Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemerintahan yang berasaskan good govermence, mulai dari trasnparansi,
akuntailitas, efisiensi dan efektifitas kerja, menjadi suatu tuntutan baik masyarakat yang
umumnya semakin hari semakin terasa. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang
adalah perangkat pada Pemerintah Daerah, harus ditingkatkan kinerjanya sehingga dapat
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan dianggap sebagai
cerminan atau indikator untuk menilai dan mengetahui apakah suatu lembaga
pemerintahan telah berjalan dengan baik, untuk itulah pemerintah diharuskan
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan adalah suatu alat
pertanggungjawaban atas kinerja keuangan manajemen suatu lembaga pemerintahan
kepada public yang dipercayakan kepadanya. Informasi-informasi dalam laporang
keuangan kerapkali dipakai sebagai bahan peritimbangan pengambilan keputusan, dan
keputusan yang diambil diharapkan mengarahkan pemerintahan kea rah yang baik.
Dalam penyusuan laporan keuangannya itu sendiri, dibutuhkan pihak-pihak yang
memang berkompeten. Dalam hal ini, kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) sangat
diperlukan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat memenuhi karakteristik
kualitatif laporan keuangan, baik sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari laporan keuangan yang berkualitisa ini
pula dapat diambil keputusan-keputusa yang baik dan bermanfaat.
Dalam konteks keberhasilan suatu entitas, khususnya lembaga pemerintahan,
kompetensi sumber daya manusia, dalam hal ini sangat penting dan sangat
berpenngaruh. Demikian juga dengan sumber daya manusia yang berperan penting dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan entitas yang bersangkutan.
Kompetensi adalah ciri seseorang yang dapat dilihat dari keterampilan, pengetahuan, dan
kemampuan yang dimilikinya dalam hal menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya. Kompetensi merupakan dasar seseorang untuk mencapai kinerja tinggi dalam
menyelesaikan kinerjanya, dan ini berkaitan dengan bagaimana suatu pekerjaan akan
dihasilkan dengan tepat waktu dna tanpa pemborosan tenaga. Oleh karena kompetensi
sumber daya manusia itu sendiri, pembuatan laporangn keuangan akan dapat dihemat,
karena SDM tersebut telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hal-hal yang
harus dikerjakan, dan pada akhirnya dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Semakin
cepat laporan keuangan disajikan, maka akan semakin baik dalam hal pengambilan
keputusan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah standar yang dipakai menjadi
acuan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintahan, yang mana hal ini berdasarkan
PP. No. 71 tahun 2010. SAP ini adalah syarat mutlak yang harus dijadikan pedoman agar
kualitas laporan keungan di Indonesia dapat ditingkatkan. Sedangkan, Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah (SAKD) adalah suatu prosedur dari tahap awal pengumpulan data
sampai dengan pelaporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
(Permendagri No. 59 Tahun 2007), maka jika sistem akuntansi beserta peraturan-
peraturan yang berlaku tidak dikuasai dan dipahami dengan baik, maka hal ini akan
enghambat dalam penyusunan laporan keuangan. Sudah menjadi kewajiban bagi
perangkat pemerintahan daerah untuk menyusun laporan keuangan yang berkualitas, dan
itu telah dilakukan oleh pemerintah terus menerus. Namun pada kenyataannya, tidak
semua pegawai di pemerintahan benar-benar memahami sistem akuntansi keuangan
daerah tersebut.
Hasil audit menyatakan, bahwa masih banyak pemerintah daerah yang belum
menyajikan laporan keuangan secara wajar. Berdasarkan ikhtisar hasil pemeriksaan
semester I tahun 2013, BPK memberikan WTP atas 113 entitas, opini WDP atas 267
entitas, serta 31 entitas mendapat opini TMP. Dari hal tersebut diketahu bahwa masih
banyak terdapat kelemahan dalam penyusunan laporan keuangan. Menjadi sebuah fakta
di dalam penyusunan laporan keuangan pemerintahan, bahwa banyak laporan keuangan
yang mendapat opini tidak wajar dan masih banyak disajikannya data-data yang tidak
sesuai dan tidak mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Demikian juga
dengan Kabupaten Buleleng, yang mendapatkan opini disclaimer pada tahun 2010 serta
opini WDP pada tahun 2011 dan 2012. Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan dalam
menginventarisasi asset dan adanya kendala pengumpulan data di lapangan. Penelitian
sebelumnya mengenai laporan keuangan daerah oleh ROpiyantie (2012) membuktikan
bahwa kompetensi sumber daya manusia dan sistem akuntansi keuangan daerah
berpengaruh pada kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Junnaini (2012) dan
Kusumah (2012) membuktikan bahwa penerapan standar akuntansi pemerintahan
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Sihombing (2011), melalui penelitiannya, membutktikan bahwa penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
daerah.
Penelitian ini mengkombinasikan variabel-variabel bebas penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Ropiyantie (2012) dan Junnaini (2012). Penelitian ini merujuk pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ropiyantie (2012) dengan judul penelitian
“Pengaruh kompetensi sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi keuangan
daerah terhadap kualitas laporan keuangan daerah (survei pada Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten Tasikmalaya)“. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada
penambahan variabel penerapan standar akuntansi pemerintahan dan letak lokasi
penelitian yang berbeda. Penelitian ini juga merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
Junnaini (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh penerapan standar akuntansi
pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan dan implikasinya terhadap akuntabilitas
kinerja (survei pada Dinas Kota Bandung)”. Penelitian ini menambahan variabel
kompetensi sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah
sebagai variabel independen serta menguji pengaruhnya terhadap kualitas laporan
keuangan daerah.

2. Rumusan Masalah
2.1. Apakah kompetensi sumber daya manusia, penerapan standar akuntansi
pemerintahann, dan sistem akuntansi keuangan daerah secara parsial berpenagaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kabupaten
Buleleng?
2.2. Apakah kompetensi sumber daya manusia, penerapan standard akuntansi
pemerintahan, dan sistem akuntansi keuangan daerah secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah Kabupaten Buleleng?
3. Tujuan Penelitian
3.1. Untuk mengetahui pengaruh variabel kompetensi sumber daya manusia pada kualitas
laporan keuangan daerah Kabupaten Buleleng.
3.2. Untuk mengetahui pengaruh variabel penerapan standar akuntansi pemerintahan
pada kualitas laporan keuangan daerah Kabupaten Buleleng.
3.3. Untuk mengetahui pengaruh variabel sistem akuntansi euangan daerah pada kualitas
laporan keuangan daerah Kabupaten Buleleng.
3.4.Untuk mengetahui pengaruh variabel kompetensi sumber daya manusia dan
penerapan standar akuntansi.

4. Manfaat Penelitian
4.1. Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan yaitu kompetensi sumber
daya manusia, penerapan standar akuntansi pemerintahan, dan sistem akuntansi
keuangan daerah
4.2. Manfaat PRaktis
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan
saran-saran serta dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan
kualitas laporan keuangan di daerah di waktu yang akan datang.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
memberikan paket pertanyaan tertulis kepada responden agar dijawab. Kuisioner dalam
penelitian ini dibuat dalam bentuk skala likert. Setiap pernyataan disediakan 5 alternatif
jawaban yang memiliki skor 1-5, yaitu Sangat Setuju (SS), dan Setuju (S), Kurang Setuju
(KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

2. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai bagian akuntansi di SKPD yang
meliputi dinas, badan, dan kantor di Pemerintahan Kabupaten Buleleng. Jumlah pegawai
akuntansi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 269 orang dari 28 SKPD
yang tersebar di wilayah Kabupaten Buleleng. Metode penentuan sampel di penelitian ini
adalah teknik purposive sampling. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah yang telah
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus
perhitungan Slobin dengan tingkat error atau kesalahan yang dapat diterima sebesar 5%.

3. Operasionalisasi Variabel
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah kompetensi sumber
daya manusia, penerapan standar akuntansi pemerintahan dan sistem akuntansi keuangan
daerah.
Sedangkan variabel terkait yang diganakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan daerah.

4. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif.
Sumber informasi utama penelitian ini adalah SKPD Kabupaten Buleleng, yang mana
penelitian ini juga dilakukan pada SKPD Kabupaten Buleleng.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS versi 19.
Analisis data yang digunakan adalah uji instrument yaitu alat pengukur kesungguhan
responden dalam menjawab kuisioner untuk pengujian apakah instrument dan data
penelitian berupa jawaban responden telah dijawab dengan benar atau tidak yang terdiri
dari uji validitas uji rehabilitas. Sedangkan uji asumsi klasik yaitu hasil perhitungan yang
dapat diinterpretasikan dengan akurat terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, dan
uji heteroskedastisitas.

5. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif.
Sumber informasi utama penelitian ini adalah SKPD Kabupaten Buleleng, yang mana
penelitian ini juga dilakukan pada SKPD Kabupaten Buleleng.

6. Rancangan Pengujian Hipotesis


Uji hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda, yang bertujuan untuk
mencari pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia (X1), Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan (X2), dan Sistem AKuntansi KEuangan Daerah (X3) terhadap
Kualitas LAporan KEuangan Daerah (Y). Model regresi linear berganda yang digunakan
adalah dengan menggunakan rumus (Wirawan, 2002: 292) :

Y= µ +β0 +β1X1 + β2X2 + β3X3 …


Notasi:
Y = Kualitas laporan keuangan
daerah
β0 = Nilai intersep konstan
β1–β3= Koefisien regresi dari X1, X2, X3
X1 = Kompetensi SDM
X2 = Penerapan SAP
X3 = SAKD
µ = Variabel pengganggu
dan melakukan uji koefesien determinasi
(R2), uji F, uji t.
BAB III
LANDASAN TEORITIS
(Tidak ada)

Anda mungkin juga menyukai