BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini
mengakibatkan sektor industri konstruksi membutuhkan tenaga kerja yang siap pakai.
Perusahaan-perusahaan saat ini dalam merekrut tenaga kerja lebih memprioritaskan
tenaga kerja yang memiliki kemampuan serta keterampilan dalam melaksanakan
pekerjaan konstruksi.
Politeknik merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi dengan salah satu
programnya yaitu program Diploma IV dengan waktu pendidikan selama 8 semester.
Sebagai Sarjana Sains Terapan, lulusan politeknik diharapkan dapat mampu bersaing
dengan lulusan perguruan tinggi (Strata 1) kejuruan teknik. Oleh karena itu Politeknik
diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, memiliki kemampuan,
cerdas, dan terampil dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
Mahasiswa Politeknik Negeri Manado Jurusan Teknik Sipil Program Studi D-IV
Konstruksi Bangunan Gedung pada semester VII diwajibkan mengikuti program Praktek
Kerja Lapangan (PKL) selama kurang lebih tiga bulan pada suatu proyek industri
konstruksi. Penempatan mahasiswa pada suatu proyek industri konstruksi tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan wawasan berpikir dan pengetahuan yang lebih luas.
Penulis sendiri mendapat tempat PKL yaitu pada proyek Rehabilitasi Sedang/Berat
Puskesmas Paniki Bawah. Puskesmas Paniki Bawah merupakan bangunan yang memiliki
fungsi sebagai pusat kesehatan masyarakat yang menunjang sarana dan prasarana medis
bagi penduduk yang berdomisili di seputaran wilayah Kecamatan Mapanget.
SAMPUL (COVER)
HALAMAN JUDUL
Lembar Pengesahan
Formulir/Lembar Asistensi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
3
Bab ini berisi tentang pokok pembahasan yang akan dibahas yaitu
metode pekerjaan proyek dan analisa data dari pekerjaan yang telah dilaksanakan
serta berisi pembahasan tugas khusus yang diberikan oleh Dosen Pembimbing
kepada Mahasiswa.
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
IDENTIFIKASI/GAMBARAN UMUM PROYEK
4
Berikut ini adalah gambaran umum singkat dari proyek Rehabilitasi Sedang/Berat
Puskesmas Paniki Bawah Manado.
a) Sebelah Utara : -
b) Sebelah Selatan : Jl. A.A. Maramis
c) Sebelah Barat : Rumah Dinas Dokter
d) Sebelah Timur : Kantor Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Manado
Dalam hal ini beberapa pihak ada yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah. Hubungan antar pihak pihak
dalam struktur organisasi proyek dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
OWNER
DINAS KESEHATAN
POLITEKNIK,,,,n
KOTA MANADO
KONTRAKTOR
PT. LIANDO BETON INDONESIA
CV. PARAMITHA
1. Hubungan Struktual
Hubungan ini adalah hubungan garis perintah dimana satu pihak berhak
memberikan perintah dan pihak lain berhak melaksanakannya selama perintah itu
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Hubungan Kontraktual
Hubungan ini adalah hubungan kontrak dimana pihak pihak diatas telah
membuat perjanjian sesuatu hal dan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum
didalam masing-masing kontrak. Dalam hal ini masing-masing pihak harus
6
menjalankan tugasnya sesuai isi perjanjian dan akan mendapat haknya sesuai yang
dijanjikan dalam kontrak.
3. Hubungan Koordinasi
Hubungan ini adalah hubungan kerja sama antara pihak-pihak yang memiliki
hubungan kerja, dalam hal ini hubungan koordinasi itu terjadi antara pihak
konsultan perencana dengan pihak konsultan pengawas. Mereka dapat melakukan
kerjasama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin terjadi
dilapangan.
PIMPINAN PROYEK
SUBKON ARSITEKTURAL
Shearwall : K300
6. Mutu Baja : Tulangan ∅ < 10mm = 240 MPa (polos)
Tulangan ∅ > 10mm = 400 MPa (ulir)
Adapun masalah yang diidentifikasi dari proyek yang sedang berjalan adalah
sebagai berikut :
Agar penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini lebih terarah, maka penulis
memberikan batasan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
BAB III
DASAR TEORI
Dalam laporan ini, pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang diamati adalah mulai
dari pekerjaan pendahuluan hingga pekerjaan struktur, sehingga pada bab ini pembahasan
akan lebih berfokus pada 2 tahap pokok yaitu pekerjaan pendahuluan dan pekerjaan
struktur.
c. Apakah ada peraturan lalu lintas atau peraturan daerah yang perlu
diperhatikan.
2. On Site Access
Di dalam lokasi sendiri, diperlukan juga jalan untuk transportasi dalam
lokasi dan pergerakan dari peralatan yang digunakan. On site access ini perlu
direncanakan sebaik-baiknya, terutama untuk menghindari gangguan yang ada di
dalam lokasi seperti :
a. Gangguan di atas ( over head obstruction)
b. Gangguan di permukaan tanah ( ground obstruction )
c. Gangguan di bawah tanah ( underground obstruction )
Beberapa contoh dari metode pembongkaran itu sendiri antara lain sebagai
berikut :
1. Metode Top Down Manual
Metode ini merupakan metode pembongkaran yang dimulai dari lantai atas
hingga dasar bangunan yang dimana disesuaikan dengan kondisi bangunan pada
lokasi penelitian. Dari metode ini digunakan peralatan sederhana seperti
jackhammer dan oxy-acetylene untuk menghancurkan elemen strukturnya secara
bertahap. Dalam pelaksanaannya metode ini membutuhkan ketelitian dari para
pekerja dalam menghancurkan tiap level. Metode ini banyak digunakan untuk
skala kecil.
3. Metode Mekanikal
Metode ini menggunakan peralatan mesin yang besar dengan
menghancurkan bangunan dari arah luar. Peralatan yang digunakan misalnya
pusher arm, wire rope, hydraulic crusher dan sebagainya. Umumnya, metode ini
diterapkan pada lokasi yang tidak terlalu ramai agar lebih mudah dalam proses
pembongkarannya.
Lahan pada lokasi proyek, perlu direncanakan sebaik- baiknya untuk keperluan
menampung dan mengatur seluruh kegiatan yang ada di lokasi meliputi:
a. Kantor- kantor ( Offices)
b. Gudang ( terbuka dan tertutup)
c. Barak kerja/ tempat fabrikasi
d. On site access
e. Fasilitas- fasilitas kerja lain
Bila lokasi proyek sangat terbatas, maka perlu pemanfaatan lahan lain yang
berdekatan atau bila terpaksa menggunakan lahan bangunan permanen secara sementara
dengan penjadwalan yang detail dan rinci, agar tidak terlalu mengganggu kelancaran
pekerjaan.
Luas dari Lantai Dasar lebih kecil dari luas lahan yang ada, sehingga ada
beberapa ruang kosong pada lahan tersebut yang tidak terkena oleh rencana pekerjaan
pembangunan gedung, maka lokasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk penempatan kantor
sementara untuk staff kontraktor proyek dan direksi, los kerja, gudang sementara akan
dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu kegiatan pembangunan. Lokasi yang
dipilih yaitu pada lokasi yang tidak terkena rencana bangunan, dengan pertimbangan
bahwa pembuatan kantor sementara tidak mengganggu jalannya pekerjaan pembangunan
proyek ini selesai hingga pekerjaan finishing.
Agar bangunan dapat diletakkan pada posisi yang diinginkan sesuai rencana
maka diperlukan pedoman- pedoman pengukuranberikut ini:
1. Pedoman titik koodinat, hal ini diambil dari “Bench Mark” (BM) yang ada
disekitar/ di dekat lokasi atau berpedoman pada bangunan yang telah ada.
2. Pedoman elevasi, untuk dapat menetapkan elevasi 0 untuk bangunan
tersebut.
Kedua pedoman tersebut harus selalu dijaga agar tidak mengalami perubahan dan
senantiasa harus dicek kembali, sampai dengan pedoman tersebut telah dipindahkan pada
17
bagian bangunan yang telah dilaksanakan, secara tetap. Adapun tahap-tahap pengukuran
dan pematokan yang mengacu pasa kedua pedoman diatas sebagai berikut:
3.2.1.5 Bouwplank
Bowplank terbuat dari kayu papan yang bagian atasnya rata dan dipakukan pada
patok kayu persegi ukuran 5/7cm yang tertanam di dalam tanah dengan kuat dan tegak.
Untuk menentukan ketinggian papan bouwplank agar datar (level) bagian atasnya, papan
bowplank harus diukur menggunakan alat sipat datar (waterpass), sedangkan untuk
mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran
18
ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis ukuran pada papan
bouwplank agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada
jarak 1,5 m dari As gedung dan dipasang sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok
(konstruksi bouwplank menerus), sesuai bentuk dan ukuran gedung.
Daya dukung bored pile diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing
capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau selimut
(friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara
bored pile dan tanah disekelilingnya. Bored pile berinteraksi dengan tanah untuk
menghasilkan daya dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada
struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu
penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam
penentuan kapasitas daya dukung bored pile yaitu dengan menggunakan metode statis dan
metode dinamis. Contoh tiang bor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
19
Jenis-jenis pondasi boresd pile dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Ada beberapa alasan digunakan pondasi tiang bor dalam konstruksi, yaitu :
1. Tiang bor tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
2. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
3. Tiang bor dapat dikerjakan sebelum penyelesaian tahapan selanjutnya dalam
konstruksi.
4. Proses pengerjaan tiang bor dapat menghindari kerusakan bangunan yang
ada disekitarnya.
5. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan
membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang sebelumnya
bergerak ke sampaing. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi tiang bor.
6. Selama pelaksanaan pondasi tiang bor tidak ada suara yang ditimbulkan oleh
alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang pancang.
7. Karena dasar dari tiang bor dapat diperbesar, hal ini memberikan ketahanan
yang besar untuk daya dukung.
8. Permukaan diatas dimana dasar tiang bor didirikan dapat diperiksa secara
langsung.
9. Pondasi tiang bor mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
10. Tidak ada kenaikan muka air tanah( MAT).
11. Tiang dapat dipasang sampai kedalaman yang dalam sekalipun.
12. Tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan dan
pemancangan.
Ditinjau dari segi pelaksanaanya pondasi tiang bor dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu :
1. Sistem Augering
Pada sistem ini selain augernya sendiri, untuk kondisi lapangan pada tanah
yang mudah longsor diperlukan casing atau bentonite slurry sebagai penahan
longsor. Penggunaan bentonite slurry untuk kondisi lapisan tanah yang
permeabilitasnya besar tidak disarankan, karena akan membuat banyak
terjadinya perembesan melalui lapangan permeable tersebut.
2. Sitem Grabbing
Pada penggunaan sistem ini diperlukan casing (continuous semirotary
motion casing) sebagai penahan kelongsoran. Casing tersebut dimasukkan ke
22
dalam tanah dengan cara ditekan sambil diputar. Sistem ini sebenarnya cocok
untuk semua kondisi tanah, tetapi yang paling sesuai adalah kondisi tanah yang
sulit ditembus.
3. Sistem Wash Boring
Pada system ini diperlukan casing sebagai penahan kelongsoran dan juga
pompa air untuk sirkulasi air yang dipakai untuk pengeboran. Sistem ini cocok
untuk kondisi tanah pasir lepas. Untuk jenis tiang bor ini perlu diberikan
tambahan tulangan praktis untuk penahan gaya lateral yang terjadi. Penulangan
minimum 2% dari luas penampang tiang.
1. Metode Kering
Pada metode kering hal pertama yang dilakukan adalah sumuran digali (dan
dasarnya dibentuk lonceng jika perlu). Kemudian sumuran diisi sebagian dengan
beton dan kerangka tulangan dipasang dan setelah itu sumuran telah selesai
dikerjakan. Kerangka tulangan tidak boleh dimasukkan sampai dasar sumuran
karena diperlukan pelindung beton minimum, tetapi kerangka tulangan boleh
diperpanjang sampai akhir mendekati kedalaman penuh dari pada hanya
mencapai kira – kira setengahnya saja.
Metode ini membutuhkan tanah tempat proyek yang tidak berlekuk (kohesif)
dan permukaan air di bawah dasar sumuran atau jika permeabilitasnya cukup
rendah, sumuran bisa digali (mungkin juga dipompa) dan dibeton sebelum
sumuran terisi air cukup banyak sehingga biasa mempengaruhi kekuatan beton.
Rangkaian pembuatan metode kering konstruksi pilar yang dibor dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
23
2. Metode Acuan
Pada metode ini acuan dipakai pada tempat – tempat proyek yang mungkin
terjadi lekukan atau deformasi lateral yang berlebihan terhadap rongga sumur
(sharf cavity). Casing diperlukan karena runtuhan tanah dapat terjadi. Dalam
kondisi tertentu casing harus dimasukkan dengan menggunakan alat penggetar
(vibrator). Perlu kita ingat bahwa sebelum casing dimasukkan, suatu adonan
spesi encer (slurry) digunakan untuk mempertahankan lubang. Setelah acuan
dipasang, adonan dikeluarkan dan sumur diperdalam hingga pada kedalaman
yang diperlukan dalam keadaan kering. Bergantung pada kebutuhan site dan
proyek, sumuran di bawah acuan akan dikurangi paling tidak sampai acuan
kadang – kadang 25 sampai 50 mm kurangnya untuk jarak bor tanah (auger) yang
lebih baik.
24
Acuan bisa saja ditinggalkan dalam sumuran atau bisa juga dikeluarkan jika
dibiarkan ditempat, maka ruangan melingkar antara acuan dan tanah (yang diisi
dengan adonan atau lumpur hasil pengeboran) diganti dengan adukan encer
(grout) maka adonan akan dipindahkan ke atas puncak sehingga rongga tersebut
diisi dengan adukan encer. Rangkaian pembuatan metode acuan konstruksi pilar
yang dibor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
3. Metode Adonan
Metode ini bisa diterapkan pada semua keadaan yang membutuhkan acuan.
Hal ini diperlukan jika tidak mungkin mendapatkan penahan air (water seal)
yang sesuai dengan acuan untuk menjaga agar air tidak masuk ke dalam rongga
sumuran (shaft cavity). Rangkaian pembuatan metode adonan konstruksi pilar
yang dibor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
25
Dalam perencanaan pondasi, pelat penutup tiang harus dilakukan dengan teliti
dan secermat mungkin. Setiap pondasi pelat penutup tiang harus mampu mendukung
beban sampai batas keamanan yang telah ditentukan, termasuk mendukung beban
maksimum yang mungkin terjadi.
Di dalam proyek suatu konstruksi, hal yang paling penting salah satunya adalah
pondasi dikarenakan berfungsi untuk meneruskan beban struktur di atasnya kelapisan
tanah di bawahnya. Ditinjau dari segi pelaksanaan, ada beberapa keadaan dimana kondisi
lingkungan tidak memungkinkan adanya pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kondisi
yang diasumsikan dalam perencanaan meskipun macam pondasi yang sesuai telah dipilih
dengan perencanaan yang memadai, serta struktur pondasi yang telah dipilih itu
dilengkapi dengan pertimbangan mengenai kondisi tanah pondasi dan batasan-batasan
struktur. Penutup tiang dipakai untuk mendistribusikan beban ke seluruh tiang.
Secara umum pelat penutup tiang merupakan elemen struktur yang berfungsi
untuk menyebarkan beban dari kolom ke tiang-tiang. Pemakaian pelat penutup tiang pada
suatu bangunan, apabila pondasi tiang dipancang pada tanah dasar pondasi yang
mempunyai nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh
pelat penutup tiang
Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah penutup tiang, yang
secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau
terlalu lebar, maka luas denah penutup tiang akan bertambah besar dan berakibat volume
beton menjadi bertambah besar sehingga biaya konstruksi membengkak.
Penutup tiang biasanya terbuat dari beton bertulang, perancangan penutup tiang
dilakukan dengan anggapan sebagai berikut :
2. Ujung atas tiang menggantung pada penutup tiang. Karena itu, tidak ada
momen lentur yang diakibatkan oleh penutup tiang ke tiang.
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata.
Tebal pelat penutup tiang dipengaruhi oleh tegangan geser ijin beton. Tegangan
geser harus dihitung pada potongan terkritis. Momen lentur pada pelat penutup tiang
harus dihitung dengan menganggap momen tersebut bekerja pada pusat tiang ke
permukaan kolom terdekat. Contoh susunan tiang-tiang dalam ptnutup tiang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
29
:
Gambar 3. 7 Bentuk Geometri Perancangan Pelat Penutup
Sumber : www.ilmutekniksipil.com,
Tiang diunduh Desember 2017
30
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Jenis
Konstruksi Beton Bertulang ini biasanya dibuat pada bangunan Rumah atau Gedung, dan
posisinya biasanya pada Lantai 1 atau Orang-orang biasa menyebutnya Lantai Dasar.
Inilah sebab nya mengapa kita jarang melihat bentuk sloof saat bangunan sudah “Berdiri”
tegak. walaupun bentuk sloof tidak terlihat tapi fungsi sloof sangat dibutuhkan dalam
suatu bangunan. Contoh sloof pada gambar berikut ini :
Gambar 3. 8 Sloof
Sumber : www.dreamarsitek.com, diunduh Desember 2017
Sloof adalah jenis konstruksi beton bertulang yang sengaja didisain khusus luas
penampang dan jumlah pembesiannya, disesuaikan dengan kebutuhan beban yang akan
dipikul oleh sloof tersebut nantinya.
Untuk menetukan luas penampang , dibutuhkan perhitungan teknis yang tepat
agar sloof tersebut nanti “benar-benar mampu” untuk memikul beban dinding bata
diatasnya nanti. Untuk itu ada baiknya kita menggunakan jasa konsultan untuk
menghitung dan mendisain dimensi sloof ini.
31
Sloof ini berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut
“berdiri” pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang
bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi retak atau pecah. Adapun fungsi sloof lainnya
adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pengikat kolom.
2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.
3. Menahan gaya beban dinding.
4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi lajur.
Pada masa pelaksanaan pemasangan kolom, tingkat akurasi diperlukan agar tidak
keluar dari gambar rencana. Seorang surveyor melakukan pengukuran agar semua detail
dapat tepat pada posisinya. Artinya kolom dipasang harus sesuai dengan gambar yang
telah dikeluarkan oleh konsultan perencana. Pihak pengawas akan terus mengawasi
selama proses pengerjaan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik
dan tepat sesuai dengan gambar rencana. Contoh konstruksi kolom pada gambar berikut
ini :
32
Di lain pihak, pekerja membuat rangkaian pembesian yang terdiri dari tulangan
utama dan sengkang diikat secara kokoh, baik itu ditempat atau pun diluar posisi kolom,
artinya terkadang rangkaian besi dibuat langsung di lokasi kolom yang telah ditetapkan
atau dirangkai terlebih dahulu diluar lokasi pemasangan. Semua pekerjaan ini juga harus
mengikuti detail yang telah disediakan pada gambar kerja. Selanjutnya setelah pembesian
berada pada lokasi yang telah ditentukan, maka dilakukan pemasangan bekisting.
Pekerjaan membongkar bekisting dilakukan setelah memenuhi persyaratan yang
ada, seperti sumur beton telah tercapai atau kekuatan beton telah terpenuhi. Untuk
mencapai kekuatan beton yang disarankan biasanya dilakukan pencampuran bahan
khusus agar proses pencapaian kekuatan dapat terpenuhi dalam waktu singkat. Sehingga
proses pekerjaan membuka bekisting dapat dilakukan dalam rentang waktu lebih cepat
tanpa mengurangi kekuatan kolom itu sendiri. Dengan demikian efisiensi waktu
pelaksanaan dapat dicapai dan pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu, hal ini dapat
menghemat biaya proyek secara signifikan. Semua pekerjaan diatas harus dilakukan
dengan tepat dan benar agar menghasilkan sebuah struktur yang kokoh.
Shear wall adalah jenis struktur dinding yang berbentuk beton bertulang yang
biasanya dirancang untuk menahan geser, gaya lateral akibat gempa bumi. Dengan adanya
Shear wall / dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan
terserap oleh dinding geser tersebut. Contoh konstruksi shear wall pada gambar berikut
ini :
1. Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian besar
beban gravitasi. Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding partisi antar
apartemen yang berdekatan.
2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana
beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini
dibangun diantara baris kolom.
3. Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat
dalam gedung, yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang
terletak di kawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi
pilihan ekonomis.
34
Fungsi shear wall / dinding geser ada dua , yaitu kekuatan dan kekakuan, artinya
:
1. Kekuatan
Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk
melawan kekuatan gempa horizontal. Ketika dinding geser cukup kuat, mereka
akan mentransfer gaya horizontal ini ke elemen berikutnya dalam jalur beban di
bawah mereka, seperti dinding geser lainnya, lantai, pondasi dinding, lembaran
atau footings.
2. Kekakuan
Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau
lantai di atas dari sisi - goyangan yang berlebihan. Ketika dinding geser cukup
kaku, mereka akan mencegah membingkai lantai dan atap anggota dari bergerak
dari mendukung mereka. Juga, bangunan yang cukup kaku biasanya akan
menderita kerusakan kurang nonstructural.
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas.
Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan
lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai
didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat
lantai ditentukan oleh :
Pelat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpass (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak kaki.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : beban yang harus didukung, besar lendutan yang
diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari
pelat lantai.
Pada pelat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri pelat) yang bekerja secara tetap dalam waktu
lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak diperhitungkan.
Contoh pelat pada gambar berikut ini :
36
1. Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan,
pergeseran. Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau
kombinasi dari kedua bahan dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok
37
anak sebagai pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang
besar.
2. Ibu tangga
Merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok yang berfungsi
untuk mendukung anak tangga.
3. Anak tangga
Anak tangga berfungsi sebagai bertumpunya telapak kaki, dibuat dengan
jarak yang sama dan selisih tinggi (trap) dibuat, supaya kaki yang melangkah
menjadi nyaman, enak untuk melangkah, bentuk anak tangga dapat divariasikan
sesuai selera pemilik atau arsiteknya.
4. Pagar tangga
Pagar tangga atau reilling tangga adalah bagian dari struktur tangga sebagai
pelindung yang diletakkan disamping sisi tangga dan di pasang pada/ diatas ibu
tangga untuk melindungi agar orang tidak terpelosok jatuh. Pagar tangga dapat
dibuat dengan macam - macam variasi agar lebih artistik dan pada lantai tingkat
disekitar lubang tangga harus dipasang juga pagar pengaman agar penghuni tidak
terjerumus jatuh.
5. Penggunaan tangga
Merupakan batang yang di pasang sepanjang anak tangga untuk
bertumpunya tangan agar orang turun naik tangga merasa lebih aman, pegangan
tangga bertumpu pada tiang - tiang tangga yang tertanam kuat pada ibu tangga.
6. Bordes
Adalah pelat datar diantara anak - anak tangga sebagai tempat beristirahat
sejenak, bordes di pasang pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang
berbelok. Untuk rumah tinggal, lebar bordes antara 80 - 100 cm dan untuk
bangunan umum, lebar bordesnya dibuat antara 120 - 200 cm.
38
Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa supply
chain merupakan keterlibatan jaringan organisasi dari organisasi hulu sampai hilir yang
melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang bernilai sampai pada
pelanggan terakhir. Rangkaian hubungan customer-supplier tersebut terjadi dalam suatu
rentang proses perubahan material, dimulai dari tahapan material alam hingga produk
39
akhirnya mencapai pengguna akhir, bagaikan suatu rangkaian mata rantai yang
terhubungan secara linier. Namun bentuk supply chain dalam konteks bisnis yang
sesungguhnya memiliki bentuk yang kompleks. Kompleksitas hubungan tersebut, terjadi
karena suatu perusahaan tertentu memiliki hubungan ke hulu dengan beberapa supplier-
nya (multiple suppliers), dan ke hilir dengan beberapa customer-nya (mutiple customers).
Di dalam suatu supply chain terdapat sistem pasokan yang harus didefinisikan, dirancang,
dan diimplementasikan untuk mendapatkan aliran material, informasi dan dana yang
efektif.
Dengan model-model yang dikemukakan oleh peneliti supply chain dalam industri
konstruksi, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari supply chain konstruksi,
yaitu:
Karakteristik produknya unik – produk konstruksi bangunan pada umumnya
dibuat berdasarkan permintaan tertentu (custom made product). Dengan
demikian tidak ada satu pun produk konstruksi yang sama - walaupun hal ini
tergantung pada tingkatan mana melihatnya.
Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara (temporary organization).
Suatu rangkaian supply chain yang terbentuk yang menghasilkan produk
konstruksi, akan berakhir ketika selesai masa produksi.
Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses produksinya
berlangsung di site konstruksi (in site production). Hal ini juga memberikan
kontribusi terhadap keunikan produk konstruksi, karena pada proyek yang
sama, baik kondisi fisik (kondisi tanah, pengaruh cuaca, dll) maupun non fisik
(regulasi yang berlaku, kondisi lalulintas, dll) yang mempengaruhinya tidak
akan pernah sama.
In site production dan off site production. Terjadinya produksi di dalam site
konstruksi (in site production), telah membagi dua batasan proses yang terjadi
dalam produksi konstruksi.
Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali, sehingga terdapat
ketidakpastian yang tinggi dalam konstruksi.
yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen hubungan terhadap organisasi yang
terlibat dalam suatu susunan supply chain yang menghasilkan produk konstruksi tertentu.
Dengan demikian sangatlah perlu dilakukan pengelolaan supply chain yang baik sehingga
dapat mengurangi kesia-siaan (ketidakefisienan) dan optimalisasi pencapaian value dalam
supply chain-nya, agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
memberikan kepuasan pada pelanggan.
42
BAB IV
PEMBAHASAN
6. Semen
Semen digunakan sebagai bahan utama campuran beton. Penggunaan beton
yang dicampur manual karena pengecoran yang dilakukan volumenya sedikit.
7. Batu Pecah
Batu pecah digunakan dalam campuran beton untuk memperkuat beton.
1. Excavator
Alat yang digunakan untuk membongkar bangunan lama dan alat yang
digunakan dalam pengerjaan galian dan timbunan.
2. Mesin Bor
Mesin bor digunakan untuk membuat lubang galian tanah pada pekerjaan pile
bored.
3. Alkon
Alkon merupakan alat yang digunakan untuk menghisap dan membuang air
dan lumpur yang ada pada lubang galian.
4. Truk
Alat pengangkut material dari toko atau produsen material ke lokasi proyek.
5. Molen
Alat yang digunakan untuk membantu pencampuran material menjadi beton.
6. Alat Potong
Alat potong yang digunakan adalah cutting wheel dan gurinda. Alat-alat ini
digunakan untuk memotong material besi maupun kayu.
7. Vibrator
Digunakan untuk memadatkan beton segar didalam bekisting.
8. Jack Hammer
Alat ini digunakan untuk menghancurkan beton yang sudah mengeras.
Concrete pump car
9. Mobile Mixer
44
Alat yang digunakan untuk mengangkut material dari lokasi mixing ready mix
ke lokasi proyek.
10. Concrete Pump Car
Alat ini digunakan untuk memompa beton dari mixing truck ke lokasi
pengecoran.
11. Waterpass
Alat ini digunakan oleh surveyor untuk memastikan letak/kedudukan serta
kerataan permukaan struktur.
12. Perancah (scaffolding)
Perancah yaitu konstruksi pipa besi yang digunakan untuk menopang
bekisting.
13. Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton
selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
4.1.1.2. Pabrikasi
b. Tulangan
Terdapat berbagai macam diameter tulangan yang digunakan dalam proyek
ini. Besi untik tulangan biasanya dijual dalam panjang tertentu. Proses pabrikasi
yang dilakukan adalah pembengkokan dan pemotongan tulangan kemudian
dirakit sesuai desain yang dibutuhkan. Proses ini dilakukan dengan bantuan
cutting wheel. Lokasi los besi dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Pada tahap pekerjaan pendahuluan terdapat beberapa pekerjaan. Berikut ini adalah
metode-metode pada pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan di lapangan :
Pada pekerjaan tanah terdapat tiga pekerjaan pokok yaitu pekerjaan galian,
pekerjaaan pengeboran dan pekerjaan tibunan. Berikut ini adalah metode-metode pada
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan di lapangan :
1. Dari bouwplank yang sudah ada kemudian dibuat titik-titik footplat dan diberi
tanda dengan menggunakan patok kayu 5/7 dan benang nilon.
2. Penggalian tanah dilakukan berdasarkan titik-titik footplat yang telah
ditentukan. Penggalian menggunakan 1 unit alat berat excavator tipe Hitachi
Zaxis 210 F. Kedalaman galian adalah 1.75 m dari titik muka tanah. Ukuran
galian disesuaikan dengan tipe footplat. Terdapat 3 tipe footplat : tipe A
dengan ukuran 2.75 m x 1.5 m sebanyak 23 lubang, tipe B dengan ukuran 1.5
m x 1.5 m sebanyak 2 lubang, dan tipe C dengan ukuran 2.9 m x 3.8 m
sebanyak 1 lubang. Tanah hasil galian dibuang kedaerah samping lokasi
pekerjaan yang kemudian diangkut dengan menggunakan 2 unit Dumptruck
secara bergantian. Hanya sebagian tanah yang dibuang, karena sebagian tanah
hasil galian akan digunakan untuk penimbunan tanah.
3. Pengeboran dilakukan dengan cara alat bor diturunkan diatas dudukan balok
kayu yang telah dipasang didalam lubang footplat, dilakukan setting mesin
dan pemasangan mata bor. Alat bor dipastikan tegak lurus terhadap lubang
yang akan di bor. Kemudian dilakukan peneboran dengan ukuran lubang
peneboran yaitu diameter lubang 50 cm dan kedalaman lubang 5.5 m. Dalam
proses pengeboran ini dibantu oleh alat penghisap lumpur untuk
mengeluarkan tanah dari lubang galian. Penyambungan stang terus dilakukan
sampai kedalaman lubang tercapai. Pengukuran kedalaman dilakukan dengan
alat meteran. . Pengeboran dan penggalian tanah untuk footplate dilihat pada
gambar berikut ini :
49
Berikut ini adalah metode pekerjaan bored pile yang dilaksanakan di lapangan :
1. Tulangan pondasi bored pile ini menggunakan besi 12 D19 untuk tulangan
utama sedangkan sengkang menggunakan tulangan spiral Ø12-150 mm.
Pabrikasi dan perakitan tulangan sebelumnya telah dilakukan di los kerja besi.
2. Tulangan yang telah di rakit dibawa ke lokasi atau ke lubang yang telah di bor
dengan cara pengangkutan manual menggunakan tenaga manusia. Sebelum
tulangan dimasukkan kedalam lubang bor, tulangan dipasang beton decking.
Tulangan kemudian di masukkan kedalam lubang galian dengan memastikan
tulangan tegak lurus dan berada tepat di tengah lubang bor.
3. Proses pengecoran bored pile dilakukan dengan menggunakan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
50
1. Tulangan footplate ini menggunakan besi D25 – 200 cm. Tulangan dipotong
menggunakan cutting wheel sesuai dengan ukuran masing-masing footplate
yaitu tipe A dengan ukuran 1.5 m x 2.75 m, tipe B dengan ukuran 1.5 m x 1.5
m, dan tipe C dengan ukuran 2.9 m x 3.8 m. Pabrikasi tulangan footplate
dilakukan di los kerja besi.
2. Tulangan yang telah dipabrikasi dibawa ke lokasi galian footplate kemudian
dirakit ditempat.
3. Bekisting footplate yang telah di fabrikasi sesuai dengan ukuran footplate di
los kayu kemudian di bawa ke lubang footplate dan di setting di tempat.
Footplate yang siap di cor dilihat pada gambar berikut ini :
4. Pengecoran beton footplate menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
52
3. Pengecoran beton sloof menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke masing-
masing sloof melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses
pengecoran, beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah
terjasinya beton yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk
(volume 6-7 m3) dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk
di uji tekan.
2. Tulangan yang telah di rakit dibawa ke lokasi pemasangan kolom dengan cara
pengangkutan manual menggunakan tenaga manusia dan di ereksi dengan
menggunakan bantuan alat excavator. Sedangkan untuk tulangan kolom 50/50
lantai 2 sampai lantai dak atap, tulangan utama yang sudah dipotong-potong
sesuai ukuran, diangkut keatas dan dirakit ditempat.
3. Bekisting kolom yang telah di fabrikasi sesuai dengan ukuran kolom
menggunakan multipleks 12 mm, besi terod dan kayu 5/7 sebagai pengaku dan
penyangga di los kayu kemudian di bawa ke lokasi pemasangan kolom dan di
setting di tempat. Setelah bekisting dipasang membungkus 4 sisi kolom,
multipleks diberi pengaku kayu 5/7 yang diperkuat dengan paku dan
dikencangkan dengan besi terod. Besi terod dipasang dengan jarak setiap 30
cm. Bekisting kemudian diberi penyangga (skor) kayu 5/7. Pada saat
pemasangan bekisting kolom, perlu diperhatikan ketegakan bekisting agar
kolom tidak miring. Alat bantu yang digunakan adalah batu lot dan waterpass
tempel. Beton decking dipasang pada tulangan kolom setebal selimut beton
(2.5 cm).
4. Pengecoran beton kolom menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke masing-
masing kolom melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses
pengecoran, beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah
terjasinya beton yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk
(volume 6-7 m3) dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk
di uji tekan. Pengecoran kolom dilihat pada gambar berikut ini :
55
Berikut ini adalah metode pekerjaan core lift yang dilaksanakan di lapangan :
4. Pengecoran beton core lift menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke core lift
melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses pengecoran, beton
dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah terjasinya beton
yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk (volume 6-7 m3)
dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk di uji tekan.
Berikut ini adalah metode pekerjaan balok dan plat yang dilaksanakan di lapangan
:
1. Satu set scaffolding yang terdiri dari main frame, ladder frame, jack base,
cross brace, join pin dan u-head dipasang pada setiap bentangan balok dan
pelat yang akan dipasangi bekisting. Scaffolding diatur sesuai lebar atau
panjang bentang yang dibutuhkan. Sebelumnya, dilakukan pengukuran tinggi
papan dasar bekisting balok dan pelat, sehingga ketinggian scaffolding diatur
berdasarkan elevasi yang telah direncanakan tersebut.
2. Bekisting balok dan pelat menggunakan multipleks 9 mm, kayu 5/7 sebagai
pengaku dan balok 8/12 yang berfungsi sebagai gelagar yang dipasang diatas
scaffolding. Papan dasar bekisting yang telah dipotong dan dirakit sesuai
ukuran (dipasang kayu 5/7 sebagai pengaku), dipaku diatas balok gelagar yang
sudah dipasang diatas scaffolding. Elevasi balok dan pelat disesuaikan dengan
gambar kerja. Dilanjutkan dengan pemasangan bekisting pada sisi balok dan
pada pelat.
3. Tulangan balok terdiri dari empat tipe. Balok B1 30/60 cm menggunakan besi
6 D 19 tumpuan atas, 4 D 19 tumpuan bawah, 4 D 19 lapangan atas, 6 D 19
lapangan bawah dan 4 D 12 tulangan torsi. Balok B2 30/45 cm menggunakan
besi 5 D 19 tumpuan atas, 5 D 19 tumpuan bawah, 3 D 19 lapangan atas, 5 D
19 lapangan bawah dan 2 D 12 tulangan torsi. Balok B3 25/40 menggunakan
besi 4 D 19 tumpuan atas, 2 D 19 tumpuan bawah, 2 D 19 lapangan atas, 4 D
19 lapangan bawah dan 2 D 12 tulangan torsi. Balok B4 20/35 cm
menggunakan besi 4 D 16 tumpuan atas, 2 D 16 tumpuan bawah, 2 D 16
lapangan atas, 4 D 16 lapangan bawah dan 2 D 12 tulangan torsi. Semua tipe
balok menggunakan tulangan sengkang Ø10-100 mm yang telah terlebih
dahulu dipabrikasi di los kerja besi sesuai dengan ukuran tipe masing-masing
balok. Terdapat tiga tipe pelat yaitu pada lantai 1 tulangan untuk pelat tebal
12 cm menggunakan besi Ø8-150 mm sebanyak 1 lapis, pelat lantai 2 sampai
pelat dak atap tulangan untuk pelat tebal 12 cm menggunakan besi Ø10-150
58
mm sebanyak 2 lapis dan pelat dak core lift tulangan untuk pelat tebal 12 cm
menggunakan besi Ø8-150 mm sebanyak 2 lapis.
4. Tulangan balok dan pelat selanjutnya dirakit ditempat dengan menggunakan
kawat bendrat. Setelah perakitan tulangan dipasangi beton decking setebal
selimut beton (2.5 cm).
5. Pengecoran beton balok dan pelat dilakukan secara bersamaan menggunakan
beton ready mix dengan mutu beton K300 untuk pelat lantai 2 sampai dak core
lift, sedangkan pelat lantai 1 menggunakan beton K225 untuk. Untuk
pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum pengecorann terlebih
dahulu dilakukan setting concrete pump dan penyambungan pipa penyaluran.
Beton ready mix dari mobile mixer selanjutnya dimasukkan kedalam concrete
pump dan disalurkan ke balok dan pelat melalui pipa-pipa yang telah
disambungkan. Selama proses pengecoran, beton dipadatkan dengan
menggunakan vibrator untuk mencegah terjasinya beton yang keropos. Untuk
setiap mobile mixer yang masuk (volume 6-7 m3) dilakukan uji slump dan
diambil 3 buah sampel kubus untuk di uji tekan. Pengecoran balok dan pelat
dilihat pada gambar berikut ini :
Berikut ini adalah metode pekerjaan shear wall yang dilaksanakan di lapangan :
3. Pengecoran beton tangga menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K250. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke shear wall
melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses pengecoran, beton
dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah terjasinya beton
yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk (volume 6-7 m3)
dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk di uji tekan.
Pada supply chain di industri manufaktur terdapat lima komponen utama sebagai
pelakunya, yaitu supplier, manufaktur, distributor, retailer, dan customer (Indrajit, 2005),
sementara itu berdasarkan beberapa model yang dikembangkan di supply chain
konstruksi, dapat disimpulkan beberapa komponen utama dalam suatu supply chain
konstruksi yang terjadi pada proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah
Manado, yaitu:
1. Owner (Pelaku Hilir), proses supply chain konstruksi dimulai dari inisiatif
owner yang memprakarsai dibuatnya produk konstruksi bangunan dan
berakhir pada owner ketika produk tersebut selesai diproduksi. Dalam ini yang
berlaku sebagai owner adalah Dinas Kesehatan Kota Manado.
2. Kontraktor (Pelaku Utama), Kontraktor adalah suatu organisasi konstruksi
yang memberikan layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi berdasarkan
perencanaan teknis dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Dalam ini yang
berlaku sebagai kontraktor adalah PT. Liando Beton Indonesia.
3. Subkontraktor, Subkontraktor adalah perusahaan konstruksi yang berkontrak
dengan kontraktor utama untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan
kontraktor utama. Dalam hal ini yang menjadi subkontraktor dalam pekerjaan
struktur yaitu mandor.
4.2.2 Penjadwalan
63
No A B C satuan
1 Footplate 110 111 m2
2 Sloof 113 113 m2
3 Kolom 806 806 m2
5 Balok 663 663 m2
6 Tangga 97 97 m2
7 Core Lift 358 359 m2
8 Shear Wall 83 83 m2
Keterangan :
A = Jenis Bekisting
B = Jumlah
C = Pembulatan
4.2.4 Alur Pemesanan Material
65
Adapun alur pemesanan material yang terjadi dilapangan dapat digambarkan dalam
bagan dibawah ini :
Toko
Pelaksana
Lokasi
Direktur
Proyek
Logistik Purchasing
Catatan : Pemesanan material yang untuk pekerjaan diproyek harus dipesan satu
minggu sebelum material tersebut akan digunakan, mengingat
ketersedian material di toko yang terkadang habis untuk meminimalisir
stock out material dan keterlambatan pengerjaan.
BAB V
67
PENUTUP
Praktik kerja lapangan dilaksanakan mahasiswa selama kurang lebih tiga bulan.
Didalam kerja praktek mahasiswa dapat membandingkan teori pelajaran yang didapatkan
didalam bangku perkuliahan dengan kondisi yang pelaksanaan dan terjadinya nya proses
pelaksanaan di lapangan. Permasalahan, cara pelaksanaan proyek, dan pengambilan
keputusan dapat dipelajari dengan mengikuti kerja praktek ini. Pelajaran yang penulis
dapatkan disimpulkan pada bab ini dan saran untuk proyek yang menurut penulis amati
pada lapangan.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan kerja praktek selama kurang
lebih tiga bulan :
5.2 Saran
68
DAFTAR PUSTAKA
69
http://catatankuliahsinon.blogspot.co.id/2012/12/balok-plat-lantai-floor-plate.html
[diakses pada bulan Desember 2017]
https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/pelat-penutup-tiang-pile-cap [diakses
pada bulan Desember 2017]
https://www.kolomsatu.com/membuat-struktur-kolom-beton-pada-gedung-
bertingkat.html [diakses pada bulan Desember 2017]
http://projectmedias.blogspot.co.id/2013/11/shear-wall-pengertian-jenis-dan.html
[diakses pada bulan Desember 2017]