SYARIAH
Tugas Akhir
Akuntansi dan Manajemen Keuangan Syariah
Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu sektor yang strategis bagi perekonomian suatu
negara. Perkembangan dan pertumbuhan suatu negara tidak terlepas dari peran
perbankan (Suta & Musa, 2003). Indoneisa saat ini masih menggunakan dua jenis bank
yaitu Bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional dan bank syariah
memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai lembaga perbankan yang menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan. Beda dengan bank konvensional yang menggunakan
metode bunga bank pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasil dan sistem
operasionalnya lebih mengutamakan syariah agama Islam.
Menurut Undang – undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan menjelaskan bahwa perbankan syariah merupakan segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan
bank syariah didefiniskan sebagai suatu lembaga perbankan yang dalam menjalankan
kegiatanya harus berlandaskan pada Al Qur’an, hadits, dan ijmak.
Bank syariah sebagai entitas yang berlandaskan pada prinsip – prinsip Islam tidak
menjamin terbebas dari tindakan fraud. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
pernyataan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menyebutkan bahwa pelaksanaan
kegiatan pada perbank syariah masih banyak terjadi fraud (Asworo, 2017.
www.kompasiana.com). Kasus fraud juga terjadi pada Bank Mandiri yang melibatkan
pihak internal bank dengan menggelapkan dan pemalsuan dokumen pada tahun 2014
(Kartika, www.megapolitan.kompas.com). Kasus fraud yang terkait gadai emas yang
dilakukan oleh BRI Syariah dan Bank Mega Syariah pada tahun 2014
(www.kompas.com). Fraud pada perbankan syariah tidak hanya terjadi di Indonesia,
tetapi juga terjadi di beberapa negara diantaranya kasus fraud pada Dubai Islamic Bank
tahun 2009 yang kehilangan uang sebesar US$ 300 (gulfnews.com).
Fraud atau kecurangan terjadi karena adanya suatu tekanan, kesempatan, sistem
yang lemah dan pembenaran atas tindakan fraud tersebut. Berdasarkan teori agensi,
fraud terjadi karena adanya asimetri informasi antara agent dengan principle. Asimetri
informasi itu sendiri disebabkan agent mengetahui informasi yang lebih mengenai
perusahaan daripada principle. Menurut Anugerah (2014) fraud terjadi dari level bawah,
1
pihak manajemen sampai pemilik. Perbankan syariah yang memiliki karakteristik
khusus, memilki risiko yang tinggi dalam pengelolaannya, sehingga prinsip kehati –
hatian dalam melaksanakan aspek kepatuhan syariah sangat diperlukan.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan upaya pencegahan kemungkinan
terjadinya fraud pada perbankan syariah. menurut (Sula, Alim, & Prasetyono, 2014)
menyatakan bahwa upaya pencegahan fraud dapat dilakukan dengan mengoptiimalkan
sistem pengawasan, startegi anti fraud,dan pelaksanaan audit kepatuhan entitas lembaga
syariah. Sedangkan menurut Tunggal (2010) pencegahan fraud dapat dilakukan dengan
mencipatakan budaya organisasi yang jujur dan memiliki etika yang bernilai tinggi.
Pengawasan merupakan suatu kegiatan menetapkan ukuran kinerja dan proses
pengambilan tindakan untuk mendukung tercapainya hasil yang diharapkan agar sesuai
dengan kinerja yang telah ditetapkan. Pengawasan pada perbankan syariah dilakukan
oleh Bank Indonesia (BI), Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah
(DPS). Bank Indonesia menurut Undang – undang No. 7 tahun 1998 bertugas sebagai
pembina dan pengawasan bank. Dewan Pengawas Syariah bertugas. Dewan Syariah
Nasional menurut Minarni (2013) bertugas untuk mengkaji, menggali, dan merumuskan
nilai serta prinsip – prinsip hukum syariah yang dikelurkan dalam bentuk fatwa untuk
dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di perbankan syariah. Dewan Pengawas
Syariah (DPS) merupakan pihak yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan prinsip
syariah dalam kegiatan bank syariah. Dewan Pengawas Syariah memiliki tugas untuk
mengawasi secara periodik lembaga keuangan syariah yang berada dibawah
pengawasannya (Yaya, Martawireja, & Abdurahim, 2013).
Strategi anti fraud menurut merupakan suatu kebjakan strategis yang diterapkan
melalui sistem pengendalian fraud. Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
No. 5 tahun 2016 mengenai pengendalian fraud dan penerapan strategi anti fraud
menyatakan bahwa strategi anti fraud terdiri dari pencegahan, deteksi, investigasi,
pelaporan dan sanksi, pemantauan, evaluasi dan tindak lanjut. Penerapan strategi anti
fraud disesuaikan dengan lingkungan perusahaan itu sendiri dan perlu dukungan dari
sumber daya yang memadai.
Menurut (Sula, Alim, & Prasetyono, 2014) audit kepatuahan syariah merupakan
salah satu upaya pencegahan fraud pada perbankan syariah. Audit kepatuhan syariah
adalah bentuk pengawasan dan evaluasi perbankan syariah yang dalam praktik
kegiatanya telah sesuai dengan prinsip dan aturan syariah.
2
Budaya organisasi merupakan suatu nilai, simbol, norma, ritual yang dianut oleh
anggota organisasi pada saat mereka berinteraksi (Robbins, 2002). Menurut (Goerge,
Jones, & Sharbrough, 2012) budaya organisasi antara suatu organisasi dengan organisasi
lain berbeda. Schein (1992) menyatakan bahwa secara implisit anggota suatu organisasi
yang memegang dan menentukan bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Analisis Determinasi Upaya Fraud Preventive Pada Perbankan Syariah”
2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh pengawasan, strategi anti fraud, audit kepatuhan syariah dan
budaya organisasi terhadap upaya fraud preventive?
3. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pengawasan, strategi anti fraud, audit kepatuhan
syariah dan budaya organisasi terhadap upaya fraud preventive
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TELAAH TEORI
1. Agency Theory
Teori agensi menurut Jensen & Meckling (1979) adalah teori yang menjelaskan
hubungan antara principle dengan dengan agent. Hubungan tersebut merupakan
kontrak antara satu orang atau lebih dengan memberikan wewenang kepada orang
lain dalam pengambilan keputusan agen tersebut.
Teori keagenan ini muncul karena adanya konflik kepentingan antara pinciple
dengan agent. Dalam teori ini diasumsikan tiap individu memiliki motivasi
kepentingan dirinya sendiri yang mengakibatkan timbulnya konflik kepentingan
antara principle dan agent. Principle memberikan wewenang kepada agent untuk
mengelola perusahaan dan berkewajiban untuk memberikan upah atau imbalan
kepada agent. Agent bertugas untuk mengelola perusahaan dan bertanggung jawab
kepada principle atas tugas yang dibebankan kepadanya.
Pemisahan antara priciple dengan agent yang terjadi pada teori agensi
menimbulkan agency problem. Pemisahan principle dan agent juga menimbulkan
terjadinya asimetri informasi. Asimetri informasi yaitu suatu kondisi dimana agent
memiliki akses informasi yang lebih daripada principle akan terjadi akibat adanya
pemisahan tersebut. Hal tersebut terjadi ketika agent memiliki lebih banyak
informasi internal dan propek dimasa depan daripada informasi yang diketahui oleh
principle (Anugerah, 2014).
B. TELAAH VARIABEL
1. Upaya Fraud Preventive
Fraud adalah suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-
orang dari dalam dan/atau luar organisasi dengan maksud untuk mendapatkan
4
keuntungan pribadi dan/atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak
lain (Setiawati, 2016). Fraud preventive adalah segala daya dan upaya untuk
menangkal perilaku potensial, mempersempit ruang gerak, dan mengidentifikasi
kegiatan yang berisiko tinggi terjadinya fraud. Peran utama pencegahan fraud
terletak pada pimpinan organisasi baik pada pimpinan tertinggi maupun pada setiap
lini organisasi.
2. Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan menetapkan ukuran kinerja dan proses
pengambilan tindakan untuk mendukung tercapainya hasil yang diharapkan agar
sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan. Pengawasan pada perbankan syariah
dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS). Bank Indonesia menurut Undang – undang No. 7 tahun
1998 bertugas sebagai pembina dan pengawasan bank. Dewan Pengawas Syariah
bertugas. Dewan Syariah Nasional menurut Minarni (2013) bertugas untuk mengkaji,
menggali, dan merumuskan nilai serta prinsip – prinsip hukum syariah yang
dikelurkan dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi di
perbankan syariah.
5. Budaya Organisasi
Budaya adalah norma-norma dan nilai – nilai yang mengarahkan perilaku
anggota organisasi. Budaya pada tingkat organisasional adalah seperangkat asumsi –
asumsi, keyakinan – keyakinan, nilai – nilai dan persepsi yang dimiliki para anggota
kelompok dan suatu organisasi yang membentuk dan mempengaruhi sikap dan
perilaku kelompok yang bersangkutan (Hofstede, 1994). Budaya dapat mendorong
terciptanya perilaku etis dan perilaku tidak etis. Budaya organisasi merupakan salah
satu faktor yang dapat mencegah terjadinya kecenderungan kecurangan dalam
organisasi.
C. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. Hubungan Pengawasan dengan Upaya Fraud Preventive
Menurut Ilhami (2009), pengawasan terhadap kepatuhan syariah merupakan
tindakan untuk memastikan bahwa prinsip syariah yang merupakan dasar bagi
operasional bank syariah telah diterapkan dengan tepat dan menyeluruh. Melalui
tindakan pengawasan diharapkan semua pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan
6
oleh bank-bank syariah tetap mendasarkan diri pada prinsip syariah. Adapun landasan
hukum positif mengenai pengawasan terdapat pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan Pasal 29 ayat 1 yang berbunyi “Pembinaan dan pengawasan bank
dilakukan oleh Bank Indonesia”. Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan juga memiliki andil dalam pengawasan. Dalam UU tersebut pada pasal
5 dijelaskan bahwa OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa
keuangan. Selain Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yang memiliki peran
pengawasan pada lembaga keuangan di Indonesia juga dilakukan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Menurut Shariah Enterprise
Therory (SET), semua tindakan yang dilakukan oleh lembaga syariah harus sesuai
dengan prinsip syariah yaitu membawa kemaslahatan bagi stakeholders, masyarakat,
dan lingkungan.
Penelitian yang telah dilakukan Sula, Alim & Prasetyono (2014) mengenai
hubungan antara pengawasan terhadap upaya fraud preventive menemukan bahwa
pengawasan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap upaya fraud preventive.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut:
H1: Pengawasan berpengaruh positif terhadap upaya fraud preventive
7
Audit kepatuhan syariah mengacu pada lembaga keuangan syariah itu sendiri
yang sudah melaksanakan kegiatannya sesuai aturan dan prinsip syariah. Oleh karena
itu setiap lembaga keuangan syariah wajib memenuhi unsur kepatuhan sesuai dengan
prinsip syariah yang telah ditetapkan. Upaya yang dilakukan dari audit kepatuhan
syariah terhadap upaya fraud preventive dapat dilakukan dengan peningkatan tingkat
pengawasan di antara auditor dalam pelaksanaannya dengan dasar-dasar hukum yang
telah ditetapkan dan dilakukan dengan standar yang ada. Pengawasan dalam lembaga
keuangan syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS melengkapi
tugas pengawasan yang diberikan oleh komisaris, dimana kepatuhan syariah semakin
penting untuk dilakukan dikarenakan adanya permintaan dari nasabag agar bersifat
inovatif dan berorientasi bisnis dalam menawarkan instrument dan produk baru serta
untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum klien.
Pelaksanaan fungsi kepatuhan harus menekankan pada peran aktif dari seluruh
elemen organisasi keparuhan dalam lembaga, yang terdiri dari Direktur yang
membawakan fungsi kepatuhan di Bank Islam, Kepala unit kepatuhan dan satuan
kerja kepatuhan untuk mengelola risiko kepatuhan. Kepatuhan merupakan tanggung
jawab bersama yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan bank, dari atasan sampai
dengan bawahan (top-down). Adanya kecenderungan tindakan fraud pada lembaga
keuangan syariah diharapkan mampu dikendalikan dengan adanya strategi anti fraud
yang efektif. Selain itu, system pengawasan pada lembaga keuangan syariah
diharapkan dapat dilakukan dengan maksimal oleh lembaga yang berwenang sehingga
kedua komponen selaras dengan standar audit kepatuhan syariah untuk upaya fraud
preventive.
Jensen & Meckling (1979) menjelaskan teori agensi, dimana terdapat hubungan
antara principle dengan agent. Hubungan tersebut merupakan kontrak antara satu
orang atau lebih dengan memberikan wewenang kepada orang lain dalam
pengambilan keputusan agent tersebut. Terjadinya suatu masalah adalah adanya
asimetri informasi dimana pihak agent atau lembaga keuangan syariah memiliki
informasi lebih banyak daripada pihak principle. Hal ini dapat memicu terjadinya
masalah berupa fraud, dimana pihak bank syariah melanggar prinsip syariah atau
aturan dengan melakukan praktik manajemen laba atau hal lainnya. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3: Audit kepatuhan syariah berpengaruh positif terhadap upaya fraud preventive
4. Hubungan Budaya Organisasi dengan Upaya Fraud Preventive
8
Adanya lingkungan yang lebih etis akan mendorong seseorang berperilaku etis
seperti karyawan akan lebih cenderung untuk melakukan atau menjalankan peraturan-
peraturan perusahaan sehingga kecenderungan kecurangan atau fraud dapat dicegah.
Penelitian yang dilakukan oleh Zelmiyanti & Anita (2015) membuktikan bahwa
perilaku etis memberikan pengaruh signifikan positif terhadap pencegahan
kecurangan di BPR Sumatera Barat. Semakin baik budaya organisasi maka semakin
meningkat pencegahan kecurangan. Bank wajib meningkatkan budaya organisasi
dalam mencegah kecurangan dalam meningkatkan kinerja bank, melindungi
kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan serta nilai-nilai etika (code of conduct) yang berlaku secara
umum pada industri perbankan. Tunggal (2010) menyatakan bahwa kecurangan dapat
dicegah dengan meningkatkan budaya organisasi yang dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan prinsip good corporate governance. Menurut Artini, Adiputra,
& Herawati (2014) budaya etis berpengaruh negatif dengan adanya kecenderungan
kecurangan. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Wilopo (2006) perilaku tidak etis
memberikan pengaruh yang signifikan positif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi pada perusahaan. Dengan demikian budaya organisasi menjadi salah satu
faktor yang dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam suatu organisasi.
Berdasarkan teori keagenan, agent (bawahan) akan memperoleh informasi yang
lebih banyak dibandingkan dengan principle. Budaya tidak etis yang dilakukan oleh
agent (bawahan) dapat menciptakan kecenderungan untuk melakukan tindakan fraud.
Sehingga pengaruh positif budaya organisasi yang berorientasi pada pekerjaan akan
meningkatkan upaya fraud preventive. Shariah Enterprise Theory (SET) juga
menjelaskan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan harus berlandaskan
hukum islam, sehingga SET lebih mementingkan stakeholder dan Allah SWT.
Sedangkan Allah SWT tidak menyukai adanya budaya tidak etis yang dapat
menimbulkan kecurangan atau fraud. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap upaya fraud preventive
D. MODEL PENELITIAN
Gambar 1
Model Penelitian
9
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
11
BAB IV
A. ANALISIS HASIL
1. Hubungan Pengawasan terhadap Upaya Fraud Preventive
Pengawasan terhadap kepatuhan syariah merupakan tindakan untuk memastikan
bahwa prinsip syariah yang merupakan pedoman dasar bagi operasional bank pada
bank syariah telah ditetapkan dengan tepat dan menyeluruh. Melalui tindakan
pengawasan diharapkan semua pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan oleh
bank-bank syariah tetap mendasarkan diri pada prinsip syariah. Bank Indonesia,
Otorisasi Jasa Keuangan (OJK), Dewan Syariah Nasional (DSN), dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) memiliki peranan dan wewenang dalam hal pengawasan
terhadap lembaga keuangan syariah. Kerjasama di antara empat lembaga tersebut
diharapkan memberikan pengaruh positif yang signifikan dalam upaya mencegah
peluang terjadinya tindakan fraud. Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat
dikatakan bahwa H1 diterima.
12
dalam perusahaan syariah. Hasil pembahasan tersebut menunjukkan bahwa penelitian
ini mendukung H3.
B. KESIMPULAN
Fraud secara umum didenisikan sebagai suatu kecurangan, sedangkan fraud
preventive meruapakan suatu upaya dan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi,
meniminalisir dan mempersempit potensi terjadi fraud. Berdasarkan agency theory
adanya pemisahan antara principle dan agent akan menimbulkan terjadinya asimetri
informasi, dimana hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya fraud. shariah enterprise
theory menjelaskan bahwa seluruh kegiatan yang dilakuakn oleh organiasai atau
perusahaan harus berlandasakan atas hukum – hukum Allah, dimana hukum syariah
tersebut yaitu jujur dan adil yang apabila diterapkan dapat mengurangi terjadinya fraud.
berdasarkan hasil analisis dan penelitia terdahulu mengenai pengaruh pengawasan,
strategi anti fraud, audit kepatuhan syariah dan budaya organiasai terhadap fraud di
lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan berdampak positif terhadap upaya fraud preventif pada lembaga
keuangan syariah. Penerapan pengawasan yang baik akan dapat mencegah dan
13
mengurangi terjadinya fraud. Semakin tinggi tingkat pengawasan yang dilakukan
menunjukan semkain tinggi pula upaya fraud preventive pada lembaga keuangan
syariah.
2. Strategi anti fraud berpengaruh positof terhadap upaya fraud preventif. Hal ini
menunjukan bahwa baik startegi anti fraud maka semakin baik upaya fraud
preventif pada lembaga keuangan syariah tersebut. Startegi anti fraud dapat
berjalan dengan baik apabila adanya program – program yang berkesinambungan
serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Audit kepatuhan syariah berpengaruh positif terhadap upaya fraud preventive
pada lembaga keuangan syariah. Audit kepauthan syariah merupakan penjamin
bahwa lembaga keuangan syriah tersebut dalam pelaksanaan kegiatannya telah
sesuai dengan ketentuan syariah. Hal tersebut dapat diartikan jika audit kepatuhan
syariah memiliki nilai yang tinggi makan upaya fraud preventive lembaga
keuangan syaria tersebut juga tinggi.
4. Budaya organisasi berpengrauh positif terhadap upaya fraud preventive. Hal ini
dapat diartika bahwa semakin tinggi penerapan budaya kejujuran dan integritas
penghargaan dan kualitas kerja serta pelayanan yang prima dan penghormatan
atas keterbukaan dan transparansi pada lembaga keuangan syariah maka betuk
upaya fraud preventive lembaga tersebut juga tinggi. Dimana adanya upaya fraud
preventive dapat mencegah, mengurangi dan meminimalisir terjadinya fraud.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah, R. (2014). Peranan Good Corporate Governance dalam Pencegahan Fraud. Jurnal
Akuntansi, 3(1), 101–113.
Arens, A, A., Elder, R, J., & Beasley, M, S. (2011). Auditing dan Pelayanan Verifikasi:
Pendekatan Terpadu, alih bahasa oleh Tim Dejakarta, edisi kesembilan. Jakarta: Indeks.
Goerge, J., Jones, G., & Sharbrough, W. (2012). Understanding and Managing Organizational
Behavior.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1979). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs, and Ownership Structure, 163–231. https://doi.org/10.1007/978-94-009-9257-3_8
Minarni. (2013). Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, dan Tata Kelola Lembaga
Keuangan Syariah. Jurnal Ekonomi Islam, VII, 29–40.
Schein, E. H. (1992). Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Jossey Bass.
Setiawati, R. (2016). Analisis Penerapan Surprise Audit dalam Upaya Pendeteksian Fraud
pada Bank Syariah ( Studi Pada Bank Syariah Mandiri ).
Shafii, Z., Ali, N. A. M., & Kasim, N. (2014). Shariah Audit in Islamic Banks: An Insight to
the Future Shariah Auditor Labour Market in Malaysia. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 145, 158–172. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.06.023
Sula, A. E., Alim, M. N., & Prasetyono. (2014). Pengawasan, Strategi Anti Fraud, dan Audit
Kepatuhan Syaariah sebagai Upaya Fraud Preventive pada Lembaga Keuangan Syariah.
JAFFA, 2(2), 91–100.
Suta, I. P. G. A., & Musa, S. (2003). Membedah Krisis Perbankan, Anatomi Krisis Dan
Penyehatan Perbankan. Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti.
15
Tunggal, A. W. (2010). Dasar-dasar Audit Internal Pedoman Untuk Auditor Baru. Jakarta:
Harvarindo.
Yaya, R., Martawireja, A. E., & Abdurahim, A. (2013). Akuntansi Perbankan Syariah: Teori
dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Zelmiyanti, R., & Anita, L. (2015). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Peran Auditor Internal
Terhadap Pencegahan Kecurangan Dengan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal
Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Akuntansi Keuangan Dan Bisnis, 8(10), 67–76.
16