Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma belum pernah
ditemukan sebelum terjadinya menarche, sedangkan setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh.Miomauterisering ditemukan pada
wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih
dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak
wanita yang menderita mioma uteri asimptomatik.1
Tumor ini merupakan tumor pelvik terbanyak pada organ reproduksi wanita.
Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita. Mioma
uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang paling
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi
mioma uteri itu sendiri. Baru-baru ini penelitian sitogenetik, molekuler dan
epidemiologi mendapatkan peranan besar komponen genetik dalam patogenesis
dan patobiologi mioma uteri.1
Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20
tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun. Mioma uteri ini lebih sering
didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga
memegang peran.2
Mioma uteri menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang
efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi
mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun
morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma
uteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan uterus abnormal, serta
diperkirakan dapat menurunkan tingkat kesuburan.2
Perdarahan uterus yang abnormal merupakan gejala klinis yang paling
sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan
mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri mungkin akan mengalami siklus

1
perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur. Menorrhagia dan atau metrorrhagia
sering terjadi pada penderita mioma uteri.2
Penanangan mioma uteri dapat dilakukan secara konservatif maupun
dengan tindakan pembedahan. Beberapa pilihan terapi pembedahan tergantung
pada beberapa faktor, diantaranya ukuran mioma, gejala yang ditimbulkan tidak
dapat teratasi dengan penanganan konservatif, sangkaan keganasan, dan
pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya.2
Karena bermacam-macamnya gejala yang muncul akibat mioma uteri
sehingga diperlukan suatu cara mendiagnosis mioma supaya tidak terjadi
kesalahan diagnosa. Maka dari itu presentasi kasus kami ini menekankan secara
lebih mengenai bagaimana mendiagnosa mioma uteri.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus jinak yang berasal dari
otot polos uterus, yang diselingi untaian jaringan ikat. Tumor ini juga dikenal
dengan istilah fibromioma, leiomioma, atau pun fibroid.1

B. Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara
rektum di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur
ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat
uterus normal lebih kurang 57 gram.
Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah Pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus,
disamping itu serabut serabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat
meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan
janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara,
mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.
Uterus dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.
2. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uteri
mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,

3
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
yaitu
bagian serviks yang ada di atas vagina
Uterus juga dapat dibagi berdasarkan dindingnya yaitu :
1. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks
uteri.Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam
masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian
tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh
darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada
janin.
2. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling
penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi
kuat danmenjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan
yang terbuka.
3. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum
yangmenfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
a. Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan
ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral
dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara
lain vena dan arteria uterine.
b. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat.

4
c. Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
d. Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan
tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan
vena ovarika

C. Epidemiologi
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun
dan belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak
ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri
pada masa reproduksi 20-25%.
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena
wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding
wanita kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus
pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja.

D. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah
sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom
lengan 12q15 atau 6p21. Ada beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (1,2,4)
1. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo
mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan
bahwa untuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting

5
yaitu: sel nest ( sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel
nest secara terus menerus).Percobaan Lipschutz yang memberikan
estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam
abdomen.19 Hormon estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat
kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB).
Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini
menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi
pada pasien yang nullipara.
2. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara
yaitu:mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan
jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Umur
mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
4. Paritas
lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
5. Faktor ras dan genetik
pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
6. Fungsi ovarium

6
diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil
dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di
dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari
transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa
yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil
gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel
miometrial normal.4
E. PATOGENESIS
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.
Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Pemberian agonis GnRH
dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran
mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan
dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron,
faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor 1 yang
distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan
munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma
daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan
mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah
menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.(1,2,4)
Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri.
Mioma pada serviks uteri hanya ditemukan sebanyak 3 % dan pada korpus

7
uteri ditemukan 97% kasus. Berdasarkan tempat tumbuh atau letaknya,
mioma uteri dapat diklasifikasikan menjadi : (1)
1. Mioma intramural: Mioma terdapat di korpus uteri diantara serabut
miometrium. Bila mioma membesar atau bersifat multiple dapat
menyebabkn pembesaran uterus dan berbenjol-benjol
2. Mioma submukosum: Mioma tumbuh tepat dibawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus. Kadang mioma uteri submukosadapat
tumbuh terus dalam kavum uteri dan berhubungan dengn tangkai yang
dikenal dengan polip. Karena konraksi uterus, polip dapat melalui kanalis
servikalis dan sebgian kecil atau besar memasuki vagina yang dikenal
dengan nama myoma geburt.
3. Mioma uteri subserosum: Mioma terletak dibawah tunika serosa, tumbuh
kerah luar dan menonjol ke permukaan uterus. Mioma subserosa dapat
tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
ligamenter yang dapat menekan ligamenter dan arteri iliaka. Miom jenis ini
juga dapat tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke omentum dan
kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering dan
parasite fibroid.
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang
timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks,
intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi
yang terjadi.

F. MANIFESTASI KLINIK
1. Perdarahan abnormal: Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya
adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain
adalah 1,4:
 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium
sampai adeno karsinoma endometrium.

8
 Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
2. Rasa nyeri: Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul
karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3. Gejala dan tanda penekanan: Gangguan ini tergantung dari besar dan
tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul.
4. Infertilitas dan abortus: Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma
menutup atau menekan pars intertisialis tuba, sedangkan mioma
submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi
rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab
infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi.1,2,4

G. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis: Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis
mioma lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen.
Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang
keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

9
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium: Akibat yang terjadi pada mioma uteri
adalah anemia akibat perdarahan uterus yang berlebihan dan
kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan
adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
 Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
 Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
 MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.

H. Diagnosis Banding
1. Tumor solid ovarium
2. Miosarkoma, koriokarsinoma
3. Tumor abdomen

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma Uteri tidak semua mioma uteri memerlukan
pengobatan bedah.Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, status
fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya mioma yang
ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang
diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri
terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. Penanganan konservatif bila
mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara
penanganan konservatif yaitu observasi dengan pemeriksaan pelvis secara
periodic setiap 3-6 bulan, bila pasien anemia lakukan transfusi.

10
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan
ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt
dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum
dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini
dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan
terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus,
yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan
perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena
uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan
sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi
supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam
mengangkat uterus.1
Komplikasi yang terjadi berupa perubahan sekunder pada mioma uteri
yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena
berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder
tersebut antara lain : 1,3,4,5
 Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
 Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi
sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
 Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi
yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu
kehamilan.

11
 Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras
dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
 Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor
pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti
pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
 Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri 1,3,4,5 :
 Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%
dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus
yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
 Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah
sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut
tidak terjadi.
 Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya.

12
STATUS GINEKOLOGI

Tanggal pemeriksaan : 23 november 2016


Jam : 17.00
Ruangan : Nifas Bawah

IDENTITAS
Nama : Ny. AM Nama Suami : Tn.J
Umur : 48 thn Umur : 47 thn
Alamat : Toli-toli Alamat : Toli toli
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : SMA

ANAMNESIS
Menarche : 13 tahun Status perkawinan : kawin

Keluhan utama : Benjolan di perut bawah

Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD RS Anutapura rujukan dari praktek, Pasien masuk dengan
keluhan Benjolan di perut bawah, keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-obatan namun tidak ada perubahan,
beberapa bulan terakhir benjolan ini semakin membesar. Terkadang
mengeluhkan adanya keluar darah, sejak sebulan yang lalu,dengan volume
yang kadang normal dan kadang banyak. Pasien mengakui bahwa siklus
haidnya lancar dan nyeri perut yang normal dan terkadang volumenya cukup
banyak.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Hipertensi (-), diabetes(-), alergi (-), keputihan (-).

13
Riwayat Obstetri :
Riwayat Obstetri :-
Riwayat ANC : -
Riwayat Imunisasi :-

PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik
Kesadaran : composmentis

Tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,9 ºC

Kepala-Leher :
Konjungtiva anemis (-/-) skera ikterus (-/-), edema palperbra -/-, pembesaran
KGB –

Thorax :
I : Pergerekan thoraks simetris, retraksi –
P: Taktil fremitus ka=ki
P: sonor di semua lapangan paru
A: vesicuar +/+ . RH -/-, Wh -/-

Abdomen :
I : perut tampak lemas, benjolan (-)
A: peristaltikkesan normal
P: tympani

14
P: teraba massa dua jari di atas umbilikus, konsistensi padat kenyal, permukaan
bulat, letak ditengah, mobile, nyeri tekan tidak ada.ukuran.
Ekstermitas :
Edema ekstermitas atas dan bawah -/-

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Pemeriksaan luar

Inspeksi : pembesaran abdomen (-)


Palpasi : nyeri tekan (+) pada bagian perut bawah
Leopold I :tidak teraba bagian bayi,
Leopold II :tidak teraba bagian bayi
Leopold III :tidak teraba bagian bayi
Leopold IV :tidak teraba bagian bayi
DJJ :tidak terdengar bunyi jantung fetus
HIS :(-)
Pergerakan Janin : -
Janin Tunggal :-

Pemeriksaan Dalam (VT)

- Vulva : tidak ada kelainan


- Vagina : tidak ada kelainan
- Portio : konsistensi kenyal, teraba permukaan licin,OUE
tertutup,nyeri goyang (-), massa tumor (-)
- Uterus : posisi antefleksi, uterus membesar, teraba adanya massa
- Adneksa : Tidak ada massa, nyeri (-)
- Pelepasan : darah segar (-)
Esktermitas
Edema ekstermitas bawah -/-
Akral hangat

15
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium :
HB : 16,8 g/dL
WBC : 6,8 103/mm
PLT : 242 103/mm
HCT : 47,3 %
RBC : 4,72 106/mm
Pemeriksaan darah
CEA : 0,68 (<5 ng/ml)
CA 125 : 13,75 ( <35 u/ml
Gula darah sewaktu : 106 mg/dl
Ureum : 23 mg/dl
Creatinin : 0,92.
HbsAg : nonreaktif
Anti Hiv : nonreaktif

RESUME

Pasien masuk dengan keluhan Benjolan di perut bawah, keluhan ini dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-obatan namun tidak
ada perubahan, beberapa bulan terakhir benjolan ini semakin membesar.
Terkadang mengeluhkan adanya keluar darah, sejak sebulan yang lalu,dengan
volume yang kadang normal dan kadang banyak. Pasien mengakui bahwa siklus
haidnya lancar dan nyeri perut yang normal dan terkadang volumenya cukup
banyak.
Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 18x/menit

16
Suhu : 36,9 ºC
Palpasi abdomen :teraba massa dua jari di atas umbilikus, konsistensi padat
kenyal, permukaan bulat, letak ditengah, mobile, nyeri tekan tidak ada. Hasil USG
kesan Mioma uteri

DIAGNOSIS
Mioma Uteri

PENATALAKSANAAN
Rencana operasi hysterectomy total

Dokumentasi

17
FOLLOW UP

24November 2016
S. perdarahan pervaginam +, nyeri perut bawah +, nyeri ulu hati -, pusing +,
mual -, sesak -,nafsu makan menurun, muntah-, BAB-, BAK +
O. TD: 110/70 MmHg
S: 37,6 ºC
P: 23x/ menit
N: 90x/menit
Mata anemis -/-
Lokia (+)
A. Mioma uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5
Vit C 3x 1
Mobilisasi tetap

25 November 2016 jam 07:00


S. perdarahan pervaginam -, nyeri perut bawah -, mual - , muntah-, BAB+,
BAK +
O. TD: 110/70 MmHg
S: 36,5 ºC
P: 18x/ menit
N: 82x/menit
Konjungtiva anemis -/-
A. Mioma uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg

18
Vit C 3x 1
Siapkan operasi. Siapkan darah 2 kantong, cukur.

26November 2016
S. Sakit bekas operasi + , perdarahan pervaginam - , mual -, Mutah -, sesak -
,nafsu makan menurun, muntah-, BAB -, Flatus +, BAK (pasang kateter)
O. TD: 130/90 MmHg
S: 36,8ºC
P: 15x/ menit
N: 82x/menit
Mata anemis -/-
Laboratorium (darah lengkap)
HB : 10,8 g/Dl
WBC : 6,7 103/mm
PLT : 353 103/mm
A. mioma uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1
Ket : dilakukan hysterectomy total pukul 12 : 00 wita

27 November 2016
S. Sakit bekas operasi + , perdarahan pervaginam - , mual -, Mutah -, sesak -
,nafsu makan menurun, muntah-, BAB -, Flatus +, BAK (pasang kateter)
O. TD: 120/90 MmHg
S: 38,6 ºC
P: 20x/ menit
N: 80x/menit
Mata anemis -/-
A. mioma uteri

19
P: IVFD RL 24 tpm
Injeksi cefixime 1 gram/12 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1

28 November 2016
S. Nyeri bekas operasi + berkurang, perdarahan pervaginam, nyeri ulu hati -,
pusing +, mual -, muntah-, BAB+, BAK + , flatus +
O. TD: 120/80 MmHg
S: 36,6 ºC
P: 20x/ menit
N: 80x/menit
Mata anemis -/-
A. mioma uteri
P. IVFD RL 24 tpm
Cefadroxil 3x 500 mg
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1

29 November 2016
S. Nyeri bekas operasi + berkurang, perdarahan pervaginam sedikit, nyeri ulu
hati -, pusing - , mual -, muntah-, BAB+, BAK +
O. TD: 120/80 MmHg
S: 36,5 ºC
P: 20x/ menit
N: 85x/menit
Konjungtiva anemis -/-
A. mioma uteri
P. Cefadroxil 3x 500 mg
Meloxicam 2x7,5 mg
Vit C 3x 1

20
Pasien diperbolehkan pulang
PEMBAHASAN

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yangmenumpanginya. Dikenal juga dengan sebutan fibromioma,
leiomioma atau pun fibroid. Pada kasus ini, pasien perempuan berusia 48 tahun
Pasien masuk dengan keluhan Benjolan di perut bawah, keluhan ini dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sempat mengkonsumsi obat-obatan namun tidak
ada perubahan, beberapa bulan terakhir benjolan ini semakin membesar.
Terkadang mengeluhkanadanyakeluardarah,sejaksebulan yang lalu,dengan
volume yang kadang normal dankadang
banyak.Pasienmengakuibahwasiklushaidnya kadang tidak lancerdannyeriperut
yang normal

Berdasarkan pemeriksaan fisik, pada palpasi abdomen nyeri tekan (-),


teraba massa kenyal, permukaan bulat letaknya dua jari diatas umbilikus nyeri
tekan(-) ukuran kurang lebih 12 cm x 15 cm. Pada pemeriksaan VT teraba porsio
dengan konsistensi kenyal, teraba permukaan licin, tidak ada pembukaan, nyeri
goyang (-), tidak teraba massa, pelepasan : darah segar.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Wbc 6.8 x 103/l, Hgb 16,8 gr/dl,
Hct 47,3 %, Plt 242 x 103/l, Rbc 4.72 x 1012/l,CEA 0,68 ng/ml, CA 125 :13,75
u/ml. Pada pemeriksaan USG, didapatkan kesan mioma uteri.
Penegakkan diagnosis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang sesuai. Pada pasien ini, didapatkan beberapa faktor
resiko, tanda dan gejala terkait kejadian mioma uteri, diantaranya :
4. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
5. Paritas

21
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
6. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada
wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma. Pada pasien ini
didapatkan satu dari beberapa faktor resiko yang ada, dimana pasien berumur
45 tahun yang merupakan salah satu predisposisi untuk kejadian mioma uteri,
beberapa teori telah dikemukakan sebelumnya tentang kejadian mioma uteri
ini, namun faktor predisposisi yang pasti untuk kadian mioma uteri ini belum
diketahui seluruhnya, adapun faktor predisposisi yang lain berupa jumlah
paritas dan faktor ras dan genetik, pasien ini tidak termasuk karena memliki
anak 3 artinya bahwa pasien ini multipara sedangkan untuk prdisposis miom
uteri adalah nullipara. Begitupun dengan faktor genetik pasien tidak memilki
faktor keturunan yang memiliki riwayat kista.
Tanda dan gejala yang didapatkan :
5. Perdarahan uterus abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia
dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
perdarahan ini, antara lain adalah :
 Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adeno karsinoma endometrium.
 Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Ini telah sesuai dengan teori bahwa mioma uteri menimbulkan
perdarahan yang banyak ketika haid, dan pada pasien ini juga kadang kadang

22
mengalami haid yang banyak hingga pasien biasanya 5 kali mengganti
pembalut.
6. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan,
pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore. Nyeri juga dirasakan oleh pasien dan biasanya
menyebabkan dismenore.

7. Gejala dan Tanda Penekanan


Gangguan ini tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh
darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul. Secara anatomi posisi uterus ini berada diantara rektum dan
vesika urinari, jadi ketika ada pembesaran yang biasanya disebabkan oleh
mioma uteri maka dapat terjadi penekanan pada organ-organ tersebut
sehingga pada traktus urinarius yang terkena dapat tejadi gangganguan pada
aliran sistem urinnya , dan begitupun jika pembesaran tersebut menyebabkan
penekanan pada gastointestinal maka akan terjadi penyempitan atau sumbatan
pada saluran tersebut, pada pasien ini sudah memperlihatan gejala penekanan
berupa BAK yang kadang sedikt sedikit.
8. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958)
menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan
mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu
indikasi untuk dilakukan miomektomi.

23
Penegakan diagnosis pada mioma uteri :
4. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
6. Pemeriksaan Penunjang :
c. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama
untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan
keluhan pasien.
d. Imaging
 Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa
pada abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
 Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
 MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
Pada pasien ini, direncakan penanganan dengan tindakan operatif, yaitu
akan dilakukan histerektomi total. Pemilihan tindakan operatif didasarkan pada
beberapa indikasi menurut ACOG (American Association of Obstetricians and
Gynecologist) dan ASRM (American Society for Reproductive Medicine),
diantaranya :
 Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
 Sangkaan adanya keganasan

24
 Pertumbuhan mioma pada masa menopause
 Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba
 Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu
 Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
 Anemia akibat perdarahan
Pada pasien ini diperawatan hari ke tiga keluhan telah berkurang dan tanda
vital telah baik pasien diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk kontrol kembali
di poli kandungan rsu anutapura

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Joedosoepoetro MS. Tumor-tumor Jinak Pada Alat-alat Genital Dalam,


Ilmu Kandungan, editor Prawirohardjo S, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta,2009: 338-344
2. Benson, R. Buku Saku Obstetri danGinekologi. Edisi 9. Cetakan I.
Jakarta:Penerbit EGC; 2008.
3. Hart MD, McKay D. Fibroids in Gynecology Ilustrated, London :
Churchill Livingstone. 2000; 213-216
4. Mehine M, Kaasinen, Netta, Katainen R,Heinonen, Kilpivaara,
Kuosmanen, Gentile,Vahteristo and Lauri A. Characterization of Uterine
Leiomyomas by Whole-Genome Sequencing. The new england journal
medicine. Massachusetts Medical Society. 2013; p43-53
5. DeCherney, A.H.,Nathan, L. Current Obstetry and Gynecology Diagnosis
and Therapy. McGraw-Hill, 2003; P :693-699

26
Refleksi Kasus

MIOMA UTERI

Oleh :

Indrawati Z. Malotes

N 111 15 035

Pembimbing Klinik :

dr. Juniaty Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU

27
2017

28

Anda mungkin juga menyukai