalan 10-18 m, dan lapisan batubara A (Mangus) dengan ketebalan 8-

12 m. Anggota M3 mengandung beberapa lapisan batubara dengan ketebalan


12

kurang dari 2 meter. Hanya ada satu lapisan batubara yang cukup tebal, yaitu

lapisan batubara Benuang dengan ketebalan dapat mencapai 2 meter. Anggota M4

terdiri dari beberapa lapisan batubara dengan tebal mencapai 20 m. Lapisan

tersebut antara lain lapisan Kebon, Enim, Jelawatan dan Niru.

Keadaan perlapisan Tambang Air laya terdiri dari :

1. Lapisan tanah penutup

Tanah penutup terdiri dari endapan sungai tua ( pasir dan kerikil )

batulempung dan lapisan batulanau yang silicified dan juga terdapat clay iron

stone nodules dan lapisan gantung.

2. Lapisan batubara

Batubara terdiri dari lapisan A1,A2,B1,B2 dan C yang di pisahkan satu

dengan yang lainnya oleh interburden (lapisan antara). Jenis batubara Air Laya

adalah Sub-Bituminuous sampai Semi-Antrasite dengan nilai kalori sekitar 5.600

sampai 7.800 kkal/kg adb.

Stratigrafi lapisan batubara yang termasuk dalam formasi Muara Enim, adalah

sebagai berikut :

a) Lapisan Tanah Penutup (Overburden)

Merupakan material yang terdiri dari tanahliat, bentonit, dan campuran

lumpur serta batu pasir halus. Pada bagian ini dijumpai adanya nodul-nodul clay

ironstone yang berbentuk cakram terdapat lapisan gantung batubara dengan tebal

diatas 0,25 cm dan lapisan carbones beds antara 0,2 – 0,8 meter.
13

b) Lapisan batubara A1 ( Mangus Atas )


Umumnya dicirikan oleh adanya pengotor berupa tiga pita tanahliat.

Ketebalan lapisan antara 6,5 – 10 meter.


c) Lapisan Interburden A1 – A2

Lapisan ini dicirikan oleh adanya tufa yang berwarna putih dan abu-abu.

Secara keseluruhan memperlihatkan adanya struktur graded bedding dengan batu

pasir konglomerat pada bagian dasar. Ketebalannya antara 2 – 5 meter.

d) Lapisan batubara A2

Lapisan ini memiliki ciri khusus, yaitu adanya lapisan silikat di bagian atas

dan adanya berkas tanahliat pada bagian tengah, dimana ketebalan maksimum

terdapat pada bagian timur laut dan barat laut. Ketebalan antara 9-12,9 meter.

e) Lapisan Interburden A2 – B1

Lapisan ini terdiri dari lempung dan tanahliat, yang dikenal dengan nama

suban maker seam. Ketebalan antara 15 – 23 meter.

f) Lapisan batubara B1 (Suban Atas)

Lapisan tidak selalu mengandung lapisan pengotor, biasanya dikenal dari

jaraknya dengan lapisan A2. Ketebalannya berkisar antara 8 – 12 meter.

g) Lapisan Interburden B1 – B2

Terdiri dari lapisan batu pasir karbonat hitam dengan ketebalan berkisar

antara 2 – 5 meter.

h) Lapisan batubara B2 (Suban Bawah)

Merupakan lapisan batubara paling tipis, mengandung satu lapis

batulempung. Ketebalannya antara 4 – 5 meter.

i) Lapisan Interburden B2 – C
14

Ketebalan lapisan antara 25 – 40 meter, terdiri dari glauconit silt, silt dan

batu pasir.

j) Lapisan batubara C
Lapisan ini merupakan lapisan batubara tunggal dan umumnya tidak

memiliki lapisan pengotor. Ketebalan rata-rata 7-10 meter, pada bagian timur Laut

dan barat laut Tambang Air Laya mempunyai tebal 9 meter.

Sumber: Tim Geologi PTBA

Gambar 2.5 Kolom Stratigrafi dan Lithologi Endapan Batubara Tambang Air Laya

Tanjung Enim

Anda mungkin juga menyukai