Anda di halaman 1dari 11

Tanggal Percobaan : 23 April 2014

I. Tujuan
Tujuan dari praktek kali ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat dari koloid.
II. Dasar Teori
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
campuran kasar. Meskipun secara mikroskopis koloid tampak homogeny, tetapi koloid di
golongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabil dan
tidak dapat di saring. Ukuran partikel koloid terletak Antara 1nm – 100 nm. System koloid terdiri
atas terdispensi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispensi. Zat yang di dispensikan
disebut fase terdispensi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispensikan disebut
medium dispensi. Fase terdispensi bersifat diskontinu (terputus – putus), sedangkan medium
dispensi bersifat kontinu. (keenan, 1984)
Dalam campuran homogen dan stabil yang disebut larutan, molekul, atom, ataupun ion
disebarkan dalam suatu zat kedua, dengan cara yang agak mirip, materi koloid dapat di hamburkan
atau di sebarkan dalam suatu medium sinambung, sehingga dihasilkan suatu disperse (sebaran)
koloid atau sistem koloid , selai, mayones, tinta cina, semacam itu, partikel koloid dirujuk sebagai
zat terdispensi (tersebar) dan materi kontinu dalam partikel itu tersebar disebut zat pendispensi
atau medium pendispensi. (Arsyad, 2001)
Sifat – ifat yang dimiliki system koloid adalah sebagai berikut :
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Partikel koloid akan
memantulkan dan menghamburkan cahaya yang mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih
terang. Jika kemudian cahay ini ditangkap layar, cahaya pada layar tersebut tampak buram.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak tidak beraturan, gerak acak atau gerak zig - zag partikel koloid. Gerak
Brown terjadi karena beraturan tidak teratur partikel koloid dan medium pendispensi. Benturan
tersebut mengakibatkan partikel koloid bergetar dengan atrah yang tidak beraturan dan jarak yang
pendek.
3. Adsorpsi
Partikel koloid mampu menyerap molekul netral atau ion – ion pada permukaannya. Jika partikel
koloid menyerap ion bermuatan, kemudian ion – ion tersebut manempel pada permukaannya,
partikel koloid tersebut menjadi bermuatan. Penyerapan yang hanya terjadi dipermukaan saja
disebut adsorpsi atau penyerapan, sedangkan penyerapan yang terjadi diseluruh bagian disebut
adsorpsi.
4. Koagulasi
Koaguasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena kerusakan stabilitas sistem
koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga membentuk
partikel yang lebih besar koagulasi dapat terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan,
penambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena
elektroforesis.
5. Elektroforesis
Peristiwa bergeraknya partikel – partikel koloid ke salah satu electrode menunjukan bahwa
partikel koloid bermuatan listrik partikel – partikel kolid dapat bermuatan listrik karena terjadi
penyerapan ion pada permukaan partikel koloid.
6. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang di tambahkan pada sistem koloid lainnya agar
diperoleh koloid yang stabil.
7. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion – ion yang teradsorpsi sehingga ion –
ion tersebut dapat di hilangkan dan zat teradsorpsi terbebas dari ion – ion yang tidak di inginkan.
(Sutresna, 2007. 299-307)

III. Alat dan Bahan


Alat Jumlah Bahan Jumlah
Gelas Kimia 500 ml 2 Buah Garam dapur 10 gr
Tabung Sentrifuge 2 Buah HCL pekat Secukupnya
Corong 2 Buah Tawas 1-2 gr
Kertas Saring 2 Buah Air Susu Secukupnya
Pipet Tetes 2 Buah Aquadest Secukupnya
Senter 1 Buah
Erlenmeyer 2 Buah
Gelas ukur 20 ml 1 Buiah
Gelas Ukur 10 ml1 Buah
Alat Sentrifuge 1 Buah

IV. Cara Kerja


Pertama-tama disiapkan seluruh peralatan yang akan digunakan, setelah semua alat
disiapkan,lalu disiapakan 10 garam garam dapur dan dilarutkan dengan 10 mL akuades. Campuran
ini sebagai campuran (A). setelah itu disiapkan 100 mL susu cair, campuran ini sebagai campuran
(B). Kemudian campuran (A) dan (B) disinari dengan lampu senter, diamati jalannya sinar.
Percobaan selanjutnya, diambil 20 mL campuran (A) dan (B),lalu dilakukan penyaringan
terhadap masing-masing campuran secara terpisah dengan menggunakan kertas saring biasa.
Setelah itu diamati filtrat yang diperoleh dari masing-masing campuran.
Percobaan selanjutnya,disiapkan dua buah tabung sentrifuge. tabung pertama diisi dengan
campuran (A) dan tabung yang lain diisi dengan campuran (B) hingga tabung terisi sebanyak 7
mL. kemudian kedua tabung tersebut disentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 2000-3000
rpm. Lalu diamati perubahan yang terjadi.
Percobaan selanjutnya, diukur pH pada campuran (A) dan campuran (B). lalu pH dari
masing-masing campuran diturunkan sebanyak 2 satuan dengan cara ditambahkan HCl pekat.
Lalu diamati perubahan yang terjadi jika terjadi perubahan.
Percobaan terakhir, diambil 20 mL campuran (A) dan (B), lalu ditempatkan pada gelas
kimia secara terpisah. Kemudian ditambahkan tawas sebanyak 1-2 gram ke dalam campuran dan
didiamkan selama 20 menit. Terakhir, diamati perubahan yang terjadi jika ada perubahan.

V. Hasil Pengamatan

Perlakuan Campuran (A) Campuran (B) Gambar

Penyinaran Cahaya senter tembus, tidak Cahaya senter tidak tembus


dengan berwarna dan tidak terdapat (cahayanya tidak lurus)
senter partikel. “Gerak brown”.
Terjadi perubahan,
yang awal -nya
Penyaringa Tidak terjadi perubahan,
berwarna putih
n larutan tetap tidak berwarna.
menjadi putih
memudar.

Terjadi perubahan,
yang awalnya
berwarna putih pekat
Tidak terjadi perubahan,
Sentrifuge dan cair menjadi
larutan tetap tidak berwarna.
berwarna putih keruh
dan ada gumpalan
diatasnya “Koagulasi”
Terjadi perubahan pH
yang awalnya 5,
Terjadi perubahan pH yang berubah menjadi 3
awalnya 6, berubah menjadi setelah ditambahkan 3
Penambahan 4 setelah ditambahkan 1 tetes HCl pekat .
HCl pekat tetes HCl pekat. Namun Larutan pun berubah
pada larutan tidak terjadi menj adi dua fase
perubahan. diatas berupa endapan
dan dibawah berupa
larutan. “Koagulasi”
Terjadi perubahan,
setelah ditambahkan
tawas sebanyak 2g.
Tidak terjadi perubahan,
Larutan menjadi dua
Penambahan hanya saja terdapat terdapan
fase, partikel-
tawas tawas yang tidak larut
partikelnya terpisah
karena larutan lewat jenuh.
endapan diatas dan
larutannya dibawah.
“Elektroforesis”

VI. Pembahasan
Pada paraktikum kali ini membahas tentang sistem koloid. Koloid adalah suatu bentuk
campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran kasar. Meskipun secara
mikroskopis koloid tampak homogeny, tetapi koloid di golongkan ke dalam campuran heterogen.
Sifat-sifat umum yang membedakan sistem koloid dari larutan sejati dan dispersi kasar
antara lain adalah :
1. Besarnya partikel
Partikel koloid mempunyai diameter antara 1-100nM, tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Partikel dispersi kasar lebih besar dari 100nM.
2. Penyaringan
Dispersi kasar dapat disaring dengan kertas saring biasa, sedangkan larutan koloid tidak dapat
disaring dengan kertas saring biasa, tetapi oleh filter ultra, misalnya keramik halus.
3. Difusi
Karena besarnya koloid dan dispersi kasar, zat ini sukar berdifusi. Jadi berbeda dengan larutan
sejati yang mudah berdifusi.
4. Rupa
Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan sinar yang mengenai larutan. Gejala ini disebut
juga Efek Tyndall. Bila seberkas sinar dilewatkan dalam larutan sejati, semua sinar akan
diteruskan. Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan dalam larutan koloid, sebagian sinar
diserakkan dan sebagian diteruskan.
5. Luas Permukaan
Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan
partikel dari larutan sejati dengan massa yang sama. Atas dasar ini larutan koloid mempunyai daya
adsorpsi yang besar.
6. Muatan Listrik
Partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerupaan ion-ion dalam larutan.

Sifat-sifat koloid adalah sebagai berikut :


1. Sifat Koligatif
Sifat koligatif adalah kenaikan titik didih, penurunan titik beku, penurunan tekanan uap, dan
tekanan osmotik. Sifat ini bergantung pada jumlah partikel koloid, bukan pada jenisnya. Sifat
koligatif berguna untuk menghitung jumlah mol atau konsentrasi partikel koloid. Sifat ini
memberikan manfaat bagi organisme.
2. Sifat Optik
Ukuran partikel koloid agak besar, maka cahaya yang melewatinya akan dipantulkan. Arah
pantulan itu tidak teratur karena partikel tersebar secara acak sehingga pantulan cahaya itu
berhamburan ke segala arah.
3. Sifat Kinetik
Sebagai partikel yang bebas dalam mediumnya, partikel koloid selalu bergerak ke segala arah.
Gerakannya selalu lurus dan akan patah bila bertabrakan dengan partikel lain. Gerakan itu di sebut
gerakan Brown.
4. Adsorpsi
Pada permukaan partikel koloid, terdapat gaya Van Der Waals terhadap molekul atau ion di
sekitarnya. Melekatnya zat lain pada permukaan koloid itu disebut adsorpsi. Suatu koloid
umumnya hanya mengadsorpsi ion positif atau ion negatif saja. Ion yang teradsorpsi dapat
membentuk satu atau dua lapisan.
5. Sifat Listrik
Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang
diserapnya. Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan elektroda. Yang bermuatan
positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang bermuatan negatif tertarik
ke elektroda positif.
6. Koagulasi
Koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi, sehingga
partikelnya turun perlahan ke dasar bejana. Peristiwa ini disebut koagulasi (penggumpalan).
Sebelum melakukan percobaan, kami membuat larutan garam dan susu. Garam sebanyak
10 gram dilarutkan dalam 100 ml air dan menghasilkan larutan tidak berwarna. Sedangkan susu
berwarna putih. Pada percobaan pertama dilakukan penyenteran pada larutan garam dan susu. Pada
saat larutan garam di berikan cahaya senter maka cahaya tersebut dapat menembus larutan garam
dan cahaya diteruskan. Sedangkan pada susu, saat di beri penyinaran dari senter maka cahaya
tersebut tidak menembus susu.
Hal ini terjadi dikarenakan air garam bukanlah sistem koloid sehingga cahaya senter dapat
diteruskan sedangkan susu merupakan sistem koloid. Hal ini sesuai dengan sifat koloid yaitu Bila
seberkas sinar dilewatkan dalam larutan sejati, semua sinar akan diteruskan. Sedangkan bila
seberkas sinar dilewatkan dalam larutan koloid, sebagian sinar diserakkan dan sebagian diteruskan.
Susu merupakan sistem koloid yang terdiri dari fase terdispersi dan fase pendispersi cair yang
biasanya disebut dengan emulsi. Pada proses ini, terjadi sifat koloid berupa efek tyndall.
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel
koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi
hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
Apabila cahaya putih dilewatkan pada sistem dispersi koloid yang partikel-partikel fasa
terdispersinya sangat kecil maka cahaya tampak akan dihamburkan lebih banyak oleh partikel
koloidnya. Terjadinya efek Tyndall pada koloid dipengaruhi oleh sifat optik dan sifat kinetik yang
dimiliki oleh koloid. Sifat Optik Koloid : Ukuran partikel koloid yang lebih besar dari larutan sejati
sehingga cahaya yang melewatinya akan dipantulkan. Arah pantulan ini tidak teratur karena
partikel koloid tersebar secara acak sehingga pantulan cahaya tersebut berhamburan ke segala
arah.Sifat Kinetik Koloid : Sifat partikel koloid yang selalu bergerak ke segala arah. Gerakan
partikel koloid ini selalu lurus dan akan patah bila bertabrakan dengan partikel lain. Adanya sifat
optik dan kinetik pada koloid mengakibatkan koloid mengalami efek Tyndall. Seberkas cahaya
yang dilewatkan pada sistem koloid akan menunjukkan adanya hamburan cahaya ke segala arah.
Hamburan cahaya ini disebabkan karena partikel-partikel koloid yang tersebar secara acak akan
memantulkan cahaya yang melewatinya. Intensitas hamburan cahaya dipengaruhi oleh ukuran
partikel dan konsentrasi partikel koloid. Intensitas cahaya yang dihamburkan akan bertambah
dengan bertambahnya konsentrasi partikel dan ukuran partikel .Hal ini dapat diteliti lebih lanjut
dengan menggunakan mikroskop ultra. Pengamatan efek Tyndall yang dilakukan di bawah ultra
mikroskop menimbulkan bintik-bintik sangat kecil yang memancarkan sinar. Jadi, partikel-
partikel yang memancarkan sinar tersebut sangat kecil bahkan tidak tampak, tetapi yang tampak
adalah pantulan sinar dari partikel-partikel sinar tidak akan tampak. Hal ini dikarenakan partikel-
partikel koloid berada dalam keadaan ultra mikroskopik. Dapat disimpulkan bahwa efek Tyndall
terjadi karena partikel koloid akan menghamburkan cahaya yang diterimanya ke segala arah. Hal
ini tidak terjadi pada larutan sejati, karena partikel-partikelnya yang sangat kecil sehingga tidak
mengubah arah cahaya. Cahaya yang dilewatkan pada larutan sejati akan diteruskan.
Efek Tyndall merupakan salah satu dari sekian banyak sifat-sifat koloid. Untuk dapat
mengalami efek tyndall sebuah partikel koloid haruslah mempunyai ukuran yang cukup besar yaitu
sekitar 1 - 100 nm. Untuk dapat memiliki efek tyndall larutan koloid harus lah bersifat homogeny
Pada percobaan selanjutnya dilakukan penyaringan pada 20 ml larutan garam dan susu.
Dari hasil penyaringan tersebut diperoleh pada larutan garam tidak terjadi perubahan apapun
sedangkan pada susu setelah dilakukan penyaringan maka warna putihnya lebih pudar.
Percobaan selanjutnya yaitu melakukan proses sentrifuge pada larutan garam dan susu.
Setelah dilakukan proses sentrifuge pada larutan garam tidak terjadi apa-apa. Setelah
larutan susu dimasukkan ke dalam tabung centrifuge dengan kecepatan 2000rpm selama 15 menit,
dihasilkan larutan yang jernih dan endapan koloidnya di dasar tabung reaksi. Sentrifugal yaitu
gerak putar sentrifugasi yang menyebabkan partikel-partikel pada larutan saling berbenturan satu
sama lain yang sama relatif pendek. Prinsip centrifuge yaitu memisahkan partikel berdasarkan
berat jenisnya.
Dilakukan centrifuge ini dengan tujuan untuk mempercepat koagulasi. Seperti yang telah
diketahui sebelumnya, pada centrifuge ini menggunakan gaya sentrifugal yang menyebabkan gaya
gravitasi buatan yang besar sehingga memisahkan dan menarik endapan ke dasar tabung. Prinsip
centrifuge adalah memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya.
Percobaan selanjutnya yaitu dilakukan penambahan HCl pada larutan garam dan susu.
Sebelumnya, dengan menggunakan indikator universal diperoleh pH larutan garam yaitu 6. Setelah
penambahan HCl sebanyak satu tetes maka pH larutan garam turun menjadi 4. Setelah
penambahan HCl, pada larutan garam tidak terjadi perubahan apapun.
Sedangkan pada susu, pH sebelumnya adalah lima. Setelah penambahan tiga tetes larutan
HCl pekat pH nya berubah menjadi tiga. Selain itu terbentuk endapan-endapan putih pada susu.
Setelah penambahan HCl ke susu maka terbentuk endapan. Hal ini disebabkan emulsi susu akan
rusak(pecah) dengan adanya ion-ion H+ dari HCl. penurunan pH disebabkan karena HCl tergolong
asam kuat sehingga bila kepekatan ion hidrogen dalam larutan besar, maka larutan tersebut bersifat
asam dengan pH kurang dari 7. larutan pun jadi lebih bening daripada larutan induk. pH yang
berubah-ubah ini disebabkan karena sebagian partikel yang bebas dalam mediumnya. Partikel
koloid selalu bergerak ke segala arah. Sesuai dengan teori yang menyatakan terjadinya gerak
Brown. Selain itu, larutan juga memiliki daya adsorpsi yang besar, yaitu kemampuan untuk
menyerap ion-ion di sekitarnya. pada percobaan susu ditambah HCl ini terjadi sifat koloid yaitu
koagulasi.
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini
terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan
positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara
menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi
(menggumpal). Koagulasi dengan cara menetralkan muatan koloid dapat dilakukan pada
percobaan kali ini yaitu Penambahan Zat Elektrolit.
Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid tersebut akan
terkoagulasi. Contohnya seperti pada praktikum yang telah dilakukan diatas apabila susu bila
ditambah HCl, maka susu akan menggumpal.
Pada percobaan selanjutnya sebanyak 20 mL larutan garam dan susu ditambahkan dengan
satu gram tawas. Setelah didiamkan selama 20 menit tidak terjadi perubahan pada larutan garam
sedangkan pada susu terbentuk dua fase, yaitu fase endapan putih dan fase larutan yang berwarna
putih keruh.
Pada proses penjernihan susu dengan tawas ini terjadi sifat koloid yaitu koagulasi dan
absorpsi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya
sistem koloid; yang disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut.
Sedangkan absorpsi adalah proses ketika permukaan koloid menyertakan zat lain. Air sungai atau
air sumur yang keruh mungkin mengandung lumpur (sol tanah liat), zat-zat warna, detergen,
pestisida, dan lain-lain.
Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika
muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid
tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal).
Pada penambahan tawas, larutan menjadi sedikit lebih jernih dan terbentuk endapan di
dasar gelas kimia. Tawas memiliki kemampuan mengikat kotoran-kotoran dalam suatu zat cair
karena tawas akan membentuk aluminium hidroksida yang akan melepaskan ion positif Al3+
dalam air. Ion positif ini akan menetralkan ion-ion negatif koloid dalam larutan sehingga
penyerapan terhadap ion Al3+ mengakibatkan terjadinya koagulasi (penggumpalan) partikel
koloid hingga mengendap. Reaksinya :
Al2(SO4)3 + 6H2O → Al(OH)3 + 3H2SO4
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terbukti bahwa larutan garam bukanlah suatu
bentuk koloid sedangkan susu merupakan suatu bentuk koloid. Hal ini dikarenakan, pada saat
dilakukan percobaan pada larutan garam tidak terdapat sifat-sifat dari koloid sedangkan pada susu
terjadi perubahan-perubahan yaitu sifat-sifat koloid yang membuktikan bahwa susu merupakan
koloid. Pada percobaan penyinaran dengan senter terjadi sifat koloid berupa efek tyndall. Pada
proses sentrifuge dan penambahan HCl pekat terjadi sifat koloid berupa koagulasi. Pada percobaan
penambahan tawas terjadi sifat koloid berupa koagulasi dan absorbsi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. _____. Sistem koloid. Diakses pada 23 April 2014 pukul 20.00 melalui
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
Anonim. 2012. Efek tyndall pengertian dan definisi. Diakses pada 23 April 2014 pukul 20.25 melalui
http://kamusq.blogspot.com/2012/05/efek-tyndal-pengertian-dan-definisi.html
Anonim. 2013. Laporan kimia efek tyndall. Diakses pada 23 April 2014 pukul 20.30 melalui http://cuk-
ing.blogspot.com/2013/05/laporan-kimia-efek-tyndall.html
Choalilmu. 2010. Percobaan 5 kimia koloid. Diakses pada 23 April 2014 pukul 20.45 melalui
http://choalialmu89.blogspot.com/2010/10/percobaan-5-kimia-koloid-sifat.html
Mediapembelajarankimiainteraktif. 2009. Sistem koloid. Diakses pada 23 April 2014 pukul 20.10
melalui http://padmichem.blogspot.com/
Sarosa, Wirawan J. 2010. Super kimia SMA. Jakarta : PT Wahyumedia

Timlaboratoriumkimia. 2014. Modul praktikum kimia dasar II. Bandung : Fakultas Sains dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai