Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wbs
Alhamdulillah, Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rabb
semesta alam, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan diskusi
“Eritroplakia” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga dicurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-
sahabatnya, Tabi’in, dan Tabiut Tabi’in. Beliau telah berjuang memperjuangkan
dan menegakkan islam sebagai Rahmatan lilalamin serta telah memberi contoh
tauladan yang baik dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Laporan diskusi ini masih jauh dari sempurna, karena manusia tempat
salah dan khilaf. Jika itu benar tentunya semua datangnya dari Allah SWT. Tapi
Insya Allah dengan kehadiran laporan ini sudah dapat bermanfaat sebesar-
besarnya bagi pembaca serta memberi tambahan ilmu dan wawasan untuk berpikir
secara luas. Kami menyadari laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami nanti dan hargai, demi
penyempurnaan untuk pembuatan laporan yang lebih baik nantinya. Untuk itu tak
lupa kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, Februari 2018

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2
II.1 Definisi dan Etiologi Eritroplakia ............................................ 6
II.2 Anatomi yang Terlibat ............................................................. 7
II.3 Tanda Eritroplakia ..................................................................... 8
II.4 Gambaran Klinis Eritroplakia ................................................... 8
II.5 Patogenesis Klinis Eritroplakia ............................................... 11
II.6 Diagnosa Banding Eritroplakia ............................................... 11
II.7 Penatalaksanaan Eritroplakia .................................................. 12
II.8 Prognosis Eritroplakia ............................................................. 13
BAB III PENUTUP ................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Lesi prekanker didefinisikan sebagai perubahan morfologi dari jaringan di


mana kanker cenderung terjadi, daripada di jaringan yang normal (Laporan dari
WHO ‘Meeting of Investigators on Histological Definision of Precancerous Lesions,
1972). Juga merupakan kondisi penyakit yang secara klinis belum menunjukkan
tanda-tanda yang mengarah pada lesi ganas namun di dalamnya sudah terjadi
perubahan-perubahan patologis yngg merupakan pertanda akan terjadinya
keganasan, yang termasuk lesi prekanker, yaitu leukoplakia dan eritroplakia.
Eritroplakia merupakan bercak putih di dalam bercak merah. Lesi prakanker
eritroplakia berpotensi lebih besar untuk menjadi karsinoma / keganasan daripada
lesi prakanker leukoplakia, walaupun eritroplakia jarang ditemukan. Frekuensi
leukoplakia yang berubah menjadi karsinoma adalah 3% sedangkan eritroplakia
yaitu 51%.
Keadaan prekanker merupakan keadaan umum yang berhubungan dengan
bertambahnya resiko terkena kanker (WHO; 1972), contohnya Actinic Keratosis,
Elastosis dan Cheilitis, Bowen’s Disease, Dysceratosis Congenita, Lichen Planus,
Carsinoma In Situ, Smokeless Tobacco Keratosis, Discoid Lupus
Eritematosus,Reaksi Lichenoid Drug Induction, Fibrosis Submukosa Rongga Mulut,
Proliferative Verrucous Leukoplakia, Stomatitis Nikotina, Kandidiasis.
Lesi pra-ganas adalah kondisi penyakit yang secara klinis belum
menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada lesi ganas, namun di dalamnya sudah
terjadi perubahan-perubahan patologis yang merupakan pertanda akan terjadinya
keganasan. Hal ini perlu diperhatikan mengingat pada umumnya kelainan yang
terjadi di dalam rongga mulut, terutama pada mukosa rongga mulut, kurang
mendapat perhatian karena lesi tersebut sama sekali tidak memberikan keluhan. Di
Asia Tenggara, frekuensi tumor ganas rongga mulut lebih tinggi bila dibandingkan
dengan negara lainnya di seluruh dunia. Keadaan yang demikian diduga ada
hubungannya dengan kebiasaan mengunyah tembakau yang dilakukan sebagian
masyarakat di kawasan Asia.

1
Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami
perubahan, karena lokasinya yang sering berhubungan dengan pengunyahan,
sehingga sering pula mengalami iritasi mekanis. Di samping itu, banyak perubahan
yang sering terjadi akibat adanya kelainan sistemik. Perlu diingat bahwa kelainan
yang terjadi pada umumnya memberikan gambaran yang mirip antara yang satu
dengan yang lainnya, sehingga dapat menimbulkan kesukaran dalam menentukan
diagnosis yang tepat. Untuk itu, diperlukan diagnosis banding, karena di antara
kelainan yang terjadi ada yang berpotensial menjadi maligna (keganasan).
Pemahaman mengenai pentingnya pendekatan patologik akan meningkatkan
kemampuan para dokter gigi pada era globalisasi. Ada beberapa macam lesi pra-
ganas rongga mulut, antara lain erithroplakia, carsinoma in situ, dan lai-lain. Tetapi,
lesi yang paling sering ditemukan pada rongga mulut adalah leukoplakia.
Lesi atau kelainan pada jaringan lunak rongga mulut sering kali didiagnosis
berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis yang singkat, tetapi sering kali
cara tersebut tidak tepat dan mengarah ke diagnosis yang tidak tepat sehingga
penatalaksanaannya pun tidak tepat. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena
lesi pada jaringan lunak rongga mulut mempunyai kemiripan manifestasi klinis
antara satu kelainan dengan kelainan lainnya. Ketepatan pemeriksaan klinis
memerlukan proses pendeskripsian lesi yang akurat untuk mengidentifikasikan
penyakit pada jaringan lunak rongga mulut maupun kulit, karena kebanyakan
kelainan yang menyerang jaringan lunak rongga mulut juga menyerang kulit.
Identifikasi lesi secara tepat membutuhkan pemahaman tentang anatomi jaringan
lunak rongga mulut dan lesi-lesi dasar.

EPITEL MUKOSA RONGGA MULUT


Berdasarkan struktur histologisnya, epitel/mukosa rongga mulut terbagi menjadi 2,
yaitu Epitel Rongga Mulut dan Lamina Propria
1. Struktur histologi
A. Epitel rongga mulut
Fungsi:
a. Sekresi,

2
b. Pertukaran gas dan absorpsi nutrisi dengan lingkungan,
c. Proteksi terhadap sinar UV, perlindungan fisik terhadap infeksi, dan
pigmentasi,
d. Ekskresi → mengeluarkan nitrogen,
e. Reseptor stimulus → sensasi kemotatik: penciuman & pengecapan
B. Struktur epitel rongga mulut adalah Stratified Squamous Epithelium
Stratified Squamous Epithelium
a. Terletak diatas membrana basalis,
b. Biasanya terdiri dari sel-sel squamous, seringkali terdiri dari sel-sel
polimorfik.
C. Sel-sel epitel rongga mulut
a. Keratinocyte, sel epitel mukosa rongga mulut (stratified epithelial cells) yang
mengalamidiferensiasi.
b. Non-keratinocyte, sel pigmen dendritik atau sel tipe lain dalam epitel secara
kolektif.
D. Stratifikasi epitel rongga mulut (dari arah luar ke dalam)
a. Stratum Korneum = Keratinized Layer: Sel terletak di permukaan, Sel
pipih, heksagonal & tidak berinti
b. Stratum Lusidum Tidak ada jika ada, tidak berkembang dengan baik
c. Stratum Granulosum = Granular Layer Sel paling besar & pipih Sel berinti
Sitoplasma granula keratohialin basofilik
d. Stratum Spinosum = Prickle Cells Layer Di atas sel basal, Bentuk sel
Polihidral, Berduri (Spiny) perlekatan antar sel, Sel berinti, masih terjadi
mitosis, dan bersama dengan stratum basale disebut Stratum Malpighi.
e. Stratum Basalis = Basal Cells Layer Melekat pada membrana basalis, Bentuk
sel silindris → Stratum Silindrikum, Sel berinti, dan pembelahan (mitosis) &
penggantian sel rusak atau mati → Stratum Germinativum.
Catatan: makin ke permukaan → sitoplasma lebih eosinofil.
E. Stratifikasi epitel rongga mulut
a. Lamina propia
b. Komponen lamina propia terdiri dari:

3
Serabut kolagen (collagenfibres), struktur tersusun tiga dimensi yang
menentukan:
- Stabilitas mekanik
- Mempertahankan bentuk dan ekstensibilitas jaringan Serabut elastik (elastic
fibers)
- jumlah sedikit
- bantu mempertahankan bentuk jaringan Serabut retikulin (reticulin fibers)
- mengikat serabut kolagen
- dominan pada membrana basalis
1.Sistem serabut tersebut berada dalam substansi dasar (matriks), yang terdiri dari:
a. Kompleks karbohidrat-protein
b. Fibroblas:
- sel yang bertanggung jawab pada sekresi
- serabut dan matriks
2. Saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfe
3. Papillary layer
a. serabut kolagen halus (Ø 0,3 - 3 μm) tersusun sebagai jaringan ikat kendor.
b. bagian atas: melekat pada membran basalis.
c. bagian lebih dalam: melekat pada reticuler layer
4. Retikuler layer →Serabut kolagen lebih kasar dan padat (Ø 10 - 40 μm).

SYARAT SUATU LESI DIKATAKAN SEBAGAI PRAGANAS


a. Ganas jika mengandung karsinoma: kemampuan metastasis yaitu kemampuan
untuk menyebar,
b. Inti sel lebih gelap,
c. Sitoplasma lebih kecil,
d. Sel basal tidak teratur,
e. Inti membelah tp sitoplasma tidak, dan
f. Displasia sel.
Eritroplakia didefinisikan sebagai bercak merah seperti beludru, menetap,
yang tidak dapat digolongkan secara klinis sebagai keadaan lain manapun. Bila

4
mengalami pembesaran, bercak akan berubah seperti kembang kol atau bunga
kaktus. Eritroplakia merupakan akibat daripenipisan membran mukosa. Eritroplakia
dapat terjadi di setiap tempat di rongga mulut, orofaring, dan dasar mulut. Merahnya
lesi adalah akibat dari atrofi mukosa yang menutupi submukosa yang banyak
vaskularisasinya. Tepi lesi biasanya berbatas jelas, bagian tengahnya rapuh dan
berbau. 90% dari eritoplakia akan menjadi kanker rongga mulut. Tidak ada
predileksi jenis kelamin dan paling sering mengenai pasien-pasien yang berusia di
atas 60 tahun.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Dan Etiologi Eritroplakia

Eritroplakia adalah plak merah yang tidak dapat didiagnosa sebagai suatu
penyakit spesifik dengan dasar analisa klinis. Eritroplakia juga didefinisikan sebagai
bercak merah seperti beludru, menetap, yang tidak dapat digolongkan secara klinis
sebagai keadaan lain apapun. Plak merah terang seperti velvet/ beludru, menetap
yang tidak dapat dikarakteristikan baik secara klinis maupun patologis sebagai
keadaan yang disebabkan faktor lain.
Merahnya lesi adalah akibat dari atrofi mukosa yang menutupi submukosa
yang banyak vaskularisasinya. Tepi lesi biasanya berbatas jelas. Tidak ada predileksi
jenis kelamin dan paling sering mengenai pasien-pasien yang berusia di atas 60
tahun. Sebagian besar dari eritroplakia didiagnosis secara histologis sebagai
displasia epitel atau lebih buruk yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
menjadi karsinoma. Seperti halnya lesi putih, diagnose eritroplasia lebih kearah
klinis daripada secara histologis

Etiologi
Eritroplakia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan noda
atau plak berwarna merah pada mukosa mulut yang tidak dapat dikerok dan tidak
dapat dicirikan secara klinis sebagai penyakit spesifik. Kebanyakan eritroplakia
berhubungan dengan kebiasaan merokok, meskipun alkohol, infeksi Candida invasif,
defisiensi hematinik (sindrom plummervinsion) dan trauma kronis juga berperan.
Tingkat perubahan eritroplakia menjadi keganasan kira-kira 5 dan 10 %. Meskipun
etiologi eryhroplakia tidak pasti, namun mayoritas kasus erythroplakia berhubungan
dengan perokok berat, dengan atau tanpa konsumsi alkohol. Pada umumnya
penyebab eritroplakia tidak pasti namun, ada kemungkinan disebabkan oleh
kebiasaan merokok, iritasi kronik, kandidiasis.

6
II.2 Anatomi Yang Terlibat

Eritroplakia dapat terjadi di setiap tempat di dalam mulut, tetapi paling sering
dalam lipatan mukobukal mandibula, orofaring, pilar tonsil, palatum lunak,
permukaan lateral dan ventral lidah, dan dasar mulut. Eritroplakia paling umum
dijumpai pada pasien-pasien perokok berat dan alkaholik. Sejumlah peneliti telah
membuktikan bahwa mayoritas dari lesi mulut sejenis ini, menunjukkan frekuensi
tinggi dari atipia seluler dan perubahan premaligna serta perubahan maligna.
Seperti halnya lesi putih mukosa, banyak keadaan yang mungkin di diagnose
atau diduga kuat sebagai dasar identifikasi bersamaan, sehubungan dengan yang
ditemukan. Walaupun analisa klinis dengan cermat telah dilakuakan, ada sedikit
kasus tanpa symptom, merah, plak seperti kain beludru yang tidak dapat di
identifikasi. Eritoplasia biasanya tanpa keluhan, walaupun ada keluhan seperti sakit
tidak berarti bertentangan dengan diagnose. Eritroplakia dapat terjadi di setiap
tempat di dalam mulut, tetapi paling sering dalam lipatan mukobukal mandibula,
orofaring dan dasar mulut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mayoritas kasus erythroplakia
(khususnya yang berada pada lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan anterior
tonsillar pillars) memperlihatkan frekuensi yang tinggi untuk perubahan
premalignant dan malignant.

7
II.3 Tanda Eritroplakia

Kebanyakan eritroplakia terjadi pada populasi paruh baya dan lansia. Setiap
daerah dalam rongga mulut, tetapi lebih sering dijumpai pada dasar mulut. Secara
klinis, eritroplakia melibatkan noda putih sehingga disebut leukoplakia berbintik.
II.4 Gambaran Klinis Eritroplakia

♦ Dapat terjadi di setiap tempat di dalam mulut tetapi paling sering didalam
lipatan mucobucal mandibula, orofaring dan dasar mulut.
♦ Lesi merah dengan diameter kurang dari 1.5 cm tapi diameter lebih dari 4 cm
pernah terlihat, lunak, bergelombang, dengan batas jelas, berkelok-kelok atau
lurus.
♦ Menurut Shafer dan Waldron (1975), hanya 8% dari 64 eritroplakia rongga
mulut yang terletak di mukosa bukal. Pada pasien dengan lichen planus dan
eritroplakia yang muncul bergantian, mukosa bukal ialah tempat favorit
serangan.

8
Bentuk klinis dari Eritroplakia :

Terdapat beberapa variasi klinis, namun belum ada klasifikasi yang diterima
secara global. Shear mendeskripsikan:
1) homogeneous erythroplakia, tampaknya merah rata.
2) erythroplakia interspersed with patches of leukoplakia, mempunyai bercak-
bercak merah yang bercampur dengan beberapa daerah leukoplakia
3) granular or speckled erythroplakia. mengandung bintik-bintik atau granula-
granula putih yang menyebar diseluruh lesinya.
Sebagian besar dari lesi ini berbentuk irreguler, dan beberapa mengandung
pulau mukosa normal yang berada di dalam area-area erythroplakia, fenomena ini
telah dihubungkan dengan persatuan dari sejumlah precancerous foci

Homogenous eritroplakia Granular eritroplakia

9
eritroleukoplakia

Erythroplakia umumnya muncul pada pria usia lanjut, sekitar usia 60-70
tahun. Umumnya terdapat pada dasar mulut, ventral lidah, palatum lunak, dan
tonsillar fauces, semuanya merupakan area utama untuk perkembangan carcinoma.
Multiple lesions dapat terjadi. Hampir semua lesi ini asimtomatik.

Gambaran Histopatologis
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa 80-90% kasus erythroplakia
merupakan severe epithelial dysplasia, carcinoma in situ, atau invasive carcinoma,
secara histopatologis. Pada satu penelitian, tidak ada satupun kasus erythroplakia
yang merupakan benign keratosis.

♦ Daerah kemerahan dalam mulut (eritroplakia) bisa terjadi jika lapisan mulut
menipis dan pembuluh darah terlihat lebih jelas daripada biasanya. Daerah
kemerahan maupun daerah keputihan bisa merupakan non-kanker (jinak),
prekanker maupun kanker (ganas).

10
♦ Gambaran histologi menunjukkan keadaan serius dari lesi ini, 10%
dinyatakan displasia dan karsinoma. Ada 50% invasi karsinoma, 40%
karsinoma in situ atau displasia berat, dan 9% displasia sedang dan ringan.

II.5 Patogenesis Eritroplakia

Terdapat sejumlah keadaan yang menghasilkan perubahan mukosa menjadi


merah. Merahnya lesi ini adalah akibat dari atrofi mukosa yang menutupi
submukosa yang banyak vaskularisasinya. Tepi lesi biasanya berbatas jelas. Tidak
ada predileksi jenis kelamin dan paling sering mengenai pasien berusia di atas 60
tahun.

II.6 Diagnosa Banding Eritroplakia

 Lichen planus
 Lupus eritematosus
 Kandidiasis erythematosus (atropik)
 Sarkoma kaposi
 Ecimosis
 Stomatitis kontak
 Malformasi vaskular
 Karsinoma sel squamous
 Geographic tongue/erythema migrans

Diagnosa Pembanding lainnya.


1) Erythematous candidiasis,
2) area iritasi mekanis,
3) denture stomatitis,
4) lesi vaskular, dan
5) beberapa variasi dari lesi inflamasi nonspesifik.
Dikarenakan warna kemerahan pada mukosa oral merupakan hal yang wajar,
maka area kemerahan erythroplakia seringkali tidak diindahkan oleh dokter gigi.
Diferensiasi erythroplakia dengan lesi inflamasi jinak mukosa oral dapat
dilakukan dengan menggunakan 1% solution of toluidine blue, secara topikal
dengan cara swab atau dibilas (kumur). Meskipun teknik ini kurang efektif pada
lesi keratotik, tetapi hasil untuk area dengan karsinoma awal (erythroplakic dan

11
lesi erythroplakic-leukoplakic) sangat baik, dengan hasil false-negative
underdiagnosis) dan false-positive (overdiagnosis).

II.7 Penatalaksanaan Eritroplakia

Melakukan diagnosis dengan baik, Biopsi daerah eritroplakia harus


dilakukan karena lesi dengan kemiripan gambaran klinis yang mirip dapat
mempunyai diagnosis histologis bermacam-macam, termasuk karsinoma. Sebagai
tambahan, adalah penting menentukan keparahan displasia epitel yang mungkin
terjadi.
Perawatan lesi pada stadium dini memberikan prognosa yang baik.
Perawatan itu antara lain dengan menghilangkan faktor iritan baik lokal maupun
sistemik, pemberian obat kortikosteroid, bedah eksisi, cautery, kuretase dan
cryotherapy.
Biopsy adalah keharusan untuk semua tipe eritroplakia, karena 91% dari
eritroplakia menunjukkan dysplasia yang parah, karsinoma in situ, karsinoma sel
skuamosa yang infasif. Pemeriksaan yang cermat dari seluruh rongga mulut juga
diperlukan. Karena 10-20% dari pasien-pasien ini akan mempunyai beberapa daerah
eritroplakia yang hebat, suatu fenomena yang dikenal sebagai field cancerization.
Biopsy adalah keharusan untuk semua tipe eritroplakia, karena 91% dari
eritroplakia menunjukkan dysplasia yang parah, karsinoma in situ, karsinoma sel
skuamosa yang invasive. Frekuansi tertinggi berkenaan dengan lokasi terjadinya
eritroplasia sama dengan kanker mulut, yang paling umum adalah dasar mulut, pilar
tonsil, palatum lunak, dan permukaan latera; dan ventral lidah. Eritroplakia paling
umum dijumpai pada pasien-pasien perokok berat dan alkoholik.

TATA LAKSANA
Tata laksana eritroplakia bergantung pada diagnosis yang tepat dari hasil
pemeriksaan histologis jika tidak ada displasia, tidak diperlukan perawatan hanya
dilakukan pengamatan periodik selama enam bulan sekali untuk mengetaui
perubahan klinis yang menunjukkan perlunya rebiopsi. Perawatan lesi dengan lesi
displasia bergantung pada keparahan displasia epitel. Pada leukoplakia dengan

12
displasia ringan dialkuakan perawatan konservatif dengan penekanan pada
menghilangkan kebiasaan meggunakan tembakau dan alkohol. Infeksi Candida
diatasi dengan terapi antijamur. Oleh karena itu, keberhasilan terapi ini masih
dipertanyakan. Biopsi ulang harus dilakukan setelah tiga bulan untuk menilai
pengaruh tindakan yang bertujuan mengoreksi faktor etiologi. Tinjauan jangka
panjang dengan interval enam bulan harus dilakukan. Peran sitologi eksfoliatif dan
biopsi sikat dalam memonitor lesi dan masih di copy dan kemungkinan bermanfaat
dikemudian hari. Lesi displasia sedang sampai parah harus ditangani dengan eksisi
untuk menghindari resiko terjadinya keganasan. Peran terapi foto dinamik
terlokalisir displasia parah dan karsinoma kecil sedang berkembang.
Terapi :
Tergantung dari diagnosis histologis yang dilakukan. Bila hasil biopsi
menunjukkan adanya displasia maka dianjurkan untuk melakukan eksisi total. Bila
masih dalam kasus ringan maka penyebab dari eritroplakia dihilangkan.

II.8 Prognosis Eritroplakia

Eritroplakia adalah salah satu tanda yang lebih buruk perkembangan kanker
dibandingkan dengan leukoplakia
Lesi-lesi erythroplakia dan leukoplakia mempunyai risiko untuk berubah
menjadi ganas, sehingga dibutuhkan perhatian untuk mengenal lesi-lesi ini. Akurasi
prediksi rendah terhadap lesi-lesi ini, namun lesi-lesi yang berisiko ini dapat menjadi
dasar untuk diagnosis dan rencana pengobatan. Faktor-faktor yang menyokong
terjadinya lesi-lesi ini antara lain merokok tembakau, alkohol, dan gangguan
genetik. Tingkat prediktor terbaik terhadap lesi yang berpotensi menjadi ganas
secara histologik dapat dilihat dari derajat displasia. Displasia merupakan
pertumbuhan tidak normal secara sitologik, dan dapat dijumpai pada sel-sel
prakanker maupun kanker. Lesi prakanker dibedakan dari kanker berdasarkan pada
invasi sel-sel tumor ke dalam stroma dan metastase atau penyebaran

13
BAB III

PENUTUP

Eritroplakia dapat terjadi di setiap tempat di dalam mulut, tetapi paling sering
dalam lipatan mukobukal mandibula, orofaring, pilar tonsil, palatum lunak,
permukaan lateral dan ventral lidah, dan dasar mulut. Eritroplakia paling umum
dijumpai pada pasien-pasien perokok berat dan alkaholik.
Lesi prakanker eritroplakia berpotensi lebih besar untuk menjadi karsinoma /
keganasan daripada lesi prakanker leukoplakia, walaupun eritroplakia jarang
ditemukan. Frekuensi leukoplakia yang berubah menjadi karsinoma adalah 3%
sedangkan eritroplakia yaitu 51%.
Deteksi lesi dini dalam rongga mulut adalah mengenali atau mencurigai lesi
pada stadium dini secara klinis dan mendiagnosa lesi pada kasus-kasus yang belum
menimbulakan keluhan atau masih pada tahap dapat ditoleransi. Pemeriksaan yang
paling menentukan untuk mendiagnosa lesi prekanker rongga mulut adalah dengan
melakukan pemeriksaan histopatologik.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberg MS, Glick M, Ship JA. 2008. Burkets Oral Medicine Diagnosis
and Treatment. 11th ed. New York: BC Decker Inc
2. Ibsen Olga, Plean JA. 2004. Oral Pathology for the Dental Hygienist. USA :
3. Elsevier
4. Pindborg JJ.1991. Kanker dan Prakanker Rongga Mulut. Alih bahasa : Lilian
5. Yuwono. Jakarta: EGC
6. Regezi, Sciubba, Jordan. 2003. Oral Pathology Clinical Pathology
Correlations Fourth Edition. Elsevier Science (USA): Penerbit Saunder
7. Scully, Crispian. 1999. Handbook of Oral Disease Diagnosis and
Management. Penerbit Martin Dunitz
8. Syafriadi, Mei. 2008. Patologi Mulut : Tumor Neoplastik dan Non
Neoplastik Rongga Mulut.Yogyakarta : Andi

15

Anda mungkin juga menyukai