Anda di halaman 1dari 17

Pentingnya Program Dana Pensiun

by admin

Jangan bosan membaca artikel mengenai topik yang satu ini. Meskipun topik ini sedang tren
namun ternyata masih banyak masyarakat Indonesia yang belum menyadari mengenai
pentingnya perencanaan pensiun! Semoga artikel kali ini bisa ‘mencuci otak’ anda sehingga
kelak ketika anda memasuki masa pensiun, anda bisa menikmati apa yang telah anda tabur.

Siapkan Sedini Mungkin

Di sinilah pepatah ‘lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali’ sangat berbicara.
Perencanaan pensiun sepatutnya dilakukan sejak dini. Tapi bagaimana jika terlambat? Artikel
ini kami sarikan dari berbagai sumber hasil wawancara dengan para praktisi keuangan dan
investasi.

Seberapa siap masyarakat Indonesia merencanakan pensiun mereka?

Ketika kita menanyakan pada masyarakat kita apakah mereka siap dengan masa pensiun,
sebagian menyatakan siap, sedangkan yang lain menyatakan bagaimana nanti. Padahal
menurut perhitungan, dana pensiun akan habis hanya dalam waktu 9 tahun setelah usia
pensiun. Di situlah biasanya sebagian besar dari kita terpaksa harus bekerja lagi. Dari survei
yang kami lakukan, 75% investor masih bekerja hingga sekitar usia 68 tahun, karena
kekurangan dana.
Mengapa sejumlah investor masih mengalami salah perhitungan, dan tidak
menyiapkan masa pensiun?

Kalau kita bicara dengan perusahaan-perusahaan dana pensiun, ada target berapa jumlah dana
pensiun yang bisa kita terima pada saat kita pensiun. Lalu kita bandingkan dengan gaya hidup
kita pada saat pensiun. Kalau gaya hidup anda setelah pensiun tidak berubah dan tetap seperti
saat anda masih mendapat income penuh, di sini terjadi salah perhitungan.

Bagaimana memelihara gaya hidup kita saat pensiun sekaligus?

Saat pensiun sebenarnya kita harus mengubah gaya hidup cukup besar. Atau kalau kita tidak
bisa mengubah gaya hidup kita, kekurangan ini harus ditambal. Dana pensiun anda harus
ditambahi lagi. Menyesuaikan gaya hidup ini maksudnya, kita hidup lebih sederhana. Tidak
boros. Sehingga ketika kita pensiun, kita tidak kaget lagi dengan gaya hidup tersebut.

Kapan sebaiknya perencanaan pensiun dilakukan?

Semakin awal semakin baik. Ketika seseorang pertama kali bekerja dan menerima gaji, dia
seharusnya sudah berpikir ke depan dan merencanakan pensiun. Karena semakin awal anda
melakukan persiapan pensiun, cicilan investasi yang anda bayarkan lebih ringan.

Berapa persentase ideal jumlah dana pensiun yang bisa kita manfaatkan setiap bulan?

Target ideal pendapatan kita saat pensiun adalah 70% dari income kita ketika kita pensiun.
Itu sudah ideal, kita tinggal menurunkan gaya hidup tidak terlalu banyak. Kenyataannya,
masyarakat hanya bisa mengumpulkan rata-rata hanya 35% dari income kita nanti. Jadi mau
tidak mau, Anda harus menyesuaikan gaya hidup anda.

Bagaimana menolong kelompok usia yang terlambat dalam berinvestasi untuk


persiapan pensiun?

Kalau anda terlambat, anda harus mengejar ketertinggalan tersebut dengan cicilan yang lebih
besar. Selain itu, edukasi anak-anak anda sejak sejak dini, sejak masih kuliah, bahwa
merencanakan pensiun sejak dini itu penting. Mereka seharusnya dibekali dengan
pengetahuan tentang itu.

Kelas menengah Indonesia sedang tumbuh, income per kapita kita 3500 US$ setahun.
Masyarakat seakan didorong untuk menjadi konsumtif. Apa alarm terbaik untuk
mengingatkan kita tetap setia dengan perencanaan pensiun yang kita buat?

Lakukan 3I: Insyaf, Irit dan Investasi. Insyaf bahwa harga-harga semakin naik, bahwa inflasi
terus naik. Sadar bahwa kita tidak bisa mengandalkan pihak lain untuk menopang kehidupan
kita di kemudian hari. Irit, kurangi pengeluaran yang tidak penting. Jika konsumtif pun
silahkan saja, tapi sisihkan dulu untuk investasi. Semakin dini, cicilannya semakin ringan.

Ketika kita terlambat berinvestasi untuk pensiun, investasi apa yang bisa dipakai untuk
mengejar ketertinggalan dana yang seharusnya kita pakai saat pensiun?

Instrumennya itu itu saja. Ada emas, properti, reksadana, pasar modal, dan lain-lain. Kalau
kita mau mengejar yang berpotensi memberi tingkat pengembalian tinggi, itu risikonya
tinggi. High risk, high return. Investasi di pasar modal ideal untuk investasi jangka panjang,
karena risikonya tinggi. Kalau kita melakukannya dalam jangka pendek, pilihan kita adalah
memilih aset yang berisiko, tapi artinya kita juga mengekspos diri kita terhadap risiko
investasi yang tinggi. Cara lain adalah dengan memperbesar cicilan.

Contoh konkritnya?

Ketika kita terlambat merencanakan pensiun, misal kita sekarang di umur 40 tahun,
merencanakan pensiun di usia 55, tentu cicilannya lebih berat ketimbang ketika kita mulai
cicil dana pensiun sejak umur 25 tahun. Semakin dini kita mulai, semakin ringan cicilannya.
Semakin kita bisa memilih instrumen yang less risiko. Semakin dekat usia pensiun, semakin
berat cicilannya. Padahal teorinya, risiko itu harus turun atau diturunkan ketika jarak waktu
kita sekarang dengan waktu penggunaan dananya itu sudah dekat.

Strategi dana pensiun yang tepat?

Kecenderungan dari investor kita memilih strategi yang aman: pasar uang dan pendapatan
tetap. Tapi perputaran dananya tidak optimum. Kalau Anda masih aktif bekerja dan terhitung
muda, pilih strategi agresif: saham atau campuran. Diharapkan ketika pensiun, dana
pensiunnya akan lebih optimum.

Berapa persen alokasi dana dari gaji yang sebaiknya disisihkan untuk dana pensiun
yang kita siapkan sejak sekarang?

Sekitar 20% sebaiknya dialokasikan untuk dana kesejahteraan hari tua, lebih besar lebih baik.

Apakah ada formula khusus?

Alokasi dana 20% penghasilan tersebut sebaiknya sebagian untuk investasi, misalnya untuk
reksadana, dana pensiun, dan lain-lain, sebagian untuk membeli asuransi jiwa yang
dilengkapi perlindungan sakit kritis dan rawat inap setelah pensiun. Atau pilihlah asuransi
unitlink dimana sudah mencakup unsur proteksi sekaligus unsur investasi.

Bagaimana portofolio investasi yang tepat dan menguntungkan untuk pensiun?

Rancangan portfolio harus melihat jumlah waktu tersisa menuju pensiun. Jika masih cukup
waktu, misalnya masih tersedia waktu lebih dari 10 tahun, maka sebagian besar dana
selayaknya dialokasikan ke instrumen ekuitas (saham). Dapat dilakukan melalui reksadana,
unitlink, dana pensiun, atau investasi saham secara langsung.

Berikut di bawah ini adalah contoh tabel rancangan portofolio investasi yang bisa Anda
jadikan panduan untuk perencanaan pensiun anda. Disarankan semakin mendekati masa
pensiun, rancangan portofolio investasi harus semakin bersifat konservatif. Ilustrasi di bawah
ini hanya contoh, dan bukan rumus pasti yang harus diikuti. anda harus tetap melihat kondisi
keuangan dan kemampuan anda dalam menerima risiko dan tujuan investasi anda, yang
tentunya bisa berbeda dari yang lain.

Plus Minus Investasi Untuk Dana Pensiun Anda


PROPERTI
Plus

 Nilainya cenderung naik dari waktu ke waktu.


 Bisa ditinggali jika berbentuk rumah atau apartemen.

Minus

 Tidak mudah menjual properti


 Tidak mudah likuid

SAHAM
Plus

 Naik turunnya nilai saham sangat tergantung dari kinerja perusahaan.


 Mudah dijual.
 Cocok untuk persiapan pensiun bagi investor yang menyukai risiko tinggi, return tinggi.

Minus

 Mudah dijual
 Perlu investasi jangka panjang untuk mendapat return yang signifikan

REKSADANA
Plus

 Bisa dimulai dengan setoran yang kecil.


 Aman karena biasanya terdiri dari saham-saham pilihan.
 Mudah dijual.
 Cocok untuk persiapan pensiun.

EMAS
Plus

 Nilainya naik dari tahun ke tahun.


 Mudah likuid. Bisa Anda manfaatkan untuk mendapat selisih kurs.

Minus

 Kondisi terakhir menunjukkan nilai emas memiliki kecenderungan turun


 Penyimpanannya harus hati-hati. Perlu safe deposit.

DEPOSITO
Plus

 Risiko kecil

Minus

 Return kecil
OBLIGASI
Plus

 Aman.
 Pilih obligasi pemerintah yang tidak berisiko gagal bayar.

Minus

 Obligasi korporasi berisiko default (gagal bayar).

Beberapa catatan untuk memilih instrument investasi untuk perencanaan pensiun anda

 Pelajari produknya.
 Pelajari siapa penjual produk tersebut.
 Kenali profil risiko anda sebagai investor.
 Berapa macam instrument investasi yang ideal anda miliki, sangat tergantung pada selera
dan kondisi finansial anda.
 Jangan berinvestasi pada instrumen yang tidak anda pahami.
 Jika anda tidak punya waktu untuk mempelajari dan memonitor investasi anda, percayakan
pada manajer investasi yang anda percayai.
 Disiplin! Selalu disiplin untuk menyisihkan sebagian dana anda investasi.

Secara sederhana, cara baca dari gambar di atas adalah:


1. Jika anda ingin pensiun 20 tahun dari sekarang dengan gaya hidup setara Rp 10 juta
sekarang, tanpa harus bekerja lagi selama masa pensiun tersebut, maka 20 tahun dari
sekarang, jumlah dana yang anda butuhkan adalah sekitar Rp 9,08 Milliar.

2. Kalau anda ingin bisa pensiun dengan berinvestasi di Deposito, maka setiap bulannya anda
harus menabung Rp 19.650.000.

3. Jika anda ingin melakukannya melalui reksa dana, dan berhasil menemukan reksa dana
yang mampu menghasilkan return 25% per tahun dalam jangka panjang, maka jumlah dana
yang dibutuhkan adalah Rp 1.350.000

Bagi teman2 yang sudah kenal dengan financial planner atau memiliki pengetahuan tentang
financial planning tentu informasi di atas bukan sesuatu yang mengejutkan lagi. Namun
terkejut atau tidak, jika anda ingin pensiun 20 tahun dari sekarang, maka siap2lah punya uang
paling tidak sekitar Rp 9 miliar nanti. Pencapaian dari 0 ke Rp 9 miliar itu tentu tidak hanya
terjadi dalam sekejap mata saja. Ada proses yang harus dilalui oleh investor. Untuk
kepentingan simulasi, saya mengasumsikan rencana tersebut dibuat dari tahun 2005. Jika di
grafikkan, proses tersebut adalah sebagai berikut:

Grafik ini menceritakan plan 5 tahunan yang harus dicapai oleh si investor untuk bisa
mencapai Rp 9 milliar 20 tahun yang akan datang. Dengan asumsi plan tersebut dilakukan
pada tahun 2005 maka target 5 tahunan adalah seperti yang terlihat di atas. Rp 16,5 juta di
2005, Rp 215 juta di 2010, Rp 900 juta di 2015, Rp3,2 miliar di 202o dan finally, Rp 9
milliar di 2020 (saat pensiun).

Memiliki tujuan jangka panjang memang bagus, sebab proses tersebut tidak selesai. Selain
plan jangka panjang kita perlu juga membuat monitoring jangka pendek untuk memastikan
apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak.

Pada umumnya, karena jumlah investasi yang dibutuhkan relatif lebih kecil dan jangka
waktunya yang dibutuhkan relatif panjang. Orang akan memilih mencapai tujuan pensiunnya
dengan berinvestasi pada reksa dana saham. Bahkan, dengan semakin majunya produk
perbankan, ada fasilitas autoinvest yang memungkinkan rekening investor di debit secara
otomatis dan melakukan top up secara bulanan ke reksa dana yang dipilihnya.

Meski pergerakan harga reksa dana saham fluktuatif, logikanyanya dalam jangka panjang
pasti untung (padahal belum tentu). Selain itu, perhitungan jumlah investasi bulanan yang
diperlukan itu umumnya jarang ditopang dengan pengetahuan reksa dana yang memadai.
Akibatnya fokus investor hanya di bagaimana bisa mencicil jumlah investasi yang
dibutuhkan namun melupakan faktor yang tidak kalah pentingnya yaitu apakah kinerja reksa
dananya telah sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Padahal belum tentu seluruh reksa
dana saham akan untung dan memberikan kinerja seperti yang diharapkan dalam jangka
panajgn.

Tindakan investor di atas dalam jangka panjang bisa berakibat fatal, sebab pemilihan produk
reksa dana yang tidak tepat dapat membuat tujuan keuangan tidak tercapai. Seperti yang
ditunjukkan dalam grafik sebagai berikut:
Sama seperti grafik sebelumnya, bedanya hanya pada grafik ini ditambahkan grafik warna
biru yang merupakan hasil aktual dari investasi di reksa dana non jagoan. Yang dimaksud
dengan reksa dana non jagoan adalah reksa dana saham yang dipilih oleh penulis dengan
mengambil contoh reksa dana yang TIDAK termasuk dalam daftar reksa dana jagoan yang
dipublikasikan di Kontan Edisi Khusus dengan topik Memilih Reksa Dana Jagoan.

Perbandingan antara grafik biru dan grafik merah di atas menunjukkan bahwa setelah
berinvestasi selama 5 tahun dengan cicilan Rp 1,350.000 per bulan memang secara nominal
investor memperoleh keuntungan. Namun, sebetulnya jika dikaitkan dengan tujuan investasi
pertama kali, bisa dibilang, investor tersebut sangat diragukan untuk bisa pensiun dengan
gaya hidup yang dia inginkan 15 tahun yang akan datang (asumsinya sudah jalan 5 tahun).

Berikutnya, dilakukan simulasi lagi dengan memilih satu reksa dana saham secara random,
namun kali ini dilakukan pada reksa dana saham yang masuk dalam kategori reksa dana
jagoan dalam publikasi kontan. Hasil simulasinya adalah sebagai berikut:

Sangat berbeda jauh bukan? Pada akhir 2010, investor tersebut ditargetkan untuk memiliki
setidaknya Rp 215 juta, namun kenyataannya hasil investasi telah berkembang menjadi Rp
378 juta. Jauh di atas target yang diharapkan. Bagi investor yang berada dalam kondisi ini,
sebetulnya secara finansial sangat fleksibel.

Banyak pilihan yang bisa dia lakukan, seperti berhenti mencicil untuk 1-2 tahun ke depan dan
menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan lainnya atau bila perlu berfoya-foya.
Mencairkan sebanyak Rp 163 juta (Rp 378 – Rp 215), dan menggunakan uang tersebut untuk
kesenangan pribadi sambil terus melanjutkan investasi bulanannya yang sebesar Rp 1,35 juta.
Bagi investor yang ini saya mengucapkan selamat, karena kemungkinan dia untuk bisa
pensiun 15 tahun yang akan datang sangat besar. Bahkan bukan tidak mungkin bisa pensiun
dini jika dana tersebut tercapai lebih cepat.

Hasil simulasi di atas menunjukkan:


1. Pemilihan reksa dana yang tidak tepat dapat menyebabkan tujuan investasi tidak tercapai

2. Investasi jangka panjang memang penting, namun lebih penting lagi adalah hasil investasi
mencapai tujuan / target yang diharapkan. Jika tidak maka sebaiknya investor harus
mengevaluasi kegiatan investasinya. Apakah memang investasinya yang kurang banyak atau
memang kinerja reksa dananya yang tidak mendukung.

3. Kebijakan untuk melakukan profit taking / cut loss haruslah didasarkan pada perbandingan
antara tujuan dengan aktual. Jika memang hasil aktual jauh di atas target maka tidak ada
salahnya mengambil sebagian dari selisih untuk dinikmati. Sebaliknya apabila hasil aktual
jauh di bawah tujuan padahal sudah dilaksanakan sesuai tujuan, maka tidak salahnya juga
melakukan cutloss sambil mencari reksa dana lain yang lebih prospek.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat bagi semua. Semoga kita semua bisa mencapai
tujuan keuangan dengan investasi yang kita lakukan. Apabila anda membutuhkan alat bantu
untuk bisa mencapai tujuan tersebut bisa anda akses di sini. Atas perhatiannya saya
mengucapkan banyak terima kasih.
Sangat berbeda jauh bukan? Pada akhir 2010, investor tersebut ditargetkan untuk memiliki
setidaknya Rp 215 juta, namun kenyataannya hasil investasi telah berkembang menjadi Rp
378 juta. Jauh di atas target yang diharapkan. Bagi investor yang berada dalam kondisi ini,
sebetulnya secara finansial sangat fleksibel.

Banyak pilihan yang bisa dia lakukan, seperti berhenti mencicil untuk 1-2 tahun ke depan dan
menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan lainnya atau bila perlu berfoya-foya.
Mencairkan sebanyak Rp 163 juta (Rp 378 – Rp 215), dan menggunakan uang tersebut untuk
kesenangan pribadi sambil terus melanjutkan investasi bulanannya yang sebesar Rp 1,35 juta.
Bagi investor yang ini saya mengucapkan selamat, karena kemungkinan dia untuk bisa
pensiun 15 tahun yang akan datang sangat besar. Bahkan bukan tidak mungkin bisa pensiun
dini jika dana tersebut tercapai lebih cepat.

Hasil simulasi di atas menunjukkan:

1. Pemilihan reksa dana yang tidak tepat dapat menyebabkan tujuan investasi tidak tercapai

2. Investasi jangka panjang memang penting, namun lebih penting lagi adalah hasil investasi
mencapai tujuan / target yang diharapkan. Jika tidak maka sebaiknya investor harus
mengevaluasi kegiatan investasinya. Apakah memang investasinya yang kurang banyak atau
memang kinerja reksa dananya yang tidak mendukung.

3. Kebijakan untuk melakukan profit taking / cut loss haruslah didasarkan pada perbandingan
antara tujuan dengan aktual. Jika memang hasil aktual jauh di atas target maka tidak ada
salahnya mengambil sebagian dari selisih untuk dinikmati. Sebaliknya apabila hasil aktual
jauh di bawah tujuan padahal sudah dilaksanakan sesuai tujuan, maka tidak salahnya juga
melakukan cutloss sambil mencari reksa dana lain yang lebih prospek.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat bagi semua. Semoga kita semua bisa mencapai
tujuan keuangan dengan investasi yang kita lakukan. Apabila anda membutuhkan alat bantu
untuk bisa mencapai tujuan tersebut bisa anda akses di sini. Atas perhatiannya saya
mengucapkan banyak terima kasih.
Tulisan ini dibuat karena banyaknya pertanyaan yang sama ditanyakan berulang-ulang.
Saking seringnya mendapat pertanyaan ini, saya bahkan sampai menyiapkan piring cantik
buat penanya yang beruntung. (halah) Jadilah saya susun tulisan panjang ini sebagai referensi
untuk Anda yang ingin tahu atau baru ingin memulai berinvestasi.

Ada dua poin penting yang menjadi dasar tulisan ini. Pertama: bahwa investasi itu adalah
pengorbanan di masa sekarang untuk memperoleh hasil yang lebih baik di masa depan.
Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Dan kedua: investasi
adalah bagaimana membuat money work harder than you, bukan bagaimana Anda bekerja
untuk uang.

So, let’s get stuck in.

Before We Get Started

Sebelum memulai, ada baiknya Anda lihat diri Anda sekarang. Berapa “uang dingin” yang
Anda miliki saat ini? Jangan gunakan uang yang dijatah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Berapa banyak Anda mau berkomitmen untuk menyisihkan dana setiap bulan atau setiap
tahunnya? Tiap orang punya latar belakang dan preferensi masing-masing yang berbeda satu
sama lain.

Kalau sudah melihat sikon diri sendiri, sekarang tentukan tujuan investasi Anda. Berapa besar
target yang ingin Anda capai? Berapa lama jangka waktu yang Anda miliki? Apakah mau
menyisihkan dana untuk pensiun? Ingin naik haji lima tahun lagi? Menabung untuk
pendidikan anak Anda kelak? Sekedar ingin terlihat keren menyandang status sebagai
‘investor’? Atau ingin diam-diam kawin lagi dan butuh dana untuk menghidupi istri muda?
(eh)

Kalau sudah, pertanyaannya sekarang, seberapa kuat Anda berkomitmen untuk beneran
berinvestasi? Secara psikologis, manusia lebih suka bersenang-senang hari ini (instant
gratification) daripada menunda demi kesenangan yang lebih besar di masa depan. Nah,
bisakah Anda melawan godaan ini? Bayangkan, teman Anda punya iPhone 5 terbaru dan
Anda masih menggunakan handphone yang Anda beli tiga tahun lalu. Teman Anda mencicil
mobil baru tiap bulannya, sementara Anda mencicil saham dan reksadana. Teman Anda bisa
mengelus-elus mobil barunya yang masih mulus. Anda bisa mengelus-elus apa? I’m not
saying it’s going to be easy, but I’m telling you it’s probably going to be worth it.

Tapi di sisi lain, jangan pula bersikap terlalu impulsif. Berinvestasi karena produk X atau
bank Y menawarkan Samsung S4 baru atau mobil Avanza? Tertarik membeli reksadana atau
saham karena harganya belakangan naik? Anda sih bisa saja keluar dari rumah dan naik
angkutan apapun seadanya (ojek, angkot, bus, taksi), dan tiba di tempat yang dituju. Tapi
perjalanan investasi tidak sama dengan perjalanan ke Kelapa Gading atau ke Pasar Minggu.

Tabungan/Deposito vs. Inflasi

Pada poin kedua yang sudah saya singgung di atas, tujuan investasi adalah to make money
work harder than you, sedemikian hingga Anda tidak perlu bekerja susah payah lagi di
kemudian hari. Anda bisa menikmati kerja keras investasi Anda sementara Anda tak perlu
bekerja dan bebas melakukan sesuatu yang menjadi hobi, passion, atau cita-cita Anda.
Nah, untuk mencapai itu semua, diperlukan instrumen investasi yang (1) bisa mengalahkan
inflasi, dan (2) pada akhirnya kelak bisa menutup biaya hidup Anda tanpa Anda harus
bekerja. Inflasi adalah ilusi yang mematikan karena menggerus kekayaan Anda tanpa Anda
sadari. Lima tahun lalu, Rp 10.000 bisa buat makan bakso berdua. Tapi sekarang, dengan
nominal yang sama cuma dapat satu porsi saja. Lima tahun lagi mungkin cuma bisa dapat
kerupuknya saja.

Saya tidak menyebut tabungan dan deposito sebagai instrumen investasi karena untuk
mengalahkan inflasi saja ia gagal. Misalnya, suku bunga deposito di BCA untuk nominal di
bawah Rp 2 miliar bunganya hanya 4,5%. Tabungan (Tahapan BCA) di bawah Rp 1 miliar
cuma dapat bunga 1,3%. Bandingkan dengan inflasi kita yang ada di kisaran 6%. Kalau cuma
ditabung, kekayaan Anda akan tergerus 4,7% tiap tahunnya, sementara kalau didepositokan,
akan tergerus 1,5% per tahun.

Beberapa bank (juga BPR) memang ada yang menawarkan rate lebih tinggi. Tapi perlu
dicatat bahwa LPS hanya menjamin simpanan pada nominal dan rate tertentu. Kalau lebih
dari itu, LPS tak mau tanggung jawab. Satu-satunya “keuntungan” deposito menurut saya
adalah bilyet depositonya bisa digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan kredit di bank
yang bersangkutan, walaupun hanya 80-90% dari dana yang Anda depositokan dengan bunga
sekitar 3-4% dari bunga deposito yang Anda peroleh.

Alternatif yang lebih menarik mungkin Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang ditawarkan
hampir tiap tahun sejak 2006 lalu. Pertama kali diluncurkan, suku bunga ORI001 besarnya
12,05%, tapi belakangan suku bunganya makin menurun—mungkin karena peminatnya
makin banyak. ORI007 dan ORI008 misalnya cuma dipatok 7,95% dan 7,3% saja. ORI009
bahkan cuma ditawarkan di 6,25% (jatuh tempo 15 Oktober 2015).

Investasi Reksadana

Saya pernah menulis buku tentang reksadana beberapa tahun lalu. Bagi para pemula, saya
memang sering menyarankan reksadana untuk ‘test the water‘, sebagai wahana untuk
menguji dan melatih Anda dalam berinvestasi. Reksadana relatif mudah dilakukan, bisa
memperkenalkan Anda terhadap dunia investasi dan pasar modal, serta relatif bisa dimulai
dengan modal yang kecil.

Cara memulai investasi di reksadana juga gampang. Anda cukup mencari produk reksadana
yang sesuai, pilih manajer investasinya, baca prospektusnya, lalu lakukan pembelian
(subscription) dan transfer dananya. Anda bisa membeli langsung melalui manajer investasi
atau membelinya lewat agen (bank) yang ditunjuk. Pilihan produknya juga beragam, mulai
dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, reksadana
campuran, reksadana ETF, dan reksadana indeks. Daftar lengkapnya bisa Anda lihat di sini.

Membuka rekening reksadana tak beda jauh seperti membuka rekening bank. Anda akan
diminta untuk mengisi formulir, menyiapkan fotokopi identitas, dan tentu saja menyiapkan
dana yang hendak Anda investasikan. Satuan reksadana dihitung berdasar unit penyertaan
(UP) dan nilai aktiva bersih (NAB). Semisal hari ini reksadana X harga NAB-nya Rp 1.300.
Anda berencana membeli 1.000 unit penyertaan. Maka Anda membutuhkan dana Rp. 1,3 juta
(plus komisi/fee).
Seandainya akhir tahun nanti harga NAB-nya Rp 1.500 dan Anda hendak mencairkan
reksadana Anda, maka keuntungan Anda sebesar Rp 200 ribu (minus komisi/fee/pajak).
Sebaliknya, andaikata harga NAB-nya turun jadi Rp 1.000, maka kerugian Anda jadi Rp 300
ribu (plus komisi/fee). Tiap tahun (atau tengah tahun), manajer investasi akan mengirimkan
Anda laporan investasi reksadana Anda. Laporan inilah yang menjadi bukti/konfirmasi atas
kepemilikan reksadana Anda.

Kalau mau ingin serius terjun ke dunia investasi, saya sebenarnya tidak terlalu menyarankan
reksadana sebagai komponen utama untuk investasi. Alasan pertama, faktor biaya yang tinggi
membuat kinerjanya jadi kurang optimal (saya pernah menulisnya di sini). Sebenarnya ada
alternatif yang bagus, yaitu reksadana indeks, namun pilihannya masih terbatas dan faktor
biayanya masih dipertanyakan. Alasan kedua, silakan Anda lihat daftar orang terkaya di
Indonesia (atau di dunia). Anda akan menemukan nama-nama orang kaya berkat saham,
properti, atau bisnis—tapi tidak dari reksadana.

Investasi Saham

Banyak orang membahasakan investasi saham sebagai trading saham—yang tak jarang hanya
mengandalkan rumor dan menggunakan margin yang tinggi. Tentu investasi model semacam
itu jelas tidak disarankan. Selain berisiko tinggi, bisa bikin jantungan dan mengancam
keharmonisan rumah tangga. Investasi saham yang dimaksud adalah investasi yang dilakukan
dengan terukur, dihitung berdasar valuasi yang baik, dan direncanakan dengan matang. Saya
lebih menyarankan pendekatan fundamental dan jangka panjang, bukan short-term trading
dan spekulasi.

Memulai investasi saham mirip dengan memulai investasi reksadana. Anda harus membuka
rekening di sekuritas terlebih dahulu sebelum bisa bertransaksi (lengkapnya bisa dilihat di
sini). Yang membedakan antara broker/sekuritas yang satu dengan yang lain biasanya pada
jenis layanan yang diberikan, biaya yang dibebankan kepada investor, dan pada kekuatan
modal (MKBD) yang dimiliki. Mirip seperti membuka rekening reksadana, Anda akan
diminta untuk mengisi formulir, membuka rekening dana investor (RDI), menyiapkan
fotokopi identitas, NPWP, dan berkas-berkas lainnya. Setelah rekening saham Anda aktif,
biasanya 3×24 jam, barulah Anda bisa menyetor dana (deposit) dan mulai melakukan
transaksi saham.

Belakangan ini, banyak broker/sekuritas memberikan layanan online trading yang murah dan
mudah diakses dari manapun. Anda juga bisa memulai investasi dengan modal awal yang
cukup rendah, mulai dari Rp 5-10 juta—walaupun pilihannya jadi lebih terbatas. Bagi
pemula, biasanya saya sarankan untuk memilih saham-saham blue chip (LQ45) yang solid.
Kalau masih bingung, Anda bisa meniru (mirroring) dari reksadana saham. Ambil salah satu
reksadana saham yang kinerjanya bagus, download prospektusnya, lihat komposisi isi
perutnya, lalu belilah saham-saham itu sesuai preferensi dan sikon Anda. Walaupun isinya
lebih berbasis historical data dan hanya meng-cover top holding saja, tapi setidaknya
informasi ini bisa memberikan Anda sedikit ‘clue.’

Berdasar pengalaman dari beberapa klien saya, selama Anda tidak memilih saham abal-abal
maka kinerja investasi Anda akan cukup memuaskan—jauh di atas bunga deposito. Bagi
mereka yang lebih advanced, saya biasanya menyarankan metode valuasi yang lebih
kompleks untuk melihat (spotting) saham-saham yang masih murah dan punya upside
potential bagus.
Investasi Emas

Saya pernah menulis buku tentang investasi emas beberapa tahun lalu tepat pada saat terjadi
krisis finansial 2008. Buku tersebut adalah salah satu buku pertama yang membahas tentang
emas—jauh sebelum hingar bingar soal kebun emas dan dinar emas. Di buku itu, saya tidak
menyarankan emas sebagai investasi ‘per se’, tetapi lebih sebagai diversifikasi dan hedging
risiko.

Saya bukan penggemar emas. Biasanya saya tidak menyarankan komposisi emas yang terlalu
besar dalam portofolio Anda—tak lebih dari 10-15%. Alasan pertama, emas hanya naik bila
didorong oleh faktor krisis, perang, bencana, dan catastrophe lainnya. Kedua, hasil trace
back ke belakang juga membuktikan bahwa emas masih kalah dari saham, reksadana, dan
properti. Dan terakhir, yang menurut saya paling penting, emas tidak memberikan cashflow
seperti halnya instrumen investasi yang lain. Anda hanya bisa merealisasikan profit investasi
emas Anda ketika Anda menjualnya lagi.

Bagi Anda yang tertarik berinvestasi emas, saya menyarankan untuk berinvestasi dalam
bentuk fisik. Anda bisa membelinya dari toko-toko emas atau dari Logam Mulia (PT Antam).
Beli emas secara legal dan lengkapi dengan dokumen (sertifikat) yang resmi. Simpanlah
dalam tempat yang aman atau sewa safe deposit box di bank. Saya tidak menyarankan
membeli emas dalam bentuk surat/sertifikat (buat apa?). Saya juga tidak menyarankan
membeli emas dengan mencicil/berhutang—karena emas bisa turun harganya. Saya juga
tidak menyarankan membeli lewat pihak ketiga semisal lewat MLM/arisan yang dibungkus
investasi emas.

Secara hitung-hitungan, lebih menguntungkan membeli dalam bentuk batangan/lantakan.


Pecahan yang kecil (50 gram atau yang lebih kecil) biasanya lebih “mahal” daripada pecahan
yang besar (di atas 50 gram), tetapi lebih mudah diperjualbelikan kembali karena pasarnya
lebih luas. Kalau Anda punya uang nganggur dan mau “menabung” emas tapi dana terbatas,
Anda bisa membeli dari pecahan terkecil 5 gram (sekitar Rp 3 juta). Ketika hendak menjual
kembali, akan lebih menguntungkan kalau Anda ketemu buyer langsung, seperti famili atau
teman kantor, daripada menjualnya ke toko emas.

Investasi Properti

Strategi berinvestasi di properti bisa dimulai dengan mencari rumah seken yang ada di
kisaran harga Rp 500 juta ke bawah (tergantung lokasi). Rumah di atas Rp 500 juta pasarnya
cenderung menyempit dan spesifik. Selain itu, rumah kelas Rp 500 juta ke bawah lebih pas
untuk disewakan bagi PNS atau pegawai kantoran yang baru menikah (keluarga muda).
Kalaupun Anda ingin menjualnya kembali, dengan harga segitu relatif tidak sulit bagi Anda
untuk menemukan pembeli.

Usahakan Anda bisa mematok biaya sewa 3-7% dari harga properti. Tergantung pada
wilayahnya, potensi naiknya harga properti (capital gain) berkisar antara 10-20% per tahun.
Kalau Anda menggunakan pembiayaan dari KPR untuk mendapatkan rumah tersebut, buat
perhitungan dan perencanaan yang matang. Hitung juga nilai dari bangunan rumah tersebut.
Harga tanah memang cenderung selalu naik, tapi nilai bangunan akan turun karena termakan
usia dan cuaca. Salah satu risiko yang harus diwaspadai ketika menyewakan rumah adalah
rumah menjadi tidak terurus dan banyak timbul kerusakan.
Ketika Anda hendak membeli rumah untuk disewakan, perhatikan bahwa harga yang diminta
penjual tidak selalu mencerminkan nilai sebuah rumah. Pintar-pintarlah menemukan barang
bagus dimana penjualnya sedang butuh uang (BU). Kalau untuk disewakan, usahakan
membeli properti yang harganya 70-80% dari harga pasar. Dalam membeli rumah untuk
disewakan, gunakan pertimbangan obyektifitas, jangan gunakan faktor like-dislike, karena toh
rumah tersebut tidak untuk Anda tinggali sendiri.

Faktor lokasi jelas sangat mempengaruhi sukses tidaknya berinvestasi di properti. Pastikan
Anda memilih kawasan yang sudah “hidup” dan ditinggali, bukan rumah kosong yang dibeli
spekulan. Pilih juga kawasan dengan fasilitas perbelanjaan, transportasi, dan sekolah/kampus
yang memadai. Kalau Anda membeli dari developer, pastikan juga track record developer
tersebut bisa dipercaya.

Oke, Selanjutnya Bagaimana?

Seperti slogan Nike, just do it! Mulailah segera. Tak usah terlalu banyak membuat
perhitungan yang terlalu njlimet di tahap-tahap awal. Sisihkan uang “dingin” yang Anda
punya, pilih salah satu instrumen yang Anda suka, lalu mulailah berinvestasi. Jangan takut
rugi. Mulailah dengan investasi yang bisa dilakukan dengan modal yang relatif kecil terlebih
dahulu. Anggaplah ini sebagai ongkos belajar. Daripada Anda bayar jutaan rupiah untuk
seminar yang tak jelas, lebih baik untuk belajar investasi langsung.

Jangan berharap return tinggi dalam waktu singkat, terutama di masa-masa awal Anda
berinvestasi. Kalau Anda mengharapkan return yang menakjubkan dalam tempo sekejap,
lebih baik Anda masuk ke partai dan melamar jadi bendahara umum atau makelar proyek.
Fokuslah pada proses pembelajaran, mengumpulkan pengetahuan serta pengalaman, dan
profit akan datang dengan sendirinya. Your purpose is to make mistakes, but in the right
direction.

Top-up investasi Anda agar terus bertumbuh, atau biasa juga disebut cost averaging, yaitu
secara periodik melakukan penambahan pada investasi Anda. Anggaplah seperti menabung.
Ada dua hal yang bisa dilakukan: (1) increase your income, dan/atau (2) live below your
means. Keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mendapatkan tambahan dana untuk bisa
diinvestasikan. Bedanya, live below your means punya limit bawah (pengeluaran Anda tak
mungkin nol, bukan?), sementara increase your income secara teknis tak punya limit
maksimal (Anda bisa punya penghasilan tak terbatas).

Lakukan fine tuning sambil jalan. Dalam perjalanannya, Anda akan ketemu dengan return,
fee, komisi, pajak, dan hal-hal menarik lainnya. Kalau dirasa kurang pas, Anda bisa
melakukan adjustment. Semisal komposisi reksadana Anda terlalu besar, maka Anda bisa
mencairkan sebagian untuk dipindahkan ke yang lain. Atau, semisal Anda terlalu banyak
komposisi di saham tertentu, Anda bisa memindahkan sebagian ke saham yang lain. Kalau
ada yang menawar properti Anda dengan harga tinggi, Anda bisa menjualnya untuk
dipindahkan ke instrumen lain—atau, lebih baik lagi, ditransfer ke rekening saya. :)

Bila Anda merasa terbantu dengan tulisan ini, silakan share via Twiter, Facebook, atau media
lainnya. Jangan lupa berlangganan untuk mendapatkan kiriman artikel via email. Bila ada
pertanyaan/komentar, jangan segan untuk hubungi saya.
Membuat Portofolio Investasi -
Part 1

Yuk berinvestasi, agar uang bekerja secara maksimal untuk kita. Lalu, bagaimana cara
membuat portofolio investasi? Simak panduan praktis berikut ini.

Sebuah portofolio investasi adalah kumpulan jenis-jenis investasi yang dimiliki oleh seorang
investor. Seringkali dikenal dengan nama keranjang investasi, gambarannya mirip sekali
dengan keranjang bahan makanan di supermarket.

Misalkan Anda mau membuat masakan Sayur Asam, maka apa saja bahan makanan yang
perlu Anda beli di supermarket? Dalam keranjang belanja, Anda mungkin membeli Jagung,
Labu Siam, Buah Melinjo, Kacang Panjang, dan Asam. Teman lain yang berasal dari
Makasar, mungkin menambahkan udang dan ikan dalam keranjang belanja untuk menambah
selera Sayur Asamnya.

Nah, portfolio investasi juga demikian. Seorang investor memiliki portofolio investasi untuk
memenuhi tujuan investasi, baik itu untuk Dana Pensiun, Dana Pendidikan, atau lainnya,
yang telah ditetapkan sebelumnya. Ia dapat memiliki investasi dalam bentuk kas di deposito,
investasi di reksadana, dan mungkin investasi di emas. Ada juga investor lain yang memiliki
investasi di deposito, investasi di obligasi, investasi di reksadana, dan investasi di saham.
Masing-masing investor dapat memiliki variasi dalam hal jenis investasi yang dimiliki dan
persentase kepemilikian dari total dana investasinya.

Secara umum, Anda perlu tahu ada 5 jenis investasi yang tersedia bagi investor ritel.
Produk-produk investasi yang tersedia bagi investor ritel dapat merupakan murni dari 1 jenis
investasi atau dapat merupakan campuran dari 2 jenis investasi dari tabel dibawah ini.

No Jenis Resiko Potensi Return Contoh Produk


1 Kas Rendah Rendah Tabungan, Deposito, Reksadana Pasar Uang
2 Obligasi Sedang Sedang ORI, Reksadana Pendapatan Tetap
3 Saham Tinggi Tinggi Saham, Reksadana Saham
4 Properti Sedang Sedang Tanah, Ruko,
5 Logam Mulia Sedang Sedang Emas

Jadi, jelaslah bahwa portofolio investasi merupakan kumpulan investasi seorang investor
dimana jenis dan alokasi jumlahnya dapat bervariasi dari investor A dengan investor B.

Tahapan-tahapan dari A-Z dalam membuat portofolio investasi?

Sebelum Anda berinvestasi, buatlah terlebih dahulu strategi investasi. Investasi yang sukses
membutuhkan perencanaan yang matang yang meliputi beberapa faktor berikut.

Pertama, kenali profil resiko Anda. Secara umum, investor terbagi menjadi tiga karakter
utama, yaitu konservatif, moderat, dan agresif. Apabila Anda selalu jantungan melihat nilai
investasi Anda naik turun dan menjadi tidak bisa tidur nyenyak, maka besar kemungkinan
Anda tergolong investor dengan profil resiko konservatif. Sedangkan, bila Anda tergolong
masih di usia produktif dan sangat ingin melihat nilai investasi Anda tumbuh diatas rata-rata
bunga deposito, maka besar kemungkinan Anda tergolong investor dengan profil resiko
agresif. Anda dapat mengetahui profil resiko di www.zapfin.com. Kenali siapa diri Anda
dan buatlah rencana investasi berdasarkan informasi ini.

Kedua, tentukan tujuan investasi Anda. Tujuan investasi sangat mempengaruhi berapa lama
uang tersebut perlu Anda kembang biakkan dan di produk yang mana.

Ketiga, tentukan berapa lama Anda berinvestasi. Semakin panjang waktu Anda
menempatkan dana tanpa digunakan untuk keperluan sehari-hari, maka Anda dapat
berinvestasi di produk yang lebih beresiko untuk mengharapkan tingkat imbal hasil (atau
return) yang lebih tinggi. Namun bila sebaliknya, maka Anda hanya memiliki kesempatan
berinvestasi di produk beresiko rendah dan cukup likuid.

Keempat, berapa banyak uang investasi Anda. Pisahkan terlebih dahulu sejumlah uang
untuk dijadikan Dana Darurat dan juga untuk simpanan kebutuhan sehari-hari. Investasi
merupakan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan nilai dari uang Anda. Artinya, jangan
pernah menginvestasikan seluruh uang Anda padahal Anda tidak punya simpanan untuk
hidup bulan ini dan bulan depan. Beberapa jenis investasi juga membutuhkan angka
minimum. Misalnya, bila dana investasi yang saat ini tersedia baru 2 juta, Anda mungkin
belum dapat ikut berinvestasi di Obligasi Ritel yang minimal investasinya 5 juta. Atau
investasi di properti misalnya butuh dana minimal diatas 100 juta.

Terakhir, sesuaikan produk investasi dengan tujuan-tujuan investasi Anda. Jangan ragu
untuk mencari bantuan dari perencana keuangan independen untuk mengolah strategi
investasi terutama untuk Anda yang masih pemula dalam berinvestasi.

Anda mungkin juga menyukai