Anda di halaman 1dari 26

ASPEK KESEHATAN UNTUK KEGIATAN RENANG

Berenang adalah gerakan sewaktu di air, dan biasanya tanpa


perlengkapan buatan. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk rekreasi dan
olahraga.

Berenang dipakai sewaktu bergerak dari satu tempat ke tempat


lainnya di air, mencari ikan, mandi, atau melakukan olahraga air. Berenang
untuk keperluan rekreasi dan kompetisi dilakukan orang di kolam renang.
Manusia juga berenang di sungai, di danau, dan di laut sebagai bentuk
rekreasi. Olahraga renang membuat tubuh sehat karena hampir semua otot
tubuh dipakai sewaktu berenang.

Berenang memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan apabila


kita melakukannya secara benar dan rutin, manfaat tersebut antara lain :

1. Membentuk otot, kita menggerakkan hampir keseluruhan otot-


otot pada tubuh, mulai dari kepala, leher, anggota gerak atas,
dada, perut, punggung, pinggang, anggota gerak bawah, dan
telapak kaki.

2. Meningkatkan kemampuan fungsi jantung dan paru-paru


Gerakan mendorong dan menendang air dengan anggota tubuh
terutama tangan dan kaki, dapat memacu aliran darah ke jantung,
pembuluh darah, dan paru-paru.

3. Menambah tinggi badan, berenang secara baik dan benar akan


membuat tubuh tumbuh lebih tinggi (bagi yang masih dalam
pertumbuhan tentunya).

4. Melatih pernafasan, sangat dianjurkan bagi orang yg terkena


penyakit asma untuk berenang karena sistem crdiovaskular dan
pernafasan dapat menjadi kuat. Penapasan kita menjadi lebih
sehat, lancar, dan bisa pernafasan menjadi lebih panjang.
5. Membakar kalori lebih banyak, saat berenang, tubuh akan terasa
lebih berat bergerak di dalam air.

6. Self safety, dengan berenang kita tidak perlu khawatir apabila


suatu saat mengalami hal-hal yang tidak diinginkan khususnya
yang berhubungan dengan air (jatuh ke laut dll).

7. Menghilangkan stress, secara psikologis, berenang juga dapat


membuat hati dan pikiran lebih relaks.

Sebelum berenang, agar tubuh tidak ‘kaget’, dianjurkan melakukan


gerakan pemanasan untuk mencegah kram otot sekaligus juga berfungsi
untuk meningkatkan suhu tubuh dan detak jantung secara bertahap dan juga
lakukan pendinginan setelah selesai berenang agar suhu tubuh dan detak
jantung tidak menurun secara drastis dengan cara berenang perlahan-lahan
selama 5 menit.

Untuk pemanasan dapat dimulai dengan melakukan gerakan-gerakan


ringan, seperti mengayunkan tangan dan kaki atau berjalan-jalan di sekitar
kolam renang selama 10-15 menit. Lalu secara bertahap mulailah dengan
satu putaran menyeberangi kolam, lalu istirahatlah selama 30 detik beberapa
kali dan puncaknya berenang selama 20-40 menit tanpa henti. Setelah
beberapa minggu, latihan bisa ditingkatkan.

Satu-satunya ‘kekurangan’ dari jenis olahraga ini adalah ternyata


kurang menguntungkan bagi kesehatan tulang. Ketiadaan gaya gravitasi
bumi saat berenang justru berpengaruh buruk pada massa tulang. Untuk
mengatasinya, Anda dapat menyelinginya dengan olahraga lain, seperti
joging, berjalan kaki, atau bersepeda.

Resiko Dalam Berenang

Renang umumnya dianggap sebagai suatu kegiatan kesehatan yang


beresiko rendah. Bagaimanapun, terdapat beberapa resiko kesehatan renang
yang termasuk:
 Mati lemas dan penyedutan air yang diakibatkan oleh:
 Keadaan-keadaan air yang buruk yang melanda perenang atau
mengakibatkan penyedutan air.
 Keapungan negatif ketika tersangkut kepada sebuah objek yang
berat, umpamanya kapal yang sedang tenggelam.
 Penolakan orang-orang lain di bawah air, baik secara sengaja
maupun tidak.
 Keletihan atau ketaksedaran.
 Ketakupayaan, akibat pitam air cetek, serangan sakit
jantung, sinkope sinus karotid atauangin ahmar.
 Kesan buruk perendaman:
 Mati lemas sekunder yang diakibatkan oleh sedutan air masin
mencipta buih-buih di dalam paru-paru yang menyekat
pernafasan.
 Kejutan terma selepas terjun ke dalam air yang mengakibatkan
denyutan jantung berhenti.
 Eksostosis yang merupakan pertumbuhan saluran telinga yang
tidak normal, akibat mencepuk-cepuk air ke dalam saluran
telinga secara kerap dan pada jangka panjang (dikenali
sebagai telinga perenang).

Olahraga air saat ini berkembang sangat pesat seiring dengan


berkembangnya wisata-wisata bahari di Indonesia. Perkumpulan olahraga
air. Diving tergolong kegiatan di alam terbuka yang aman, namun
mempunyai resiko tersendiri dari segi kesehatan di banding kegiatan alam
terbuka lainnya. Hal ini terutama berhubungan dengan perubahan fisika dan
fisiologi dalam air terhadap udara yang dipakai dan adaptasi fisiologis tubuh
terhadap perubahan tersebut. Para calon penyelam atau penyelam aktif harus
mengetahui beberapa aspek kesehatan dalam kegiatan ini untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan dalam atau sesudah.
KONTRAINDIKASI OLAHRAGA AIR

Pemula biasanya membutuhkan surat keterangan dokter sebagai


syarat mengikuti kursus olahraa air. Seharusnya surat didapatkan dari dokter
yang mengetahui resiko-resiko olahraga air dari segi kesehatan namun, Di
Indonesia ini cukup jarang. Oleh karena itu, beberapa kontraindikasi untuk
kegiatan olahraga air harus diketahui bagi setiap orang yang berkeinginan
untuk mengikuti kegiatan olahraga air.

Kontraindikasi Absolut

Kontraindikasi absolut adalah keadaan yang mengharuskan


seseorang tidak bisa olahraga air sama sekali, karena akan membahayakan
keselamatannya.

 Epilepsi: Orang yang mempunyai riwayat epilepsy meskipun


terkontrol baik dengan obat anti epilepsy, tidak boleh melakukan
olahraga air karena jika terjadi kejang di dalam air akan berakibat
fatal. Kenaikan tekanan di dalam air juga meningkatkan resiko
terjadinya serangan kejang di dalam air.

 Penyakit Jantung. Kematian dengan riwayat penyakit jantung,


terutama pada umur paruh baya, cukup tinggi. Sekitar 12%-21%
kematian dalam diving berhubungan dengan penyakit jantung,
terutama cardiac arritmia, penyakit jantung oroner, atau penyakit
pada otot jantung.

 Kehamilan masih sering menjadi perdebatan dalam kegiatan


menyelam. Namun secara garis besar wanita hamil tidak disarankan
untuk menyelam terkait dengan perubahan fisiologis tubuh wanita
hamil dan efeknya terhadap janin di dalam kandungan.

 Penyakit telinga tengah akan menyebabkan penyelam tidak bisa


melakukan equalisasi, sehingga keadaan tersebut menjadi
kontraindikasi dalam diving.
 Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM): Orang diabetes
dengan terapi insulin mempunyai resiko yang tinggi terhadap
penurunan kadar gula darah yang dapat menyebabkan kecemasan,
rasa bingung sampai tidak sadar, komplikasi tersebut bisa berakibat
fatal di dalam air.

Kontraindikasi Relatif

 Obesitas. Overweight meningkatkan resiko penyelam terkena


penyakit dekompresi, sehingga dianjurkan bagi penyelam yang
kelebihan berat badan untuk mengurangi waktu penyelaman dan
menyelam dengan hati-hati.

 Kebugaran. Kebugaran tubuh penting dimiliki oleh penyelam seperti


halnya kegiatan-kegiatan outdoor lainnya. Salah satu standar yang
diberlakukan ialah kemampuan berenang tanpa peralatan sepanjang
200 m.

 Gangguan Psikiatri. Selain resiko serangan penyakit ketika


menyelam efek samping obat-obatan psikiatri juga juga
membahayakan penyelam.

 Riwayat luka tembus di dada/paru-paru. Dengan riwayat seperti itu


kemungkinan terdapat scar di paru-paru yang bisa meningkatkan
resiko terjadinya pulmonary barotraumas.

Kontraindikasi Sementara

Yang dimaksud disini ialah keadaan yang menjadi kontraindikasi


hanya untuk sementara sampai penyakit itu sembuh,yaitu antara lain;

 Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) karena meningkatkan resiko


penyebaran penyakit ke telinga tengah, dan

 Barotrauma telinga tengah terutama bila terdapat robekan pada


gendang telinga.
PENYAKIT AKIBAT DIVING

Decompresion Illness (DCI)

Penyakit ini terbagi menjadi dua yaitu:

1. Decompression sickness atau ‘the bends’ ialah suatu kondisi dimana


gelembung udara di pembuluh darah menghambat aliran darah
sehingga menimbulkan rasa nyeri dan gejala lainnya. Secara
sederhana gejala penyakit ini dibagi berdasarkan organ atau system
tubuh yang terkena, yaitu tipe 1 (ringan-muskuloskeletal atau
persendian) dan tipe 2 (berat- cardiopulmonal dan neurological).
Gejala biasanya muncul ketika atau setelah penyelam naik dari
kedalaman. Secara umum gejala muncul dalam waktu 6 jam, 50%
diantaranya muncul dalam 1 jam pertama. Gejala berhubungan
dengan derajat atau tipe penyelaman yang dilakukan, secara umum
makin cepat gejala muncul, makin berat gejala yang diderita.

2. Arterial Gas Embolism disebabkan oleh mekanisme overekspansi


gas dalam paru-paru ketika penyelam naik cepat dari kedalaman,
dimana gelembung udara masuk ke pembuluh dara vena diteruskan
sampai ke otak dan menyebabkan cerebral arterial gas
embolism. Secara praktis gejala decompression sickness dan arterial
gas embolism sangatlah sulit di bedakan, Sehingga kedua penyakit
tersebut kemudian dimasukan sebagai satu penyakit
yaitu decompression illness (DCI). Penyakit ini dapat menyebabkan
kecacatan permanen dan harus diterapi secara agresif dengan terapi
rekompressi, meskipun terlambat. Tanpa terapi rekompressi
sebenarnya ada kemungkinan hilangnya gejala dengan sendirinya,
akan tetapi dengan terapi rekompressi akan membuat gejala hilang
dengan waktu yang cepat. 25% kasus DCI akan meninggalkan
gangguan saraf yang permanen meskipun telah diterapi dengan
rekompressi.
Tanda dan gejala dari DCI sangatlah bervariasi, sehingga gejala
apapun yang tidak diketahui sebabnya, yang muncul setelah diving harus
disangka sebagai DCI sampai dibuktikan sebaliknya. Gejala ringan biasaya
berhubungan dengan saraf sensoris (kesemutan, rasa baal, terutama pada
tangan) dan gejala yang berat berhubungan dengan motorik (kelemahan
otot, inkoordinasi otot).

Penanganan pertama DCI ialah dengan memberikan oksigen 100%


secepatnya, kadang diperlukan resusitasi jantung paru (RJP) disertai
resusitasi cairan tubuh dan pencegahan hipotermia. Namun yang teramat
penting tentunya pengenalan gejala secara dini. Penyelam kadang tidak bisa
mengenali atau kadang menyangkal masalah yang muncul pada dirinya,
karena adanya kemungkinan gangguan kognitif yang disebabkan oleh
penyakit tersebut.

Penanganan lanjutan dari pasien DCI tergantung dari beratnya


gejala, waktu evakuasi dan penanganan di recompression chamber. Bila
penyelaman dilakukan di daerah terpencil, anda harus membuat atau
mengetahui rencana evakuasi emergency ke recompression chamber. Di
Indonesia sendiri recompression chamber hanya terdapat beberapa di rumah
sakit saja, sehingga kadang anda perlu mengetahui dimana fasilitas
recompressi chamber terdekat dari awal.

Barotrauma

Didalam air, jika ruangan yang berisi udara dalam tubuh seperti
telinga tengah, sinus dan paru-paru tidak terequalisasi maka ruangan
tersebut akan terkompresi, yang akan menimbulkan penyakit barotrauma,
seperti:

1. Barotrauma telinga tengah, kasus yang paling banyak dijumpai


terutama pada diver pemula. Tanpa equalisasi, gendang telinga akan
terdorong kearah telinga tengah berakibat nyeri sampai robek. Bila
robek dalam penyelaman biasanya nyeri akan menghilang dengan
cepat. Kadang penyelam merasakan rasa asin di mulutnya (darah
atau air laut). Air yang dingin bila masuk ke telinga tengah bisa
menimbulkan vertigo. Pada pemeriksaan otoskopi biasanya gendang
telinga akan terlihat merah dan bila terdapat perforasi, robekan akan
terlihat. Barotrauma ringan tanpa robekan biasanya sembuh dalam
beberapa hari, tetapi penyelam dengan perforasi gendang teling tidak
boleh menyelam lagi minimal selama 4 minggu.

2. Barotrauma Telinga Dalam. Tekanan tinggi dalam tengkorak yang


disebabkan oleh valsalva manouver yang berlebihan bisa
mengakibatkan rupture dari organ pendengaran atau kerusakan organ
keseimbangan yang berada di telinga dalam. Hal ini mengakibatkan
vertigo yang berat dan menyebabkan kehilangan pendengaran.
Vertigo harus dibedakan dengan vertigo sementara ketika naik dari
kedalaman yang berhubungan dengan jumlah udara yang dialirkan
ke telinga tengah berbeda (alternobaric vertigo) antara kiri dan
kanan, yang biasanya ini menghilang dalam hitungan menit.

3. Barotrauma Pulmonum adalah bentuk yang paling serius dan fatal.


Jika udara yang berada dalam paru-paru tidak bisa mengalir dengan
bebas ketika naik dari kedalaman, udara tersebut bisa keluar melalui
jaringan paru yang lemah sehingga menyebabkan pneumothorax
(nyeri dada, dan sesak nafas); menyebabkan pneumomediastinum
(nyeri dada central, perubahan suara, pembengkakan di leher); atau
yang paling serius, masuk ke peredaran darah, menyebabkan emboli
udara ke otak dan kadang ke arteri koroner yang menyuplai darah ke
jantung. Hal ini terjadi bila seorang penyelam naik dari kedalaman
dengan sangat cepat dan mendadak. Penyelam biasanya tidak sadar
di permukaan atau beberapa menit setelahnya yang kadang di sertai
dengan kejang. Barotrauma pulmonum ringan biasanya
menyebabkan gejala yang menyerupai stroke dengan kelumpuhan
sebelah (Hemiparesis) dan bicara rero. Penanganan hal ini sama
dengan penanganan pada decompression illness.
Penyakit yang Berhubungan dengan Gas

1. Nitrogen Narcosis. Tekanan parsial nitrogen yang tinggi mempunyai


efek yang hampir sama dengan obat-obatan anastesi, menyebabkan
penglihatan tunnel (tunnel vision), euphoria, tinnitus,
ketidakmampuan mengerjakan tugas yang komplek, kehilangan
koordinasi, rasa mengantuk dan mungkin hilang kesadaran.
Hiperkapnia (peningkatan CO2 dalam darah) dan kerja berat
biasanya memperberat gejala yang bisa bervariasi pada setiap
penyelam dan tempat penyelaman yang berbeda (lebih berat pada
lokasi yang dingin, gelap dan visibility yang jelek). Gejala biasanya
menghilang bila penyelam naik, yang menjadi masalah adalah
pengaruhnya pada performace penyelam, yang mengakibatkan DCI
atau near drowning.

2. Hiperkapnia. Karbon Dioksida (CO2) adalah produk utama yang


dikeluarkan dalam pernafasan. Penyelam yang bekerja keras
menghemat udara dari tanki atau memakai alat scuba yang
kualitasnya tidak baik mempunyai resiko terkena ini. Gejala
hiperkapnia biasanya ialah sakit kepala, rasa pusing, palpitasi, rasa
ngantuk. Kadang juga hiperkapnia bisa menyebabkan sesak nafas,
akan tetapi ini sangat jarang pada penyelaman, dikarenakan sensasi
sesak nafas di dihambat oleh tekanan parsial oksigen yang tinggi.
Ketika di ari penyelam harus berhenti bergerak dan menghentikan
penyelaman bila gejala tidak menghilang cepat. Di permukaan gejala
akan cepat menghilang ketika penyelam tersebut bernafas dengan
udara segar atau oksigen.

3. Keracunan Oksigen. Oksigen bersifat toksik dalam tekanan parsial


yang tinggi, akan tetapi keracunan oksigen sangat jarang terjadi pada
penyelaman menggunakan udara normal. Ini disebabkan threshold
untuk terjadinya keracunan oksigen akut (sekitar 1,6 atm absolute,
ATA) terjadi pada kedalaman 66 meter, dimana nitrogen narcosis
lebih mungkin menyebabkan masalah. Namun hal ini tentunya
berbeda dengan penyelaman memakai Nitrox. Keracunan Oksigen
akut terutama mempengaruhi saraf pusat, mengakibatkan gangguan
penglihatan, pendengaran, twitching otot (terutama muka dan
diafragma), mual dan kejang. Ini bisa terjadi tanpa peringatan
sebelumnya dan bisa berakibat fatal. Bila seorang penyelam
mengalami gejala ini, dia harus berhenti bergerak, naik atau
mengganti tabung yang mengandung campuran gas dengan kadar
oksigen yang lebih rendah.

4. Hipoksia atau kekurangan oksigen sangat jarang terjadi. Hipoksia


akan mengakibatkan kehilangan kesadaran tanpa peringatan
sebelumnya. Penyelam dalam (deep diver) yang menggunakan
campuran gas dengan kadar oksigen kurang dari 12% di kedalaman,
bila dipakai di permukaan akan mengakibatkan hipoksia.

5. Keracunan Karbon Monoksida (CO) sudah jarang terjadi, terutama


sejak para penyelam sadar akan bahaya pengisian udara lewat
kompresor. Hal ini terjadi bila pipa penyedot udara terlalu dekat
dengan pipa hasil pembakaran mesin kompresor tersebut. Gejala
biasanya muncul di kedalaman seperti disorientasi, lupa waktu,
inkoordinasi, sakit kepala, dan muntah. Penanganan dengan
pemberian oksigen 100%, namun bila gejala menetap maka
diperlukan penanganan di ruang rekompressi.

Riwayat penyakit dan obat-obatan yang masih diminum untuk


jangka panjang juga harus diperhatikan. Obat-obat untuk kejiwaan
(penenang, obat tidur atau anti depresi), anti alergi, anti Diabetes Melitus
(DM), steroid dan alkohol mengurangi keamanan penyelam, karena efeknya
yang tidak dapat diprediksi saat berada di lingkungan bertekanan tinggi.

Selain itu, lanjut Merlin, kesehatan dan fungsi jantung, paru, THT
dan sistem persarafan harus dalam batas normal. Ini sangat penting untuk
diperhatikan, karena jantung, paru dan sistem persarafan merupakan organ
tubuh utama yang mendukung kehidupan dengan menyuplai peredaran
darah dan oksigen ke seluruh tubuh, dan mempertahankan kesadaran
penyelam.
Karena lingkungan penyelaman sangat berbeda dengan lingkungan
hidup fisiologis manusia di darat, maka organ-organ tubuh vital tersebut
benar-benar harus berfungsi normal,” tambah dokter yang berpraktik di
RSAL dr Mintohardjo, Jakarta ini, kepada Beritasatu.com.

Kondisi kesehatan lainnya yang juga penting bagi penyelam adalah


THT (telinga, hidung dan tenggorokan). Menurut Merlin, THT yang normal
dan berfungsi baik sangat penting untuk proses equalisasi (penyamaan
tekanan lingkungan) saat penyelam turun ke dasar laut atau naik ke
permukaan air.

Oleh karena itu, menderita flu ringan sekalipun, kata Merlin, tidak
disarankan untuk menyelam. “Flu mengindikasikan adanya proses
peradangan pada sistem saluran nafas dan biasanya disertai pembengkakan,
sehingga proses equalisasi tidak bisa berjalan lancar,” jelasnya.

Bila seseorang memaksakan diri menyelam dalam kondisi flu, bisa


menderita barotrauma, yaitu penyakit penyelaman akibat perbedaan
tekanan.

Barotrauma yang paling sering terjadi, kata Merlin, adalah


barotrauma telinga tengah saat penyelam mulai turun ke dasar laut, dimana
timbul nyeri di telinga karena equalisasi tidak berhasil.

Barotrauma dapat juga mengenai sinus, wajah, paru, usus bahkan


artificial pada rongga antara pakaian selam dan tubuh penyelam,”
imbuhnya.

Selain flu, penderita sinusitis, lanjut Merlin, juga tidak


diperbolehkan menyelam. Sama seperti flu, sinusitis juga ada peradangan
dan pembengkakan pada lapisan rongga dan saluran sinus, sehingga aliran
udara saat proses equalisasi tidak dapat berjalan lancar.
Akibatnya udara dapat terjebak di dalam rongga sinus dan
menimbulkan nyeri di daerah wajah dan kepala yang hebat yang disebut
barotrauma sinus. Keluhan ini dapat terjadi saat penyelam turun ke dasar
laut maupun naik ke permukaan air,” jelasnya panjang lebar.

Pengaruh Tekanan Sewaktu Muncul ke Permukaan

Pengembangan melewati batas pada paru-paru dapat terjadi pada


penyelam yang menyelam yang melewati tekanan lebih, dengan menahan
napas tiba-tiba muncul di permukaan yang lebih rendah, yang akan
memecahkan alveoli.
Gelembung akibat pecahnya alveoli bergerak ke bagian tubuh lain
dan gejalanya tergantung dari lokasi dan volume udara yang masuk.
Manifestasinya yaitu:

 Mediastinal emphysema

 Subcutaneous emphysema

 Pneumothorax

 Emboli udara

Biasanya penyelam melakukan hal ini karena kehabisan udara,


panik, mengalami bouyancy positif secara tiba-tiba seperti melepas sabuk
pemberat atau inflasi BC secara cepat.

Hal ini mengingatkan penyelam untuk bernapas secara wajar dan


tidak boleh menahan napas saat muncul ke permukaan dan ini berlaku untuk
penyelam yang memakai peralatan scuba.
Mediastinal Ephysema

Manifestasi pengembangan paru yang melewati batas yang paling


sering yaitu mediastinal emphysema. Gelembung dari paru-paru yang pecah,
masuk ke rongga antara paru-paru di dekat jantung dan tenggorokan.

Gejalanya yaitu sakit di daerah dada karena udara menekan jantung,


sesak napas, atau sakit pada saat makan. Dapat pula pingsan.

Penanganannya yaitu konservatif, meliputi istirahat, pemberian


oksigen, sedangkan rekompressi dilakukan jika sangat parah. Hindari
penerbangan selama fase penyembuhan.
Subcutaneus Emphysema

Dari daerah mediastinum gelembung-gelembung udara bergerak


naik ke daerah leher, di bawah kulit di sekitar leher, kalau dipegang maka
kulit terasa pecah.

Gejalanya yaitu sakit dan sulit bernapas pada bagian yang terkena,
napas pendek dan cepat, udara dapat menekan jantung dan pembuluh darah
menyebabkan kebiruan.

Penanganan sama dengan diatas. Udara dibung dengan memasukkan


jarum dibawah pengawasan ahli.

Pneumothorax

Jarang sekali terjadi, jika terjadi berarti paru-paru pecah, seperti


meletus dan gelembung udara langsung memenuhi rongga udara antara
paru-paru dan selaput paru (pleura).

Gejalanya yaitu sakit dada, karena udara menekan paru-paru yang


terkena.
Dalam kasus yang parah dapat terjadi tension pneumothorax, yaitu
pneumothorax yang sangat besar dan membuat paru-paru yang terkena
kolaps karena tekanan yang tinggi. Ini merupakan keadaan darurat.
Gejalanya yaitu sakit dada yang berat, pengembangan dada tidak sama yaitu
paru yang terkena agak tertinggal, dan adanya penekanan ke trakea menjadi
tidak lurus. Biasanya terjadi penekanan jantung sehingga cepat pingsan.

Penangan yaitu sama dengan emboli udara. Tetapi sebelum


dilakukan rekompressi maka udara yang ada di rongga dada harus
dikeluarkan dengan memasukkan jarum oleh atau dengan pengawasan ahli.

Emboli Udara

Adalah pecahnya dinding alveoli yang menyebabkan udara masuk


dalam peredaran darah, akibatnya terjadi penyumbatan peredaran darah oleh
gelembung-gelembung udara langsung dari paru-paru.

Misalnya, jika penyelam naik ke permukaan dari 100 FSW, udara


dalam paru mengembang 4 kali volume awal. Jika tidak dikeluarkan, maka
menekan paru dan alveoli pecah bersaamaan dengan pecahnya pembuluh
darah. Udara terbawa ke kapiler paru dan dibawa ke ventrikel kiri,
kemudian di pompa kesuluruh tubuh lewat arteri. Adanya kumpulan udara
dalam arteri akan membentuk sumbatan sehingga jaringan kekurangan
oksigen. Jika otak mengalami hal tersebut maka akan berakibat kematian.

Gejalanya yaitu lemas, pusing, kelumpuhan/ kelemahan yang hebat,


gangguan penglihatan, nyeri dada, kejang-kejang dan pingsan, terkadang
disertai busa bercampur darah di mulut. Penanganannya adalah sebagai
berikut.
 Tempatkan korban dengan posisi kepala dibawah, miring 15o pada
bagian kiri badannya.

 Gunakan oksigen, bila tersedia. Hal ini membantu mengecilkan


gelembung-gelembung udara dan memberikan suplai oksigen ke
otak.

 Masukkan ke ruangan rekompressi jika tersedia, hal ini untuk


mengurangi besarnya gelembung-gelembung sehingga melancarkan
peredaran darah ke otak.

Pencegahan emboli udara yaitu penyelam harus bernapas secara


wajar saat memakai peralatan scuba dan tidak menahan napas saat muncul
ke permukaan, keluarkan napas secara terus menerus. Napas harus
dikeluarkan minimal 10 feet terakhir dari permukaan.

2. Efek Tidak Langsung Tekanan

Oxygen Toxicity (Keracunan Okisgen)

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme.


Oksigen yang dihirup adalah 1/5 dari semua oksigen yang ada. Bila
campuran gas yang dihirup terdiri dari O2 20 % maka oksigen yang terpakai
oleh tubuh adalah hanya 4 % nya sedangkan 16 % dihembuskan.

Meskipun dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan tekanan parsial


oksigen menyebabkan keracunan. Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan
yang tinggi pada penyelaman meningkatkan tekanan parsial oksigen.

Pada kedalaman 40 m (5 ATA), maka penyelam akan menghirup


tekanan O2 1 ATA atau O2 100 % seperti menghirup udara murni di
permukaan. Oksigen yang tinggi menyebabkan terlalu cepatnya proses
metabolisme, merusak protein tubuh dan syaraf. Hal dapat terjadi pada
penyelam yang menggunakan Nitrox.

Manifestasi gejala pada pernapasan yaitu batuk dan rasa sakit saat
bernapas, pada sistem saraf pusat gejalanya yaitu pelintiran pada otot muka
sekitar bibir, gangguan penglihatan, mual, banyak berkeringat dan kejang.
Apabila terjadi di air maka berakibat fatal.

Penanganannya dengan diberikan udara segar, jangan oksigen murni.


Oleh karena itu jangan menyelam terlalu dalam dan gunakan udara biasa
yang bersih bukan O2 murni.

Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)

Merupakan bagian terbesar dari udara yang dihirup oleh manusia. Di


permukaan nitrogen merupakan gas lambat (inert gas) dan secara kimia
tidak bercampur dalam darah.
Nitrogen melarutkan oksigen dalam campuran udara dan menjadikan
udara aman untuk bernapas. Nitrogen diserap dan disimpan dalam tubuh
karena inert. Maka dengan inilah alasan utama mengapa penyelam scuba
bila muncul ke permukaan harus perlahan.

Sesuai dengan hukum Dalton, tekanan parsial oksigen meningkat


saat menyelam. Nitrogen memiliki efek euforia (suasana senang berlebihan)
yang meningkatkan kepercayaan diri, dan mengurangi kognisi dan penilaian
situasi sehingga menyebabkan teknik menyelam kacau yang bisa fatal bagi
penyelam. Biasanya terjadi mulai kedalaman 70- 100 feet tapi setelah
kedalaman 100 feet semua penyelam akan mengalami keracunan.

Pada penyelam scuba, gejalanya berupa kepala terasa ringan,


euforia, perasaan gamang, dan kelainan sensorik. Gejala memburuk jika
semakin dalam. Pada kedalaman 100 FSW, penyelam semakin keracunan,
dengan gejala berkurangnya penilaian, rasa percaya diri meningkat, dan
reflek yang menurun. Pada kedalaman 250-300 FSW, terdapat halusinasi
lihat dan dengar dan pandangan gelap. Penyelam akan tidak sadar pada
kedalaman 400 FSW. Hal ini sering disamakan dengan minum Martini
(minuman alkohol).
Oleh karena itu penyelam scuba dengan udara kompresi tidak boleh
menyelam lebih dari 100 FSW. Jika ingin menyelam lebih dalam gunakan
Heliox.
Jika terjadi gejala diatas pada kedalaman 70-100 FSW naiklah ke
permukaan dan istirahat atau ke kedalaman lebih dangkal sampai gejala
menghilang. Hindari menyelam terlalu dalam dan kenalilah kemampuan diri
dan pelajari gejala-gejala tersebut.
Narcose (Pembiusan oleh Nitrogen)

Merupakan gas buang tubuh manusia. Jika menyelam dengan


menahan napas (skin diving) maka kadar CO2 di tubuh akan menumpuk.
Bila penumpukan tersebut mencapai kadar 4 % maka penyelam harus
menghembuskan napas. Bila penyelam skin menahan napas dapat keracunan
CO2 (hiperkapnea).

Pada penyelam scuba hal ini dapat terjadi, misalnya karena


malfungsi regulator. Pada penyelam closed circuit , kegagalan absorpsi CO2
oleh absorber dapat menyebabkan keracunan.

Pada permukaan konsentrasi dengan CO2 5-6 % mengakibatkan


sesak napas, napas cepat, dan pusing. Pada kadar 10 %, tekanan darah turun
menyebabkan pingsan. Bila kadar 12-14 % terjadi depresi pernapasan dan
saraf pusat yang mengakibatkan kematian. Keracunan CO2 kerentanan
terhadap narkosis nitrogen, keracunan oksigen dan penyakit dekompresi
karena menyebabkan pelebaran pori pembuluh darah.

Gejalanya yaitu konsentrasi berkurang, kontrol otot menurun dan


fungsi motorik terganggu serta kelelahan lalu pingsan.
Penanganan dengan cara memberikan udara yang segar, dan bila ada
O2 murni. Untuk menghindari bernapaslah secara wajar, hindari suplai
udara yang tidak bersih serta peralatan yang tidak baik.

Penyakit Dekompresi (Decompression Sickness)

Berbeda dengan emboli udara, Decompression sickness terjadi


dimana terbentuknya gelembung udara di dalam darah tanpa mengalami
pecahnya alveoli paru.

Gejalanya lambat dibanding emboli, karena gas ini terbentuk di


pembuluh darah yang menyebabkan matinya sel-sel di jaringan secara
perlahan.

Pencegahannnya: Menyelam menggunakan tabel dekompressi .


Angkatan Laut dan penyelam komersil seluruh dunia telah membuat tabel
selam berdasarkan kalkulasi. Oleh karena itu setiap penyelam harus bisa
membac tabel selam. Yang dipakai umumnya adalah U.S. Navy Standard
Air Decompression Tables.
Tips Pemeriksaan Saat Medical Check Up

Tes darah

Selain untuk mengetahui jenis atau golongan darah yang kita miliki,
pemeriksaan darah juga memiliki tujuan lain, yaitu untuk memastikan
penyakit yang sedang kita derita. Selain itu tensi darah kita juga akan
diperiksa. jika kita menginginkan lulus di tes ini, maka tekanan darah kita
harus normal yaitu antara 80-120. Dan untuk mensiasatinya kita harus tidur
tepat waktu, hindari begadang, serta perbanyaklah minum susu serta air
mineral. Dan satu hal yang harus Kita ingat, jangan memakan daging
kambing jika tekanan darah ingin normal. Karena daging kambing dapat
menghasilkan tekanan darah tinggi.

Pengukuran tinggi badan

Pada umumnya tinggi badan di ukur ketika Kita tes kesehatan untuk
masuk TNI atau POLRI dan instansi pemerintah atau perusahaan lainnya,
untuk standar tinggi badan Pria (Laki-Laki) adalah 165 cm sedangkan
standar tinggi badan wanita (perempuan) adalah 160 cm, jadi berbahagialah
kita yang telah memiliki tinggai badan diatas standar tersebut.
Tes mata, pendengaran, dan penciuman

Pada saat medical check up beberapa indra kita juga akan diperiksa
kesehatannya. Untuk tes mata, yang diperiksa adalah apakah kita buta warna
/ tidak dan apakah kita memiliki gangguan pada penglihatan, seperti mata
minus atau pun mata plus. Untuk tes indra pendengaran yang diperiksa
adalah pendengaran Kita. Saat tes pendengaran, Kita akan diberi oleh dokter
sebuah earphone dan sebuah tombol yang berbentuk microphone untuk kita
tekan. Tombol tersebut digunakan sebagai tanda bahwa kita mendengar
sebuah suara yang keluar dari earphone atau tidak. Sedangkan Untuk indra
penciuman yang dites adalah seberapa peka penciuman Kita. Saat tes indra
penciuman, mata akan ditutup, kemudian kita diminta untuk mencium
beberapa benda lalu menyebutkan benda tersebut.

Tes urine

Tujuan test urine adalah untuk mengetahui fungsi ginjal kita apakah
masih baik atau tidak, serta untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit lain
seperti diabetes, hepatitis dll. Cara yang dapat kita gunakan agar berhasil di
tes ini yaitu dengan cukup meminum air mineral sebanyak mungkin
sebelum tes berlangsung, serta hindari terlebih dahulu meminum obat-
obatan apa pun jenisnya. Dikarenakan air urin yang sehat serta baik yaitu
urin yang memiliki warna bening dan tidak keruh.

Tes Paru-paru

Sebelum melakukan tes kesehatan (Medical Check Up) untuk masuk


di perusahaan, adalah hal yang bijak untuk tidak merokok (berhentilah
merokok) seperti yang saya sebutkan diatas. setidaknya seminggu sebelum
medical check up dilakukan. Untuk yang tidak merokok, Usahakan tidak
berdekatan dengan perokok aktif karena asap yang kita hirup akan turut
mempengaruhi kondisi paru paru kita.

Tes rontgen
Tes ini digunakan untuk melihat kesehatan tubuh bagian dalam. Saat
test ini tubuh bagian dalam kita akan dilihat menggunakan sinar rontgen.
untuk tips nya sendiri adalah sebagai berikut: pastikan anda tidak merokok
minimal 1 minggu sebelum tes, luangkan waktu untuk menghirup udara
segar pada pagi hari.

Tes umum

Menurut berbagai sumber pada saat tes umum dilkukan dokter akan
menyuruh Kita berbaring di tempat tidur yang disediakan. Kemudian mata,
mulut, telinga dan hidung kita akan dicek. Kemudian dokter akan megecek
bagian perut Sambil menekan-nekan perut kita, Kemudian ada kemungkinan
Dokter juga akan mengecek anus kita. hal tersebut ddilakuakan untuk
mengetes apakah kita punta penakit ambeien atau tidak.

Tes yang dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan paru-paru penyelam pada


umumnya sederhana, antara lain :

1. Spirometri : Tes spirometri mengevaluasi fungsi paru-paru dengan


pengujian yang dilakukan dengan cara meminta pasien untuk
bernafas di dalam mesin. Cara pasien bernafas di dalam mesin
adalah infomasi yang dibutuhkan dokter untuk melakukan evaluasi
lebih lanjut. Sebagai contoh adalah seseorang mungkin akan diminta
untuk menghirup nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkan
sekeras-kerasnya selama dia mampu.

2. Tes Peak Flow : Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan


Spirometer canggih atau bisa juga menggunakan pengukur peak flow
meter sederhana. Hasil yang didapat dari pengujian ini mungkin
kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan variable baterai yang
biasanya diujikan dengan spirometer.

3. Tes Agitasi Bronkial : Terdapat beberapa perdebatan mengenai


apakah tes ini harus digunakan untuk mengetahui kebugaran
penyelam, karena beberapa dokter menyatakan telah mendapatkan
hasil yang positif salah. Didalam tes agitasi bronkial, air garam
disedot ke dalam paru-paru dan kemudian menguji variabel-variabel
yang diperlukan untuk melihat bagaimana paru-paru bereaksi.

4. Tes latihan : Baik tes spirometri ataupun peak flow bisa digunakan
untuk mengevaluasi subyek sebelum dan sesudah latihan fisik. hal
ini membantu para dokter dalam menentukan apakah asma yang
diderita disebabkan oleh olah raga

5. Tes pasca dilator bronkial (Post Bronkial Dilator) : Paru-paru


seseorang dapat dievaluasi setelah menggunakan obat pengendali
asma, dengan demikian bisa dilihat apakah obat tersebut bekerja
dengan efektif atau tidak. Banyak obat asma yang telah mendapatkan
ijin untuk menyelam, itupun jika ternyata obat bekerja dengan efektif
mengontrol asma.

Anda mungkin juga menyukai