Anda di halaman 1dari 11

P. CHOTIN, A. GIRET, J.-P. RAMPNOUX et al.

STUDI PEREKAHAN DI PULAU JAWA, INDONESIA

Oleh: Pierre CHOTIN*, Andre GIRET**, Jean-Paul RAMPNOUX***, Leopold RASPLUS****,


Suminta *****dan Sumarso PRIYOMARSONO*****

Kata Kunci : Patahan, Volkanisme, Pulau Jawa

Resumé : Analisis ”perekahan” di Pulau Jawa hasil studi lapangan dan bantuan citra landsat memperlihatkan
adanya suatu keteraturan populasi sesar-sesar mendatar dalam sistim konjugasi yang berarah N 030-050 di bagian
Barat dan N 030 dan N 070 di bagian Timur Jawa. Perilaku seperti demikian menyebabkan munculnya pusat-pusat
volkanik sepanjang mega-rekahan besar akibat tekanan submeredien pada Timur Laut - Barat Daya (NE-SW). Zona
sesar mendatar yang berarah N 070 terletak di bagian timur pulau Jawa ini mencirikan batas antara dua sistim
geodinamik yang berdekatan: - di bagian barat berupa sistim subduksi lempeng Indo-Australia di bawah lempeng Asia
dan sistim tumbukan lempeng Australia dengan busur Indonesia Timur di bagian Timur.

Pendahuluan

Pulau Jawa adalah salahsatu dari pulau-pulau Ke arah timur, berhadapan dengan Australia,
besar di kepulauan Sunda (Gambar 1) yang struktur-struktur menjadi rumit dengan adanya
membentang dari pulau Sumatera di barat hingga tumbukan antara busur Sunda dan benua
pulau Wetar di bagian timur. Pulau Jawa tersebut Australia.
berhadapan dengan samudera Hindia dan
samudera Australia. Di bagian barat kepulauan,
hunjaman lempeng Indo-Australia di bawah
lempeng Asiatik menyebabkan terbentuknya * = Dept. de geotectonique, Univ. Pierre et Marie- Curie,
zona-zona geomorfologi; dari selatan hingga 4, place Jussieu, 75230 Paris Cedex 05 et L.A. 215
utara adalah sebagai berikut: - bagian samudera **= Dept. de petrologie, Univ. Pierre et Marie-Curie, 4,
place Jussieu, 75230 Paris Cedex 05
dari lempeng yang terhunjam, - palung, - ***= Lab. de geologie structurale et appliquee, Univ. De
pematang luar Jawa yang disebut akresi, - Savoie, B.P. 1104, 73011 Chambery Cedex et L.A.215
cekungan luar depan busur, - busur volkanik ****= Lab. de geologie, Univ. De Tours, Parc Grandmont,
yang menyangga pulau-pulau Jawa dan 37200 Tours et L.A. 319
*****= LEMIGAS, Cipulir Tromol Pos 89, Jakarta,
Sumatera, laut Jawa di Utara (Karig, 1974). Indonesie.

Bull. Soc. Geol. Fr., 1984, no. 6


P. CHOTIN, A. GIRET, J.-P. RAMPNOUX et al.

Gambar 1. Peta yang menunjukkan letak Pulau Jawa di dalam busur Sunda

I. Tatanan Geologi

Kecuali tiga singkapan lapangan berumur Kapur berisikan endapan volkanik kuater dan sedimen
Atas – Paleogen yang terletak di barat daya dan kontinental. Disamping itu, sektor ini juga
bagian tengah, maka pulau Jawa disusun oleh merupakan sumbu volkanik aktual tempat
sekuen sedimenter, volkano-sedimenter dan kebanyakan berderetan gunungapi Jawa tipe
volkanik yang berumur dari Eosen hingga strato yang sejumlah besar di antaranya sangat
Kuarter. Berdasarkan peta geologi skala 1: aktif (Merapi, Bromo...). Kita sudah dapat
500.000 dari utara hingga selatan dapat melihat adanya (Gambar 2) asimetri antara
dibedakan tiga domain utama yang memanjang bagian Barat tempat gunungapi-gunungapi
sesuai dengan arah sumbu pulau: menyebar tidak beraturan dan bagian Timur
tempat gunungapi-gunungapi strato tersebar
- Sektor Utara yang berada sepanjang laut Jawa. beraturan dan tepat sepanjang sumbu volkanik;
Sektor ini terdiri dari terrain Tersier dan Kuarter,
detritik dan batugamping, terkadang - Sektor Selatan terletak sepanjang pesisir
volkanogenik, terlipat terutama di bagian timur, samudera India, tersusun oleh terrain Tersier
di daerah Cepu, merupakan sebuah zona terban (Oligosen hingga Pliosen) dan Kuarter, volkano-
(subsidence) di laut Jawa dan di selat Madura detritik dan batugamping, sedikit terlipat.
(Gambar 6); Kecuali daerah yang terletak antara Wates dan
Cilacap, maka sektor selatan tersebut pada
- Sektor Tengah yang menghampar dari Barat umumnya terangkat.
hingga Timur sejauh lebih dari 1000 km,
merupakan semacam lembah sentral heterogen,
mirip dengan lembah sentral Andes di Chili,

II. Metoda yang digunakan

1). Citra Landsat. Bagian utama studi perekahan 02143 dan 45, Madura: no. 1102 02093 dan 1444
di pulau Jawa ini dilakukan berdasarkan citra 02075, Jawa Timur: no. 1371 02033 dan 21177
Landsat. Cetakan-cetakan foto berikut telah 01265, Bali ; no. 30227 01481, Lombok : no.
dipelajari dengan menggunakan pseudo- 1333 01530. Kemudian dua band magnetik
stereoscopie: Jawa Barat: no. 2516021141 dan yang paling kaya akan informasi geologi (Jawa
43, Bandung: no. 2515 02082 dan 85, Jawa Tengah: no. 1067 02145 dan Jawa Timur: no.
Tengah: no. 21216 011468, Yogyakarta: no. 1067 1068 02204) telah ditampilkan dalam warna-

Bull. Soc. Geol. Fr., 1984, no. 6


P. CHOTIN, A. GIRET, J.-P. RAMPNOUX et al.

warna buatan, agar pengamatan lebih mudah. goresan-goresannya telah dianalisis sesuai
Semua kelurusan yang diamati secara rinci dengan metoda yang disempurnakan /
ditampilkan dalam Gambar 2 dan semua pusat- diinformatisasikan oleh Jacques Angelier (1979);
pusat volkanik, bahkan yang berdimensi kecil hasilnya ditampilkan dalam Gambar 4. Pada
diperlihatkan dalam Gambar 3. gambar tersebut, diagaram-diagram
menampilkan proyeksi-proyeksi (diagram
2). Autocorelation Optik (Leymarie, 1968 dan Schmidt, belahan bola bagian bawah) bidang-
1970). Pada prinsipnya cara ini bertujuan untuk bidang patahan dan goresan-goresannya, serta
menjelaskan hubungan geometrik khusus antara arah-arah regangan dan kompresi yang didapat
pusat-pusat emisi vulkanik dan kemudian dari dengan metoda sudut bidang dua (Angelier,
fakta-fakta tersebut dapat ditegaskan arah-arah 1979).
kelurusan yang mengendalikan volkanisme (lihat
box pada Gambar 3). 4). Geologi Umum. Studi lapangan serta analisis
mikropaleontologi adalah penting dilakukan
3). Pengukuran Mikrotektonik. Pada singkapan untuk mengerti dengan baik evolusi sedimenter
jika memungkinkan dapat dipelajari deformasi dan struktur pulau Jawa (Chotin dkk., 1983).
rapuh/brittle dari berbagai sektor; pengukuran-
pengukuran arah dan kemiringan sesar serta

III. Studi Arah-Arah Rekahan Besar dan Kelurusan-Kelurusan Volkanik Melalui Inderaja

1). Rekahan (Fracture). Studi citra Landsat Perkembangan sistim N 070 di Jawa Timur mirip
menghasilkan arah-arah utama kelurusan- dengan hipotesa-hipotesa yang dikemukakan
kelurusan berikut (Gambar 2): - Kelompok oleh Simanjuntak (1979) dan Untung dkk.
kelurusan pada N 025 – 050 dengan tiga puncak (1978) yang beranggapan adanya dua zona
pada N 030, N 040, N 050; - Kelompok geodinamik di Jawa. Bagian barat pulau Jawa,
kelurusan pada N 065 – 075 dengan sebuah terdiri dari terrain – terrain tua, yang menurut
puncak yang jelas pada N 070; - Suatu kelurusan pendapat kami, termasuk bagian dari lempeng
pada arah N 090; - Suatu kelompok kelurusan Asiatik. Bagian ini merupakan sebuah zona yang
pada N 110 – 140 dengan sebuah puncak pada N paling mengalami perekahan daripada bagian
130; - Suatu kelompok kelurusan pada N 160 – timur Jawa. Bagian timur tersebut adalah lebih
170 dengan sebuah puncak pada N 165; - Sebuah muda dan merupakan sebuah potongan tambahan
kelurusan pada arah N 000. pada pulau Jawa oleh perkembangan sebuah
busur volkanik pada Eosen (?) – Oligosen, di
Jika diamati dengan baik peta kelurusan depan benua asiatik. Selanjutnya, Formasi-
(Gambar 2) atau peta sintetik sederhana yang Formasi Miosen dan Plio-Kuater berkembang di
menampilkan struktur-struktur yang nyata dan pulau Jawa secara keseluruhan dan terutama di
paling penting (Gambar 3), dapat diketahui bagian timur. Demikian juga, bagian barat bisa
bahwa konsentrasi kelurusan-kelurusan adalah mengalami sekali atau beberapa kali perekahan
lebih banyak terdapat di bagian barat daripada di sebelum terbentuknya sesar-sesar dalam konteks
bagian timur. Dua roset arah dan sekaligus geodinamik aktual dari subduksi sepanjang busur
panjangnya telah dibuat: Sunda, sesar-sesar yang kelihatannya hanya
hadir di Timur.
- Di Jawa Barat (Gambar 2B), dapat
diamati sebuah seri puncak pada N 030,
040 dan 050 dan 090; sebuah seri 2). Gunungapi
lainnya pada N 110, N 120, N 130, N
165. terlihat adanya dispersi arah-arah Analisis autokorelasi optik tentang pusat-pusat
di daerah ini. volkanik menghasilkan berbagai arah-arah yang
- Di Jawa Timur (Gambar 2C), khusus: N 010 – 170, N 045, N 070 dan N 100 –
pengelompokkan lebih rapat; puncak- 110. Di sini terlihat suatu analogi tertentu
puncaknya terletak pada N 000, N 030, dengan arah-arah perekahan yang teramati di
N 045 dan terutama N 070, kemudian pulau Jawa ini. Arah N 010 – 170, terlihat baik di
N 110, N 135 dan N 165. bagian barat, berkemungkinan berkaitan dengan
jaringan perekahan yang sama teramati pada

Bull. Soc. Geol. Fr., 1984, no. 6


P. CHOTIN, A. GIRET, J.-P. RAMPNOUX et al.

citra Landsat. Arah N 100 – 110 berhubungan sesar-sesar terpadu dari arah melintang sumbu
terhadap kepanjangan rangkaian Gunungapi dan pulau Jawa. Arah kelurusan volkanik N 045
oleh Bahar dkk (1982), gunungapi-gunungapi mungkin berkaitan dengan sesar mendatar N 070
terletak dalam sebuah zona tengah Jawa tempat dan N 030 membatasi tepian asiatik purba
peregangan sejajar terhadap zona subduksi. (Chotin dkk, 1980). Arah N 070 juga kelihatan
Meskipun demikian keteraturan jelas kelihatan suatu arah kelurusan volkanik yang tersebar
dari pemencaran gunungapi, sumbu volkanik tidak beraturan di pulau Jawa.
Jawa bisa sebagai jajaran graben-graben
berbentuk belah ketupat, dibatasi oleh sistim

IV. Kontrol Lapangan Tentang Rekah-Rekah


”Grand Directions”

1). System Conjugated Fractures N 030-050 dan Pergeseran-pergerseran ini menimbulkan


N 130-165, dapat dijumpai hampir di semua dampak terhadap pantai Utara yang sama
tempat, tetapi terutama lebih terwakili dengan tingginya dengan Cirebon. Indikasi yang sama
baik di bagian Barat. Hal ini terlihat lebih jelas dapat dijumpai di daerah Jakarta. Argumen-
pada citra landsat daripada di lapangan. Dapat argumen ini, seperti pengukuran yang dilakukan
dikenal (Gambar 2 dan 3) tanpa memperhatikan di lapangan mengkonfirmasikan gerakan-
terlebih dahulu ciri-ciri sesar yang tepat, gerakan tersebut dan menunjukkan sebuah
keteraturan susunan, maka kemungkinan sesar tegangan (stress) maksimum dalam kompresi
mendatar conjugated terlihat sebagai morfologi yang agak membujur (meridien). Sistim
tertentu yang turun dari garis pantai, terutama di conjugated dari sesar-sesar mendatar bisa
daerah Cilacap tempat sesar-sesar tidak aktif berkaitan dengan perilaku aktual subduksi: arah
(istirahat) yang pada umumnya menunjukkan gerakan lempeng indo-australia terhadap Eurasia
bahwa sesar-sesar NW-SE adalah menganan dan di daerah tersebut mendekati N 026 (Bahar,
sesar-sesar NE-SW adalah mengiri. 1981). Sesar-sesar tertentu NW-SE aktif dan
dikontrol oleh aktifitas seismik (Priyantono dkk.,
1980).

Bull. Soc. Geol. Fr., 1984, no. 6


Gambar 2. Peta kelurusan-kelurusan pada Pulau Jawa yang diamati dari Citra Landsat. Titik-titik menggambarkan pusat-pusat emisi volkanik; diagram
pencar mewakili masing-masing arah-arah kelurusan di Barat dan di bagian Timur pulau Jawa
Gambar 3. Sintesis kelurusan-kelurusan utama di pulau Jawa. Lingkaran-lingkaran kecil hitam merupakan pusat-pusat emisi volkanik. Garis tebal putus-putus
mewakili zona sesar mendatar utama di pulau Jawa, dengan arah N 070. Diagram pencar (Rosette) merupakan kelurusan-kelurusan pusat-pusat emisi, didapat
dari autocorelasi optik.
Gambar 4. Hasil-hasil analisis mikrotektonik sepanjang zona patahan utama N 070, didapat dengan metoda
sudut dua bidang (Angelier, 1979). Proyeksi Schmidt, belahan bola bagian bawah; bidang-bidang sesar
ditampilkan oleh kurva-kurva, gores-gores sesar diwakili oleh titik-titik dengan dobel panah (sesar
mendatart); panah hitam mewakili arah kemungkinan kompresi.

2) Sistim conjugated N 030 dan N 070, Di dan batugamping Miosen menunjukkan arah N
bagian timur pulau Jawa, sistim konjugasi 040 untuk tingkat constraint kompresi. Arah
menyimpang ke arah Timur: N 030 untuk sesar- tersebut lebih berkaitan dengan arah subduksi
sesar menganan dan N 070 untuk sesar-sesar lempeng Indo-Australia yang berarah N 038
mengiri (Gambar 3). Arah yang terakhir ini (N (Bahar, 1981). Disamping itu, sesar-sesar
070). Di bagian timur pulau Jawa, sistim-sistim mendatar conjugated tersebut selaras dengan
conjugated menyebar ke arah Timur: N 030 kehadiran perlipatan yang berarah Timur – Barat
adalah arah sesar-sesar dekstral dan sesar-sesar yang mempengaruhi sekuen hingga Kuater di
sinistral berarah N 070 (Gambar 3). Arah N 070 Timur-Laut pulau Jawa (Gambar 5). Di lain
tersebut kelihatannya merupakan jejak struktur pihak, Chotin dkk (1983) telah membuktikan
utama Pulau Jawa; hal tersebut dapat diamati adanya hubungan yang erat antara kelurusan N
dengan baik pada citra-citra Landsat. 070 tersebut dan area-area sedimentasi yang
Pengukuran-pengukuran yang dilakukan di berkaitan dengannya. Zona tersebut relatif agak
lapangan (Gambar 4 dan 5) terhadap batunapal luas, memotong pulau Jawa.
Gambar 5. Peta struktur Jawa bagian tengah dibuat dari studi citra Landsat, diolah secara langsung dari pita
magnetik dalam warna-warni berubah-ubah dalam bandes 4, 5 dan 7
1 = kelurusan; 2 = batas dari perlapisan geologik; 3 = gunungapi, bundaran putih; 4 = menunjukkan pusat-
pusat emisi. Lingkaran-lingkaran besar menunjukkan medan stress sepanjang zona sesar utama N 070.

atas dua bagian yang jelas dan ia


berkemungkinan berdempet dengan batas purba 3) Sistim-Sistim Sesar Normal N 090 – 110,
(paleo-boundary) lempeng Asia sebelum sedikit jelas pada citra landsat, namun
berkembangnya franc dari busur vulkanik Sunda, \di lapangan dapat diamati terutama pada pantai
menurut arah berbeda Timur – Barat, pada Eosen samudera India antara Cilacap dan Wates,
(?) – Oligosen. Di sini tersingkap melange menerus ke arah cekungan depan busur. Pada
ofiolitik berumur Kapur – Tersier (Hamilton, sumbu tersebut berkaitan dengan kelurusan
1979) (Gambar 6), berkemungkinan umum gunungapi pada pulau Jawa dan
berhubungan dengan melange ofiolitik yang bisa autokorelasi optik menunjukkan sebagai arah
ditemukan di Tenggara pulau Kalimantan utama (Caisson Gambar 3).
(Arnaud-Vanneau, Chotin dkk., 1984). Pada
batas purba tersebut berkembang sesar-sesar 4) Accidents N 000. Accidents tersebut kelihatan
mendatar besar sinistral N 070, kemungkinan pada citra Landsat (Gambar 2) dan juga kelihatan
hasil tumbukan antara lempeng Indo-Australia pada autokorelasi optik sebagai sebuah arah
dan Eurasia. Arah tersebut tidak terpisah dalam utama (major) dari kelurusan pusat-pusat
Sunda dan di sana ditemukan pula sesar-sesar gunungapi. Hal tersebut dapat merupakan suatu
mendatar yang sama dimana busur Sunda masuk rekahan besar dari tension bisektris dari sesar-
dalam tumbukan dengan tepian benua Australia sesar mendatar conjugated N 030-050 dan N
di selat-selat yang terletak antara pulau-pulau 130-165, sepanjang mana magma asal
Wetar, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Flores dan dapur/kamar volkanik di bawahnya bisa naik.
juga Flores (Silver dkk., 1983) tempat struktur-
struktur berbeda dari bagian depan (frontale)
busur hingga bagian lateralnya.
Gambar 6. Skema struktural Pulau Jawa (Chotin dkk, 1980). 1 = melange ofiolitik (Kapur Atas – Tersier
Bawah); 2 = Antar busur Kuarter; 3 = deretan volkanik; 4 = zona perlipatan yang kelihatan; 5 = zona yang
umumnya amblas; 6 = zona yang umumnya terangkat; 7 = jejak bidang hunjaman aktual.

Kesimpulan

Studi ini direalisasikan berkat penginderaan jauh model pulau Jawa: diberikan suatu kompresi
dan pengukuran-pengukuran yang dilakukan in utara – selatan terhadap material, terbentuk suatu
situ terhadap beberapa jaringan sesar-sesar, chevauchement frontal, rekahan-rekahan tension
memperlihatkan kerumitan struktur-struktur yang radiales dalam kipas, sejajar terhadap gerakan
timbul dalam konteks subduksi dan tumbukan. yang diberikan, yang kemungkinan
Sehubungan dengan hal tersebut, dapat dikenal pengejawantahan dari sebuah sistim mendatar
ratusan susunan jaringan rekahan-rekahan; conjugated virtuel yang tidak muncul pada
-sistim conjugated N 030 – 050 dan N 130 – 165 model ( garis putus-putus Gambar 7), dan rekah-
di Barat, menyebar ke arah N 030 dan N 070 ke rekah tegak lurus pada gerakan, dari jenis
arah timur, mega-rekahan-rekahan dari tegangan extrados. Jika terjadi pergerakan naik magma,
N 000 dan berkemungkinan N 045 di timur hal tersebut akan terjadi mengikuti rekah-rekah
(Gambar 8). Di lain pihak, volkanisma aktif yang tegangan (tension) seperti teramati di pulau Jawa
terletak teratur yang dapat terlihat dari hasil (Gambar 8). Perlu hanya mengganggap satu arah
autokorelasi optik (cf. Infra); gununngapi yang kompresi yang bervariasi dari N 000 hingga N
umumnya membentuk suatu kelurusan adalah 045, sesuai dengan arah maju lempeng Indo-
merupakan sumbu terhadap pulau, pada dasarnya Australia dan bukanlah sebagaimana yang
terletak pada mega-rekahan dari tegangan N 000 dipikirkan oleh Bahar dkk. (1983), suatu zona
di barat dan N 045 di timur. Misalnya; Gunung ekstensif median dan dua zona kompresif
Merapi dan kerucut-kerucut anaknya (Gambar 5) masing-masing meriodional dan septentrional.
adalah probant. Dari cara tersebut, sesar-sesar mendatar
Sebuah model eksperimental yang sederhana conjugated, perlipatan dan kelurusan gunungapi
telah dicobakan pada pasir yang agak lembab dapat dimengerti sebagai hasil suatu tahap yang
untuk meyakinkan kohesi butiran (Gambar 7). sama dari constraint yang hanya terjadi karena
Hasilnya memberikan analogi yang mirip dengan mekanisme subduksi.
Gambar 7. Model tegasan yang dicobakan pada pasir yang agak lembab
1 = zona anjakan frontal; 2 = jendela tegasan; 3 = rekahan longitudinal;
4 = sesar mendatar konjugasi virtuel; 5 = arah tegasan yang diberikan

Gambar 8. Model Jawa


1 = depan subduksi; 2 = sesar mendatar; 3 = jendela tegasan; 4 = kelurusan volakanik;
5 = arah perkiraan untuk sumbu kompresi; 6 = arah gerakan lempeng Indo-australia.

References

ANGELLEH J. (1979). —'Neotectonique cle 1'arc BAHAR I. (1981). — Contrflle structural du


egeen. Sue. geol. fiord, publ., 3, 418 p. volcanisme indo-nesien (Sumatra-Java-Eali|. Mem.
DEA, Univ. Langue-doc, Montpellier, inedit.
ARNAUC-VANNEAU A., CHOTIK P., WEWEH P.
DE, RAMPNOUX J. P., RASPLUS L. et BAHAR I. ct -GIROD M. (1983). — ContrSle
PRIYONARSONO S. (1984). — 10' R&nn. Ann. Sc. structural du volcanisme indonesien (Sumatra-Ball) ;
Terrc, Bordeaux, p. 17. Livre en depOt a la S.G.F. application et critique de la methode de Nakamura.
Bull. Soc. geol. France, (7), t. XXV, n° 4, p. 615-621.
CHOTIN P., GIRET A., RAMPNOUX J. P.,
SUMARSO et SUMIMA (1980). — L'ile de Java, un
enregistrcur des moftve-menls lectoniijues a 1'aplomb
d'une zone de subduction. 'C. H. sotnm. Soc. geol.
France, n° 5, p. 175-177.

CHOTIN P., RASPLUS L., RAMPNOUX J. P.,


SUMJHTA et NUR HASJCM (1983). — Structure
decrochante majeure et Eedimenlalion associee dans la
partie centrale de File de Java (Indonfeie). Bull. Soc.
geol. France, (7), t. XXVI, p. 1259-1267.

HAMCLTON W. (1979). — Tectonics of the


Indonesian regions. U.S. Geol. Surv. Prof, paper, n° LEYMARIE P. (1970). — Contribution aux methodes
1078, 345 p. d'acquisi-tion, de representation et de traitement de
1'infor-mation en g4ologie. Sc. Terre, Nancy, n" 18,
KARIG D. E. (1974). — Evolution of arc systems in 170 p.
the western Pacific. Ann. Rev. Earth Planet. Sc., LE PICHON X., LYBERIS N., ANGELIER J. et
2, p. 51-75. RENARD V. (1982). — Strain distribution over the
east mediterranean ridge : a synthesis incorporating
LEYMARIE P. (1968). — Une mfetliode permettant new sea-beam data. Tectonophysics, 66, p. 243-274.
de rnettre en evidence le caractere ordonne de la
distribution de certains gttes mineraux. Application PRIYANTONO T., EFFENDI I. et BUEIONO K.
aux gisemenls du Massif Central frangais. Mineral (1980). — The earthquakes of 2 November 1979 and
Deposita, 3, p. 334-34,3. 16 April 1980 in the Garut and Tasikmalaya areas,
West-Java. Bull. Geol. Res. Dev. center, n° 3, p. 13-18.

SILVER E. A., REED D., MCCAFFREY R. et


JOYODIWIRYO Y, (1983). — Back-arc thrusting in
the eastern Sunda arc, Indonesia : a consequence of
arc-continent collision. /. Geol. Res. (sous presse).

SIMANDJUNTAK T. 0. (1979). — Sediment gravity


flow deposits in Pangandaran Cilacap region, south
west Java and their bearing on the tectonic
development of southwestern Indonesia. Bull. Geol.
Res. Dev. center, n° 2, p. 21-54.

UNTUNG M. (1978). In. : UNTUNG M. et SATO Y.


— Gravity and geological studies in Jawa, Indonesia.
Geol. Sure, Indonesia el Geol. Surv. Japan, spec, publ.,
n» 6, p. 7-70.

Anda mungkin juga menyukai