Anda di halaman 1dari 69

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini
mengakibatkan sektor industri konstruksi membutuhkan tenaga kerja yang siap pakai.
Perusahaan-perusahaan saat ini dalam merekrut tenaga kerja lebih memprioritaskan
tenaga kerja yang memiliki kemampuan serta keterampilan dalam melaksanakan
pekerjaan konstruksi.

Politeknik merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi dengan salah satu
programnya yaitu program Diploma IV dengan waktu pendidikan selama 8 semester.
Sebagai Sarjana Sains Terapan, lulusan politeknik diharapkan dapat mampu bersaing
dengan lulusan perguruan tinggi (Strata 1) kejuruan teknik. Oleh karena itu Politeknik
diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, memiliki kemampuan,
cerdas, dan terampil dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Mahasiswa Politeknik Negeri Manado Jurusan Teknik Sipil Program Studi D-IV
Konstruksi Bangunan Gedung pada semester VII diwajibkan mengikuti program Praktek
Kerja Lapangan (PKL) selama kurang lebih tiga bulan pada suatu proyek industri
konstruksi. Penempatan mahasiswa pada suatu proyek industri konstruksi tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan wawasan berpikir dan pengetahuan yang lebih luas.

Penulis sendiri mendapat tempat PKL yaitu pada proyek Rehabilitasi Sedang/Berat
Puskesmas Paniki Bawah. Puskesmas Paniki Bawah merupakan bangunan yang memiliki
fungsi sebagai pusat kesehatan masyarakat yang menunjang sarana dan prasarana medis
bagi penduduk yang berdomisili di seputaran wilayah Kecamatan Mapanget.

Dengan pelaksanaan PKL tersebut diharapkan lulusannya dapat benar-benar


memiliki bekal kemampuan yang cukup bisa diandalkan dalam menghadapi tantangan
tugas sesuai bidangnya. Disamping itu kegiatan PKL merupakan salah satu sarana untuk
menjalin hubungan antara Politeknik Negeri Manado dengan dunia industri konstruksi.

1.2 Maksud dan Tujuan


2

Maksud dan tujuan dari penulisan laporan PKL ini yaitu:

1. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman mengenai kegiatan konstruksi


beserta berbagai aspeknya melalui pengamatan secara langsung pada proyek
Rehabilitasi Sedang / Berat Puskesmas Paniki Bawah yang berlokasi di
Kelurahan Paniki Bawah Kecamatan Mapanget, Manado.
2. Menambah wawasan dalam dunia pekerjaan, selain itu juga bisa terlibat
langsung dalam pelaksanaan proyek Rehabilitasi Sedang / Berat Puskesmas
Paniki Bawah yang berlokasi di Kelurahan Paniki Bawah Kecamatan
Mapanget, Manado.

1.3 Sistematika Penulisan


Laporan kerja praktek ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

SAMPUL (COVER)

HALAMAN JUDUL

Lembar Pengesahan

Daftar Mahasiswa dan Dosen Pembimbing

Formulir/Lembar Asistensi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar

Daftar Lampiran

BAB I PENDAHULUAN
3

Bab ini merupakan pengantar sebelum masuk pada pembahasan. Pada


bab ini dijelaskan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, serta Sistematika
Penulisan.

BAB II IDENTIFIKASI /GAMBARAN UMUM PROYEK

Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang berhubungan dengan


Gambaran Umum Proyek, Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah.

BAB III DASAR TEORI

Bab ini menguraikan tentang teori yang digunakan dalam perencanaan


proyek seperti konstruksi bangunan beringkat, jenis batuan, dan saluran.

BAB IV PEMBAHASAN DAN/ATAU TUGAS KHUSUS

Bab ini berisi tentang pokok pembahasan yang akan dibahas yaitu
metode pekerjaan proyek dan analisa data dari pekerjaan yang telah dilaksanakan
serta berisi pembahasan tugas khusus yang diberikan oleh Dosen Pembimbing
kepada Mahasiswa.

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang didapat berdasarkan


pelaksanaan yang ada serta saran penulis sehubungan dengan kegiatan PKL.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II
IDENTIFIKASI/GAMBARAN UMUM PROYEK
4

2.1 Gambaran Umum Proyek

Berikut ini adalah gambaran umum singkat dari proyek Rehabilitasi Sedang/Berat
Puskesmas Paniki Bawah Manado.

2.1.1 Lokasi Proyek

Secara administratif proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah


berlokasi di Jalan A.A. Maramis, Kelurahan Paniki Bawah, Kota Manado, Provinsi
Sulawesi Utara. Batas-batas yang terdapat di lokasi proyek sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : -
b) Sebelah Selatan : Jl. A.A. Maramis
c) Sebelah Barat : Rumah Dinas Dokter
d) Sebelah Timur : Kantor Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Manado

2.1.2 Fungsi Bangunan

Puskesmas Paniki Bawah merupakan bangunan yang memiliki fungsi sebagai


pusat kesehatan masyarakat yang menunjang sarana dan prasarana medis bagi penduduk
yang berdomisili di seputaran wilayah Kecamatan Mapanget.

2.1.3 Struktur Organisasi Proyek


5

Dalam hal ini beberapa pihak ada yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah. Hubungan antar pihak pihak
dalam struktur organisasi proyek dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

OWNER
DINAS KESEHATAN
POLITEKNIK,,,,n
KOTA MANADO

KONSULTAN PERENCANA KONSULTAN PENGAWAS


PT. EKSAKTA PROFESITAMA
CV. PARAMITHA CV. ROYAL DEO PERKASA
CV. PARAMITHA

KONTRAKTOR
PT. LIANDO BETON INDONESIA
CV. PARAMITHA

Gambar 2. 1 Bagan Struktur Organisasi Proyek

Hubungan antar pihak pihak diatas dapat diartikan sebagai berikut :

1. Hubungan Struktual
Hubungan ini adalah hubungan garis perintah dimana satu pihak berhak
memberikan perintah dan pihak lain berhak melaksanakannya selama perintah itu
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Hubungan Kontraktual
Hubungan ini adalah hubungan kontrak dimana pihak pihak diatas telah
membuat perjanjian sesuatu hal dan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum
didalam masing-masing kontrak. Dalam hal ini masing-masing pihak harus
6

menjalankan tugasnya sesuai isi perjanjian dan akan mendapat haknya sesuai yang
dijanjikan dalam kontrak.

3. Hubungan Koordinasi
Hubungan ini adalah hubungan kerja sama antara pihak-pihak yang memiliki
hubungan kerja, dalam hal ini hubungan koordinasi itu terjadi antara pihak
konsultan perencana dengan pihak konsultan pengawas. Mereka dapat melakukan
kerjasama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin terjadi
dilapangan.

2.1.4 Struktur Organisasi Lapangan

Di lapangan sendiri sangat diperlukan pengorganisasian demi terselenggaranya


pekerjaan pekerjaan yang diinginkan. Adapun struktur organisasi pada proyek
Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah akan digambarkan dalam sketsa
dibawah ini :
KONTRAKTOR

PT. LIANDO BETON INDONESIA

PIMPINAN PROYEK

MATHEOS SYARANAMUAL, ST.

STAFF TEKNIK PELAKSANA LAPANGAN LOGISTIK

ARIYANTO MOBILIU, S.ST BAGUS ERI WIDODO REYVAN PALAR, S.ST

SUBKON ARSITEKTURAL

Gambar 2. 2 Bagan Struktur Organisasi Lapangan


7

2.1.5 Jenis Pekerjaan

Proses pembangunan yang dilangsungkan selama masa Praktek Kerja Lapangan


ini adalah pekerjaan tahap satu dari proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki
Bawah dimana tahap pertama adalah melaksanakan pekerjaan pembangunan Gedung A
(Bagian Depan) Puskesmas Paniki Bawah yang meliputi beberapa jenis pekerjaan antara
lain:
a) Pekerjaan Persiapan.
b) Pekerjaan Pondasi Sumuran.
c) Pekerjaan Struktur Lantai 1 sampai 3 ditambah dengan dak atap dan rumah
lift.

2.1.6 Sumber Dana

Pada tahun anggaran 2017 dana untuk proyek Rehabilitasi Sedang/Berat


Puskesmas Paniki Bawah berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD), yaitu sebesar Rp6.946.088.000,00 (Enam miliar sembilan ratus empat puluh
enam juta delapan puluh delapan ribu rupiah).

2.1.7 Data Proyek

Berikut ini adalah data-data proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki


Bawah :
1. Nama Proyek : Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki
Bawah
2. Nama Pekerjaan : Pembangunan Gedung A (Bagian Depan)
Puskesmas Paniki Bawah (Tahap 1)
3. Lokasi : Jalan A.A. Maramis, Kelurahan Paniki Bawah
Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara
4. Sumber Dana : APBD
5. Nomor Kontrak : 02 / PPK-PANIKI / KES / VIII / 2017
6. Tanggal Kontrak : 1 September 2017
7. Tahun Anggaran : 2017
8

8. Nilai Kontrak : Rp 6.946.088.000,00


9. Waktu Pelaksanaan : 120 Hari Kalender
10. Pelaksana : PT. Liando Beton Indonesia
11. Jenis Konstruksi : Beton Bertulang

2.1.8 Dimensi Proyek

Berikut ini adalah dimensi-dimensi yang diaplikasikan dalam proyek Rehabilitasi


Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah:

1. Luas bangunan : 1469.15 m2


2. Luas lantai :
Lantai 1 : 395.95 m2
Lantai 2 : 370.85 m2
Lantai 3 : 344.85 m2
Lantai Dak Atap 1 : 308.60 m2
Lantai Dak Atap 2 : 48.90 m2
3. Tinggi lantai :
Lantai 1 : 4.2 m
Lantai 2 : 4.2 m
Lantai 3 : 4.2 m
Lantai Dak Atap 1 : 4.2 m
Lantai Dak Atap 2 : 4.2 m
4. Tebal Pelat Lantai : 0.12 m
5. Mutu Beton :
Pondasi Bored Pile : K300
Pile Cap : K300
Sloof : K300
Kolom : K300
Balok : K300
Pelat Lantai : K300
Tangga : K250
9

Shearwall : K300
6. Mutu Baja : Tulangan ∅ < 10mm = 240 MPa (polos)
Tulangan ∅ > 10mm = 400 MPa (ulir)

2.2 Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang diidentifikasi dari proyek yang sedang berjalan adalah
sebagai berikut :

1. Kurang diperhatikannya metode pelaksanaan pekerjaan struktur sehingga


menurunkan mutu/hasil pekerjaan.
2. Pemesanan material yang sering terlambat sehingga pekerjaan terhambat.

2.3 Pembatasan Masalah

Agar penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini lebih terarah, maka penulis
memberikan batasan masalah yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Metode pelaksanaan pekerjaan proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas


Paniki Bawah.
2. Metode pelaksanaan alur pemesanan material.
10

BAB III
DASAR TEORI

3.1 Uraian Umum

Bangunan merupakan suatu tempat yang di dalamnya dijadikan tempat berkumpul


sekelompok orang untuk melakukan kegiatan serta berlindung dari hujan, angin, dan terik
matahari. Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi
untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu. Aspek teknologi,
sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak
diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode
yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada
suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan
akan dapat tercapai.

Perencanaan yang telah disusun oleh konsultan perencana diwujudkan melalui


pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat
penting dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik, sehingga
dapat diperoleh hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan sebelumnya.

Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil


tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya
tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik, serta dapat
mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di lapangan.

Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan, kontraktor harus memiliki dokumen


awal pelaksanaan, seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS dan dokumen lainnya.
Selanjutnya kontraktor membuat shop drawing sebagai gambar detail pelaksanaan yang
dibuat berdasarkan gambar perencanaan dari konsultan perencana dan as built drawing
sebagai laporan akhir gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan, setelah adanya
pekerjaan tambah maupun kurang.
11

3.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Gedung Bertingkat

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu


metode terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat
menghadapi kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai
dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang
sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi
bersangkutan.

Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi


lapangan di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung pada jenis proyek
yang dikerjakan. Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan
metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga
maupun konstruksi jalan dan jembatan.

Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang


disesuaikan dengan disain dari konsultan perencana. Perencanaan metode pelaksanaan
pekerjaan struktur didasarkan atas design, situasi dan kondisi proyek serta site yang ada
dalam data-data proyek. Data-data tersebut merupakan data yang mempengaruhi dalam
menentukan dan merencanakan metode pelaksanaan gedung.

Adapun tahap-tahap metode pelaksanaan konstruksi gedung sesuai dengan


ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan pendahuluan, merupakan pekerjaan persiapan awal yang dibutuhkan


dalam pelaksanaan proyek, meliputi: pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi,
pekerjaan pengukuran dan pembersihan lapangan, pekerjaan pemasangan
bouwplank, pembuatan direksi keet, pembuatan jalan kerja proyek dan lain-lain.

2. Pekerjaan Tanah, merupakan pekerjaan yang mencakup penggalian, pengupasan


lahan dan penimbunan yang di perlukan untuk mendukung pekerjaan struktur.
12

3. Pekerjaan struktur, merupakan tahap pekerjaan yang sangat menentukan segala


proses pelaksanaan konstruksi bangunan gedung, meliputi: pekerjaan pondasi,
pekerjaan sloof, pekerjaan kolom, pekerjaan balok, pekerjaan plat lantai, pekerjaan
rangka atap.

4. Pekerjaan arsitektur, merupakan pekerjaan tahap akhir atau finishing bangunan


gedung, meliputi; pekerjaan dinding, pekerjaan plester dan acian, pekerjaan lantai,
pekerjaan kusen pintu dan jendela, pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pekerjaan
plafond, pekerjaan pengecatan dan lain-lain.

Dalam laporan ini, pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang diamati adalah mulai
dari pekerjaan pendahuluan hingga pekerjaan struktur, sehingga pada bab ini pembahasan
akan lebih berfokus pada 2 tahap pokok yaitu pekerjaan pendahuluan dan pekerjaan
struktur.

3.2.1 Pekerjaan Pendahuluan

Pekerjaan pendahuluan adalah semua kegiatan yang perlu dilaksanakan baik


sebelum, selama berlangsungnya kontrak dan setelah berakhirnya kontrak. Sebelum
pekerjaan pembangunan gedung di mulai adapun pekerjaan-pekerjaan pendahuluan yang
harus dipikirkan dan dilaksanakan demi menjamin kelancaran suatu proyek.

3.2.1.1 Access Road ( Jalan Masuk )

Untuk keperluan transportasi/ pengangkutan material, peralatan dan lain- lain,


maka diperlukan access road yang memadai, baik lebarnya maupun kekuatan strukturnya.

Access Road ini ditinjau dari lokasinya ada dua, yaitu :

1. Off Site Access


Jaringan jalan yang ada di luar lokasi dimanfaatkan sebagai access road.
Untuk itu perlu diketahui hal- hal sebagai :
a. Apakah ada yang perlu pelebaran
b. Apakah ada yang perlu perkuatan
13

c. Apakah ada peraturan lalu lintas atau peraturan daerah yang perlu
diperhatikan.
2. On Site Access
Di dalam lokasi sendiri, diperlukan juga jalan untuk transportasi dalam
lokasi dan pergerakan dari peralatan yang digunakan. On site access ini perlu
direncanakan sebaik-baiknya, terutama untuk menghindari gangguan yang ada di
dalam lokasi seperti :
a. Gangguan di atas ( over head obstruction)
b. Gangguan di permukaan tanah ( ground obstruction )
c. Gangguan di bawah tanah ( underground obstruction )

3.2.1.2 Pembongkaran Bangunan

Menurut UU No.28 Tahun 2002, pembongkaran bangunan adalah kegiatan


membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen,
bahan bangunan dan/atau sarana prasarananya. Pembongkaran bangunan juga berarti
meruntuhkan atau menghacurkan suatu bangunan, struktrur bangunan atau suatu bagian
dari struktur tersebut dengan perencanaan dan metode yang terkontrol (Code of Practice
of Demolition Building, 2004). Pembongkaran sendiri menjadi suatu hal yang cukup
menantang dalam segi manajemennya, karena jika pelaksanaan dari pembongkaran
bangunan ini dimanajemen dengan baik, maka akan mendapatkan suatu keuntungan yang
efisien. Dengan manajemen yang baik dari pembongkaran tersebut juga dapat mengurangi
limbah hasil konstruksi, sehingga dapat memberikan solusi yang ramah lingkungan.

Adapun menurut buku Code of Practice of Demolition Building, 2004 metode


pembongkaran dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu metode dengan menggunakan
bahan peledak dan metode dengan menggunakan bahan non peledak. Pembongkaran non
ledakan ini berarti membongkar struktur bangunan dengan peralatan tanpa menggunakan
bahan peledak apapun. Peralatan yang digunakan misalnya godam, excavator, tower
crane, bola penghancur dan lain sebagainya. Pembongkaran bangunan juga dipengaruhi
beberapa faktor antara lain kondisi site, tipe struktur, usia bangunan dan ketinggian
bangunan.
14

Beberapa contoh dari metode pembongkaran itu sendiri antara lain sebagai
berikut :
1. Metode Top Down Manual
Metode ini merupakan metode pembongkaran yang dimulai dari lantai atas
hingga dasar bangunan yang dimana disesuaikan dengan kondisi bangunan pada
lokasi penelitian. Dari metode ini digunakan peralatan sederhana seperti
jackhammer dan oxy-acetylene untuk menghancurkan elemen strukturnya secara
bertahap. Dalam pelaksanaannya metode ini membutuhkan ketelitian dari para
pekerja dalam menghancurkan tiap level. Metode ini banyak digunakan untuk
skala kecil.

2. Metode Top Down by Machine


Metode ini sekilas mirip dengan metode Top Down Manual, akan tetapi
semua pembongkaran ini dilakukan dengan menggunakan alat berat. Alat berat
atau permesinan tersebut diletakkan pada bagian paling atas suatu bangunan. Alat
berat yang umum digunakan dalam metode ini adalah hydraulic stone crusher
atau hydraulic stone breaker. Dalam metode ini juga dibutuhkan peralatan
pendukung seperti ramp atau crane untuk memindahkan alat dari tiap lantai.

3. Metode Mekanikal
Metode ini menggunakan peralatan mesin yang besar dengan
menghancurkan bangunan dari arah luar. Peralatan yang digunakan misalnya
pusher arm, wire rope, hydraulic crusher dan sebagainya. Umumnya, metode ini
diterapkan pada lokasi yang tidak terlalu ramai agar lebih mudah dalam proses
pembongkarannya.

4. Metode Wrecking Ball


Metode ini maksudnya menghancurkan bangunan dengan mengayunkan
bola baja berat yang dikaitkan ke peralatan crane. Metode ini lebih cocok untuk
menghancurkan bangunan yang sudah rusak atau tidak akan digunakan lagi serta
lokasi bangunan harus mempunyai space yang cukup luas untuk mengayunkan
15

peralatan dan bolanya. British Standard 6187 : 2000 merekomendasikan


penggunaan metode ini untuk bangunan yang ketinggiannya lebih dari 21 meter.

5. Metode dengan menggunakan bahan peledak (Demolition by explosives)


Sesuai dengan namanya, metode ini menggunakan bahan peledak sebagai
alat penghancurnya. Metode ini bertujuan menghancurkan bagia-bagian dari
bangunan secara perlahanlahan. Untuk menggunakan metode ini harus mendapat
ijin dari pemerintah untuk memastikan bahwa bangunan yang akan dibongkar
aman menggunakan metode ini serta efek yang ditimbulkan tidak menimbulkan
dampak bagi manusia atau masyarakat sekitar. Metode ini sebenarnya dapat
menghemat waktu, praktis serta dapat meghemat biaya karena tidak
membutuhkan banyak peralatan berat dalam prosesnnya. Metode ini juga sangat
cocok digunakan pada lokasi yang sempit serta mempunyai akses yang terbatas.
Akan tetapi penggunaan metode ini pada bangunan yang mempunyai struktur
yang masif tidak diperkenankan dikarenakan prosedurnya yang cukup sulit
membuat metode ini tidak aman untuk diterapkan. Untuk metode ini
direkomendasikan untuk dilakukan oleh kontraktor yang sudah berpengalaman
serta dalam pengawasan yang ketat.

6. Metode High Pressure Water Jetting


Metode ini memanfaatkan air yang dialirkan melaui pompa dengan tekanan
yang sangat tinggi. Dengan mencoba menerapkan prinsip erosi dimana
diharapkan pembongkaran ini dapat mengikis bangunan serta mengeluarkan
aggregatnya secara perlahan. Setelah bangunannya terkelupas mesin cutting
dibutuhkan untuk memotong tulangannya.

3.2.1.3 Site Plan


16

Lahan pada lokasi proyek, perlu direncanakan sebaik- baiknya untuk keperluan
menampung dan mengatur seluruh kegiatan yang ada di lokasi meliputi:
a. Kantor- kantor ( Offices)
b. Gudang ( terbuka dan tertutup)
c. Barak kerja/ tempat fabrikasi
d. On site access
e. Fasilitas- fasilitas kerja lain

Bila lokasi proyek sangat terbatas, maka perlu pemanfaatan lahan lain yang
berdekatan atau bila terpaksa menggunakan lahan bangunan permanen secara sementara
dengan penjadwalan yang detail dan rinci, agar tidak terlalu mengganggu kelancaran
pekerjaan.

Luas dari Lantai Dasar lebih kecil dari luas lahan yang ada, sehingga ada
beberapa ruang kosong pada lahan tersebut yang tidak terkena oleh rencana pekerjaan
pembangunan gedung, maka lokasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk penempatan kantor
sementara untuk staff kontraktor proyek dan direksi, los kerja, gudang sementara akan
dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu kegiatan pembangunan. Lokasi yang
dipilih yaitu pada lokasi yang tidak terkena rencana bangunan, dengan pertimbangan
bahwa pembuatan kantor sementara tidak mengganggu jalannya pekerjaan pembangunan
proyek ini selesai hingga pekerjaan finishing.

3.2.1.4 Pengukuran dan Pematokan

Agar bangunan dapat diletakkan pada posisi yang diinginkan sesuai rencana
maka diperlukan pedoman- pedoman pengukuranberikut ini:

1. Pedoman titik koodinat, hal ini diambil dari “Bench Mark” (BM) yang ada
disekitar/ di dekat lokasi atau berpedoman pada bangunan yang telah ada.
2. Pedoman elevasi, untuk dapat menetapkan elevasi 0 untuk bangunan
tersebut.

Kedua pedoman tersebut harus selalu dijaga agar tidak mengalami perubahan dan
senantiasa harus dicek kembali, sampai dengan pedoman tersebut telah dipindahkan pada
17

bagian bangunan yang telah dilaksanakan, secara tetap. Adapun tahap-tahap pengukuran
dan pematokan yang mengacu pasa kedua pedoman diatas sebagai berikut:

1. Meginterpretasi data dan informasi yang disajikan pada gambar kerja


(gambar site plan, denah ruang dan pondasi).
2. Menghitung jarak datar dan sudut datar setiap as gedung sesuai gambar
kerja.
3. Menyajikan hasil hitungan dalam bentuk tabel.
4. Menentukan garis sempadan ( Rooi ) bangunan sesuai gambar rencana (site
plan)
5. Menentukan basis ukur sebagai pedoman pengukuran jarak dan sudut datar
6. Menentukan setiap as bangunan gedung sesuai jarak dan sudut datar yang
telah dihitung.
7. Mengontrol kesikuan dan jarak datar sesuai data ukuran yang tersedia pada
gambar denah ruang dan pondasi
8. Menghitung kebutuhan bahan konstruksi bowplank.
9. Memasang patok bowplank menerus sesuai bentuk dan ukuran gedung
10. Menentukan peil lantai ( ± 0.00 )
11. Memindah as ukuran gedung pada konstruksi bowplank
12. Mengontrol kesikuan dan jarak sesuai denah ruang dan pondasi

3.2.1.5 Bouwplank

Pekerjaan pemasangan bowplank biasanya dilakukan bersamaan atau setelah


pekerjaan pengukuran dilakukan. Pemasangan Bouwplank (Pematokan) dilaksanakan
bersama-sama oleh Pihak Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita
AcaraPematokan.

Bowplank terbuat dari kayu papan yang bagian atasnya rata dan dipakukan pada
patok kayu persegi ukuran 5/7cm yang tertanam di dalam tanah dengan kuat dan tegak.
Untuk menentukan ketinggian papan bouwplank agar datar (level) bagian atasnya, papan
bowplank harus diukur menggunakan alat sipat datar (waterpass), sedangkan untuk
mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran
18

ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis ukuran pada papan
bouwplank agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada
jarak 1,5 m dari As gedung dan dipasang sekeliling bangunan dan dipakukan pada patok
(konstruksi bouwplank menerus), sesuai bentuk dan ukuran gedung.

3.2.2 Pekerjaan Struktur


3.2.2.1 Pekerjaan Pondasi Bored Pile
Pondasi bored Pile adalah suatu pondasi yang dibangun dengan cara mengebor
tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi dengan tulangan dan dicor. Tiang bor biasanya
dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk
lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk
menahan dinding lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran. Pada tanah
tiang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan
dukung ujung tiang.

Daya dukung bored pile diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing
capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser atau selimut
(friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara
bored pile dan tanah disekelilingnya. Bored pile berinteraksi dengan tanah untuk
menghasilkan daya dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada
struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu
penyelidikan tanah yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam
penentuan kapasitas daya dukung bored pile yaitu dengan menggunakan metode statis dan
metode dinamis. Contoh tiang bor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
19

Gambar 3. 1 Tiang Bor


Sumber : www.ilmutekniksipil.com, diunduh Desember 2017
Ada berbagai jenis pondasi tiang bor, yaitu :

1. Tiang bor lurus untuk tanah keras.


2. Tiang bor yang ujungnya diperbesar berbentuk bel.
3. Tiang bor yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium.
4. Tiang bor lurus untuk tanah bebatuan.

Jenis-jenis pondasi boresd pile dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3. 2 Jenis-jenis Bored Pile


Sumber : www.ilmutekniksipil.com, diunduh Desember 2017
20

Ada beberapa alasan digunakan pondasi tiang bor dalam konstruksi, yaitu :

1. Tiang bor tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
2. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
3. Tiang bor dapat dikerjakan sebelum penyelesaian tahapan selanjutnya dalam
konstruksi.
4. Proses pengerjaan tiang bor dapat menghindari kerusakan bangunan yang
ada disekitarnya.
5. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan
membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang sebelumnya
bergerak ke sampaing. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi tiang bor.
6. Selama pelaksanaan pondasi tiang bor tidak ada suara yang ditimbulkan oleh
alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang pancang.
7. Karena dasar dari tiang bor dapat diperbesar, hal ini memberikan ketahanan
yang besar untuk daya dukung.
8. Permukaan diatas dimana dasar tiang bor didirikan dapat diperiksa secara
langsung.
9. Pondasi tiang bor mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
10. Tidak ada kenaikan muka air tanah( MAT).
11. Tiang dapat dipasang sampai kedalaman yang dalam sekalipun.
12. Tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan dan
pemancangan.

Beberapa kelemahan dari pondasi tiang bor :

1. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pembetonan.


21

2. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa


pasir atau tanah kerikil.
3. Pengecoran beton sulit apabila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak
dapat dikontrol dengan baik.
4. Pembesaran ujung bawah tiang dapat dilakukan bila tanah berupa pasir.
5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan
tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang bor.
6. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak
dilakukan.
7. Karena diameter tiang relatife besar dan memerlukan banyak beton, untuk
proyek pekerjaan kecil dapat mengakibatkan biaya yang melonjak.
8. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah
terpenuhi, terkadang terjadi tiang pendukung kurang sempurna karena
adanya lumpur yang tertimbun di dasar tiang.
9. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan
tanah sehingga mengurangi kapsitas dukung tanah terhadap tiang , maka air
yang mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali kedalam lobang air.

Ditinjau dari segi pelaksanaanya pondasi tiang bor dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu :

1. Sistem Augering
Pada sistem ini selain augernya sendiri, untuk kondisi lapangan pada tanah
yang mudah longsor diperlukan casing atau bentonite slurry sebagai penahan
longsor. Penggunaan bentonite slurry untuk kondisi lapisan tanah yang
permeabilitasnya besar tidak disarankan, karena akan membuat banyak
terjadinya perembesan melalui lapangan permeable tersebut.

2. Sitem Grabbing
Pada penggunaan sistem ini diperlukan casing (continuous semirotary
motion casing) sebagai penahan kelongsoran. Casing tersebut dimasukkan ke
22

dalam tanah dengan cara ditekan sambil diputar. Sistem ini sebenarnya cocok
untuk semua kondisi tanah, tetapi yang paling sesuai adalah kondisi tanah yang
sulit ditembus.
3. Sistem Wash Boring
Pada system ini diperlukan casing sebagai penahan kelongsoran dan juga
pompa air untuk sirkulasi air yang dipakai untuk pengeboran. Sistem ini cocok
untuk kondisi tanah pasir lepas. Untuk jenis tiang bor ini perlu diberikan
tambahan tulangan praktis untuk penahan gaya lateral yang terjadi. Penulangan
minimum 2% dari luas penampang tiang.

Pada saat ini ada tiga metode dasar pengeboran yaitu :

1. Metode Kering

Pada metode kering hal pertama yang dilakukan adalah sumuran digali (dan
dasarnya dibentuk lonceng jika perlu). Kemudian sumuran diisi sebagian dengan
beton dan kerangka tulangan dipasang dan setelah itu sumuran telah selesai
dikerjakan. Kerangka tulangan tidak boleh dimasukkan sampai dasar sumuran
karena diperlukan pelindung beton minimum, tetapi kerangka tulangan boleh
diperpanjang sampai akhir mendekati kedalaman penuh dari pada hanya
mencapai kira – kira setengahnya saja.

Metode ini membutuhkan tanah tempat proyek yang tidak berlekuk (kohesif)
dan permukaan air di bawah dasar sumuran atau jika permeabilitasnya cukup
rendah, sumuran bisa digali (mungkin juga dipompa) dan dibeton sebelum
sumuran terisi air cukup banyak sehingga biasa mempengaruhi kekuatan beton.
Rangkaian pembuatan metode kering konstruksi pilar yang dibor dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
23

Gambar 3. 3 Metode Kering Konstruksi Pilar yang Dibor


Sumber : www.ilmutekniksipil.com, diunduh Desember 2017

2. Metode Acuan

Pada metode ini acuan dipakai pada tempat – tempat proyek yang mungkin
terjadi lekukan atau deformasi lateral yang berlebihan terhadap rongga sumur
(sharf cavity). Casing diperlukan karena runtuhan tanah dapat terjadi. Dalam
kondisi tertentu casing harus dimasukkan dengan menggunakan alat penggetar
(vibrator). Perlu kita ingat bahwa sebelum casing dimasukkan, suatu adonan
spesi encer (slurry) digunakan untuk mempertahankan lubang. Setelah acuan
dipasang, adonan dikeluarkan dan sumur diperdalam hingga pada kedalaman
yang diperlukan dalam keadaan kering. Bergantung pada kebutuhan site dan
proyek, sumuran di bawah acuan akan dikurangi paling tidak sampai acuan
kadang – kadang 25 sampai 50 mm kurangnya untuk jarak bor tanah (auger) yang
lebih baik.
24

Acuan bisa saja ditinggalkan dalam sumuran atau bisa juga dikeluarkan jika
dibiarkan ditempat, maka ruangan melingkar antara acuan dan tanah (yang diisi
dengan adonan atau lumpur hasil pengeboran) diganti dengan adukan encer
(grout) maka adonan akan dipindahkan ke atas puncak sehingga rongga tersebut
diisi dengan adukan encer. Rangkaian pembuatan metode acuan konstruksi pilar
yang dibor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 3. 4 Metode Acuan Konstruksi Pilar yang Dibor


Sumber : www.ilmutekniksipil.com, diunduh Desember 2017

3. Metode Adonan

Metode ini bisa diterapkan pada semua keadaan yang membutuhkan acuan.
Hal ini diperlukan jika tidak mungkin mendapatkan penahan air (water seal)
yang sesuai dengan acuan untuk menjaga agar air tidak masuk ke dalam rongga
sumuran (shaft cavity). Rangkaian pembuatan metode adonan konstruksi pilar
yang dibor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
25

Gambar 3. 5 Metode Adonan Konstruksi Pilar yang Dibor


Sumber : www.ilmutekniksipil.com, diunduh Desember 2017

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah :


a. Jangan membiarkan adonan terlalu lama dalam sumuran sehingga terbentuk
lapisan penyaring yang terlalu tebal pada dinding sumuran karena lapisan
yang tebal sukar untuk digeserkan oleh beton selama pengisian sumuran.
b. Memompa adonan keluar dan partikel – partikel yang lebih besar dalam
suspensi dipisahkan dengan memakai adonan ‘conditioned’ yang
dikembalikan lagi ke dalam sumuran sebelum beton.
c. Hati – hati menggali lempung melalui adonan, sehingga penarikan kepingan
yang besar tidak menyebabkan tekanan atau pengisapan pori negative yang
bisa meruntuhkan sebagian dari sumuran.

Setelah sumuran selesai digali, tulangan kerangka dimasukkan ke dalam


sumuran dan corong pipa cor (treme) di pasang, urutan ini perlu diperhatikan
sehingga corong pipa cor tidak perlu ditarik sewaktu akan memasang kerangkan
(cage), lalu dipasang kembali yang pasti akan mengakibatkan terputusnya
pembentukan lapisan adonan dalam sumuran. Beton dipompa dengan hati – hati
sehingga corong pipa cor selalu terendam dalam beton sehingga hanya ada
sedikit daerah permukaan yang terbuka dan terkontaminasi oleh adonan.
3.2.2.2 Metode Pelaksanaan Pondasi Bored Pile
26

Penggunaan teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Biasanya


, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi
teknologi yang tepat sangat berguna dalam pengerjaan konstruksi manapun. Penggunaan
metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat membantu dalam penyelesaian
pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu
sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

Secara umum tahapan pekerjaan pondasi tiang bor sebagai berikut :

1. Persiapan Lokasi Pekerjaan (Site Preparation)


Pelajari layout pondasi dan titik – titik bored pile, membersihkan lokasi
pekerjaan dari gangguan yang ada seperti bangunan, tanaman, pepohonan, tiang
listrik/telepon, kabel dan lain sebagainya.
2. Rute / Alur Pengeboran (Route of Boring)
Merencanakan alur/urutan pengeboran sehingga setiap pergerakan mesin
RCD, Excavator, Crane dan Truck Mixer dapat termobilisasi tanpa halangan.
3. Survey Lapangan dan Penentuan Titik Pondasi (Site Survey and Centering
of Pile)
Mengukur dan menentukan posisi titik koordinat bored pile dengan bantuan
alat Theodolit.
4. Pemasangan Stand Pipe
Stand pipe dipasang dengan ketentuan bahwa pusat dari stand pipe harus
berada pada titik as pondasi yang telah disurvei terlebih dahulu. Pemasangan
stand pipe dilakukan dengan bantuan excavator.
5. Pembuatan Drainase dan Kolam Air
Kolam air berfungsi untuk penampungan air bersih yang akan digunakan
untuk pekerjaan pengeboran sekaligus untuk tempat penampungan air bercampur
lumpur hasil dari pengeboran. Ukuran kolam air berkisar 3m x 3m x 2,5m dan
drainase penghubung dari kolam ke stand pipe berukuran 1,2m, dan kedalaman
0,7 m (tergantung kondisi lapangan). Jarak kolam air tidak boleh terlalu dekat
dengan lubang pengeboran, sehingga lumpur dalam air hasil pengeboran
mengendap dulu sebelum airnya mengalir kembali ke lubang pengeboran.
27

3.2.2.3 Pekerjaan Penutup Tiang

Dalam perencanaan pondasi, pelat penutup tiang harus dilakukan dengan teliti
dan secermat mungkin. Setiap pondasi pelat penutup tiang harus mampu mendukung
beban sampai batas keamanan yang telah ditentukan, termasuk mendukung beban
maksimum yang mungkin terjadi.

Di dalam proyek suatu konstruksi, hal yang paling penting salah satunya adalah
pondasi dikarenakan berfungsi untuk meneruskan beban struktur di atasnya kelapisan
tanah di bawahnya. Ditinjau dari segi pelaksanaan, ada beberapa keadaan dimana kondisi
lingkungan tidak memungkinkan adanya pekerjaan yang baik dan sesuai dengan kondisi
yang diasumsikan dalam perencanaan meskipun macam pondasi yang sesuai telah dipilih
dengan perencanaan yang memadai, serta struktur pondasi yang telah dipilih itu
dilengkapi dengan pertimbangan mengenai kondisi tanah pondasi dan batasan-batasan
struktur. Penutup tiang dipakai untuk mendistribusikan beban ke seluruh tiang.

Secara umum pelat penutup tiang merupakan elemen struktur yang berfungsi
untuk menyebarkan beban dari kolom ke tiang-tiang. Pemakaian pelat penutup tiang pada
suatu bangunan, apabila pondasi tiang dipancang pada tanah dasar pondasi yang
mempunyai nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang akan ditahan oleh
pelat penutup tiang

Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah penutup tiang, yang
secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur atau
terlalu lebar, maka luas denah penutup tiang akan bertambah besar dan berakibat volume
beton menjadi bertambah besar sehingga biaya konstruksi membengkak.

Penutup tiang biasanya terbuat dari beton bertulang, perancangan penutup tiang
dilakukan dengan anggapan sebagai berikut :

1. Penutup tiang sangat kaku.


28

2. Ujung atas tiang menggantung pada penutup tiang. Karena itu, tidak ada
momen lentur yang diakibatkan oleh penutup tiang ke tiang.
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan
dan deformasi membentuk bidang rata.

Hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan penutup tiang adalah


pengaturan tiang dalam satu kelompok. Pada umumnya susunan tiang dibuat simetris
dengan pusat berat kelompok tiang dan pusat berat penutup tiang terletak pada satu garis
vertikal. Jarak antar tiang diusahakan sedekat mungkin untuk menghemat penutup tiang,
tetapi jika pondasi memikul beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti
menambah atau memperbesar tahanan momen. Jumlah minimum tiang dalam satu pelat
penutup tiang umumnya 3 tiang. Bila tiang hanya berjumlah 2 tiang dalam 1 kolom,maka
pelat harus dihubungkan dengan kolom lain. Balok sloof dibuat yang melewati pusat berat
tiang-tiang ke arah tegak lurus deretan tiang (tegak lurus pelat penutup tiang). Demikian
pula, bila pile cap hanya melayani satu tiang,maka dibutuhkan balok sloof yang
menghubungkan ke kolom-kolom yang lain. Bila kolom dilayani hanya 1 tiang yang besar,
maka bisa tidak digunakan pelat penutup tiang.

Tebal pelat penutup tiang dipengaruhi oleh tegangan geser ijin beton. Tegangan
geser harus dihitung pada potongan terkritis. Momen lentur pada pelat penutup tiang
harus dihitung dengan menganggap momen tersebut bekerja pada pusat tiang ke
permukaan kolom terdekat. Contoh susunan tiang-tiang dalam ptnutup tiang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
29

Gambar 3. 6 Susunan Tiang-Tiang Dalam Penutup Tiang


Sumber : www.ilmutekniksipil.com, diunduh Desember 2017

Bila kondisi memungkinkan, guna menanggulangi tegangan pada penutup tiang


yang terlalu besar,tiang-tiang sebaiknya dipasang dengan bentuk geometri yang baik.
Contoh bentuk geometri perancangan pelat penutup tiang, ditunjukkan pada gambar
berikut ini :

:
Gambar 3. 7 Bentuk Geometri Perancangan Pelat Penutup
Sumber : www.ilmutekniksipil.com,
Tiang diunduh Desember 2017
30

Bila beban sentris,tiang-tiang didalam kelompoknya akan mendukung beban


aksial yang sama. Dalam hitungan, tanah dibawah penutup tiang dianggap tidak
mendukung beban sama sekali. Anggapan-anggapan di atas memungkinkan hitungan
beban tiang dan tegangan pada penutup tiang secara teori elastis.

3.2.2.4 Pekerjaan Sloof

Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan. Jenis
Konstruksi Beton Bertulang ini biasanya dibuat pada bangunan Rumah atau Gedung, dan
posisinya biasanya pada Lantai 1 atau Orang-orang biasa menyebutnya Lantai Dasar.
Inilah sebab nya mengapa kita jarang melihat bentuk sloof saat bangunan sudah “Berdiri”
tegak. walaupun bentuk sloof tidak terlihat tapi fungsi sloof sangat dibutuhkan dalam
suatu bangunan. Contoh sloof pada gambar berikut ini :

Gambar 3. 8 Sloof
Sumber : www.dreamarsitek.com, diunduh Desember 2017

Sloof adalah jenis konstruksi beton bertulang yang sengaja didisain khusus luas
penampang dan jumlah pembesiannya, disesuaikan dengan kebutuhan beban yang akan
dipikul oleh sloof tersebut nantinya.
Untuk menetukan luas penampang , dibutuhkan perhitungan teknis yang tepat
agar sloof tersebut nanti “benar-benar mampu” untuk memikul beban dinding bata
diatasnya nanti. Untuk itu ada baiknya kita menggunakan jasa konsultan untuk
menghitung dan mendisain dimensi sloof ini.
31

Sloof ini berfungsi untuk memikul beban dinding, sehingga dinding tersebut
“berdiri” pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan pergerakan yang
bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi retak atau pecah. Adapun fungsi sloof lainnya
adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pengikat kolom.
2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.
3. Menahan gaya beban dinding.
4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi lajur.

3.2.2.5 Pekerjaan Kolom


Kolom merupakan struktur utama dari bangunan portal yang berfungsi memikul
beban vertikal, beban horizontal, maupun beban momen yang berasal dari beban tetap
maupun sementara. Dimensi kolom sebanding dengan beban yang dipikul, sehingga
kolom di lantai struktur dengan elevasi rendah memiliki ukuran lebih besar karena
memikul beban yang lebih berat.

Pada masa pelaksanaan pemasangan kolom, tingkat akurasi diperlukan agar tidak
keluar dari gambar rencana. Seorang surveyor melakukan pengukuran agar semua detail
dapat tepat pada posisinya. Artinya kolom dipasang harus sesuai dengan gambar yang
telah dikeluarkan oleh konsultan perencana. Pihak pengawas akan terus mengawasi
selama proses pengerjaan agar pekerjaan dapat dilaksanakan dan diselesaikan dengan baik
dan tepat sesuai dengan gambar rencana. Contoh konstruksi kolom pada gambar berikut
ini :
32

Gambar 3. 9 Konstruksi Kolom


Sumber : www.kolomsatu.com, diunduh Desember 2017

Di lain pihak, pekerja membuat rangkaian pembesian yang terdiri dari tulangan
utama dan sengkang diikat secara kokoh, baik itu ditempat atau pun diluar posisi kolom,
artinya terkadang rangkaian besi dibuat langsung di lokasi kolom yang telah ditetapkan
atau dirangkai terlebih dahulu diluar lokasi pemasangan. Semua pekerjaan ini juga harus
mengikuti detail yang telah disediakan pada gambar kerja. Selanjutnya setelah pembesian
berada pada lokasi yang telah ditentukan, maka dilakukan pemasangan bekisting.
Pekerjaan membongkar bekisting dilakukan setelah memenuhi persyaratan yang
ada, seperti sumur beton telah tercapai atau kekuatan beton telah terpenuhi. Untuk
mencapai kekuatan beton yang disarankan biasanya dilakukan pencampuran bahan
khusus agar proses pencapaian kekuatan dapat terpenuhi dalam waktu singkat. Sehingga
proses pekerjaan membuka bekisting dapat dilakukan dalam rentang waktu lebih cepat
tanpa mengurangi kekuatan kolom itu sendiri. Dengan demikian efisiensi waktu
pelaksanaan dapat dicapai dan pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu, hal ini dapat
menghemat biaya proyek secara signifikan. Semua pekerjaan diatas harus dilakukan
dengan tepat dan benar agar menghasilkan sebuah struktur yang kokoh.

3.2.2.6 Pekerjaan Shear Wall


33

Shear wall adalah jenis struktur dinding yang berbentuk beton bertulang yang
biasanya dirancang untuk menahan geser, gaya lateral akibat gempa bumi. Dengan adanya
Shear wall / dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban gempa akan
terserap oleh dinding geser tersebut. Contoh konstruksi shear wall pada gambar berikut
ini :

Gambar 3. 10 Konstruksi Shear Wall


Sumber : projectmedias.blogspot.co.id, diunduh Desember 2017

Berdasarkan letak dan fungsinya, shear wall / dinding geser dapat


diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :

1. Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian besar
beban gravitasi. Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding partisi antar
apartemen yang berdekatan.
2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana
beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini
dibangun diantara baris kolom.
3. Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat
dalam gedung, yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang
terletak di kawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi
pilihan ekonomis.
34

Fungsi shear wall / dinding geser ada dua , yaitu kekuatan dan kekakuan, artinya
:

1. Kekuatan
Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk
melawan kekuatan gempa horizontal. Ketika dinding geser cukup kuat, mereka
akan mentransfer gaya horizontal ini ke elemen berikutnya dalam jalur beban di
bawah mereka, seperti dinding geser lainnya, lantai, pondasi dinding, lembaran
atau footings.
2. Kekakuan
Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau
lantai di atas dari sisi - goyangan yang berlebihan. Ketika dinding geser cukup
kaku, mereka akan mencegah membingkai lantai dan atap anggota dari bergerak
dari mendukung mereka. Juga, bangunan yang cukup kaku biasanya akan
menderita kerusakan kurang nonstructural.

3.2.2.7 Pekerjaan Balok

Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan
bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas.
Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.

Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang


mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur di
dalam balok tersebut. Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan timbulnya
tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik
dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang
menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena
tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat terbawah, maka
secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan baja tarik saja. Contoh konstruksi balok
pada gambar berikut ini :
35

Gambar 3. 11 Konstruksi Balok


Sumber : catatankuliahsinon.blogspot.co.id, diunduh Desember 2017

3.2.2.8 Pekerjaan Pelat

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan
lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain. Plat lantai
didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Ketebalan plat
lantai ditentukan oleh :

1. Besar lendutan yang diinginkan


2. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung
3. Bahan konstruksi dan plat lantai

Pelat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpass (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak kaki.
Ketebalan plat lantai ditentukan oleh : beban yang harus didukung, besar lendutan yang
diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari
pelat lantai.

Pada pelat lantai hanya diperhitungkan adanya beban tetap saja (penghuni,
perabotan, berat lapis tegel, berat sendiri pelat) yang bekerja secara tetap dalam waktu
lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin, getaran, tidak diperhitungkan.
Contoh pelat pada gambar berikut ini :
36

Gambar 3. 12 Pelat Lantai


Sumber : catatankuliahsinon.blogspot.co.id, diunduh Desember 2017

Adapun fungsi plat lantai adalah sebagai berikut

1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas


2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah
4. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal

3.2.2.9 Pekerjaan Tangga

Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak - undak (trap) yang


menghubungakan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan
untuk naik dan turun antara lantai tingkat. Penempatan atau letak ruang tangga tersendiri
mudah dilihat dan dicari orang, tidak berdekatan dengan ruang lain agar tidak menggangu
aktifitas penghuni lain. Tangga juga mempunyai fungsi sebagai jalan darurat,
direncanakan dekat dengan pintu keluar, sebagai antisipasi terhadap bencana kebakaran,
gempa keruntuhan dan lain - lain. Adapun bagian - bagian dari struktur tangga sebagai
berikut :

1. Pondasi tangga
Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan,
pergeseran. Pondasi tangga bisa dari pasangan batu kali, beton bertulang atau
kombinasi dari kedua bahan dan pada dibawah pangkal tangga harus diberi balok
37

anak sebagai pengaku pelat lantai, agar lantai tidak menahan beban terpusat yang
besar.
2. Ibu tangga
Merupakan bagian dari tangga sebagai konstruksi pokok yang berfungsi
untuk mendukung anak tangga.
3. Anak tangga
Anak tangga berfungsi sebagai bertumpunya telapak kaki, dibuat dengan
jarak yang sama dan selisih tinggi (trap) dibuat, supaya kaki yang melangkah
menjadi nyaman, enak untuk melangkah, bentuk anak tangga dapat divariasikan
sesuai selera pemilik atau arsiteknya.
4. Pagar tangga
Pagar tangga atau reilling tangga adalah bagian dari struktur tangga sebagai
pelindung yang diletakkan disamping sisi tangga dan di pasang pada/ diatas ibu
tangga untuk melindungi agar orang tidak terpelosok jatuh. Pagar tangga dapat
dibuat dengan macam - macam variasi agar lebih artistik dan pada lantai tingkat
disekitar lubang tangga harus dipasang juga pagar pengaman agar penghuni tidak
terjerumus jatuh.
5. Penggunaan tangga
Merupakan batang yang di pasang sepanjang anak tangga untuk
bertumpunya tangan agar orang turun naik tangga merasa lebih aman, pegangan
tangga bertumpu pada tiang - tiang tangga yang tertanam kuat pada ibu tangga.
6. Bordes
Adalah pelat datar diantara anak - anak tangga sebagai tempat beristirahat
sejenak, bordes di pasang pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang
berbelok. Untuk rumah tinggal, lebar bordes antara 80 - 100 cm dan untuk
bangunan umum, lebar bordesnya dibuat antara 120 - 200 cm.
38

3.3 Supply Chain Material

Konsep supply chain pada awalnya berkembang di industri manufaktur. Supply


chain adalah suatu jaringan kerjasama dalam menyediakan material atau bahan baku yang
melibatkan beberapa pihak. Material tersebut meliputi bahan mentah maupun bahan
setengah jadi. Secara umum pihak-pihak yang terlibat dalam suatu supply chain adalah
supplier, pusat produksi, pusat distribusi, gudang, pusat penjualan dan lain-lain. Adapun
pertimbangan utama dalam menentukan kinerja supply chain adalah total biaya dan waktu
yang minimum sesuai kualitas yang disyaratkan.

Seiring dengan pengertian supply chain yang berkembang di industri manufaktur,


maka dalam konteks konstruksi, supply chain dapat didefinisikan sebagai suatu proses
dari sekumpulan aktifitas perubahan material alam hingga menjadi produk akhir (seperti
jalan atau bangunan) dan jasa (seperti perencanaan atau biaya) untuk digunakan oleh klien
dengan mengabaikan batas-batas organisasi (Rebeiro & Lopes, 2001). Menurut Vrijkoef
(1998), supply chain adalah jalinan kerjasama perusahaan yang berinteraksi untuk
menyampaikan produk (barang atau jasa) kepada pelanggan akhir, hubungan aliran
material dari bahan mentah sampai pengiriman terakhir dari rantai.

Towill et al (1992) menyatakan supply chain adalah suatu sistem, pemilihan


bagian termasuk supply material, fasilitas produksi, jasa distribusi dan pelanggan yang
saling berhubungan lewat perpindahan informasi. Menurut Bechtel et al (1997), supply
chain adalah produk dan arus informasi dua arah yang melalui semua partisipan dalam
sistem di mulai dari supplier dan berakhir pada pelanggan pengguna akhir. Sedangkan
menurut Lee & Billington (1992), supply chain adalah jaringan fasilitas untuk
menyediakan raw material, mengubahnya menjadi produk setengah jadi hingga menjadi
produk akhir untuk selanjutnya diserahkan kepada pemakai melalui suatu sistim distribusi.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa supply
chain merupakan keterlibatan jaringan organisasi dari organisasi hulu sampai hilir yang
melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang bernilai sampai pada
pelanggan terakhir. Rangkaian hubungan customer-supplier tersebut terjadi dalam suatu
rentang proses perubahan material, dimulai dari tahapan material alam hingga produk
39

akhirnya mencapai pengguna akhir, bagaikan suatu rangkaian mata rantai yang
terhubungan secara linier. Namun bentuk supply chain dalam konteks bisnis yang
sesungguhnya memiliki bentuk yang kompleks. Kompleksitas hubungan tersebut, terjadi
karena suatu perusahaan tertentu memiliki hubungan ke hulu dengan beberapa supplier-
nya (multiple suppliers), dan ke hilir dengan beberapa customer-nya (mutiple customers).
Di dalam suatu supply chain terdapat sistem pasokan yang harus didefinisikan, dirancang,
dan diimplementasikan untuk mendapatkan aliran material, informasi dan dana yang
efektif.

Berdasarkan hasil pengembangan yang dilakukan oleh O’Brien, London dan


Vrijhoef (2002) terlihat adanya kompleksitas supply chain terhadap besaran angka
perusahaan yang menyusun supply chain konstruksi serta dorongan kekuatan pasar dan
jarak yang lebar dalam perusahaan. Kegiatan dalam lokasi proyek telah memiliki jaringan
tersendiri antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain. Di luar lokasi proyek terdapat
pihak-pihak supplier, subcontractor, designers, dan owner yang secara langsung maupun
tidak langsung bekerjasama sehingga membentuk supply chain untuk mendukung
kelancaran dari kegiatan di dalam lokasi proyek tersebut. Ilustrasi dari pengembangan ini
sebagaimana terlihat pada gambar berikut ini :

Gambar 3. 13 Gambaran Konseptual Supply Chain Konstruksi


Sumber : O’Brien , 2002
40

Dengan model-model yang dikemukakan oleh peneliti supply chain dalam industri
konstruksi, maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari supply chain konstruksi,
yaitu:
 Karakteristik produknya unik – produk konstruksi bangunan pada umumnya
dibuat berdasarkan permintaan tertentu (custom made product). Dengan
demikian tidak ada satu pun produk konstruksi yang sama - walaupun hal ini
tergantung pada tingkatan mana melihatnya.
 Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara (temporary organization).
Suatu rangkaian supply chain yang terbentuk yang menghasilkan produk
konstruksi, akan berakhir ketika selesai masa produksi.
 Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses produksinya
berlangsung di site konstruksi (in site production). Hal ini juga memberikan
kontribusi terhadap keunikan produk konstruksi, karena pada proyek yang
sama, baik kondisi fisik (kondisi tanah, pengaruh cuaca, dll) maupun non fisik
(regulasi yang berlaku, kondisi lalulintas, dll) yang mempengaruhinya tidak
akan pernah sama.
 In site production dan off site production. Terjadinya produksi di dalam site
konstruksi (in site production), telah membagi dua batasan proses yang terjadi
dalam produksi konstruksi.
 Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali, sehingga terdapat
ketidakpastian yang tinggi dalam konstruksi.

Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat bahwa supply chain di industry


konstruksi sangatlah kompleks, sehingga sistem jaringan supply yang terjadi pada proses
produksinya juga menjadi sangat kompleks. Suatu studi menunjukkan bahwa desain
supply chain yang buruk memiliki potensi untuk meningkatkan biaya proyek hingga 10%
(Bertelsen, 1993). Hal ini menunjukkkan bahwa pola supply chain konstruksi juga akan
memberikan kontribusi terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, sehingga supply
chain konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang memungkinkan
untuk dilakukannya peningkatan dalam industri konstruksi. Dalam konteks konstruksi di
mana fragmentasi sudah menjadi bagian dari karakteristik industry ini, maka peningkatan
41

yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen hubungan terhadap organisasi yang
terlibat dalam suatu susunan supply chain yang menghasilkan produk konstruksi tertentu.
Dengan demikian sangatlah perlu dilakukan pengelolaan supply chain yang baik sehingga
dapat mengurangi kesia-siaan (ketidakefisienan) dan optimalisasi pencapaian value dalam
supply chain-nya, agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
memberikan kepuasan pada pelanggan.
42

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Proses Pelaksanaan

Selama kerja praktek berlangsung, pengamatan di lapangan dilakukan beberapa


kali. Pengamatan di lapangan ini berguna untuk menambah wawasan mengenai praktek
pelaksanaan konstruksi di lapangan. Dari hasil pengamatan tersebut, dapat dipelajari
beberapa proses pelaksanaan konstruksi dan material pendukungnya.

4.1.1 Alat dan Bahan

Material atau pokok yang digunakan saat konstruksi antara lain:

1. Beton ready mix


Beton ready mix adalah beton siap pakai yang biasanya disediakan oleh
subkontraktor. Penggunaan beton ready mix memudahkan pelaksanaan di
lapangan karena mempercepat waktu pekerjaan.
2. Kawat baja/kawat bendrat
Kawat baja berfungsi untuk mengikat tulangan sehingga kedudukan tulangan
dalam beton tidak berubah. Kawat baja biasanya berbentuk gulungan yang harus
dipotong sebelum penggunaan.
3. Kayu multipleks (Plywood)
Multipleks merupakan bahan bekisting yang berfungsi untuk membentuk
permukaan struktur yang akan dicor.
4. Kayu
Kayu yang digunakan merupakan balok yang digunakan untuk pekerjaan
cetakan agar menjadi lebih kokoh.
5. Pasir
Pasir merupakan bahan campuran beton. Pada campuran beton digunakan
pasir semi.
43

6. Semen
Semen digunakan sebagai bahan utama campuran beton. Penggunaan beton
yang dicampur manual karena pengecoran yang dilakukan volumenya sedikit.
7. Batu Pecah
Batu pecah digunakan dalam campuran beton untuk memperkuat beton.

Untuk membantu proses konstruksi di lapangan dibutuhkan beberapa peralatan


antara lain:

1. Excavator
Alat yang digunakan untuk membongkar bangunan lama dan alat yang
digunakan dalam pengerjaan galian dan timbunan.
2. Mesin Bor
Mesin bor digunakan untuk membuat lubang galian tanah pada pekerjaan pile
bored.
3. Alkon
Alkon merupakan alat yang digunakan untuk menghisap dan membuang air
dan lumpur yang ada pada lubang galian.
4. Truk
Alat pengangkut material dari toko atau produsen material ke lokasi proyek.
5. Molen
Alat yang digunakan untuk membantu pencampuran material menjadi beton.
6. Alat Potong
Alat potong yang digunakan adalah cutting wheel dan gurinda. Alat-alat ini
digunakan untuk memotong material besi maupun kayu.
7. Vibrator
Digunakan untuk memadatkan beton segar didalam bekisting.
8. Jack Hammer
Alat ini digunakan untuk menghancurkan beton yang sudah mengeras.
Concrete pump car
9. Mobile Mixer
44

Alat yang digunakan untuk mengangkut material dari lokasi mixing ready mix
ke lokasi proyek.
10. Concrete Pump Car
Alat ini digunakan untuk memompa beton dari mixing truck ke lokasi
pengecoran.
11. Waterpass
Alat ini digunakan oleh surveyor untuk memastikan letak/kedudukan serta
kerataan permukaan struktur.
12. Perancah (scaffolding)
Perancah yaitu konstruksi pipa besi yang digunakan untuk menopang
bekisting.
13. Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton
selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

4.1.1.1. Pengangkutan dan Penyimpanan Material

Pengangkutan material umumnya menggunakan truk. Material lalu disimpan di


tempat penyimpanan yang dilakukan secara manual oleh pekerja. Material yang disimpan
di lokasi proyek antara lain besi tulangan, kayu, pasir dan batu pecah. Beberapa material
disimpan di dalam gudang, seperti semen dan plywood.

Gambar 4. 1 Penyimpanan Material di Area Konstruksi


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017
45

4.1.1.2. Pabrikasi

Di proyek ini, terdapat dua macam pabrikasi yang dikerjakan, yaitu:


a. Bekisting
Bekisting bahan plywood dengan tebal 9 mm untuk footplate, sloof, balok,
dan plat. Sedangkan plywood dengan tebal 12 mm untuk bekisting kolom, core
lift dan shear wall. Kayu yang digunakan adalah balok dengan ukuran yang
bervariasi mulai dari ukuran yang terkecil kayu 4/6 sampai kayu 8/12. Lokasi los
kayu dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4. 2 Los Kayu


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

Di lokasi ini, papan multipleks dipotong-potong sesuai kebutuhan desain


elemen struktur dan kayu sebagai pembentuk bekisting.
46

b. Tulangan
Terdapat berbagai macam diameter tulangan yang digunakan dalam proyek
ini. Besi untik tulangan biasanya dijual dalam panjang tertentu. Proses pabrikasi
yang dilakukan adalah pembengkokan dan pemotongan tulangan kemudian
dirakit sesuai desain yang dibutuhkan. Proses ini dilakukan dengan bantuan
cutting wheel. Lokasi los besi dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4. 3 Los Besi


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

Di lokasi ini dibuat berbagai jenis tulangan, yakni tulangan utama,


sengkang, rangkaian tulangan bored pile dan rangkaian tulangan kolom.

4.1.2 Pekerjaan Pendahuluan

Pada tahap pekerjaan pendahuluan terdapat beberapa pekerjaan. Berikut ini adalah
metode-metode pada pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan di lapangan :

1. Pekerjaan demolition atau pekerjaan pembongkaran bangunan lama.


Bangunan Puskesmas Paniki Bawah yang lama dibongkar dengan metode
mekanikal atau penggunaan alat berat. Alat yang digunakan yaitu 1 unit alat
berat excavator tipe 05 Komatsu dan 1 unit dumptruck untuk pengangkutan
puing-puing bangunan. Material sisa pembongkaran gedung selanjutnya di
buang dengan menggunakan truk. Pembongkaran bangunan lama serta
pengangkutan material sisa dapat dilihat pada gambar berikut ini:
47

Gambar 4. 4 Pembongkaran Bangunan Lama Serta Pengangkutan material


Sisa
Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

2. Pekerjaan selanjutnya yaitu pengupasan lahan pada area bangunan lama


setebal 75 cm.
3. Pembuatan direksi keet dan gudang penyimpanan material pada lokasi
proyek.
4. Pembuatan pagar pembatas sekeliling lokasi proyek serta pembutan akses
pintu masuk proyek.
5. Pada lahan yang sudah siap, dilakukan pengukuran dan pemasangan
bouwplank. Pengukuran, penetapan titik elevasi, dan as bangunan dilakukan
dengan mengacu pada titik elevasi 0.00 yang telah disetujui bersama.
Kegiatan pengukuran dan pemasangan bouwplank ini dilakukan oleh 5 orang
dengan menggunakan alat bantu meter rol 50 m, kayu 5/7 sebagai patokan,
benang nilon dan waterpass.

4.1.3 Pekerjaan Tanah


48

Pada pekerjaan tanah terdapat tiga pekerjaan pokok yaitu pekerjaan galian,
pekerjaaan pengeboran dan pekerjaan tibunan. Berikut ini adalah metode-metode pada
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan di lapangan :

1. Dari bouwplank yang sudah ada kemudian dibuat titik-titik footplat dan diberi
tanda dengan menggunakan patok kayu 5/7 dan benang nilon.
2. Penggalian tanah dilakukan berdasarkan titik-titik footplat yang telah
ditentukan. Penggalian menggunakan 1 unit alat berat excavator tipe Hitachi
Zaxis 210 F. Kedalaman galian adalah 1.75 m dari titik muka tanah. Ukuran
galian disesuaikan dengan tipe footplat. Terdapat 3 tipe footplat : tipe A
dengan ukuran 2.75 m x 1.5 m sebanyak 23 lubang, tipe B dengan ukuran 1.5
m x 1.5 m sebanyak 2 lubang, dan tipe C dengan ukuran 2.9 m x 3.8 m
sebanyak 1 lubang. Tanah hasil galian dibuang kedaerah samping lokasi
pekerjaan yang kemudian diangkut dengan menggunakan 2 unit Dumptruck
secara bergantian. Hanya sebagian tanah yang dibuang, karena sebagian tanah
hasil galian akan digunakan untuk penimbunan tanah.
3. Pengeboran dilakukan dengan cara alat bor diturunkan diatas dudukan balok
kayu yang telah dipasang didalam lubang footplat, dilakukan setting mesin
dan pemasangan mata bor. Alat bor dipastikan tegak lurus terhadap lubang
yang akan di bor. Kemudian dilakukan peneboran dengan ukuran lubang
peneboran yaitu diameter lubang 50 cm dan kedalaman lubang 5.5 m. Dalam
proses pengeboran ini dibantu oleh alat penghisap lumpur untuk
mengeluarkan tanah dari lubang galian. Penyambungan stang terus dilakukan
sampai kedalaman lubang tercapai. Pengukuran kedalaman dilakukan dengan
alat meteran. . Pengeboran dan penggalian tanah untuk footplate dilihat pada
gambar berikut ini :
49

Gambar 4. 5 Pengeboran Dan Penggalian Tanah Untuk Footplate


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

4. Pekerjaan Penimbunan dilakukukan setelah pondasi footplate terpasang.


Sedangkan penimbunan untuk peninggian lantai 1 dilakukan setelah sloof di
lantai 1 terpasang. Penimbunan tanah dan peninggian lantai dilakukan dengan
menggunakan 1 unit alat berat excavator tipe Hitachi Zaxis 210 F. Tanah
penimbunan dan peninggian lantai diambil dari tanah hasil galian ditambah
tanah yang didatangkan.

4.1.4 Pekerjaan Bored Pile

Berikut ini adalah metode pekerjaan bored pile yang dilaksanakan di lapangan :

1. Tulangan pondasi bored pile ini menggunakan besi 12 D19 untuk tulangan
utama sedangkan sengkang menggunakan tulangan spiral Ø12-150 mm.
Pabrikasi dan perakitan tulangan sebelumnya telah dilakukan di los kerja besi.
2. Tulangan yang telah di rakit dibawa ke lokasi atau ke lubang yang telah di bor
dengan cara pengangkutan manual menggunakan tenaga manusia. Sebelum
tulangan dimasukkan kedalam lubang bor, tulangan dipasang beton decking.
Tulangan kemudian di masukkan kedalam lubang galian dengan memastikan
tulangan tegak lurus dan berada tepat di tengah lubang bor.
3. Proses pengecoran bored pile dilakukan dengan menggunakan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
50

pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan


penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan kedalam
lubang-lubang bored pile melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Jika di
dalam lubang yang telah dibor terdapat genangan air, air terlebih dahulu
disedot menggunakan alat alkon kemudian dituang beton. Untuk setiap mobile
mixer yang masuk (volume 6-7 m3) dilakukan uji slump dan diambil 3 buah
sampel kubus untuk di uji tekan. Pengecoran Bored pile dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 4. 6 Pengecoran Bored Pile


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

4.1.5 Pekerjaan Footplate

Berikut ini adalah metode pekerjaan footplate yang dilaksanakan di lapangan :


51

1. Tulangan footplate ini menggunakan besi D25 – 200 cm. Tulangan dipotong
menggunakan cutting wheel sesuai dengan ukuran masing-masing footplate
yaitu tipe A dengan ukuran 1.5 m x 2.75 m, tipe B dengan ukuran 1.5 m x 1.5
m, dan tipe C dengan ukuran 2.9 m x 3.8 m. Pabrikasi tulangan footplate
dilakukan di los kerja besi.
2. Tulangan yang telah dipabrikasi dibawa ke lokasi galian footplate kemudian
dirakit ditempat.
3. Bekisting footplate yang telah di fabrikasi sesuai dengan ukuran footplate di
los kayu kemudian di bawa ke lubang footplate dan di setting di tempat.
Footplate yang siap di cor dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4. 7 Footplate Yang Siap di Cor


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

4. Pengecoran beton footplate menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
52

penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer


selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke masing-
masing footplate melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses
pengecoran, beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah
terjasinya beton yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk
(volume 6-7 m3) dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk
di uji tekan.

4.1.6 Pekerjaan Sloof

Berikut ini adalah metode pekerjaan sloof yang dilaksanakan di lapangan :

1. Tulangan sloof menggunakan besi 8 D19 sebagai tulangan utama, 4 D12


sebagai tulangan torsi dan besi Ø10-100 mm sebagai tulangan sengkang.
Tulangan sengkang telah terlebih dahulu dipabrikasi di los kerja besi dengan
ukuran sloof 30/60 cm. Tulangan sloof selanjutnya dirakit ditempat dengan
menggunakan kawat bendrat. Untuk setiap sambungan tulangan sloof, dibuat
overlap dengan ukuran 40 x D = 76 cm.
2. Bekisting sloof yang telah di fabrikasi sesuai dengan ukuran sloof
menggunakan multipleks 9 mm, kayu 5/7 sebagai pengaku dan paku di los
kayu. Lembaran bekisting kemudian di bawa ke lokasi pemasangan sloof dan
di setting di tempat. Beton decking dipasang pada tulangan sloof setebal
selimut beton (2.5 cm). Sloof yang siap di cor dilihat pada gambar berikut ini
:
53

Gambar 4. 8 Sloof Yang Siap di Cor


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

3. Pengecoran beton sloof menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke masing-
masing sloof melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses
pengecoran, beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah
terjasinya beton yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk
(volume 6-7 m3) dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk
di uji tekan.

4.1.7 Pekerjaan Kolom

Berikut ini adalah metode pekerjaan kolom yang dilaksanakan di lapangan :

1. Tulangan kolom menggunakan besi 16 D 22 sebagai tulangan utama dan besi


Ø10-100 mm sebagai tulangan sekangkang Tulangan sengkang telah terlebih
dahulu dipabrikasi di los kerja besi dengan ukuran kolom 50/50 cm. Panjang
tulangan utama kolom yaitu 5 m sudah termasuk overlap. Pabrikasi dan
perakitan tulangan sebelumnya telah dilakukan di los kerja besi.
54

2. Tulangan yang telah di rakit dibawa ke lokasi pemasangan kolom dengan cara
pengangkutan manual menggunakan tenaga manusia dan di ereksi dengan
menggunakan bantuan alat excavator. Sedangkan untuk tulangan kolom 50/50
lantai 2 sampai lantai dak atap, tulangan utama yang sudah dipotong-potong
sesuai ukuran, diangkut keatas dan dirakit ditempat.
3. Bekisting kolom yang telah di fabrikasi sesuai dengan ukuran kolom
menggunakan multipleks 12 mm, besi terod dan kayu 5/7 sebagai pengaku dan
penyangga di los kayu kemudian di bawa ke lokasi pemasangan kolom dan di
setting di tempat. Setelah bekisting dipasang membungkus 4 sisi kolom,
multipleks diberi pengaku kayu 5/7 yang diperkuat dengan paku dan
dikencangkan dengan besi terod. Besi terod dipasang dengan jarak setiap 30
cm. Bekisting kemudian diberi penyangga (skor) kayu 5/7. Pada saat
pemasangan bekisting kolom, perlu diperhatikan ketegakan bekisting agar
kolom tidak miring. Alat bantu yang digunakan adalah batu lot dan waterpass
tempel. Beton decking dipasang pada tulangan kolom setebal selimut beton
(2.5 cm).
4. Pengecoran beton kolom menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke masing-
masing kolom melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses
pengecoran, beton dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah
terjasinya beton yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk
(volume 6-7 m3) dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk
di uji tekan. Pengecoran kolom dilihat pada gambar berikut ini :
55

Gambar 4. 9 Pengecoran Kolom


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

4.1.8 Pekerjaan Core Lift

Berikut ini adalah metode pekerjaan core lift yang dilaksanakan di lapangan :

1. Tulangan core lift menggunankan besi D 22 – 200 mm arah memanjang dan


besi D 13 – 120 mm arah melintang yang telah terlebih dahulu dipabrikasi di
los kerja besi.
2. Tulangan core lift selanjutnya dirakit ditempat dengan menggunakan kawat
bendrat. Setelah perakitan tulangan dipasangi beton decking setebal selimut
beton (2.5 cm).
3. Bekisting core lift menggunakan multipleks 12 mm dan kayu 5/7 sebagai
pengaku dan penyangga. Papan dasar bekisting yang telah dipotong dan
dirakit ditempat kemudian diberi penyangga (skor). Core lift yang siap di cor
dilihat pada gambar berikut ini :
56

Gambar 4. 10 Core Lift yang Siap di Cor


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

4. Pengecoran beton core lift menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke core lift
melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses pengecoran, beton
dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah terjasinya beton
yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk (volume 6-7 m3)
dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk di uji tekan.

4.1.9 Pekerjaan Balok dan Pelat


57

Berikut ini adalah metode pekerjaan balok dan plat yang dilaksanakan di lapangan
:

1. Satu set scaffolding yang terdiri dari main frame, ladder frame, jack base,
cross brace, join pin dan u-head dipasang pada setiap bentangan balok dan
pelat yang akan dipasangi bekisting. Scaffolding diatur sesuai lebar atau
panjang bentang yang dibutuhkan. Sebelumnya, dilakukan pengukuran tinggi
papan dasar bekisting balok dan pelat, sehingga ketinggian scaffolding diatur
berdasarkan elevasi yang telah direncanakan tersebut.
2. Bekisting balok dan pelat menggunakan multipleks 9 mm, kayu 5/7 sebagai
pengaku dan balok 8/12 yang berfungsi sebagai gelagar yang dipasang diatas
scaffolding. Papan dasar bekisting yang telah dipotong dan dirakit sesuai
ukuran (dipasang kayu 5/7 sebagai pengaku), dipaku diatas balok gelagar yang
sudah dipasang diatas scaffolding. Elevasi balok dan pelat disesuaikan dengan
gambar kerja. Dilanjutkan dengan pemasangan bekisting pada sisi balok dan
pada pelat.
3. Tulangan balok terdiri dari empat tipe. Balok B1 30/60 cm menggunakan besi
6 D 19 tumpuan atas, 4 D 19 tumpuan bawah, 4 D 19 lapangan atas, 6 D 19
lapangan bawah dan 4 D 12 tulangan torsi. Balok B2 30/45 cm menggunakan
besi 5 D 19 tumpuan atas, 5 D 19 tumpuan bawah, 3 D 19 lapangan atas, 5 D
19 lapangan bawah dan 2 D 12 tulangan torsi. Balok B3 25/40 menggunakan
besi 4 D 19 tumpuan atas, 2 D 19 tumpuan bawah, 2 D 19 lapangan atas, 4 D
19 lapangan bawah dan 2 D 12 tulangan torsi. Balok B4 20/35 cm
menggunakan besi 4 D 16 tumpuan atas, 2 D 16 tumpuan bawah, 2 D 16
lapangan atas, 4 D 16 lapangan bawah dan 2 D 12 tulangan torsi. Semua tipe
balok menggunakan tulangan sengkang Ø10-100 mm yang telah terlebih
dahulu dipabrikasi di los kerja besi sesuai dengan ukuran tipe masing-masing
balok. Terdapat tiga tipe pelat yaitu pada lantai 1 tulangan untuk pelat tebal
12 cm menggunakan besi Ø8-150 mm sebanyak 1 lapis, pelat lantai 2 sampai
pelat dak atap tulangan untuk pelat tebal 12 cm menggunakan besi Ø10-150
58

mm sebanyak 2 lapis dan pelat dak core lift tulangan untuk pelat tebal 12 cm
menggunakan besi Ø8-150 mm sebanyak 2 lapis.
4. Tulangan balok dan pelat selanjutnya dirakit ditempat dengan menggunakan
kawat bendrat. Setelah perakitan tulangan dipasangi beton decking setebal
selimut beton (2.5 cm).
5. Pengecoran beton balok dan pelat dilakukan secara bersamaan menggunakan
beton ready mix dengan mutu beton K300 untuk pelat lantai 2 sampai dak core
lift, sedangkan pelat lantai 1 menggunakan beton K225 untuk. Untuk
pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum pengecorann terlebih
dahulu dilakukan setting concrete pump dan penyambungan pipa penyaluran.
Beton ready mix dari mobile mixer selanjutnya dimasukkan kedalam concrete
pump dan disalurkan ke balok dan pelat melalui pipa-pipa yang telah
disambungkan. Selama proses pengecoran, beton dipadatkan dengan
menggunakan vibrator untuk mencegah terjasinya beton yang keropos. Untuk
setiap mobile mixer yang masuk (volume 6-7 m3) dilakukan uji slump dan
diambil 3 buah sampel kubus untuk di uji tekan. Pengecoran balok dan pelat
dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4. 11 Pengecoran Balok dan Pelat


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

4.1.10 Pekerjaan Shear Wall


59

Berikut ini adalah metode pekerjaan shear wall yang dilaksanakan di lapangan :

1. Tulangan shear wall menggunankan besi D 13 – 150 mm arah memanjang


dan besi Ø 8 – 120 mm arah melintang yang telah terlebih dahulu dipabrikasi
di los kerja besi.
2. Tulangan shear wall selanjutnya dirakit ditempat dengan menggunakan kawat
bendrat. Setelah perakitan tulangan dipasangi beton decking setebal selimut
beton (2.5 cm). Pembesian shear wall dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4. 12 Pembesian Shear Wall


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

3. Bekisting shear wall menggunakan multipleks 12 mm dan kayu 5/7 sebagai


pengaku dan penyangga. Papan dasar bekisting yang telah dipotong dan
dirakit ditempat kemudian diberi penyangga (skor).
4. Pengecoran beton shear wall menggunakan beton ready mix dengan mutu
beton K300. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke shear wall
melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses pengecoran, beton
dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah terjasinya beton
yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk (volume 6-7 m3)
dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk di uji tekan.
60

4.1.11 Pekerjaan Tangga

Berikut ini adalah metode pekerjaan tangga yang dilaksanakan di lapangan :

1. Bekisting tangga menggunakan multipleks 9 mm. Sebelum pemasangan


multipleks, scaffolding dipasang terlebih dahulu pada bagian bordes dengan
menentukan level bordes sesuai dengan gambar kerja menggunakan
waterpass. Setelah scaffolding terpasang sesuai dengan level bordes, balok
gelagar diletakkan diatas scaffolding dan bekisting dipaku pada balok gelagar.
Bekisting kemudian dipasang kayu 5/7 sebagai pengaku.
2. Tulangan tangga menggunakan besi Ø16 - 150 mm arah memanjang dan besi
Ø12 – 150 mm arah melintang masing-masing dua lapis. Satu lantai terdiri
dari 27 anak tangga dengan panjang 1.8 m dan bordes berukuran 1.6 m x 3.6
m. Pembesian plat tangga dan tangga yang siap di cor dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 4. 13 Pembesian Plat Tangga


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017
61

Gambar 4. 14 Tangga yang Siap Di Cor


Sumber : Dokumen Pribadi , 2017

3. Pengecoran beton tangga menggunakan beton ready mix dengan mutu beton
K250. Untuk pengecoran menggunakan beton ready mix sebelum
pengecorann terlebih dahulu dilakukan setting concrete pump dan
penyambungan pipa penyaluran. Beton ready mix dari mobile mixer
selanjutnya dimasukkan kedalam concrete pump dan disalurkan ke shear wall
melalui pipa-pipa yang telah disambungkan. Selama proses pengecoran, beton
dipadatkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah terjasinya beton
yang keropos. Untuk setiap mobile mixer yang masuk (volume 6-7 m3)
dilakukan uji slump dan diambil 3 buah sampel kubus untuk di uji tekan.

4.2 Supply Chain Order Proyek


62

Proyek yang menjadi pengamatan dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan


merupakan proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah Manado. Adapun
pola supply chain order yang terjadi selama proyek tersebut berlangsung yaitu sebagai
berikut :

4.2.1 Pelaku Supply Chain Order

Pada supply chain di industri manufaktur terdapat lima komponen utama sebagai
pelakunya, yaitu supplier, manufaktur, distributor, retailer, dan customer (Indrajit, 2005),
sementara itu berdasarkan beberapa model yang dikembangkan di supply chain
konstruksi, dapat disimpulkan beberapa komponen utama dalam suatu supply chain
konstruksi yang terjadi pada proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah
Manado, yaitu:
1. Owner (Pelaku Hilir), proses supply chain konstruksi dimulai dari inisiatif
owner yang memprakarsai dibuatnya produk konstruksi bangunan dan
berakhir pada owner ketika produk tersebut selesai diproduksi. Dalam ini yang
berlaku sebagai owner adalah Dinas Kesehatan Kota Manado.
2. Kontraktor (Pelaku Utama), Kontraktor adalah suatu organisasi konstruksi
yang memberikan layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi berdasarkan
perencanaan teknis dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Dalam ini yang
berlaku sebagai kontraktor adalah PT. Liando Beton Indonesia.
3. Subkontraktor, Subkontraktor adalah perusahaan konstruksi yang berkontrak
dengan kontraktor utama untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan
kontraktor utama. Dalam hal ini yang menjadi subkontraktor dalam pekerjaan
struktur yaitu mandor.

4.2.2 Penjadwalan
63

Adapun jadwal yang dilaksanakan dalam proyek Rehabilitasi Sedang/Berat


Puskesmas Paniki Bawah Manado, dikeluarkan oleh perencana dalam bentuk bar chart
dan kurva S. Bar chart dan kurva S dilihat pada gambar berikut ini :

Sumber : PT. Liando Beton Indonesia , 2017

4.2.3 Perhitungan Material


64

Pada proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas Paniki Bawah Manado,


pengamatan praktik kerja lapangan fokus pada pengerjaan struktur. Sehingga perhitungan
material yang di pilih yaitu besi tulangan dan bekisting. Perhitungan material-material
struktur di jabarkan pada lampiran berupa matrikulasi volume. Secara singkat kebutuhan
material besi tulangan dan bekisting dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. 1 Rekap Jumlah Besi


No A B C satuan
1 D25 258 284 ujg
2 D22 885 974 ujg
3 D19 1037 1141 ujg
4 D16 90 99 ujg
5 D13 323 355 ujg
6 D12 410 451 ujg
7 Φ12 145 160 ujg
8 Φ10 3612 3973 ujg
9 Φ8 662 728 ujg
Keterangan :
A = Jenis Besi
B = Jumlah
C = Jumlah ditambah 10% waste factor

Tabel 4. 2 Rekap Jumlah Bekisting

No A B C satuan
1 Footplate 110 111 m2
2 Sloof 113 113 m2
3 Kolom 806 806 m2
5 Balok 663 663 m2
6 Tangga 97 97 m2
7 Core Lift 358 359 m2
8 Shear Wall 83 83 m2
Keterangan :
A = Jenis Bekisting
B = Jumlah
C = Pembulatan
4.2.4 Alur Pemesanan Material
65

Adapun alur pemesanan material yang terjadi dilapangan dapat digambarkan dalam
bagan dibawah ini :

Toko
Pelaksana
Lokasi
Direktur
Proyek

Logistik Purchasing

Gambar 4. 16 Bagan Alur Pemesanan Material

Alur dari bagan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Pelaksana memahami terlebih dahulu tentang jadwal pekerjaan, kemudian
mulai menyusun pemakaian material sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilakukan. Selanjutnya pelaksana melaporkan hasil hitungan material kepada
bagian Logistik proyek.
2. Logistik proyek menerima list permintaan material, lalu menuliskan list
material tersebut dalam kertas DO (Delivery Order). Setelah itu DO ditanda
tangani oleh Pelaksan dan Mandor sebagai pihak yang mengajukan dan bagian
Logistik sebagai pihak yang memeriksa. Kemudian kertas DO di berikan
kepada Direktur.
3. Direktur proyek menerima kertas DO untuk diperiksa dan menyetujui kertas
DO. Selanjutnya kertas DO diberikan lagi kepada bagian Logistik untuk
diproses.
4. Bagian Logistik memberikan kertas DO yang telah di setujui pada bagian
Purchasing perusahaan untuk pemesanan material.
5. Material-material dipesan berasal dari :
a. Kayu dan Multipleks
- PT. Liando Beton Indonesia
- Toko Sumber Bangunan
- Toko Sumber Anugrah
b. Besi Tulangan
66

- Sisa material proyek SIKIM (Sentra Industri Kecil dan Menengah),


Bitung
- Toko Vonny
- Toko Sumber AnugrahWijaya

Catatan : Pemesanan material yang untuk pekerjaan diproyek harus dipesan satu
minggu sebelum material tersebut akan digunakan, mengingat
ketersedian material di toko yang terkadang habis untuk meminimalisir
stock out material dan keterlambatan pengerjaan.

BAB V
67

PENUTUP

Praktik kerja lapangan dilaksanakan mahasiswa selama kurang lebih tiga bulan.
Didalam kerja praktek mahasiswa dapat membandingkan teori pelajaran yang didapatkan
didalam bangku perkuliahan dengan kondisi yang pelaksanaan dan terjadinya nya proses
pelaksanaan di lapangan. Permasalahan, cara pelaksanaan proyek, dan pengambilan
keputusan dapat dipelajari dengan mengikuti kerja praktek ini. Pelajaran yang penulis
dapatkan disimpulkan pada bab ini dan saran untuk proyek yang menurut penulis amati
pada lapangan.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan kerja praktek selama kurang
lebih tiga bulan :

a. Selama penulis mengikuti proyek Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas


Paniki Bawah, ada beberapa masalah mengenai ketidaksesuaian antara
gambar shop drawing dengan pekerjaan yang telah terlaksana di lapangan
akibat kurangnya pengawasan dari pelaksana proyek. Sehingga terjadi
kurangnya mutu dari bangunan baik dari segi kekuatan maupun dari segi
keindahan.
b. Kurangnya inisiatif dari pelaksana proyek sebagai juru hitung kebutuhan
material yang akan digunakan sehingga menyebabkan ketimpangan pada alur
pemesanan material. Hal ini menyebabkan stok material belum ada pada saat
dibutuhkan.

5.2 Saran
68

Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan tenaga pelaksana yang berkompeten, sehingga proyek yang


dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan menjaga serta
mengedepankan mutu dari bangunan yang dilaksanakan.
b. Penambahan sumber daya manusia dalam hal ini yaitu staf teknik maupun
bagian logistik yang betul-betul paham dalam hal perhitungan kebutuhan
material. Penambahan SDM juga dapat membantu pelaksana untuk fokus
dalam mengawasi terlaksananya suatu proyek sehingga proyek yang dibangun
dapat selesai sesuai waktu dan spesifikasi teknis yang telah direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA
69

Building Department of Hongkong. 2004. “Code of Practice for Demolition Building”,


Hongkong.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

https://www.academia.edu/ [diakses pada bulan Desember 2017]

http://catatankuliahsinon.blogspot.co.id/2012/12/balok-plat-lantai-floor-plate.html
[diakses pada bulan Desember 2017]

http://www.dreamarsitek.com/pengertian-sloof-dan-fungsi-dari-sloof/ [diakses pada


bulan Desember 2017]

https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/pelat-penutup-tiang-pile-cap [diakses
pada bulan Desember 2017]

https://www.kolomsatu.com/membuat-struktur-kolom-beton-pada-gedung-
bertingkat.html [diakses pada bulan Desember 2017]

http://projectmedias.blogspot.co.id/2013/11/shear-wall-pengertian-jenis-dan.html
[diakses pada bulan Desember 2017]

http://teorikuliah.blogspot.co.id/2009/08/konstruksi-tangga.html [diakses pada bulan


Desember 2017]

Anda mungkin juga menyukai