Anda di halaman 1dari 6

AKTIVITAS INHIBISI BAKTERI SALMONELLA TYPHI MENGGUNAKAN

EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis)

Nailal Husna

Pendidikan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Walisongo

Semarang

Email: nailalhusna.nh3@gmail.com

Abstrak

Tanaman sukun (Artocarpus altilis) merupakan tanaman yang keberadaannya sangat


banyak di Indonesia namun pemanfaatannya kurang optimal. Daun sukun (Artocarpus altilis)
adalah salah satu obat tradisional yang telah banyak dikenal masyarakat Indonesia.
Flavonoid, asam hidrosianat, asetilcolin, tannin, riboflavin, saponin, phenol, quercetin,
champerol dan kalium merupakan kandungan kimia daun sukun yang berkhasiat sebagai obat
penyakit seperti ginjal, jantung, tekanan darah tinggi, liver, pembesaran limpa, kencing
manis, asma, dan kanker. Salmonella typhi merupakan kuman batang Gram negatif, yang
tidak memiliki spora, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat intraseluler fakultatif dan
anerob fakultatif. S. typhi adalah strain bakteri yang menyebabkan terjadinya demam
tipoid, typhus, gastroenteritis (keracunan makanan) dan septicemia.

Kata kunci: Artocarpus altilis, Salmonella typhi, thypus, flavonoid

A. PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan pegangan bagi kehidupan umat Islam yang diwariskan
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup yang tetap dalam ridha Allah
SWT. Al-Qur’an berisi isyarat-isyarat kosmologis mengenai alam dan segala komponen
didalamnya, fenomena serta hukum-hukum baik yang disampaikan secara tersurat
maupun tersurat yang berguna untuk menguatkan keimanan umat Islam dan sebagai
petunjuk bagi seluruh hamba-Nya.
Allah menciptakan sesuatu pasti ada manfaatnya, namun pada kenyataannya
banyak orang yang belum atau bahkan tidak mengetahui kebesaran-Nya. Sebagaimana
firman Allah Surat Sad ayat 27,

Artinya: “dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka
celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”
Allah menciptakan tumbuhan dengan berbagai manfaat yang ada didalamnya, dari
akar, batang, daun, dan buahnya, baik ketika tumbuhan itu masih segar maupun ketika
sudah kering daunnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-An’am ayat 59

Artinya: “dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di
lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan
tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau
yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)".
Tanaman sukun termasuk kedalam genus Artocarpus dan spesiesnya adalah
Artocarpus altilis. Tanaman sukun merupakan tanaman yang keberadaannya sangat
banyak di Indonesia namun pemanfaatannya kurang optimal. Daun sukun (Artocarpus
altilis) adalah salah satu obat tradisional yang telah banyak dikenal masyarakat
Indonesia. Flavonoid, asam hidrosianat, asetilcolin, tannin, riboflavin, saponin, phenol,
quercetin, champerol dan kalium merupakan kandungan kimia daun sukun yang
berkhasiat sebagai obat penyakit seperti ginjal, jantung, tekanan darah tinggi, liver,
pembesaran limpa, kencing manis, asma, dan kanker.[1]

Berikut klasifikasi tanaman sukun (Artocarpus altilis):


Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus altilis[2]
Saponin mempunyai sifat seperti sabun atau deterjen, larut dalam air, lemak dan
pelarut polar. Saponin memiliki efek antibakteri yang dapat melakukan mekanisme
penghambatan dengan cara membentuk senyawa kompleks dengan membran sel melalui
ikatan hidrogen, sehingga dapat menghancurkan sifat permeabilitas dinding sel dan
akhirnya dapat menimbulkan kematian sel.
Tanin adalah senyawa polifenol. Tanin dapat larut dalam air maupun pelarut polar.
Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya adalah dengan
merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan
ikatan senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu
ikatan kompleks tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu
sendiri. Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein,
karena diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik.[3]
Salmonella typhi (S. typhi) disebut juga Salmonella choleraesuis serovar
typhi, Salmonella serovar typhi, Salmonella enterica serovar typhi. S. typhi adalah
strain bakteri yang menyebabkan terjadinya demam tipoid. Demam tipoid
merupakan penyakit infeksi serius serta merupakan penyakit endemis yang serta
menjadi masalah kesehatan global termasuk di Indonesia dan Negara-negara Asia
Tenggara seperti Malaysia dan Thailand.[4] Selain itu, S.typhi dapat menyebabkan
typhus, gastroenteritis (keracunan makanan) dan septicemia.

Bakteri Salmonella typhi pada pewarnaan Gram


S. typhi merupakan kuman batang Gram negatif, yang tidak memiliki spora,
bergerak dengan flagel peritrik, bersifat intraseluler fakultatif dan anerob fakultatif.
Ukurannya berkisar antara 0,7-1,5 X 2-5 pm, memilikiantigen somatik (O), antigen flagel
(H) dengan 2 fase dan antigen kapsul (Vi). Kuman ini tahan terhadap selenit dan natrium
deoksikolat yang dapat membunuh bakteri enterik lain, menghasilkan endotoksin, protein
invasin dan MRHA (Mannosa Resistant Haemaglutinin). S. typhi mampu bertahan hidup
selama beberapa bulan sampai setahun jika melekat dalam, tinja, mentega, susu, keju dan
air beku. S. typhi adalah parasit intraseluler fakultatif, yang dapat hidup dalam makrofag
dan menyebabkan gejala-gejala gastrointestinal hanya pada akhir perjalanan penyakit,
biasanya sesudah demam yang lama, bakteremia dan akhirnya lokalisasi infeksi dalam
jaringan limfoid submukosa usus kecil [5]
Bakteri ini masuk melalui mulut bersama makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri tersebut dan hanyut ke saluran pencernakan, apabila
bakteri berhasil mencapai usus halus dan masuk ke dalam tubuh mengakibatkan
terjadinya demam tipoid. Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh manusia, tubuh akan
berusaha untukmengeliminasinya. Tetapi bila bakteri dapat bertahan dan jumlah yang
masuk cukup banyak, maka bakteri akan berhasil mencapai usus halus dan berusaha
masuk ke dalam tubuh yang akhirnya dapat merangsang sel darah putih untuk
menghasilkan interleukin dan merangsang terjadinya gejala demam, perasaan lemah,
sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut, gangguan buang air besar serta
gejala lainnya.[6]

B. HASIL RISET SEBELUMNYA


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ningrum dkk, penghambatan
pertumbuhan bakteri disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak sawo
manila. Sawo manila mengandung zat aktif berupa flavonoid, saponin, dan tannin. Hasil
penelitiannya menunjukkan konsentrasi efektif untuk ekstrak buah sawo manila adalah
pada konsentrasi 75%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maharani dkk, daun sukun
(Artocarpus altilis) adalah salah satu obat tradisional yang telah dikenal masyarakat
Indonesia yang berkhasiat mengobati penyakit batu ginjal serta menganalisis zat aktif
(alkaloid, flavonoid, sterol, triterpenoid, glikosida steroid, fenolik, dan saponin).
Penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji fitokimia ekstrak methanol daun
sukun kering (Artocarcus alitis) mengandung alkaloid, flavonoid, tannin, fenol, dan
saponin.[7]
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akanni dkk, bahwa ekstrak methanol
Artocarpus altilis (A. altilis), Ficus exasperata (F. exasperata) lyang mempunyai hidroksil
ebih kuat dalam mengambil radikal DPPH dan aktivitas penghambatan terhadap
peroksidasi lipid dari Kigelia africana (K. africana). Aktivitas antioksidan yang tinggi
pada A. altilis dan F. exasperata mungkin timbul dari senyawa fenolik.[8]

C. GAGASAN BARU
Artocarpus altilis merupakan buah sumber karbohidrat yang penting dengan
berbagai kandungan senyawa organik yang berkhasiat sebagai obat tradisional. Tanaman
Artocarpus altilis ternyata tak hanya bagian buahnya saja yang dapat dimanfaatkan.
Seperti pada bagian lainnya selain buah, bagian batang, daun, akar hingga getahnya pun
sangat berkhasiat untuk mengobati atau menyembuhkan berbagai macam penyakit akut
maupun kronis sekalipun seperti batu ginjal, jantung, diabetes militus, kanker payudara,
penyakit kulit dan sakit gigi.
Analisis fitokimia senyawa aktif yang terkandung dalam daun sukun (Artocarpus
altilis) antara lain flavonoid, asam hidrosianat, asetilcolin, tannin, riboflavin, saponin,
phenol, quercetin, champerol dan kalium. Banyaknya senyawa aktif yang terkandung
menyebabkan khasiat yang dimiliki juga sangat banyak, terutama dalam penyembuhan
penyakit yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kami berusaha mengangkat gagasan/ide
mengenai “Aktivitas Inhibisi Bakteri Salmonella Typhi Menggunakan Ekstrak Daun
Sukun (Artocarpus Altilis)”.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman sukun (Artocarpus
altilis) terutama pada daunnya memiliki pengaruh dalam menghambat bakteri Salmonella
typhi yang menyebabkan penyakit typhus, gastroenteritis (keracunan makanan) dan
septicemia. Hal dapat kami ketahui melalui kandungan dari daun sukun yang telah diteliti
sebelumnya yang mengandung flavonoid, saponin, dan tannin yang dapat menghambat
bakteri.

E. DAFTAR PUSTAKA
[1] Suhardjo., Clara M.K. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius.
[2] Seibert, B. dan P.C.M. Jansen. 1997. Artocarpus J.R. dan G. Forster, dalam Verheij,
E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). Buah-buahan yang dapat dimakan. Sumber Daya
Nabati Asia Tenggara (PROSEA) 2: 87-91. Jakarta: Gramedia
[3]Ningrum, Hening Prihatin, dkk. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Sawo Manila Terhadap
E.coli dan Implemantasinya dalam Pembelajaran Peranan Bakteri. Pontianak: Program
Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan
[4] S., Darmawati. 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella Typhi. Vol.2. No.1.
Semarang: Analis Kesehatan FIKKES UNIMUS
[5] Cita, Yatnita Parama. 2011. Bakteri Salmonella Typhi Dan Demam Tifoid. Vol.6. No.l.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Jakarta-Timur: STIKes Istara Nusantara
[6] S., Darmawati. 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella Typhi. Vol.2. No.1.
Semarang: Analis Kesehatan FIKKES UNIMUS
[7] Maharani, Endang Tri Wahyuni, dkk. Uji Fitokimia Ekstrak Daun Sukun Kering
(Artocarpus altilis). Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang
[8]Akanni, Olubukola Oyebimpe, dkk. 2014. In Vitro studies To Assess The Antioxidative,
Radical Scavenging and Arginase Inhibitory Potentials Of Extracts From Artocarpus
altilis, Ficus exasperate and Kigelia africana. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine.Vol.4. Nigeria: University of Ibadan

Anda mungkin juga menyukai