Anda di halaman 1dari 162

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi tiga trimester

dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

13 minggu hingga 27 minggu dan trimester ketiga 28 minggu hingga 40

minggu.6

b. Tanda-Tanda Kehamilan Trimester III

Berikut adalah tanda-tanda gejala utama pada kehamilan pada

Trimester III

1) Denyut jantung terdengar (auskultasi)

2) Gerakan jantung janin teraba oleh pemeriksa

3) Bagian-bagian janin teraba

4) Hasil pemeriksaan USG maupun radiologi dapat membuktikan

adanya kehamilan.14

6
c. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada ibu hamil Trimester III

Perubahan anatomi dan fisiologis pada perempuan hamil sebagian

besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama

kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap

janin. Satu hal yang menakjubkan adalah hampir semua perubahan ini

akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan

dan menyusui selesai.6

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima

dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa

untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan

pulih kembali seperti keadaan semulan dalam beberapa minggu

setelah persalinan.

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gr

dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan uterus

akan berubah menjadi suatu organ yang menampung janin,

plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan

volume totalnya mencapai 51 bahkan dapat mencapai 201 atau

lebih dengan berat rata-rata 1100 g.

7
Pada triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi

segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus

bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah uterus

akan melebar dan menipis. Batas antara segmen atas yang tebal

dan segmen bawah yang tipis disebut dengan lingkaran retraksi

fisiologis.6

b) Serviks

Serviks manusia merupakan organ yang komplek dan

heterogen yang mengalami perubahan yang luar biasa salama

kehamilan dan persalinan. Bersifat pada katup yang

bertanggung jawab menjaga janin didalam uterus sampai akhir

kehamilan dan selama persalinan. Serviks didominasi jaringan

ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan matriks

ekstraselular terutama mengandung kolagen dan elastin dan

proteoglikan dan bagian sel yang mengandung otot dan

fibrolas, epitel, serta pembuluh darah.

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan

lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun

secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan

menyebar (dispersi) dan ter-remodel menjadi serat. Dispersi

meningkat oleh peningkatan rasio dekorin terhadap kolagen.

8
Proses remodelling ini berfungsi agar uterus dapat

mempertahankan kehamilan sampai aterm kemudian proses

dekstruksi serviks yang membuatnya berdilatasi memfasilitasi

persalinan. Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan

sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan berulang.

Waktu yang tidak tepat bagi perubahn kompleks ini akan

mengakibatkan persalinan preterm, penundaan persalinan

menjadi posterm dan bahkan gangguan persalinan spontan.6

c) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus

luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan

berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan

setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam

jumlah yang relatif minimal.

Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai struktur

mirip dengan insulin dan insulin like growth factor I & II, di

sekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta dan hati. Aksi

biologi utamanya dadalah dalam proses remodellingjaringan

ikat pada saluran reproduksi, yang kemudian akan

mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses persalinan.

Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui

9
mempunyai efek pada perubahan biokimia servik dan kontraksi

miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm.6

d) Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva,

sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang

dikenal dengan tanda chadwick. Perubahan ini meliputi

penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan

hipertrofi dari sel-sel otot polos.

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,

mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.

Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding

vagina. Apabila mukosa juga mengalami hipertrofi seperti paku

sepatu.

Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana

sekresi akan berwarna, menebal, dan pH antara 3,3-6 yang

merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat

glikogen yang dihasilkan oleh epitel sebagai aksi dari

lactobacilus acidophilus.6

2) Sistem Integumen (Kulit)

10
Pada kulit dinding perut akan menjadi perubahan warna menjadi

kemerahan dan kadang-kadang akan mengenai daerah payudara dan

paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada

multipara selain striae kemerahan sering kali berwarna perak

berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebeumnya.

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut

dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran

yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan

chloasma atau melasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan

daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.

Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan menghilang atau

sangat jauh berkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa

menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi yang sama.6

3) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudara

menjadi lunak. setelah bulan kedua akan bertambah ukurannya dan

vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan

lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu

cairan kekuningan yang berwarna kekuningan yang disebut dengan

colustrum dapat keluar.

11
Colustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai

bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan air susu belum dapat

diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolaktin inhibitin

hormone. Setelah persalinan pada progesyeron dan hesterogen akan

menurun sehingga pengaruh inhibisi progesteron terhadap a-

laktalbulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan merang

sintesi laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air

susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.

Kelenjar monstgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan

membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara

makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan

muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai

hubungan dengan banyaknya air susu yang dihasilkan.6

4) Perubahan Metabolik

Sebagian perubahan berat badan selama kehamilan bersal dari

isinya. Kemudian payudara, volume darah dan cairan ekstraselular.

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah.

Pada trimerter ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi

baikdianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,

sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih

dianjurkan menambah berat badan sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.6

5) Sistem Kardiovaskuler

12
Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni

berkisar antara 5.000-12.000/µl dan mencapai puncaknya pada saat

persalinan dan masa nifas berkisar 14.000-16.000/µl. Respon yang

sama diketahui terjadi selama dan sesudah melakukan latihan yang

berat. Distribusi tipe sel akan mengalami perubahan. Pada masa

kehamilan, terutama trimester ke-3, terjadi peningkatan jumlah

granulosit dan limfosit dan secara bersamaan limfosit dan monosit.7

6) Sistem Respirasi

Pada 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan uterus yang

membesar kearah diagfragma kurang leluasa bergerak

mengakibatkan wanita hamil derajat kesulitan bernafas. Dan akan

kembali hampir seperti sedia kala dalam 24 minggu setelah

persalinan.

7) Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uteus, lambung, dan usus akan

tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendik yang

akan bergeser ke arah atas dan lateral.

Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot

polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidrolorid

dan peptin lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa

pirosis (beartburn) yang di sebabkan refluks asam lambung ke

esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan

13
menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah mual terjadi

akibat penurunan motilitas usus besar.

Gusi akan menjadi hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma

sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama

kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang

secara spontan. Hemorroid juga merupakan suatu hal yang sering

terjadi ebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada

bagian bawah karena pembesaran perut.6

8) Traktus Urinarius

Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan

oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering

berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan

bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika

kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul atau keluhan

itu akan timbul kembali.

Pada ureter akan terjadi dilatasi dimana sisi kanan lebih

membesar dibandingkan uereter kiri. Hal ini diperkirakan karena

ureter ini dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya tekanan yang

kuat pada sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi

uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang diatas ureter kanan

juga diperkirakan sebagai faktor penyebab. Penyebab lainya diduga

karena pengaruh hormon progesteron.6

14
9) Sistem endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±

135%. Akan tetapi, kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti

pentingdalam kehamilan pada perempuan yang mengalami

hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon

prolaktin akan meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm.

Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan

menurun. Hal ini juga dapat ditemukan pada ibu yang menyusui.

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml

pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan

peningkatan vaskularisasi. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal

akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion, testoteron,

dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat.

Sementara itu, dehidroepi androsteron sulfat aka menurun.6

10) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat konpemsasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggesar pusat daya barat ke belakang ke arah

dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan

meningkatkan yang diperkirakan karena pengaruh hormonal.

Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan

15
anaknya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah

punggung terutama pada akhir kehamilan.

Perubahan adaptasi psikologis masa kehamilan:

a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh

dan tidak menarik.

b) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

c) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

d) Mereka kehilangan perhatian

e) Perasaan mudah terluka.

f) Libido menurun.8

d. Tanda bahaya dalam kehamilan Trimster III

Tanda-tanda bahaya yang diperhatikan dan diantisipasi dalam

kehamilan, adalah:

1) Perdarahan pervaginam

2) Sakit kepala hebat

3) Penglihatan kabur

4) Bengkak pada muka dan jari tangan

5) Keluar cairan pervaginam

6) Gerakan janin tidak terasa

16
e. Ketidaknyamanan dalam kehamilan Trimester III

1) Sering Buang Air Kecil.

Cara mengatasinya: kurangi asupan karbohidrat murni dan

makanan yang mengandung gula dan batasi minum kopi, teh dan

soda.8

2) Hemoroid

Cara mengatasinya : makan makanan yag berserat, buah dan

sayuran serta banyak minum air putih dan sari buah. Lakukan

senam hamil untuk mengatasi haemoroid.Jika haemoroid

menonjol keluar, oleskan lotion witch hazel.8

3) Keputihan

Cara mengatasinya : tingkatan kebersihan dengan mandi tiap

hari, memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah

menyerap.8

4) Keringat Bertambah

Cara mengatasinya : pakailah pakaian yang tipis dan longgar,

tingkatkan asupan cairan, mandi secara teratur.8

5) Sembelit

Cara mengatasinya : minum 3 liter air cairan tiap hari terutama

air putih atau sari buah, makan makananyang kaya serat dan juga

17
vitamin C, lakukan senam hamil, membiasakan buang air besar

secara teratur.8

6) Napas Sesak

Cara mengatasinya : jelaskan penyebab fisiologisnya,

merentangkan tangan diatas kepala serta menarik nafas panjang,

mendorong postur tubuh yang baik.8

7) Nyeri Ligamentum Rotundum

Cara mengatasinya : berikan penjelasan mengenai penyebab

nyeri, tekuk lutut kearah abdomen, mandi air hangat, gunakan

sebuah bantal untuk menopang uterus dan bantal lainnya letakkan

di antara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring.8

8) Perut Kembung

Cara mengatasinya : hindari makan yang mengandung gas,

mengunyah makanan secara teratur, lakukan senam secara

teratur.8

9) Pusing Atau Sakit Kepala

Cara mengatasinya : bangun secara perlahan dari posisi

istirahat, hindari berbaring dalam posisi terlentang.8

10) Sakit Punggung Atas Dan Bawah

18
Cara mengatasinya : posisi/sikap tubuh yang baik selama

melakukan aktifitas, hindari mengangkat barang berat, gunakan

bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung.8

11) Varises Pada Kaki

Cara mengatasinya : istirahat dengan menaikkan kaki setinggi

mungkin untuk membalikkan efek gravitasi, jaga agar kaki tidak

bersilangan, hindari berdiri atau duduk terlalu lama.8

f. Kebutuhan psikologis ibu hamil Trimester III

Trimester III merupakan periode menunggu dan waspada, karena

pada periode ini ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dual hal yang

mengingatkan ibu terhadap bayinya. Kadang-kadang ibu merasa

khawatir anaknya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu

meningkatkan kewaspadaanya terhadap timbulnya tanda dan gejala

terjadinya persalinan pada ibu meningkat. Seringkli ibu merasa

khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak

normal. Kebanyakan ibu akan bersikap melindungi bayinya dan akan

menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya

mebahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan

rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester

ini banyak ibu yang merasa dirinya jelek dan aneh. Disamping itu ibu

19
mulai merasa sedih karna akan berpisah dari bayinya dan kehilangan

perhatian khusus yang diterima selama hamil.8

Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan

memberikan keterangan tentang persalinan yang akan ibu lalui dan itu

hanya masalah waktu saja. Tetp member perhatian dan semangat pada

ibu selama menunggu persalinannya bersama-sama. Mematangkan

persiapan persalinan dengan tetap mewaspadai komplikasi yang

mungkin terjadi.

Pada periode ini petugas kesehatan dapat memberikan dukungan

dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan ibu itu adalah

normal. Kebanyakan ibu memiliki perasaan dan kekhawatiran yang

serupa pada trimester ini. Menenangkan ibu dengan mengatakan

bahwa bayinya saat ini merasa senang berada dalam perut dan tubuh

ibu secara alamiah akan menyiapkan kelahiran bayi. Apabila terjadi

ketegangan/ kontraksi bukan berarti bayi akan segera lahir.

Membicarakan kembali dengan ibu bagaimana tanda-tanda persalinan

sebenarnya. Menenangkan ibu dengan menyatakan bahwa setiap

pengalaman kehamilan bayi adalah unik, dan meyakinkan bahwa anda

akan selalu berada bersama ibu untuk membantu melahirkan bayinya.8

g. Kebutuhan Fisiologis ibu hamil Trimester III

1) Nutrisi

a) Kalori

20
Makanan sumber kalori adalah kentang, singkong, tepung,

cereal, nasi.Wanita hamil pada TM III membutuhkan

penambahan penambahan 2500 kal/hari. Tambahan energi

diperlukan untuk menunjang meningkatnya metabolisme,

pertumbuhan janin dan plasenta.8

Anjuran kenaikan berat badan setiap ibu hamil harus

disesuaikan dengan IMT nya masing-masing.

Tabel 2.1 Kategori IMT Penambahan BB

Kategori IMT Penambahan BB (kg)

Rendah (IMT ˂ 19,8) 12,5 – 18

Normal (IMT 19,8 - 26) 11,5 – 16

Tinggi (IMT 26-29) 7- 11,5

b) Protein

Kebutuhan protein selamahamilbertambahsebanyak 10

gr/hari, berarti wanita hamil harus mengkonsumsi protein

sebanyak 60 gr/hari. Hal ini digunakan untuk pertumbuhan

perkembangan sel, sekresi essensial tubuh (enzim, hormone,

antibody, hemoglobin), mengatur keseimbanagn asam basa,

mengontrol tekanan osmotik. Sumber protein terdapat pada

daging, telur, susu, ikan, yogurt, keju. Ada beberapa hal yang
21
harus diperhatikan bahwa tidak ada gunanya diet rendah protein

dan diet garam pada klien dengan pre-eklamsia.8

c) Lemak

Asupan lemak bagi ibu hamil tidak boleh melebihi 25%

kebutuhan energi.Lemak ini hanya sebagai tambahan, cukup

gunakan 1-2 sendok makan minyak untuk memasak atau dioles.8

d) Vitamin A

kebutuhan akan vitamin A selama hamil sama dengan tidak

hamil. Suplementasi secara rutin tidak dianjurkan karena jika

berlebihan akan berakibat toksik/racun dan teratogen. Sumber

vitamin A adalah sayuran hijau, buah, sayuran bewarna kuning,

cabai, hati, sapi, susu, margarine. Penambahan vitamin A adalah

(20.000 – 30.000 IU). Kelebihan dosis juga dapat menimbulkan

gejala sakit kepala, mual, diplopia, alopecia, gangguan hati dan

kulit.8

e) Vitamin B

Vitamin B6 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat dan

protein. Suplemen rutin B6 tidak diberikan kecuali wanita

dengan resiko tinggi, seperti : perokok, pengguna alcohol, dan

obat-obatan diperlukan 2mg/hari. Sumber mkanan vitamin B6

seperti daging, telur, sayuran kuning tua, tepung, cereal.

22
Vitamin B1, B2, B3 digunakan untuk metabolisme energi.

Sumber makanan terdapat pada hati, daging sapi, produk susu,

telur, keju, sayuran hijau. Tidak ada suplementasi yang

direkomendasikan.

Vitamin B12 berguna untuk pembentukkan sel darah mrah

dan sel darah putih, pembelahan sel, sintesa protein dan

memelihara sel saraf. Vitamin B12 terdapat pada protein hewani

dan rumput laut. Bagi vegetarian perlu suplemen 2

mikrogram/hari.8

f) Vitamin C

berfungsi sebagai anti oksidan, membantu tyrosin, folat,

histamine dan beberapa obat juga membantu fungsi leukosit,

respon imun. Kadar vitamin C menurun saat kehamilan karena

meningkatnya volume darah dan aktivitas hormon. Wanita hamil

memerlukan 70 mg/hari. Sumber makanan terdapat pada,

strawberry, melon, broccoli, cabai, tomat, kulit kentang, sayura

hijau.8

g) Vitamin D

Berfungsi untuk penyerapan calcium dan pospor dari saluran

cerna ke tulang dan gigi ibu dan janin. Sumber makanan terdapat

pada susu dan telur. Vitamin D disintesa melalui bantuan sinar

UV. Suplementasi 10 mikrogram/hari direkomendasikan untuk

23
vegetarian yang tidak pernah mengkonsumsi telur dan susu.

Kebutuhan ibu hamil adalah mikrogram/hari.8

h) Vitamin K

Diperlukan dalam sintesis prothrombin dan factor pembekuan

darah VII, IX, dan X, sintesis protein di tulang dan ginjal.

Sumber makanan terdapat pada daging, produk susu, kuning

telur. Kebutuhan untuk ibu hamil belum jelas karena kurangnya

penelitian. Kebutuhan sebelum hamil adalah 65

mikgrogram/hari, sementara tipe orang amerika diperkirakan

mengkonsumsi 300-500 mikrogram per hari.8

i) Asam Folat

Penting untuk sintesis protein, produksi Hb, mitosis, sintesis

purin. Kebutuhan folat meningkat selama hamil karena

meningkatnya aktivitas dan ukuran sel uterin, perkembangan

plasenta dan meningkatnya sel darah merah. Kekurangan folat

akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan sel, abortus,

kelainan janin, dan plasenta dan BBLR. Folat terdapat pada

cereal, buncis, padi-padian, ragi, sayuran berdaun, buah-

buahan.Folat rusak oleh panas dan sinar UV oleh karena itu

harus hati-hati mengolahnya.Kebutuhan folat bagi ibu hamil

400-600 mikrogram/hari.8

j) Vitamin E

24
Berfungsi sebaga antioksidan, pemeliharaan sel kulit dan sel

darah merah. Tidak dianjurkan untuk pemberian rutin. Sumber

makanan terdapat pada margarine, gandum, padi-padian,

kacang.8

k) Fluoride

Tidak ada indikasi bahwa wanita hamil memerlukan lebih

fluoride disbanding wanita tidak hamil. Suplemen fluoride

terdapat ppada pasta gigi dan mounthwash.8

l) Iodine

Kekeurangan iodium akan menyebabkan gangguan ada janin

seperti: cretinisme, tuli, gangguan syaraf. Pada umumnya

terdapat pada garam kebutuhan akan iodine adalah 150

mikrogram/hari.8

m) Zat Besi

Merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh yang

diperlukan hemopoesis, juga untuk metabolisme protein,

pertumbuhan tulang, daya tahan tubuh dan mencegah kelelahan.

Selama kehamilan kebutuhan akan zat besi bertambah.8

n) Kalsium

25
Kalsium penting dalam pembentukan tulang dan gigi janin.

Kalsium di transfer ke janin rata-rata 20 mg/hari pada kehamilan

20 minggu dan 330 mg/hari pada kehamilan 35 minggu.

Kebutuhan kalsium dalam kehamilan 1200 mg/hari. Sumber

makanan terdapat pada susu, yogurt, keju, sayuran hijau, kacang,

sarden, ikan yang ada tulangnya.8

2) Personal Hygine

Menjaga kebersihan diri selama kehamilan adalah sangat

penting hal ini dapat mencegah terjadinya penyakit dan infeksi.

Pada wanita hamil produksi keringat menjadi lebih banyak, kelenjer

sebasea menjadi lebih aktif, adanya peningkatan pengeluaran

pervaginam (leucorrhea), sering terdapat kolustrum yang

mengkerak di putting susu kondisi ini lebih memungkinkan

terjadinya infeksi. Mandi dengan shower lebih dianjurkan

dibandingkan dengan bath-tub, mandi busa terutama untuk wanita

yang rentan terhadap systitis dan infeksi saluran kencing.

Kebersihan gigi juga tidak kalah penting, karena dengan gigi

yang baik menjamin pencernaan sempurna. Selama kehamilan

adanya peningkatan kadar esterogen yang meningkatkan gusu

bengkak dan sensitive. Gigi dan gusi digosok dengan pasta gigi

berflowride paling sedikit 2 x/hari dan idealnya setiap sesudah

makan. Hal ini akan mengurangi flek yang akan menyebabkan

26
penyakit pada gusi dan gigi berlubang. Dokter gigi menyarankan

penggunaan dental floss setelah makan. Gusi yang tidak sehat

terlihat merah, bengkak, mudah berdarah. Wanita disarankan untuk

berobat kedokter gigi untuk chekup sebelum kehamilan atau pada

awal kehamilan. Tidak terbukti menambal atau mencabut gigi

dengan anetesi local oxygen nitrousoksid dapat menyebabkan

abortus atau kelahiran prematus, operasi besar gigi ditunda untuk

kenyamanan wanita kalau perlu sampai setelah melahirkan.8

3) Pakaian

Pakaian yang baik untuk wanita hamil adalah yang enak dipakai

dan tidak menekan badan, longgar, ringan, nyamaan, mudah dicuci.

Pakaian yang menekan menyebabkan bendungan vena dan

mempercepat timbulnya varies. Pemakaian bra juga perlu

diperhatikan : bra yang menyangga, cup jangan terlalu ketat yang

akan menekan putting, biasanya bra akan lebih besar 1-2 nomor

sebelum hamil, gunakan bra yang bertali lebar. Karena wanita hamil

sukar mempertahankan keseimbangan badannya maka dianjurkan

untuk menggunakan sepatu atau sandal dengan hak rendah karena

hak tinggi dapat menyebabkan nyeri pinggang dan hyperlordosis.8

4) Eliminasi

Dengan adanya perubahan fisik selama kehamilan yang

mempengaruhi pola eliminasi. Pada wanita hamil mungkin terjadi

27
opstipasi karena kurang gerak badan, peristaltic menurun karena

pengaruh hormone dan tekanan pada rectum oleh kepala. Opstipasi

ini sering menimbulkan hemoroid pyelitis untuk menghindari hal

tersebut wanita hamil dianjurkan untuk minum lebih banyak 2

liter/hari, gerak badan yang cukup, makan- makanan yang berserat

tinggi, biasakan buang air secara rutin, hindari obat-obatan yang

dijual bebas untuk mengatasi sembelit.8

Pada trimester III bagian terendah janin sudah masuk rongga

panggul sehingga rahim akan menekan kandung kemih. Hal ini

harus dijelaskan pada setiap ibu hamil sehingga ia memahami

kondisinya, ibu hamil disarankan untuk minum 8-10 gelas perhari,

kurangi minum 2-3 jam sebelum tidur malam, perbanyaklah minum

pada siang hari, pada waktu kencing pastikan kandung kemih

benar-benar kosong, lakukan latihan untuk memperkuat otot dasar

panggul.8

5) Seksual

Selama kehamilan wanita tidak perlu menghindari hubungan

seks. Pada wanita yang mudah keguguran dianjurkan untuk tidak

melakukan coitus dalam waktu hamil muda. Coitus pada hamil

muda harus dilakukan dengan hati-hati. Coitus pada akhir

kehamilan juga sering menimbulkan infeksi pada persalinan. Di

28
samping itu sperma mengandung prostaglandin yang dapan

menimbulkan kontraksi uterus.

Sering wanita/pasangan kehilangan ketertarikan hubungan

seksual terutama dengan bertambahnya usia kehamilan, komunikasi

yang terbuka sangatlah penting dan selalu memberikan perhatian

satu sama lain, ungkapan kasih dan sayang tidak hanya dengan

hubungan seksual, pasangan bisa memberi dalam bentuk lain.8

6) Mobilisasi, body mekanik, pekerjaan

Wanita hamil boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari

dirumah, di kantor, di pabrik jika pekerjaan itu sifatnya ringan.

Kelelahan harus dihindari sehingga pekerjaan itu harus diselangi

dengan istirahat kurang lebih 2 jam. Tidak ada gunanya wanita

hamil berbaring terus-menerus seperti orang sakit, bahkan hal ini

merugikan karena dapat melemahkan otot dan terpikir hal-hal

negative.

Pada saat kehamilan perubahan hormon menyebabkan

melunaknya tulang rawan pada beberapa sendi dan relaksasi pada

beberapa sendi. Oleh karena itu, wanita hamil mudah terkena

cedera. Wanita hamil harus menghindari usaha/upaya yang

berlebihan , membawa benda yang berat dan harus menggunakan

body mekanik yang tepat seperti mengangkat anak kecil. Pada

wanita hamil adanya peningkatan persalinan yang memberatkan

29
fisiknya terutama jika dia terlihat lebih kurus, cepat lapar, kalau

berkerja cepat lelah, tidak dapat meningkatkan asupan makanannya

untuk memenuhi kebutuhan kalori selama hamil.8

7) Senam hamil

Dari penelitian-penelitian diketahui bahwa senam mengurangi

berat badan yang di peroleh sewaktu hamil. Selain itu, wanita hamil

yang senam secara teratur menyatakan bahwa mereka jarang

mengalami keluhan yang terkait dengan kehamilannya, misalnya

sakit punggung, pinggang pegal atau kejang otot. Ibu-ibu yang

senam juga cenderung mendapatkan persalinan yang lebih cepat

dan mudah bila dibandingkan dengan ibu yang tidak

melakukannya.8

senam hamil bermanfaat untuk:

a) Membantu mengontrol tubuh dan menghilangkan rasa

sakit/nyeri saat kehamilan

b) Memperbaiki sirkulasi darah

c) Menguatkan otot-otot panggul

d) Menghilangkan sakit pinggang

e) Mencegah sembelit dan varises

f) Memudahkan proses persalinan

30
8) Istirahat/ tidur

Tujuan utama istirahat dan tidur untuk membangun sel-sel yang

baru. Pada saat tidur, hormon pertumbuhan disekresikan dan hal ini

merupakan waktu yang optimal untuk pertumbuhan janin. Wanita

hamil harus berusaha untuk mengurangi pekerjaan yang berat dan

harus meningkatkan waktu istirahat. Wanita hamil memerlukan

tambahan istirahat.

Wanita harus menghindari duduk dan berdiri terlalu lama dan

pada waktu istirahat dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri,

bukan terlentang. Wanita dianjurkan untuk selalu rileks pada saat

duduk, tidur. Dengan makanan yang cukup, latihan yang cukup

relaks sikap mental yang baik akan membuat tidur sangat nyaman

dan baik. Jika ada masalah yang membuat gangguan tidur seperti

keadaan sosial ekonomi rendah, kelaparan, stress mental segera

atasi masalah tersebut dan jika tetap mengalami kesulitan tidur

sebaiknya di konsultasikan ke dokter.8

Menurunnya aliran darah dari tubuh bagian bawah, akan

menekan vena-vena besar pada system sirkulasi, mengurangi aliran

darah ke jantung, berkurangnya aliran cardiac output, menurunnya

tekanan darah yang menyebabkan wanita merasa lemah untuk

bangun. Wanita dapat mengurangi hal tersebut diatas dengan cara

duduk atau posisi miring ke kiri.8

31
9) Imunisasi

Imunisasi TT merupakan perlindungan terbaik untuk melawan

tetanus baik untuk wanita maupun untuk bayinya. Oleh karena itu

hal ini sangat penting bagi wanita untuk diimunisasi sesuai jadwal.

Wanita dan keluarganya harus merencanakan untuk memilih tempat

persalinan yang bersih dan aman serta tenaga kesehatan yang

terampil. Untuk mencegah tetanus neonatorum, tali pusat bayi harus

dijaga agar tetap bersih dan kering setelah lahir sampai lepas.8

Tabel 2.2 Jadwal pemberian imunisasi TT

%
Lama
Antigen Interval Perlindu
Perlindungan
ngan

Pada Kunjungan
TT 1 - -
antenatal pertama

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99

25 tahun/
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99
seumur hidup

10) Rekreasi

32
Bagi wanita hamil yang mempunyai riwayat abortus, premature,

wanita hamil dengan penyakit jantung disarankan untuk tidak

melakukan perjalanan jauh. Jika perlu untuk melakukan perjalanan

jauh di upayakan untuk tidak mengalami kelelahan dan

ketidaknyamanan.

Jika ibu pergi dengan mobil maka gunakan sabuk pengaman

yang disilangkan pada paha dan bahu, bukan yang menyilang. Jika

ibu mengemudikan sendiri, stel jok jauh ke belakang kurang lebih

10 inchi, berhentilah beberapa jam untuk beristirahat.

Jika ibu menggunakan pesawat ibu harus cukup fit untuk

melakukan perjalanan, perjalanan menggunakan pesawat tidak di

anjurkan setelah usia kehamilan 32 minggu. Diupayakan ibu duduk

dekat gang sehingga mudah keluar, bias bangkit untuk jalan-jalan

sekurang-kurangnya setiap 2 jam atau menggerakkan pergelangan

kaki melingkar, minum yang cukup unrtuk mencegah dehidrasi.8

Dalam setiap perjalanan ibu harus selalu membawa kartu

kunjungan antenatal sehingga jika terjadi sesuatu, informasi dapat

diberikan dengan cepat. Penggunaan dengan kapal laut dapat

memberika resiko penyakit gastrointestinal. Jika kebersihannya

tidak terjamin.

Wanita hamil harus kontak perusahaan asuransi kesehatan, harus

membawa kartu prenatal, membawa obat-obatan analgesic,

33
antimotilitas, docongestan, sunscreen, sabun antibakteri.

Rencanakan perjalanan agar tiba di tempat tujuan tidak larut malam

sehingga dapat tidur nyaman di tempat yang di tuju. Pulihkan badan

sesegera mungkin dengan kegiatan, latihan, makan, minumlah air

putih, hindari alcohol minuman berkafein.

Jika ibu hamil berkunjung ke daerah yang endemic malaria

harus diberikan profilaksis. Sebaiknya wanita hamil tidak

berpergian ke daerah endemic malaria, karena menyebabkan

prematur, aborsi bahkan kematian janin.8

11) Persiapan Laktasi

Persiapan untuk menyusui ibu-ibu sejak kehamilan dapat

menjaga kebersihan payudara setiap hari dengan mandi,

membersihkan putting dari kerak kolostrum dengan air hangat dan

kapas/kain lembut agar saluran tidak tersumbat. Tidak boleh

menggunakan sabun karena akan menghilangkan sekresi normal

dan membuat putting kering. Gunakan bra yang menyokong karena

ada pembesaran ukuran payudara. Mengkonsumsi makanan yang

berimbang, berikan fisiologi laktasi dan manajemen laktasi agar

wanita menjadi percaya untuk menyusui.8

a) sarankan ibu untuk belajar menyusui melalui kelas antenatal

b) sarankan ibu untuk segera menyusui bayinya setelah lahir

c) sarankan ibu untuk mengenali gejala awal lecet atau mastitis

34
Untuk itu wanita hamil sebaiknya masuk dalam kelas “

Bimbingan persiapan Menyusui” (BPM). Persiapan psikologis ibu

untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena

keputusan atau sikap yang positif harus sudah terjadi pada saat

kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Banyak ibu yang memiliki

masalah, oleh karenanya bidan harus dapat membuat ibu tertarik

dan secara kejiwaan untuk menyusui adalah :

(1) Setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ibu akan

sukses dalam menyusui bayinya

(2) Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian

susu buatan/ formula

(3) Memecahkan masalah yang timbul dalam menyusui

(4) Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain

yang berperan

(5) Memberikan kesempatan ibu untuk bertanya.8

12) Persiapan kelahiran bayi

Ada 5 komponen penting dalam rencana persalinan. Untuk

membuat setiap komponen rencana tersebut, ibu bidan harus

mendiskusikan hal-hal penting yang di jelaskan di bawah ini dengan

ibu dan keluarganya.

Langkah 1 : Membuat rencana persalinan

35
Idealnya setiap keluarga harus mempunyai kesempatan untuk

membuat suatu rencana persalinan.

a) tempat persalinan

b) meilih tenaga kesehatan terlatih

c) bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut

d) bagaimana transpotasi ke tempat persalinan

e) siapa yang menemani persalinan

f) berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara

mengumpulan biaya tersebut

g) siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada.

Langkah 2 : Membuat rencana persalinan pembuatan keputusan

jika terjadi kegawadaruratan pada saat pembuat keputusan utama

tidak ada penting bagi bidan untuk mendiskusikan : Siapa pembuat

keputusan utama dalam keluarga Siapa yang akan membuat

keputusan jika pembuata keputusan utama tidak ada saat terjadi

kegawatdaruratan.

Langkah 3 : Mempersiapkan system transportasi jika terjadi

kegawatdaruratan.

Banyak ibu meninggal karena komplikasi yang serius selama

kehamilan. Persalinan atau pasca persalinan, tetapi tidak

mempunyai jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke

tingkat asuhan kesehatan yang dapat memberikan asuhan yang

36
kompeten untuk masalah mereka. Setiap keluarga harus mempunyai

suatu rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami komplikasi

dan perlu segera di rujuk ke tingkat asuhan yang lebih tinggi.

Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan dan

harus terdiri dari elemen-elemen di bawah ini :

a) Dimana ibu akan bersalin (desa, fasilitas kesehatan, rumah

sakit)

b) Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan kesehatan yang

lebih lanjut jika terjadi kegawadaruratan

c) Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk

d) Bagaimana cara mendapatkan dana akan terjadi

kegawatdaruratan

e) Bagaimana cara mencari donor yang potensial.8

Langkah 4 : Membuat rencana/pola menabung.

Keluarga harus dianjurkan untuk menahun sejumlah uang sehingga

dana akan bersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi

kegawatdaruratan. Banyak sekali kasus dimana ibu tidak mencari

asuhan atau mendapatkan asuhan karena mereka tidak mempunyai

dana yang diperlukan.8

Langkah 5: Mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk

persalinan.

37
Seorang ibu dapat mempersiapkan segela sesuatunya untuk

persalinan. Ia dan keluarganya dapat memgumpulkan barang-barang

seperti pembalut wanita atau kain, sabun dan sprei serta

menyimpannya untuk persalinan.8

13) Memantau Kesejahteraan Janin

Pemantauan gerak janin merupakan cara sederhana untuk

menilai kesejahteraan janin pada waktu yang tetap. Menurut Varney

(1997) menghitung gerakan janin merupakan teknik pemantauan

kesejahteraan janin yang paling sederhana dan dapat diterapkan

kepada kelompok wanita secara luas.

Pemantauan gerakan janin dapat dilakukan mulai kehamilan 28

minggu karena gerakan janin sudah teratur dan kuat. Dilakukan

pada saat janin aktif bergarak yaitu di luar jam 02.00-08.00 WIB.

Keuntungan test ini; murah, sederhana, mudah dilakukan oleh klien

di rumah tersedia terus menerus walaupun jauh dari lokasi fasilitas

kesehatan, meskipun akurasi dan tingkat kendalanya bervarisi.

Adapun kendalanya yaitu memerlukan kesadaran /kerelaan

/kemauan ibu, adanya kegelisahaan ibu, laporan yang salah dalam

gerakan janin yang berkurang persepsi yang berbeda tentang

gerakan janin.8

2. Standar Asuhan Kebidanan

38
Menejemen Asuhan Kebidanan pada ibu hamil mengacu pada

KEPEMENKES NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan

Kebidanan yang meliputi:

a. STANDAR I : PENGKAJIAN DATA SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Meliputi :

1) Data tepat, akurat dan lengkap

2) Terdiri dari Data Subjektif (hasil anamnesa: biodata, keluhan,

riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial

budaya)

3) Data Objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan

penunjang)

b. STANDAR II : PERUMUSAN DIAGNOSA DAN ATAU MASALAH

KEBIDANAN

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

mengiterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

Meliputi :

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur Kebidanan

2) Masalah dirumuskan dengan kodisi klien

39
3) Dapat diselesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan

c. STANDAR III : PERENCANAAN

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan

masalah yang ditegakkan.

Meliputi :

1) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan

secara komprehensif

2) Melibatkan klien/pasien dan atau keluargan

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien

berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang

diberikan bermanfaat untuk klien.

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber

daya serta fasilitas yang ada.

d. STANDAR IV : IMPLEMENTASI

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehesif,

efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada

klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabiliitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Meliputi :

40
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makluk bio-psiko-spiritual-

kultural

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

dan atau keluarganya (inform consent)

3) Melaksanakan tindakan asuan kebidanan berdasarkakn evidence

based

4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan

5) Menjaga privacy klien/pasien

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secra berkesinambungan

8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai

9) Melakukan tindakan sesuai standar

10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

e. STANDAR V : EVALUASI

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi pasien.

Meliputi :

1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien

41
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien

dan/keluarga

3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar indak lanjuti

4) Hasil valuasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien

f. STANDAR VI : PENCATATAN ASUHAN KEBIDANAN

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, lengkap dan

jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam

memberikan asuhan kebidanan.

Meliputi :

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada

formulir ang tersedia (Rekam Medis/KMS,Status Pasien/buku KIA)

2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa

4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,

kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan.

3. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

42
Pada langkah pertama ini semua informasi akurat dan lengkap

dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dapat dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik

umum dan penunjang.

1) Pengumpulan Data Subjektif

a) Identitas ibu :

(1) Nama:Untuk mengetahui agar tidak terjadi kekeliruan dan

tidak tertukar dengan data ibu yang lain.

(2) Umur:Untuk mlengetahui apakah usia dalam masa

produktif 20 – 35 tahun atau tidak produktif dan untuk

mengetahui ibu dalam resiko tinggi atau tidak.

(3) Agama:Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut supaya

dalam memberikan asuhan tidak bertentangan dengan

kepercayaan yang dianut.

(4) Pendidikan:Untuk mengetahui tingkat pendidikan,

sehingga mempermudah penyampai asuhan dan

mempermudah komunikasi pada pasien.

(5) Pekerjaan:Untuk mengetahui taraf sosial ekonomi pada

pasien, pendapatan dan pekerjaan umum termasuk

pekerjaan yang memberatkan dan yang dapat

menyebabkan gangguan pada ibu hamil serta tidak.

43
(6) Suku atau Ras:Untuk mengetahui adat dan budaya

setempat, karena setiap daerah mempunyai kebiasaan yang

berbeda sehingga bidan dapat memberi asuhan sesuai

dengan kebiasaan daerahnya.

(7) Alamat:Untuk mengetahui dimana pasien tinggal dan

untuk data pada setiap daerah.

b) Alasan kunjungan dan Keluhan Utama

Alasan utama mengapa pasien datang kepelayanan

kesehatan, misalnya ada keluhan atau hanya ingin

memeriksakan kehamilannya. Keluhan yang umum terjadi

pada trimester III adalah sering BAK, sesak Napas.

c) Riwayat Menstruasi:Menarche, lama, siklus, volume, sifat

darah, keluhan.

d) Riwayat Pernikahan:Status pernikahan, lama menikah,

frekuensi menikah, usia ibu/ suami saat menikah.

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

f) Riwayat Kontrasepsi:Jenis, lama menggunakan, keluhan

selama menggunakan kontrasepsi.

g) Riwayat Kehamilan Sekarang

(1) Hari pertama haid terakhir

(2) Taksiran persalinan

(3) Berat badan sebelum hamil

44
(4) Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC.

(5) Berapa kali gerakan janin yang di rasakan ibu

(6) Apakah ibu mengalami tanda bahaya dan penyulit, untuk

mengetahui keluhan yang dirasakan ibu.

(7) Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat selain

dari bidan

(8) Untuk mengetahui apakah ibu sudah dan berapa kali di

imunisasi TT

(9) Untuk mengetahui kekhawatiran–kekhawatiran khusus

yang dirasakan ibu .

(10) Untuk mengetahui hari perkiraan lahir, seahingga ibu

dapat mempersiapkan persalinan.

h) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat penyakit sekarang

(2) Riwayat penyakit yang lalu

(3) Riwayat penyakit sistemik

(4) Riwayat penyakit keturunan

(5) Riwayat penyakit menular

(6) Riwayat operasi

(7) Riwayat alergi

i) Pola Kegiatan Sehari-Hari

45
(1) Nutrisi : Untuk mengetahui apakah ibu sudah tercukupi

asuhan gizinya dan agar memudahkan bidan untuk

mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi

asupan gizinya.

(2) Istirahat : Untuk mengetahui kebiasaan istirahat dan

hambatan apa saja yang mungkin muncul pada pasien.

(3) Aktifitas : Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan

oleh ibu.

(4) Hubungan seksual : Untuk mengetahui frekuensi dan

keluhan dalam hubungan seksual. Sebelum hamil untuk

mengetahui frekuensi hubungan seksual ibu sebelum

hamil. Selama hamil untuk mengetahui frekuensi

hubungan seksual ibu selama hamil dan agar bidan dapat

memberikan pendidikan kesehatan jika ibu ada keluhan

dalam berhubungan seksual selama hamil.

(5) Personal hygine

(6) Untuk mengetahui kebersihan ibu dalam kehidupan

sehari-harinya.

j) Riwayat Psiko, Social, Cultural, Spiritual, Ekonomi

(1) Dukungan selama hamil

(2) Status kesehatan suami

(3) Pengambil Keputusan

46
(4) Hubungan dengan keluarga, tetangga, masyarakat

(5) Kebiasaan / larangan konsumsi makanan selama hamil

(6) Spiritual

(7) Penghasilan

k) Persiapan Persalinan:Tempat, penolong persalinan,

pendamping, transportasi, perlengkapan, dana, donor darah.

2) Pengumpulan Data Objektif

a) Pemeriksaan Umum

Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum seperti :

(1) KU, yaitu berupa keadaan pasien secara keseluruhan

(2) Kesadaran, yaitu untuk menciptakan gambaran tentang

kesadaran pasien melakukan pengkajian derajat

kesadaran dari composmentis sampai koma.

(3) TTV, yaitu untuk mengetahui keadaan tanda – tanda

vital dari pasien apakah normal atau tidak. Tanda –

tanda vital tersebut berupa tekanan darah, suhu, nadi,

pernapasan.

(4) Berat Badan, yaitu berupa penimbangan berat badan ibu

apakah berat badan ibu masih dalam kenaikan normal

atau mengalami penurunan selama hamil. Penambahan

berat badan dalam trimester III tidak boleh lebih 1

kg/minggu.

47
(5) Tinggi badan, yaitu dalam pengukuran tinggi badan

dilakukan karena untuk mengetahui apakah ibu

tergolong dalam ibu hamil dengan resiko atau tidak.

Dimana tinggi badan minimal normalnya 145 cm.

(6) Lila, yaitu pengukuran lengan atas yang dilakukan

untuk mengetahui bagaimana status gizi ibu apakah

sudah cukup atau kurang. Lila normal yaitu 23,5 cm,

apabila kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan ibu

tersebut mengalami KEK (Kekurangan Energi Kronik)

b) Pemeriksaan Fisik Khusus

(1) Inspeksi

(a) Muka: Untuk melihat keadaan muka ibu apakah

terlihat pucat atau tidak,oedem atau tidak,dan ada

cloasma gravidarum atau tidak.

(b) Mata: Untuk mengetahui keadaan ibu apakah

konjungtiva atau tidak dan skera kuning atau

tidak.pemeriksakaan ini jiga bisa untuk menentukan

apakah ibu mengalami anemia atau tidak.

(c) Telinga: Untuk mengetahui keadaan ibu apakah

bersih atau tidak dan ada serumen atau tidak.

(d) Hidung: Untuk mengetahui keadaan ibu apakah

bersih atau tidak dan ada sekret atau tidak.

48
(e) Leher: Untuk mengetahui keadaanr leheribu apakah

ada pembesaran kelenjar teroid dan kelenjar parotis

atau tidak.

(f) Payudara: Untuk mengetahui keadaan payudara ibu

membesar atau tidak, areola menghitam atau tidak,

puting menonjol atau tidak, terdapat massa atau

tidak.

(g) Aksila: Untuk mengetahui ada tidak nya

pembesaran kelenjar limfe

(h) Abdomen: Ada tidaknya strae gravidarum

(i) Ekstremitas: Untuk mengetahui adakah oedem atau

tidak yang bisa menandakan bahwa mengalami pre

eklamsia.

(2) Palpasi

(a) Leopold I : untuk mengetahui TFU dan bagian apa

yang teraba pada bagian fundus.

(b) Leupold II : untuk mengetahui batas kanan kiri

perut ibu,dan bagian apa yang teraba pada sebelah

kanan dan kiri ibu.

(c) Leupold III : untuk mngetahui bagian terbawah

perut ibu,dan apakah sudah masuk kepintu atas

panggul atau belum.

49
(d) Leupold IV: untuk mengetahui seberapa bagian

kepala janin yang sudah masuk kedalam pintu atas

panggul.

(3) TFU Mc. Donald : untuk mengetahui tinggi fundus uteri

yang di ukur dengan matline.

(4) Auskultasi: Menghitung detak jantung janin : Frekuensi,

irama, intensitas, dan punctum maksimum.

(5) Perkusi: Reflek patela untuk mengetahui apakah ada

reflek patela pada ibu.selain itu pemeriksaan ini pun

untuk mendeteksi dini adanya komplikasi kehamilan,

tetapi pemeriksaan ini dilakukan apabila ada indikasi

tertentu.

(6) Pemeriksaan Laboratorium: Beberapa pemeriksaan

laboratorium yang harus dilakukan pada ibu hamil

trimester III adalah pemeriksaan

(a) Warna urin, bau, kejernihan, protein urin dan

glucose urin untuk mengetahui apakah urin ibu

mengandung protein atau tidak yang akan

dicurigai intuk kejadian pre eklampsia

(b) Pemeriksaan darah ibu hamil, antara lain

bertujuan untuk memriksa hemoglobin ( 11 g/dl

50
untuk ibu hamil trimester III ), hematokrit,

golongan darah dan sebagainya.

b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, bidan melakukan identifikasi diagnosis atau

masalah berdasarkan interpretasi yang akurat terhadap data-data yang

telah dikumpulkan. Data dassar yang sudah dikumpulkan di

interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang

lebih spesifik.

1) Diagnosa: Ibu G1P0A0H0 usia kehamilan 36 minggu janin hidup,

tunggal, intrauterine, letkep, puka, Keadaan umum ibu dan janin

baik

2) Masalah: menjelaskan tentang kecemasan dan keluhan yang

dialami pada ibu hamil. Contoh: Ibu cemas dengan kehamilannya.

3) Kebutuhan :

Kunjungan 1

a) Informasi hasil pemeriksaan

b) Penkes tentang olahraga

c) Penkes tentang personal hygiene

d) Penkes tentang perawatan payudara

e) Pemberian suplemen, vitamin, imunisasi

f) Jadwal kunjungan ulang dan sebagainya

Kunjungan 2

51
a) Informasi hasil pemeriksaan

b) Penkes tentang tanda bahaya trimester III

c) Penkes tentang tanda- tanda persalinan

d) Penkes tentang persiapan persalinan

c. Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini merupakan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan waspada dan bersiap

mencegah diagnosis atau masalah potensial bila terjadi. Dalam langkah

ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Pada kehamilan normal

jarang ditemui diagnosa potensial.

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu hamil trimester III

diantaranya : anemia, hipertensi dan sebagainya

d. Langkah IV : Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan

Segera, Kolaborasi dan Rujukan.

Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan

konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kaesehatan lain

dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan keseimangan

52
proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung

selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga

selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Pada kehamilan

normal yang yang tidak disertai penyulit tindakan segera, kolaborasi dan

rujukan tidak diperlukan.

e. Langkah V : Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah di identifikasi

atau diantisipasi.

Kunjungan 1

1) Informasikan hasil pemeriksaan

2) Berikan penkes tentang olahraga

3) Berikan penkes tentang personal hygiene

4) Berikan penkes tentang nutrisi

5) Berikan suplemen / vitamin/ imunisasi

6) Jadwalkan kunjungan ulang dan sebagainya

Kunjungan 2

1) Informasikan hasil pemeriksaan

2) Berikan penkes tentang tanda bahaya trimester III

53
3) Berikan penkes tentang tanda- tanda persalinan

4) Berikan penkes tentang persiapan persalinan

f. Langkah VI : Pelaksanaan Rencana Asuhan

Langkah keenam ini adalah pelaksanaan dari asuhan menyeluruh

tersebut. Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat

waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney,

2007). Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya walau

bidan tidak melakukan nya sendiri, namun ia tetap memikul tangung

jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya (misalnya dengan memastikan

bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang

sudah diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi

sesuai diagnosis dan masalah. Rencana dianggap efektif jika memang

benar efektif pelaksanaannya. dengan kondisi atau kebutuhan klien.

Evaluasi dapat berupa :

1) Ibu mengerti dengan penjelasan tentang tanda-tanda persalinan

2) Ibu sudah mempersiapkan kebutuhan saat bersalin.

3) Ibu sudah mengkonsumsi suplemen yang diberikan dan

sebagainya.15

54
B. Persalinan

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang

normal. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks,

dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana

janin dan ketuban di dorong keluar melaui jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu :

Kala 1 dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan

lengkap 10 cm. proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam)

servik membuka dari sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks

55
membuka dari 3 cm sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering

selama fase aktf.

Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

Proses ini biasanya berlangsung pada primi dan 1 jam pada multi.

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama postpartum.9

b. Tanda-Tanda Persalinan

1) Kontraksi uterus

Kontraksi uterus terjadi di luar kehendak (involunter)

tetapi spesifik dalam melaksanakan fungsinya untuk

menimbulkan effacement dan dilatasi serviks Pada akhirnya

kontraksi uterus bertanggung jawab untuk mendorong janin

agar bergerak turun sepanjang jalan lahir. Pada awalnya

kontraksi tersebut terjadi secara tidak teratur tetapi kemudian

menjadi teratur dengan pola yang dapat diramalkan ketika

persalinan terus berlanjut.

a) Kontraksi awal terjadi pada setiap bagian uterus dengan

selisih waktu 5 hingga 30 menit dan lamanya kontraksi 30

hingga 45 detik

56
b) Interval antar-kontraksi tersebut memberikan kesempatan

pengaliran kembali darah guna memasok oksigen kepada

janin dan membawa keluar produk limbahnya.

Peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi;

selama fase transisi pada kala pertama persalinan ketika

kontraksi mencapai frekuensi, durasi dan intensitas yang

maksimal, maka setiap kontraksi akan berlangsung selama

60 hingga 90 detik dan kemudian muncul kembali setiap 2

hingga 3 menit sekali.

Kontraksi terasa nyeri dan bergelombang dengan sifat

kontraksi yang membangun dan mereda.

c) Kontraksi dimulai pada punggung bagian bawah dan

kemudian bergerak di sekitar abdomen dan mungkin pula

sampai tungkai

d) Terasa lebih kuat pada uterus bagian atas (untuk

mendorong janin bergerak ke bawah) dibandingkan pada

uterus bagian bawah (untuk menipiskan dinding serviks

dan memungkinkan dilatasi serviks) dan kemudian

menyapu ke bawah di seluruh uterus dengan cara ini

e) Uterus akan menjadi keras ketika dipalpasi; penekanan

uterus dengan jari tangan tidak dapat menimbulkan

lekukan.

57
Kontraksi uterus pada persalinan tidak dipengaruhi oleh

aktivitas, makan, minum, atau berganti posisi.

Menyebabkan effacement dan dilatasi serviks yang

progresif. Ketika persalinan berlanjut dapat terlihat

penonjolan ketuban (selaput amnion) yang masih utuh.10

2) Bloody show

Kadang-kadang bloody show disebut show (tanda

perdarahan yang menunjukkan dimulainya persalinan); tanda

ini terjadi ketika serviks menipis dan mulai terbuka (dilatasi).

a) Sumbat mukus yang menyumbat kanalis serviks selama

kehamilan akan diekspulsikan keluar

b) Mukus dari sumbat tersebut bercampur dengan darah dari

kapiler serviks karena tekanan janin pada kanalis servik

dan perubahan lainnya yang terjadi dalam serviks

c) Sebagai akibatnya akan terlihat cairan yang berwarna

kemerahan karena mengandung noda darah atau

berwarna kecoklatan.

Pada sebagian primipara dapat terjadi pelepasan

sumbat mukus dalam waktu 2 minggu sebelum persalinan

dimulai.10

58
3) Ruptur selaput janin (ketuban pecah)

Selaput janin (yang secara awam disebut selaput) tersusun

dari membrane amnion dan korion menyelimuti permukaan

fetal plasenta dan membentuk sebuah kantung yang berisi

janin serta menyangga janin tersebut dan cairan amnion.

a) Cairan amnion diproduksi oleh membrane amnion

b) Cairan berfungsi sebagai bantalan di sepanjang

kehamilan, melindungan janin terhadap perubahan suhu,

melindungi tali pusat terhadap tekanan, dan mungkin pula

membantu perkembangan otot janin dengan membiarkan

janin bergerak secara bebas.

Selaput ketuban dapat pecah spontan pada awal

persalinan atau tetap utuh sepanjang proses persalinan

yang aktif sampai dokter atau bidan memutuskan untuk

memecah ketuban atau sampai bayi dilahirkan.

c) Ruptur membrane yang spontan tidak menimbulkan rasa

nyeri karena dalam membrane atau selaput janin tidak

terdapat saraf

d) Bahkan ketika sebagian besar cairan amnion sudah

mengalir keluar ketika ketuban pecah, janin tetap

terselubung oleh cairan amnion karena cairan ini terus

diproduksi sampai bayi dilahirkan.

59
Cairan amnion yang mengalir keluar sesudah ketuban

pecah harus terlihat jernih dan tidak berbau; setiap

perubahan pada cairan amnion harus segera dilaporkan

dan dievaluasi lebih lanjut.

e) Cairan amnion yang mengalir keluar diperiksa untuk

memastikan ketuban pecah dini

f) Tes nitrazin meliputi penggunaan kertas litmus untuk

menentukan nilai pH ciran amnion; perubahan warna

kertas litmus menjadi biru cerah menunjukkan perubahan

pH cairan amnion pada ketuban yang pecah

g) Pemeriksaan vagina in spekulo dapat dilakukan ketika

diperlukan visualisasi tetapi tindakan manipulasi serviks

merupakan kontraindikasi; penumpukan cairan pada

dasar serviks mengindikasikan rupture selaput ketuban

h) Spesimen cairan dapat dioleskan pada kaca obyek dan

dilihat di bawah mikroskop; gambaran daun cemara

mengidentifikasi rupture selaput ketuban.

Ruptur selaput ketuban dapat membuat kepala janin

masuk ke dalam pintu atas panggul dan mungkin akan

memperpendek lama persalinan. Persalinan akan dimulai

dalam waktu 24 jam pada sebagian besar pasien.

60
Rupture selaput ketuban yang terjadi lebih dari 24 jam

sebelum persalinan dimulai dinamakan “ketuban pecah

dini/KPD (rupture premature membran)”

Ketuban pecah dini akan disertai dengan peningkatan

risiko infeksi dan prolapsus tali pusat.10

c. Penyebab Mulainya Persalinan

Berikut adalah penyebab mulainya persalinan:

1) Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam

batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut, maka akan

terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

2) Teori Penurunan Progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga

pembuluh darah mengalami penyimpitan dan buntu. Produksi

progesterone mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih

sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone

tertentu

3) Teori Oksitosin Internal

61
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars

posterior. Perubahan keseimbngan estrogen dan progesterone

dapat mengubah sensivitas otot rahim sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton hiks. Menurunnya konsentrasi progesterone

akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin

meningkat aktivitas sehingga persalinan dimulai

4) Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur

kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.

Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat di

keluarkan Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya

persalinan.12

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi proses Persalinan

1) Power (Tenaga/Kekuatan )

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah

his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi

dari ligament. Kekuatan primer yang diperlukan dalam

persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan

sekundernya adalah tenaga meneran ibu.

a) His (Kontraksi Uterus)

62
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.

Pada bulan terakhir dari kehamilan dan sebelum

persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang

disebut his. His dibedakan sebagai berikut:

His pendahuluan atau his palsu, yang sebetulnya

hanya merupakan peningkatan dari kontraksi dari

Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat tidak teratur

dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat

paha, tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari

pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan.

Kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila ibu

berjalan, bahkan sering berkurang. His pendahuluan tidak

mempunyai pengaruh pada serviks.

His persalinan, walaupun his merupakan suatu

kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis, akan tetapi

bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan

bersifat nyeri. Perasaan nyeri tergantung juga pada

ambang nyeri dari penderita, yang ditentukan oleh

kondisi jiwanya.

Sifat his yang normal sebagai berikut.

(1) Kontraksi otot rahim dimulai dari salah satu tanduk

rahim atau cornu.

63
(2) Fundal dominan, yaitu kekuatan paling tinggi di

fundus uteri.

(3) Kekuatannya,sperti gerakan memeras isi rahim.

(4) Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke

panjang semula, sehingga terjadi retraksi dan

pembentukan segmen bawah rahim.

(5) Pada setiap his terjadi perubahan pada serviks yaitu

menipis dan membuka.12

b) Aktivitas Uterus (Miometrium)

Pada kehamilan menjelang 7 bulan, saat dilakukan

pemeriksaan palpasi atau pemeriksaan dalam, dapat

diraba adanya kontraksi-kontraksi kecil pada rahim

dengan amplitude 5 mmHg dan berlangsung sebentar.

Sesudah kehamilan 30 minggu, aktivitas rahim akan

menjadi lebih kuat dan lebih sering. Pada kehamilan di

atas 36 minggu dan pada pembukaan kala 1, his timbul

lebih sering dan lebih kuat, pembukaan servik 2 cm.

Pada akhir kala 1, kontraksi uterus lebih meningkat, lebih

sering dan lebih teratur dengan amplitude 60 mmHg.

Pada kala pengeluaran, his menjadi lebih efektif,

terkoordinasi, simetris dengan fundal dominan, kuat, dan

lebih lama (60-90 detik). Pada waktu relaksasi, kekuatan

64
tonus uterus kurang dari 12 mmHg karena keadaan

istirahat.12

c) Perubahan-perubahan Akibat His

(1) Pada uterus dan servik, uterus teraba keras dan padat

karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan

tekanan intrauterisn naik, menyebabkan serviks

menjadi mendatar dan membuka.

(2) Ibu akan terasa nyeri karena iskemia rahim dan

kontraksi rahim, juga ada peningkatan nadi dan

tekanan darah.

Pada janin, pertukaran oksigen pada sirkulasi

uteroplasenta berkurang, maka timbul hipoksia janin.

Pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin,

asfiksia dengan denyut jantung janin di atas 160 kali

per menit.12

d) Tenaga Meneran (Kekuatan Sekunder)

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban

pecah, tenaga yang mendorong janin keluar selain his

terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding

perut yang mengakibatkan paningkatan intraabdominal.

Tenaga ini serupa dengan tenaga meneran saat buang

air besar, tetapi jauh lebih kuat lagi. Rupanya, waktu

65
kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek

yang mengakibatkan pasien menekan diafragmanya ke

bawah. Tenaga meneran ini hanya dapat berhasil kalau

pembukaan sudah lengkap dan paling efektif dari suatu

konraksi rahim.

Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar

panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat

mendorong keluar. Ibu ingin meneran, usaha mendorong

ke bawah (kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha

volunteer yang sama dengan yang dilakukan saat buang

air besar (meneran). Otot-otot diafragma dan abdomen

ibu berkontraksi dan mendorong janin keluar melalui

jalan lahir.12

2) Passage (Jalan Lahir)

a) Jalan lahir keras (Tulang Panggul)

Tulang panggul tersusu atas 4 tulang, yakni dua

tulang koksa, sacrum, dan koksigis yang dihubungkan

oleh tiga sendi. Os koksa dibagi menjadi os. Illium, os.

Iskium, dan os. Pubis.

Bagian-bagian os. Illiumyang penting adalah Krista

iliaka, spina ischiadika anterior superior, spina iliaka

anterior inferior, spina iliaka posterior inferior, dan pini

66
illiaka posterior superior. Bagian-bagian os. iskium yang

penting adalah tuberischii dan spina ischiadika. Bagian-

bagian os.pubis yang penting adalah simfisis pubis dan

arkus pubis.

Tulang panggul dipisahkan oleh PAP menjadi dua

bagian, yaitu panggul palsu dan panggul sejati. Panggul

palsu adalah bagian di atas pintu atas panggul dan tidak

berkaitan dengan persalinan. Panggul sejati dibagi

menjadi tiga bidang, yaitu pintu atas atau permukaan atas,

panggul tengah atau rongga panggul, dan pintu bawah

panggul.

Bagian anterior pintu atas panggul yaitu batas atas

panggul dibentuk oleh tepi atas tulang pubis; bagian

lateralnya dibentuk oleh linea illipektinea, yakni

sepanjang jalan inominata dan bagian posteriornya

dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan

promontorium sacrum.

Rongga panggul tengah adalah saluran lengkung yang

memiliki dinding anterior pendek, dinding posterior jauh

lebih cembung dan panjang. Rongga panggul melekat

pada bagian posterior simfisis pubis, iskium, sebagian

illium, sacrum, dan koksigis.

67
Pintu bawah panggul adalah batas bawah panggul

sejati, dilihat dari bawah berbentuk lonjong, di bagian

anterior dibatasi lengkung pubis, di bagian lateral oleh

tuberositas iskium, dan di bagian posterior oleh ujung

koksigis. Pada kehamilan tahap akhir, koksigeus dapat

bergerak (kecuali jika struktur itu patah, misalnya akibat

jatuh dan telah menyatu dengan sacrum ketika sedang

penyembuhan).

Pada ketinggian yang berbeda, bentuk dan saluran

ukuran panggul juga berbeda. Diameter bidan pintu atas,

panggul tengah, pintu bawah, dan sumbu jalan lahir

menentukan mungkin tidaknya persalinan pervagina

berlangsung dan bagaimana janin dapat menuruni jalan

lahir (pergerakan cardinal mekanisme persalinan).12

Bidang Panggul/Bidang Hodge adalah bidang semu

sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan

persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui

pemeriksaan dalam/vaginal toucher (VT).

Bidang Hodge terbagi empat antara lain sebagai berikut:

(1) Bidang Hodge 1: bidang setinggi pintua atas panggul

(PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio

68
sakro-iliaka, sayap sacrum, linea inominata, ramus

superior os. pubis, tepi atas simfisi pubis.

(2) Bidan Hodge III: bidang setinggi pinggir bawah

simfisis pubis, berhimpit dengan PAP (Hodge 1)

(3) Bidang Hodge III: bidang setinggi spina ischiadica

berhimpit dengan PAP (Hodge I)

(4) Bidang Hodge IV: bidang setinggi ujung koksigis

berhimpit dengan PAP (Hodge I).12

b) Jalan Lahir Lunak

(1) Uterus

Segmen atas uterus terdiri atas fundus dan

bagian uterus yang terletak di atas lipatan vesika

uterina peritoneum. Selama persalinan, segmen

ini memberikan kontraksi yang kuat untuk

mendorong janin keluar.

Segmen bawah uterus terletak antara lipatan

vesika uterine peritoneum sebelah atas dan

serviks di bawah. Ketika kontraksi, otot segmen

atas meningkatkan frekuensi dan kekuatannya;

pada kehamilan lanjut, segmen bawah uterus

berkembang lebih cepat lagi dan teregang secara

radikal untuk memungkinkang turunnya bagian

69
presentasi janin. Pada saat persalinan, seluruh

serviks menyatu menjadi bagian segmen bawah

uterus yang teregang.

Serviks uteri pada kehamilan lanjut, serviks

uteri menjadi lebih lunak dan menjadi lebih

pendek karena tergabung dalam segmen bawah

uterus. Pada saat persalinan karena adanya

kontraksi uterus, maka serviks mengalami

penipisan dan pembukaan.12

(2) Otot Dasar Panggul

Dasar panggul terdiri atas kelompok otot

levetor ani yang melandai ke arah bawah dan ke

depan, serta saling berjalin dengan sisi yang

berlawanan sehingga membentuk diafragma otot

tempat lewatnya uretra, vagina, dan rectum.

Otot-otot ditutupi fasia dam membentuk

diafragma pelvis.

Otot dasar panggul terdiri atas otot-otot dan

ligament yaitu dinding panggul sebelah dalam

dan yang menutupi panggul bawah, yang

menutupi panggul bawah membentuk dasar

panggul disebut pelvis. Jaringan lunak terdiri

70
atas segmen bawah uterus yang dapat meregang,

serviks, otot dasar panggul, vagina, dan introitus.

(3) Perineum

Perineum adalah jaringan yang terletak di

sebelah distal diafragma pelvis. Perineum

mengandung sejumlah otot suprefisial, sangat

vascular, dan berisi jaringan lemak. Saat

persalinan, otot ini sering mengalami kerusakan

ketika janin dilahirkan.12

3) Passenger (Janin dan Plasenta)

Janin dan plasenta (passenger) bergerak di sepanjang jalan

lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran

kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat juga

dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun,

plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran

normal.

Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena

ukuran dan presentasinya. Kepala banyak mengalami cedera

pada persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan

kehidupannn janin. Pada persalinan, oleh karena tulang-tulang

71
masih dibatasi fontanel dan sutura yang belum keras, maka

pinggir tulang dapat menyisip antara tulang satu dengan

tulang yang lain disebut molase, sehingga kepala bayi

bertambah kecil.

Waktu persalinan, air ketuban membuka serviks dengan

mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian

selaput janin di atas ostium uteri yang menonjol waktu terjadi

his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks. 12

4) Psikis (Psikologi)

Banyak wanita normal bias merasakan kegairahan dan

kegembiraan saat merasa kesakitan di awal menjelang

kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati,

seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas

“kewanitaan sejati” , yaitu muncullah rasa bangga bias

melahirkan atau memproduksi anak. Khususnya, rasa lega itu

berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan

waktu, mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa

kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan

yang belum pasti”, sekarang menjadi hal yang nyata. Factor

psikologis meliputi hal-hal sebagai berikut.

(a) Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan

intelektuan

72
(b) Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya

(c) Kebiasaan adat

(d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan itu

5) Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan

janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan

penolong dalam menghadapi proses persalinan.12

e. Mekanisme Persalinan

Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala

dan pada presentasi kepala ini ditemukan ±58 % ubun-ubun kecil

terletak di kiri depan ± 23% di kanan depan, ±11% di kanan

belakang, dan ± 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin

disebabkan terisinya ruangan disebelah kiri belakang oleh kolon

sigmoid dan rektum.6

3 faktor penting yang memegang peranan pada persalinan ialah:

1) Kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan

mengejan.

2) Keadaan jalan lahir.

3) Janinnya sendiri.

His adalah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks

membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi kepala,

73
bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke

dalam rongga panggul.

Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam

keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kaepala janin tegak

lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula kepala masuk

dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring

dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut

negele ialah apabila arah sumbu membuat sudut lancip ke depan

dengan pintu atas panggul. Dapat pula asinklitismus postrior

menurut litzman ialah apabila keadaan adalah sebaliknya dari

asinklitismus anterior.

Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada

mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena

ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas jika dibandingkan

dengan ruangan pelvis di daerah anterior.

Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris,

dengan sumbu lebih mendeteksi suboksiput, maka tahanan oleh

jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun,

menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul

menurut hukum Koppel: a kali b = c kali d.

Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan

ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter

74
suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan

sirkumferensiasuboksipitobregmatikus (32cm) sampai di dasar

panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal.

Kepala yang sedang turun menemui diagfragma pelvis yang

berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi

elastisitas diagfragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan

oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotai yang

disebut pula putaran paksi dalam. Didalam hal mengadakan rotasi

ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar

panggul ubun-ubun kecil di bawah simfisis, dan dengan suboksiput

sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk

dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepal

janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus

membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan

kekuatan mengejan , berturut-turut tampak bregma, dahi, muka dan

akhirya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan

rotasi, yang disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah

gerakan kembali ke posisisi sebelum putaran paksi dalam terjadi,

untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.6

Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di

dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala

75
telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.

Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru kemudian

bahu belakang. Demikian pula dilahirkan tronkoter depan terlebih

dahulu, baru kemudian tronkoter belakang. Kemudian, bayi lahir

seluruhnya.

Apabila bayi telah lahir, tali pusat dijepit di antara 2 cunam

pada jarak 5 dan 10 cm, kemudian , diguntingdiantara dua cunam

tersebut, lalu diikat. Umumnya bila telah lahir lengkap, bayi segera

akan menarik napas dan menangis.6

f. Partograf

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusa dalam

penatalaksanaan. Partograf memberi peringatan pada petugas

kesehatan bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat

ibu dan janin, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.9

Untuk menggunakan partograf dengan benar petugas harus

mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut

1) Denyut jantung janin. Catat setiap jam

2) Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan

pemeriksaan vagina:

U: Selaput utuh

J: Selaput pecah, air ketuban jernih

76
M: Air ketuban bercampur mekonium

D: Air ketuban bernoda darah

3) Perubahan bentuk kepala janin (Molding atau Molase):

1: sutura (pertemuan 2 tulang tengkorak) yang tepat/ bersesuaian

2: sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

3: sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

4) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai pada setiap

pemeriksaan pervaginam dan diberi tanda (x)

5) Penurunan: mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang

teraba (pada pemeriksaan abomen/luar) diatas simpisis pubis:

catat dengan tanda lingkaran (o)

Pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau

paruh atas kepala berada di simpisis pubis

6) Waktu: menyatakan berapa jam waktu yang telah di jalani

sesudah pasien diterima.

7) Jam: catat jam sesungguhnya

8) Kontraksi: catat setiap setengah jam: lakukan palpasi untuk

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya

masing-masing kontraksi dalam hitungan detik

(a) Kurang dari 20 detik

(b) Antara 20 dan 40 detik

(c) Lebih dari 40 detik

77
9) Oksitosin. Bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin

per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit

10) Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.

11) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik

besar (∙)

12) Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anka

panah

13) Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam

14) Protein, aseton, dan volume urin. Catat lah setiap ibu berkemih.

Bila temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis

waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap

kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.9

g. Tahapan persalinan

1) Kala satu (Kala Pembukaan)

Kala satu diukur dari awal persalinan yang asli hingga

dilatasi serviks lengkap. Durasi Kala satu biasanya berkisar

dari 6 hingga 18 jam pada primipara dan dari 2 hingga 18 jam

pada multipara.

Kala satu dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase laten, aktif

dan transisi

(a) Selama fase laten terjadi dilatasi serviks sebesar 0 hingga

3 cm dan kontraksi uterus dalam fase ini tidak teratur,

78
pendek-pendek serta hanya berlangsung selama 20

hingga 40 detik. Fase laten berlangsung sekitar 6 jam

pada primipara dan 41/2 jam pada multipara. Jika serviks

belum “matang” ketika memasuki fase ini, maka

persalinannya bisa berlangsung lama. Setiap tindakan

analgesia yang dilakukan pada awal persalinan dapat

memperpanjang fase laten.

(b) Pada fase aktif terjadi dilatasi serviks sebesar 4 hingga 7

cm kontraksi uterus dalam fase aktif terjadi dengan

interval waktu 5 hingga 8 menit dan lamanya kontraksi

45 hingga 60 detik dengan intentisitas yang sedang

hingga kuat. Fase aktif berlangsung sekitar 3 jam pada

primipara dan 2 jam pda multipara.Secara khas selaput

ketuban akan pecah pada fase ini apabila ketuban pecah

(c) Pada fase transisi terjadi dilatasi serviks sebesar 8 hingga

10 cm; kontraksi uterus dalam fase transisi terjadi

dengan interval waktu 1 hingga 2 menit dan lamanya

kontraksi 60 hingga 90 detik dengan intensitas yang

kuat.

Ketika dilatasi serviks sudah lengkap, selaput

ketuban akan pecah apabila ketuban belu pecah.

Perasaan kehilangan kendali terjadi dalam fase ini. Pada

79
akhir fase transisi, pasien akan merasakan dorongan

untuk mengejan.10

2) Kala dua (Kala pengeluaran Janin)

Kala dua berlangsung dari dilatasi lengkap hingga

kelahiran bayi. Lamanya kala dua berkisar dari 2 hingga 60

menit, dengan lama rata-rata 40 menit (20 kali kontraksi)

untuk primipara dan 20 menit (10 kali kontraksi untuk

multipara).

Janin akan bergerak disepanjang jalan lahir melalui

mekanisme persalinan, yaitu perubahan posisi yang terjadi

dalam kala 2 persalinan, umumnya kala 2 juga disebut sebagai

fase gerakan utam persalinan. Gerakan utama (cardinal

movements) diperlukan karena perbedaan ukuran kepala janin

dengan ukuran pelvis yang bentuknya yang tidak teratur.

Secara spesifik, bertujuan dan tepat terjadi perubahan gerakan

tersebut dari waktu ke waktu untuk memungkinkan diameter

janin yang paling kecil melintasi diameter pelvis ibu yang

sesuai.

Ada tujuh macam gerakan yang utama yaitu engagement

(presenting part janin berada setinggi spina iskiadika ibu),

desensus (gerakan janin ke bawah). Fleksi (gerakan kepala

janin yang menunduk kedepan sehingga dagunya merapat

80
pada dada), rotasi internal (gerakan rotasi yang memudahkan

pelintasan kepala melewati spina iskiadika), ekstensi (oksiput

dilahahirkan lewat gerakan ekstensi, kepala janin akan

mendongkak/ekstensi dan bagian kepala, muka serta dagu

dilahirkan), rotasi eksternal (kepala janin melakukan gerakan

rotasi dari posisi anteroposterior kembali ke posisi diagonal

atau melintang) dan ekspulsi (kelahiran bagian tubuh janin

lainnya).

a) Engagement

Terjadi ketika presenting part janin sudah masuk jauh

kedalam pelvis sehingga tingginya sudah setinggi spina

iskiadika pelvis ibu.

Diameter biparietal kepala sudah melewati pintu atas

panggul.Janin yang sudah engaged menunjukkan bahwa

pintu atas panggul cukup luas unuk dilewati oleh tubuh

janin karena bagian janin yang paling lebar sudah

melewati bagian pelvis yang paling sempit

b) Densus merupakan gerakan janin kebawah

Gerakan turunnya janin/densus ini ditentukan ketika

diameter biparietal melintasi spina iskiadika dan bergerak

masuk pintu atas panggulgerakan desensus terjadi secara

hilang timbul bersamaan dengan kontraksi dan

81
disebabkan oleh beberapa kekuatan yaitu: Tekanan

langsung pada janin karena fundus uteri yang

berkontraksi, tekanan cairan amnion, tekanan akibat

manuver valsava pada otot abdomen, dan pelusuran serta

ekstensi bagian badan janin. Desensus lengkap baru

selesai sesudah kepala janin melewati serviks yang

terbuka dan menekan lantai vagina sebelah posterior

c) Fleksi terjadi selama gerakan desensus dan disebabkan

oleh resistensi kepala janin yang mengenai dasar panggul.

Gabungan tekanan dari uterus dan kontraksi otot

abdomen bersama resistensi ini akan memaksa kepala

janin menekuk kedepan sehingga bagian dagu merapat

pada dada. Keadaan ini memungkinkan diameter kepala

janin yang paling kecil bergerak turun melewati pelvis

Gerakan fleksi menyebabkan perubahan diameter

presenting part dan oksipitofrontal (pangkal hidung

hingga ubun-ubun belakang) menjadi

suboksipitobregmatika (ubun-ubun belakang hingga

suboksiput) dalam posisi oksipito anterior (ubun-ubun

kecil depan) Pada posisi oksipito posterior (Ubun-

ubun kecil belakang) akan terjadi gerakan fleksi yang

82
tidak lengkap sehingga diameter presenting partnya

menjadi lebih besar dan persalinannya lebih lama.

d) Rotasi interna mengacu kepada gerakan rotasi kepala

untuk melewati spina iskiadika.

Kepala janin secara khas memasuki pelvis dengan

diameter anteroposterior kepala dalam posisi melintang

(dari kanan ke kiri) karena pintu bawah panggul yang

paling lebar terdpat pada diameter dari kanan ke kiri,;

kedua bahu janin harus pula melewati pintu bawah

panggul. Jika bagian kepala tetap berada dalam posisi

melintang, maka kedua bahu terlalu lebar untuk dapat

melewati pintu bawah panggul.

Selanjutnya, kepala akan mengalami rotasi sekitar 45

derajat ketika menemui rintangan yang ditimbulkan oleh

dasar panggul. Sebagai akibatnya, diameter

anteroposterior kepala berada dalam bidang

anteroposterior pelvis (dari depan ke belakang) sehingga

mnempatkan bagian terbesar kedua bahu segris dengan

bagian terlebar pintu atas penggul. Gerakan ini juga akan

membuat tubuh janin segaris dalam posisi yang optimal

untuk melanjutkan gerakan desensus bersama dengan

bagian kepala janin yang paling lebar pada diameter pintu

83
bawah panggul yang paling lebar terdapat pada diameter

anteroposterior.Pada saat ini, muka janin biasanya

menghadap bagian posterior tubuh ibu dan bagian

belakang kepala janin menghadap bagian anterior tubuh

ibu.

e) Ekstensi terjadi setelah rotasi internal selesai

Ketika kepala sudah melewati pelvis, oksiput akan

terlihat pada introitus vagina tetapi bagian posterior leher

masih tertahan oleh simfisi pubis (arkus pubis). Gerakan

desensus lebih lanjut akan terlhalang untuk sementara

waktu, ukuran kedua bahu janin terlalu lebar untuk dapat

melewat pelvis atau berada dibawah arkus pubis dalam

posisi ini. Dengan bagian belakang leher berada pada

arkus pubis, struktur ini berfungsi sebagai sumbu putaran.

Resistensi kea rah atas yang ditimbulkan oleh dasar

panggul akan menyebabkan ekstensi kepala. Ketika

terjadi ekstensi maka bagian dahi, hidung, mulut dan

dagu akan dilahirkan secara berurutan

f) Rotasi Eksternal yang juga disebut restitusi mengacu

kepada gerakan rotasi eksternal bagian kepala dan

selanjutnya rotasi kedua bahu kedalam posisi

anteroposteriol di dalam pelvis.

84
Sesudah kepala dilahirkan bagian badan janin harus

melakukan rotasi sehingga bagian muka yang tadinya

pada saat selesainya gerakan ekstensi menghadap

kebawah akan berputar menghadap salah satu permukaan

paha ibu sebelah dalam. Kepala bayi akan melakukan

gerakan rotasi sekitar 45 derajat untuk kembali kepada

posisi lebih awal saat terjadi desensus dengan diameter

anteroposterior kepada berada dalam posisi melintang

(kana ke kiri).

Gerakan ini diperlukan karena kedua bahu yang

sebelumnya berputar agar dapat melewati pintu atas

panggul harus berputar kembali agar ukurannya sesuai

dengan ukuran pintu bawah panggul sehingga dapat

melewatinya untuk kemudian berada dibawah arkus

pubis.

Bahu depan (yang letaknya paling dekat dengan

bagian anterior tubuh ibu) akan dilahirkan pertama dan

kelahiran bahu depan ini mungkin terjadi dengan fleksi

kepala bayi ke bawah. Sesudah bahu depan dilahirkan

diperlukan sedikit fleksi keatas untuk melahirkan bahu

belakang.

85
Gerakan menjalani gerakan dalam proses kelahiran

ini, bayi yang berat badannya lebih dari 4,5 kg lebih besar

kemungkinannya untuk mengalami dostosia bahu

dibandingkan bayi yang beratnya lebih rendah, hal ini

terjadi karena kedua bahu akan terhenti pada pintu bawah

panggul akibat tidak adanyan cukup ruangan bagi kedua

bahu tersebut untuk melewatinya

g) Ekspulsi mengacu kepada kelahiran bagian tubuh bayi

yang lain dan peristiwa ini akhir dari kala dua

persalinan.10

3) Kala tiga (kala pengeluaran plasenta)

Kala tiga ini merupakan periode watu antara kelahiran

bayi dan kelahiran plasenta.Sesudah bayi dilahirkan, kontraksi

uterus umunya akanberhenti selama beberapa menit. Uterus

dapat teraba sebagai masa yang bulat, terasa kencang ketika

disentuh dan berada tepat dibawah umbilicus.

Sesudah periode istirahat yang singkat, ketika kontraksi

dilanjutkan kembali, uterus akan memiliki bentuk diskoit dan

tetap berada dalam bentuk ini sampai plasenta sudah terlepas

dari uterus. Durasi kala tiga berkisar dari 5 hingga 30 menit

Kala tiga dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu fase

pemisahan/pelepasan plasenta dan fase ekspulsi plasenta

86
Pelepasan plasenta dari uterus terjadi sesudah uterus mulai

berkontraksi kembali.

Kontrasi uterus berlanjut secara bergelombang. Selama

kontraksi pada kala yang lain janin akan memberikan tekanan

pada plasenta yang akan mencegah pelepasan premature

plasenta, setelah janin sudah tidak lagi berada didalam uterus,

dinding uterus akan berkontraksi pada ruang yang hampir

kosing dan sudah tidak ada lagi yang tertinggal untuk

menimbulkan tekanan balik pada plasenta. Plasenta akan

terlipat dan mulai terlepas.

Ketika plesenta tertarik lepas dari dinding uterus,

perdarahan mulai terjadi dan selanjutnya aliran darah akan

mendorong plasenta keluar. Selama proses ini, plasenta akan

terjatuh kedalam vagina bagian atas/segmen uterus bagian

bawah.

Sekitar 80% dari semua plasenta mulai terlepas pada

bagian tengahnya dan kemudian terlipat pada dirinya sendiri

untuk siap dilahirkan dengan permukaan fetal terpajan keluar

(dinamakan plasenta schultze). Plasenta schultze tampak licin

dan mengkilap karena selaput janin yang membungkusnya.

Jika plasenta melepaskan diri pertama-tama pada bagian

tepinya maka plasenta tersebut akan meluncur pada

87
permukaan dalam uterus untuk dilahirkan dengan permukaan

meternal yang terpajan keluar. Plasenta ini dinamakan

plasenta Duncan. Plasenta Duncan tampak berwarna merah,

kasar dan tidak teratur karena tonjolan yang memisahkan

ruang-ruang simpanan darah.

Daerah endometrium sebelah luar (desidua) – lapisan

dalam uterus – akan di ekspulsikan keluar bersama plasenta.

Bagian desidua yang lain akan terpish menjadi dua lapisan,

lapisan tersebut adalan lapisan superficial yang dilepas

bersama lokhia selama periode postpartum dan lapisan basal

yang tertinggi untuk regenerasi epithelium yang baru. Tanda

bahwa plasenta sudah terlepas dan siap untuk dilahirkan

meliputi tali pusat yang memanjang, limpahan aliran darah

yang mendadak dari dalam vagina dan perubahan bentuk

uterus.10

4) Kala empat (Kala Pengawasan)

Kala empat merupakan periode waktu segera sesudah

kelahiran plasenta. Secara khas kala empat meliputi waktu

satu jam pertama sesudah kelahiran. Kala empat umumnya

disebut sebagai periode pemulihan. Meskipun kala empat

merupakan permulaan periode postpartum, tahap ini

88
umumnya dianggap sebagai bagian dari proses persalinan dan

kelahiran bayi.

Aktivitas primer dalam kala empat persalinan berupa

stabilisasi kondisi bayi dan membantu bayi untuk

menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim.

Kemudian focus perhatian kita harus ditujukan kepada

peningkatan ikatan kasih antara ibu dan bayinya.10

h. Perubahan fisiologis pada masa persalinan

Berikut merupakan perubahan fisiologis pada masa persalinan:

1) Sistem kardiovaskuler

a) Tekanan intratorakal akan meningkat saat ibu mengejan

pada kala dua

b) Resistensi perifer meningkat pada saat terjadi kontraksi

dan peningkatan resistensi ini selanjutnya akan

menaikkan tekanan darah serta menurunkan frekuensi

nadi.

c) Curah jantung meningkat selam persalinan

2) Cairan dan elektrolit

a) Diaforesis dan hiperventilasi selama persalinan akan

meningkatkat kehilangan air

b) Peningkatan frekuensi persapasan akan meningkatan

volume air yang menguap

89
3) Sistem respiratorius

a) Peningkatan frekuensi pernapasan akan meningkatan

konsumsi oksigen

b) Hiperventilasi dapat terjadi sebagai respons terhadap

peningkatan kebutuhan oksigen

4) Sistem hematopoiesis

a) Leukositosis terjadi pada saat kelahiran dan keadaan ini

mungkin disebabkan oleh stres serta kelelahan akibat

aktifitas fisik yang berat selama persalinan

b) Kadar fibrinogen plasma meningkat

c) Waktu pembekuan darah dan kadar glikosa darah

menurun

5) Sistem GI

a) Traktus GI tidak aktif selama proses persalinan

Keadaan ini mungkin disebabkan oleh pintyasan

darah ke organ yang vital. Dapat pula terjadi karena

tekanan pada lambunga dan intestinum yang

ditimbulkan oleh uterus yang berkontraksi

b) Motilitas lambung dan absorpsinya menurun

c) Waktu pengosongan lambung memanjang

90
6) Sistem renal

a) Peristiwa engagement janin akan membuat bagian basal

kandung kemih bergeser ke depan dan ke atas

b) Proteinuria akibat pemecahan otot dapat terjadi

c) Gangguan aliran darah dan cairan limfe dari bagian

basal kandung kemih dapat terjadi karena edema akibat

presenting part

d) Urine menjadi pekat ketika tubuh berupaya untuk

menghemat cairan dan elektronik yang hilang melalui

sumber yang tidak dapat dirasakan ( insensible loss)

7) Sistem muskuloskeletal

a) Terjadi pelunakan kartilago yang berkelanjutan

Pelunakan tersebut terutama terjadi pada simfisis

pubis dan persendian sakrum serta koksigeus.

Peregangan terjadi untuk membantu pelintasan janin

b) Pasien dapat mengalami peningkatan rasa pegal pada

bagian punggungnya aatau rasa nyeri yang mengganggu

di daerah pubis pada saat berjalan atau membalikkan

badan selam persalinan

8) Sistem neurologik

91
a) Respons sistem neurologik melibatkan persepsi rasa

nyeri

b) Pleksus nervus uterina dan pleksus nervus servisis uteri

akan terstimulasi selam awal persalinan oleh kontraksi

uterus dan dilatasi serviks

c) Nervus perineus akan terstimulasi pada saat lahir akibat

peregangan yang ditimbulkan oleh pelintasan janin.10

i. Kebutuhan dasar ibu bersalin

1) Asuhan Tubuh dan Fisik

a) Menjaga kebersihan diri

Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya

sesudah BAK/BAB dan menjaganya agar tetap bersih dan

kering. Hal ini dapat menimbulkan kenyamanan dan

relaksasi serta menurunkan resiko infeksi, karena dengan

adanya kombinasi antara bloody show, keringat, cairan

amnion, larutan untuk pemeriksaan vagina, dan juga feses

dapat membuat ibu bersalin merasa tidak nyaman.

Mandi di bak/shower dapat menjadi sangat

menyegarkann dan menimbulkan rasa santai, dan merasa

sehat. Jika fasilitas tidak memungkinkan, mandi di

tempat tidur juga bias menimbulkan efek menyegarkan.

b) Berendam

92
Berendam dapat menjadi tindakan pendukung dan

kenyamanan yang paling menenangkan. Diperlukan bak

yang cukup dalam agar air dapat menutup abdomen ibu.

Hali ini merupakan suatu bentuk hidroterapi dan

kegembiraan yang akan meredakan dan membantu

kontraksi pada ibu bersalin.

c) Perawatan mulut

Menggosok gigi: ibu bersalin harus diingatkan untuk

membawa sikat dan pasta gigi ke rumah sakit/rumah

bersalin untuk digunakan selama persalinan. Mencuci

mulut: dengan pemberian produk pencuci mulut sebagai

tindakan untuk menyegarkan napas.

Pemberian gliserin: untuk menghindari terjadinya

kekeringan pada bibir, dapat digunakan gliserin dengan

cara mengusapkannya. Pemberian permen untuk

melembapkan mulut dan tenggorokan untuk mencegah

aspirasi sabaiknya anjurkan untuk mengosumsi permen

lollipop.

d) Pengipasan

Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya

banyak mengeluarkan keringat, bahkan pada ruang

persalinan dengan control suhu terbaik pun mereka akan

93
mengeluh berkeringat pada beberapa waktu tertentu.

Tempat persalinan yang tidak menggunakan pendingin

akan menyebabkan perasaan tidak nyaman dan sangat

menyengsarakan ibu. Oleh karena itu, gunakan kipas atau

lap yang dapat digunakan sebagai pengganti kipas.12

2) Kehadiran Seorang Pendamping

Pendamping persalinan bias dilakukan oleh suami,

anggota keluarga atau teman yang ia inginkan selama proses

persalinan, menganjurkan mereka (pendamping) untuk

melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan

mengidentifikasi langkah-langkah yang mungkin sangat

membantu kenyamanan ibu.

Seorang bidan harus menghargai keinginan ibu untuk

menghadirkan teman atu saudara yang khusus untuk

menemaninya. Adapun dukungan yang dapat diberikan oleh

pendamping salah sebagai berikut.

a) Mengusap keringat

b) Menemani/membimbing ibu jalan-jalan

c) Memberikan minum

d) Mengubah minum

e) Memijat punggung kaki, atau kapala ibu, dan melakukan

tindakan yang bermanfaat lainnya.

94
f) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa nyaman

g) Membantu ibu bernapas pada saat kontraksi

h) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan

memberikan pujian kepada ibu.12

3) Pengurangan Rasa Nyeri

a) Kompres panas

b) Kompres dingn

c) Hidroterapi

(1) Berdiri dengan berayun pada meja

(2) Berlutut dan bergoyang disangga pasangan

(3) Berdiri bersandar pada bola

(4) Duduk berayun pada bola

(5) Berlutut dengan sebuah bola

(6) Posisi berbaring miring

(7) Jongkok.12

2. Manajemen Asuhan Persalinan

Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin

KALA I

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

95
Pengambilan data ini dikelompokan menjadi dua data yaitu data

subyektif dan data obyektif.

a) Data subyektif

(1) (Biodata mencakup identitas pasien)

(a) Nama jelas dan lengkap

(b) Umur dalam hitungan tahun,

(c) Alamat

(d) Pekerjaan

(e) Agama

(f) Suku dan bangsa

(g) Pendidikan

(2) Keluhan utama Yaitu hal-hal yang paling menonjol yang

dirasakan pasien saat pengkajian, seperti ibu merasakan kenceng-

kenceng.

(3) Riwayat kesehatan

(a) Riwayat kesehatan yang lalu

Dikaji apakah ibu menderita penyakit diabetes militus

(karena dapat menyebabkan bayi besar), jantung

(decompensasi cordis), hipertensi, dll

(b) Riwayat kesehatan sekarang

96
Dikaji untuk mengetahui kronologis kesehatan ibu

sekarang sebelum datang kepetugas kesehatan, dan untuk

mengetahui tindakan apa saja yang sudah diperoleh ibu

hingga pengkajian dilakukan.

(c) Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji apakah ibu mempunyai keturunan kembar, cacat,

dari keluarga, penyakit jantung, hipertensi, DM, dll (penyakit

keturunan).

(d) Riwayat perkawinan

Perlu dikaji untuk mengetahui pada usia berapa ibu dan

suami menikah,apakah ibu tinggal serumah dengan suami,

berapa kali ibu menikah, lamanya pernikahan ibu sampai

sekarang.

(4) Riwayat obstetri

(a) Riwayat haid

Umur menarche, Siklus menstruasi, Teratur atau tidak

menstruasinya, Lama menstruasi, Banyaknya darah, Pernah

dismenorhea atau tidak, Hari pertama haid terakhir untuk

menentukan umur kehamilan

(b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

97
Ditanyakan unutk mengetahui tahun berapa ibu hamil,

dengan usia kehamilan berapa bulan, jenis persalinan, tempat

persalinan, komplikasi ibu dan bayi, ditolong oleh siapa, berat

badan bayi waktu lahir, jenis kelamin dan keadaan nifas

sehingga dapat meyimpulkan kehamilan dan persalinan saat

ini beresiko atau tidak.

(c) Riwayat kehamilan sekarang

Hal-hal yang perlu dikaji, antara lain: Umur kehamilan,

ANC berapa kali, dimana, mendapat therapy, penyulit apa,

Imunisasi TT sudah atau belum (berapa kali), Adakah

kebiasaan-kebiasaan waktu hamil sekarang ini (minum jamu,

merokok atau minum obat-obatan tertentu), Rencana tempat

persalinan Manajemen Kebidanan Ibu Bersalin

(d) Riwayat KB

Perlu dikaji untuk mengetahui kondisi sebelumnya, ibu

pernah mengikuti KB atau tidak, menggunakan KB apa

sebelumnya, hal ini berhubungan dengan penerimaan ibu

terhadap kehamilan dan persalinan saat ini.

(5) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(a) Pola nutrisi

98
Dikaji untuk mengetahui selama dalam proses persalinan

kapan ibu makan dan minum terakhir, jenis makanan yang ibu

makan dan minum dan porsinya.

(b) Pola istirahat

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu kurang atau cukup

istirahat sebelum dan selama massa persalinan ini, pola tidur

malam sebelumnya.

(c) Pola eliminasi

Perlu dikaji untuk mengetahui sebelum proses persalinan

kapan ibu BAB dan BAK terakhir

(d) Pola personal hygyene

Perlu dikaji untuk mengetahui sebelum proses persalinan

ini bagaimana kebersihan ibu.

(6) Pola psikososiospiritual

(a) Tanggapan ibu terhadap persalinannya

Perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu

tentang kehamilannya saat ini.Pandangan ibu tentang IMD

(b) Tanggapan keluarga terhadap proses persalinan ibu.

99
Dikaji untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan ibu

menghadapi persalinannya, juga pandangan keluarganya

tentang IMD.

(c) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya

Untuk mengetahui pengetahuan dan kesiapan ibu serta

perasaan ibu terhadap kondisi yang dialami saat ini, yaitu

akan mengalami persalinan normal

(d) Pengambilan keputusan

Perlu dikaji untuk mengetahui siapakah pengambil

keputusan dalam keluarga ibu. Bagaimana cara ibu

menyelesaikan masalah dalam keluarga.

(e) Ketaatan beribadah

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu taat dalam

menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang ibu anut.

(f) Lingkungan yang berpengaruh

Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dengan siapa saat ini

dan apakah selama ini ibu mempunyai hewan peliharaan.

(g) Tingkat ekonomi

Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan status ekonomi

ibu, apakah ibu termasuk golongan menengah ke atas atau ke

bawah.

100
b) Data obyektif

Yang termasuk data obyektif yaitu data yang didapat dari hasil

pemeriksaan secara langsung kepada pasien, meliputi:

(1) Pemeriksaan umum

Mengetahui keadaan umum ibu, tingkat kesadaran, status

emosional, tandatanda vital yang terdiri dari tekanan darah, nadi,

suhu, pernafasan, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas.

(2) Dilakukan pemeriksaan head to toe.

(a) Kepala : bagaimana bentuk kepala ibu, kulit kepala bersih

atau tidak, apakah rambut rontok atau tidak.

(b) Muka : apakah terlihat pucat atau tidak, terdapat edema

pada muka atau tidak.

(c) Mata : apakah konjungtiva anemis atau tidak. Apakah sklera

ikterik atau tidak

(d) Hidung : apakah hidung bersih

(e) Mulut : apakah terdapat stomatitis dan caries dentist .

(f) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

(g) Dada : apakah simetris atau tidak. Apakah terdapat benjolan

didaerah mamae.

(h) Abdomen : apakah ada bekas operasi atau tidak, apakah ada

pembesaran hati, limpa atau tidak.

101
(i) Punggung : apakah ada kelainan bentuk punggung (lordosis,

kifosis, skoliosis), Apakah ada nyeri tekan pada sudut costa

vertebra (CVAT) .

(j) Genetalia : apakah tampak pada bagian vulva ibu.

(k) Ekstremitas : apakah tampak ada varises dan edema pada

tangan dan kaki atau tidak, reflek patela positif atau tidak.

(3) Status obstetric

Pemeriksaan inspeksi

(a) Muka : apakah ada cloasma gravidarum

(b) Dada : payudara (hiperpigmentasi, kolostrum, puting

datar/masuk/menonjol, payudara membesar) .

(c) Abdomen : apakah perut membuncit adakah striae livid,

striae albican atau tidak, apakah ada linea nigra/tidak.

(d) Genetalia : adakah lendir dan darah.

Palpasi

(a) Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian

janin yang ada dibagian fundus.

(b) Leopold II : untuk menentukan bagian janin yang ada dikiri

atau kanan perut ibu

(c) Leopold III : untuk menentukan bagian terbawah janin

102
(d) Leopold IV : untuk menentukan apakah bagian terbawah

sudah masuk panggul atau belum (tangan divergen atau

konvergen).

(e) His : frekuensi his, lamanya/ durasi, kekuatannya.

(f) TFU : menurut Mc.Donald (menentukan TBJ)

Auskultasi : DJJ janin ada atau tidak (dihitung dalam waktu 1

menit)

(4) Pemeriksaan dalam (VT)

Dikaji untuk menentukan pembukaan, penipisan serviks,

ketuban sudah pecah atau belum, bagian bawah /(presentasi apa),

turunnya bagian bawah, PAP. Contoh: VT : Pembukaan 7 cm,

eff 75%, KK + Bagian terbawah kepala, turun H II+ PAP UUK

kanan depan

2) Langkah II: Interpretasi data untuk identifikasi diagnosa atau masalah

Pada langkah interpretasi data dilakukan analisa mengenai data yang

telah diperoleh pada pengkajian langkah I, diinterpretasikan secara akurat

dan logis menjadi suatu diagnosa kebidanan dan masalah.

Interpretasi data ini meliputi:

a) Diagnosa kebidanan

Gravida, para, abortus, umur klien, umur kehamilan, jumlah janin

tunggal atau ganda, keadaan janin hidup atau mati, intra uteri atau

ekstra uteri, letak janin membujur atau melintang, punggung kiri atau

103
kanan, presentasi kepala atau bokong, bagian terbawah sudah masuk

pintu atas panggul atau belum.

Inpartu Kala I.

Dasar:

(1) Pernyataan ibu tentang hamil ke berapa, pernah melahirkan

berapa kali, apakah pernah mengalami keguguran atau tidak.

(2) HPHT.

(3) TTV

(4) Pemeriksaan Leopold I – IV.

(5) Auskultasi.

(6) Pemeriksaan dalam.

(7) Pemeriksaan penunjang.

3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya.

Pada langkah ini diagnosa atau masalah potensial didasarkan pada

rangkaian masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada kasus

persalinan normal ini diagnosa potensial tidak muncul.

4) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan tindakan segera untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi

klien.

Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk mengantisipasi

diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan

104
komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan

diagnosa potensial yang muncul seperti melakukan kolaborasi atau

konsultasi dengan dokter spesialis kandungan sesuai dengan kondisi

pasien. Pada kasus persalinan normal tidak dilakukan kolaborasi dengan

dokter spesialis kandungan.

5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap apa yang

akan terjadi.

Perencanaan pada persalinan normal dapat berupa:

a) Beri informasi kepada pasien dan keluarga tentang persalinannya dan

rencana tentang inisiasi menyusu dini.

b) Berikan informed consent

c) Beri dukungan mental pada ibu dalam menghadapi persalinannya

d) Pantau dengan partograf.

e) Beri informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan

f) Siapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan essensial untuk

asuhan persalinan kelahiran dan bayi baru lahir serta persiapan

inisiasi menyusu dini (IMD).

g) Siapkan pertolongan persalinan normal.

h) Pastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.

105
6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Pada langkah ini asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh

pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien , atau

tenaga kesehatan yang lain. Dalam pelaksanaan asuhan pada ibu bersalin

normal dan Inisiasi Menyusu Dini atau (IMD) bisa dilaksanakan

seluruhnya oleh bidan.

7) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada

perencanaan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi

ini merupakan langkah terakhir dari manajemen kebidanan. Pada langkah

ini dilakukan evaluasi tentang informasi yang diberikan sesuai dengan

masalahnya, hasil yang diharapkan adalah:

a) Mental ibu dalam kondisi stabil, dan proses persalinannya berjalan

dengan lancar.

b) Bayi dapat lahir spontan dan normal, pelaksanaan inisiasi menyusu

dini (IMD) dapat berjalan dengan lancar.

c) Tidak terdapat komplikasi atau kegawatdaruratan, dan setelah

persalinan bayinya mau menetek.

KALA II

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

106
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pengambilan data ini dikelompokan menjadi dua data yaitu data subyektif

dan data obyektif.

a) Data subyektif

Menanyakan apa yang dirasakan ibu ini penting dikaukan karena

dapat mengetahui apakah ibu ada atau tidak kontraksi.

b) Data objektif

Sudah adakah tanda-tanda inpartu seperti :

(1) Kontraksi sudah semakin kuat (ibu rasa ingin mengedan)

(2) Terjadi peningkatan tekanan pada rectum/vagina.

(3) Perenium menonjol.

(4) Vulva membuka

(5) Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah.

Pemeriksaan dalam (VT)

Dikaji untuk menentukan pembukaan, penipisan serviks, ketuban

sudah pecah atau belum, bagian bawah/(presentasi apa ), turunnya

bagian bawah, PAP. Pada kala II pembukaan sudah lengkap ketuban

sudah (-).

2) Langkah II: Interpretasi data untuk identifikasi diagnosa atau masalah

Pada langkah interpretasi data dilakukan analisa mengenai data yang

telah diperoleh pada pengkajian langkah I, diinterpretasikan secara akurat

107
dan logis menjadi suatu diagnosa kebidanan dan masalah. Interpretasi

data ini meliputi:

a) Diagnosa kebidanan: Ibu inpartu kala II normal

Data dasar : Ibu mengatakan ada rasa ingin mengedan, sudah ada

tanda-tanda inpartu kalaII.

b) Masalah : Ibu merasa cemas, dapat dilihat dari raut wajahnya.

c) Kebutuhan

(1) Informasikan hasil pemeriksaan.

(2) Posisi dan teknik meneran.

(3) Bimbingan meneran.

(4) Pertolongan persalinan.

3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya

Pada langkah ini diagnosa atau masalah potensial didasarkan pada

rangkaian masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada kasus

persalinan normal ini diagnosa potensial tidak muncul.

4) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan tindakan segera untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi

klien.

Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk mengantisipasi

diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan

komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan

108
diagnosa potensial yang muncul seperti melakukan kolaborasi atau

konsultasi dengan dokter spesialis kandungan sesuai dengan kondisi

pasien. Pada kasus persalinan normal tidak dilakukan kolaborasi dengan

dokter spesialis kandungan.

5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap apa yang

akan terjadi. Perencanaan pada persalinan normal dapat berupa:

a) Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu.

b) Mengajarkan ibu posisi dan teknik meneran

c) Mengajarkan bimbingan meneran.

d) Lakukan pertolongan persalinan.

6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Pada langkah ini asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh

pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien , atau

tenaga kesehatan yang lain. Dalam pelaksanaan asuhan pada ibu bersalin

normal dan Inisiasi Menyusu Dini atau (IMD) bisa dilaksanakan

seluruhnya oleh bidan.

7) Langkah VII : Evaluasi

109
Pada langkah ini evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada

perencanaan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi

ini merupakan langkah terakhir dari manajemen kebidanan. Pada langkah

ini dilakukan evaluasi tentang informasi yang diberikan sesuai dengan

masalahnya, hasil yang diharapkan adalah:

a) Bayi dapat lahir spontan dan normal, pelaksanaan inisiasi menyusu

dini (IMD) dapat berjalan dengan lancar.

b) Tidak terdapat komplikasi atau kegawatdaruratan, dan setelah

persalinan bayinya mau menetek.

KALA III

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pengambilan data ini dikelompokan menjadi dua data yaitu data subyektif

dan data obyektif.

a) Data subyektif

(1) Ibu mengatakan lelah.

(2) Ibu mengatakan tidak merasa mengatuk.

(3) Ibu mengatakan masih merasanyeri pada abdomen.

110
b) Data objektif

(1) Lakukan pemeriksaan ada atau tidaknya janin kedua.

(2) Periksa tinggi fundus uteri.

(3) Periksa kontraksi.

(4) Periksa blass maksimal atau minimum.

(5) Tanda-tanda lepasnya plasenta

(a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

(b) Tali pusat memenjang.

(c) Semburan darah mendadak dan singkat.

2) Langkah II: Interpretasi data untuk identifikasi diagnosa atau masalah

Pada langkah interpretasi data dilakukan analisa mengenai data yang

telah diperoleh pada pengkajian langkah I, diinterpretasikan secara akurat

dan logis menjadi suatu diagnosa kebidanan dan masalah. Interpretasi

data ini meliputi:

a) Diagnosa kebidanan: Ibu inpartu kala III normal.

Data dasar: Ibu mengatakan lelah, TFU 2 jari diatas pusat,

kontraksi konsistensi kuat, blass minimum, sudah ada tanda-tanda

plasenta lepas.

b) Masalah : tidak ada

c) Kebutuhan :

(1) Informasi hasil

(2) Kebutuhan cairan

111
(3) Menejemen aktif kala III: memberikan suntikan oksitosin,

penegangan tali pusat terkendali,masase fundus uteri.

3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya

Pada langkah ini diagnosa atau masalah potensial didasarkan pada

rangkaian masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada kasus

persalinan normal ini diagnosa potensial tidak muncul.

4) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan tindakan segera untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi

klien.

Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk mengantisipasi

diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan

komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan

diagnosa potensial yang muncul seperti melakukan kolaborasi atau

konsultasi dengan dokter spesialis kandungan sesuai dengan kondisi

pasien. Pada kasus persalinan normal tidak dilakukan kolaborasi dengan

dokter spesialis kandungan.

5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap apa yang

akan terjadi. Perencanaan pada persalinan normal dapat berupa:

112
a) Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu.

b) Penuhi kebutuhan cairan.

c) Lakukan menejemen aktif kala III.

6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Pada langkah ini asuhan yang telah direncanakan secara

menyeluruh pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

lagi oleh klien , atau tenaga kesehatan yang lain sampai lahirnya

plasenta.

7) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah

pada perencanaan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

Evaluasi ini merupakan langkah terakhir dari manajemen kebidanan.

Pada langkah ini dilakukan evaluasi tentang informasi yang diberikan

sesuai dengan masalahnya, hasil yang diharapkan adalah: plasenta

lahir lengkap.

KALA IV

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pengambilan data ini dikelompokan menjadi dua data yaitu data

subyektif dan data obyektif.

113
a) Data subyektif

Ibu mengatakan ia senang dengan kelahiran bayinya

b) Data objektif

(1) Periksa tekanan datah

(2) Periksa tinggi fundus

(3) Periksa kontraksi

(4) Periksa blass

(5) Periksa laserasi jalan lahir

(6) Lihat jumlah perdarahan

2) Langkah II: Interpretasi data untuk identifikasi diagnosa atau masalah

Pada langkah interpretasi data dilakukan analisa mengenai data yang

telah diperoleh pada pengkajian langkah I, diinterpretasikan secara akurat

dan logis menjadi suatu diagnosa kebidanan dan masalah. Interpretasi

data ini meliputi:

a) Diagnosa kebidanan: Ibu Inpartu kala IV normal

Data dasar : ibu mengatakan tidak merasa pusing, tekanan darah

ibu normal(120/80mmHg).

b) Masalah : tidak ada

c) Kebutuhan

(1) Informasi hasil

(2) Kebutuhan nutrisi dan cairan

(3) Kebutuhan personal hygine

114
(4) Pemantauan kala IV

3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya

Pada langkah ini diagnosa atau masalah potensial didasarkan pada

rangkaian masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi. Pada kasus

persalinan normal ini diagnosa potensial tidak muncul.

4) Langkah IV: Menetapkan kebutuhan tindakan segera untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi

klien.

Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk mengantisipasi

diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan

komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan

diagnosa potensial yang muncul seperti melakukan kolaborasi atau

konsultasi dengan dokter spesialis kandungan sesuai dengan kondisi

pasien. Pada kasus persalinan normal tidak dilakukan kolaborasi dengan

dokter spesialis kandungan.

5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh

Merencanakan asuhan yang menyeluruh, tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap apa yang

akan terjadi. Perencanaan pada persalinan normal dapat berupa:

a) Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu.

115
b) Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.

c) Penuhi kebutuhan personal hygine.

d) Lakukan pemantaun kala IV seperti: tekanan darah, nadi, suhu, tinggi

fundus, kontraksi uterus, kantong kemih/blass dan perdarahan.

6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman

Pada langkah ini asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh

pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien , atau

tenaga kesehatan yang lain. Pemantauan kala IV dilakukan selama 2 jam

meliputi : 1 jam pertama IV kali 15 menit, 1 jam ke II 2 kali 30 menit.

7) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pada

perencanaan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Evaluasi

ini merupakan langkah terakhir dari manajemen kebidanan. Pada langkah

ini dilakukan evaluasi tentang informasi yang diberikan sesuai dengan

masalahnya, hasil yang diharapkan adalah:

a) Perdarahan normal kurang dari 500 cc.

b) Tekanan darah normal 120/90 mmHg.

c) Nadi 80-90 x/i

d) Blss minimal

e) Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat.

f) Suhu 36,5-37,50C.

116
C. Bayi Baru Lahir (BBL)

1. Konsep Dasar

a. Pengertian

Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 garam. Beberapa pengertian tentang bayi baru lahir:

1) Bayi baru lahir (newborn) atau neonatus [Latin] adalah bayi

yang baru dilahirkan sampai dengan usia empat minggu.

2) BBL normal dalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan

cukup bulan (dari kehamilan 37-42 minggu) dan berat badan

117
lahir 2500 gram sampai 4000 gram tanpa tanda- tanda asfiksia

dan penyakit penyerta lainnya.

3) Neonatal dini adalah BBL sampai dengan usia 1 minggu.

4) Neonatal lanjut adalah BBL dari usia 8-28 hari.15

Neonatus adalah organisme pada priode adaptasi

kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Pertumbuhan

dan perkembangan masa neonatal adalah 28 hari. Neonatus

dapat diklafikasikan menurut berat lahir dan masa gestasi.

Klasifikasi menurut berat lahir:15

(a) Bayi berat lahir rendah, bila berat lahir kurang dari 2500

gram.

(b) Berat lahir cukup, bila berat lahir 2500 gram sampai 4000

gram.

(c) Berat lahir lebih, bila berat lahir 400 gram atau lebih.

b. Perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

Berikut adalh perubahan fisiologis bayi segera setelah lahir

1) Termoregulasi

Pengaturan suhu tubuh masih imatur pada neonatus karena

permukaan tubuh yang luas terhadap massa tubuh dan karena

ketidakmampuan tubuh neonatus untuk menghasilkan panas

dari gerakan menggigil. Tubuh neonatus sulit menyimpan

panas tubuhnya karena hanya memiliki lapisan lemak

118
subkutan yang tipis. Penyebab lainnya mengapa neonatus

mengalami kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuhnya

adalah:

a) Pembuluh darah neonatus lebih dekat dengan permukaan

kulit.

b) Kontrol vasomotor belum berkembamg dengan baik

c) Kelenjar keringat belum memiliki fungsi termogenik

yang baik ketika usia neonatus belum mencappai 4

minggu atau lebih.

Neonatus yang normal dapat memproduksi cukup

panas dalam lingkungan termal yang optimal.

Lemak cokelat atau jaringan adiposa cokelat

merupakan sumber tambahan termogenesis yang

unik bagi neonatus. Lemak cokelat akan di

metabolisir sehingga terjadi liposis dan oksidasi

asam lemak. Kejadian ini akan menghasilkan panas

yang dilepas ke dalam darah yang mengalir

didalamnya.

Kehilangan panas yang cepat dapat terjadi dalam

lingkungan termal yang suboptimal melaului cara

konduksi, konveksi, radiasi atau evaporasi

119
a) Konduksi meliputi kehilangan panas yang

dihantarkan ke permukaan yang dingin ketika

tubuh neonatus terkena benda dingin

b) Konveksi meliputi kehilangan panas ke dalam

udara yang suhunya lebih dingin daripada suhu

tubuh neonatus

c) Radiasi meliputi kehilangan panas ke benda

padat yang berada di dekat tubuh neonatus tetapi

tidak mengenainya

d) Evaporasi meliputi kehilangan panas melalui

penguapan cairan yang terdapat pada kulit

neonatus.11

2) Sistem pernafasan

Napas pertama merupakan reflek yang terpicu ketika

merespons udara dingin, suara berisik, cahaya atau perubahan

tekanan. Udara menggantikan cairan yang mengisi paru-paru

sebelum neonatus dilahirkan.

a) Sebanyak 7 hingga 42 mL cairan amnion akan dipaksa

keluar atau dialirkan keluar dari dalam paru-paru pada

saat bayi dilahirkan lewat vagina; cairan paru yang lain

akan melintasi membrane alveoli ke dalam kapiler

120
b) Retensi cairan akan sangat menghalangi penyesuaian

respirasi yang normal

c) Surfaktan mempertahankan stabilitas respirasi dengan

menurunkan tegangan permukaan dalam alveoli pada

akhir respirasi dan dengan demikian mencegah kolaps

paru.11

Tabel 2.3 Mekanisme Hemostatis/Adaptasi Bayi Baru Lahir

Mekanisme Hemostatis/Adaptasi Bayi Baru Lahir

Sistem Intrauterin Ekstrauterin

Pernapasan volunteer Belum berfungsi Berfungsi

Alveoli Kolaps Berkembang

Vaskularisasi paru Belum aktif Aktif

Resistensi paru Tinggi Rendah

Intake oksigen Dari plasenta ibu Dari paru bayi sendiri

Pengeluaran CO2 Di plasenta Di paru

Sirkulasi paru Tidak berkembang Berkembang banyak

Sirkulasi sistemik Resisten perifer rendah Resistensi perifer tinggi

Denyut jantung Lebih cepat Lebih lambat

3) Sistem pencenaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan mulai mengisap dan

menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang

121
sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan

bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna

makanan ( selain susu ) masih terbatas. Kapasitas lambung

sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi

baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan

meningkat secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi

baru lahir.

4) Sistem Kardisovaskuler dan Darah

Napas yang pertama akan mengembangkan paru-paru

neonatus dengan menurunkan resistensi paru. Penjepitan tali

pusat dengan klem akan meningkatkan resistensi vaskuler

sistemik dan tekanan atrium kiri. Perubahan utama yang

terjadi ketika neonatus beraptasi dengan kehidupan

ekstrauteri.

a) Perubahan tekanan atrium secara fisiologis akan menutup

foramen ovale hampir dengan segera setelah neonatus

lahir (fibrosis baru akan terjadi beberapa minggu hingga

satu tahun kemudian)

b) Peningkatan tekanan parsial oksigen (Po2) akan

menimbulkan kontriksi duktus arteriosus. Penutupan

fisiologis terjadi dalam waktu 15 menit hingga 12 jam

sesudah lahir; fibrosis terjadi dalam waktu 3 minggu.

122
Duktus arteriosus pada akhirnya akan mengalami oklusi

dan berubah menjadi ligament.

c) Penjepitan dan pemotongan tali pusat segera menutup

vena umbilikalis, arteri umbilikalis dan duktus venosus

(fibrosis terjadi dalam waktu 3 hingga 7 hari, dan struktur

ini akhirnya akan berubah mnjadi ligament).11

5) Metabolisme Glukosa

Untuk menjalankan fungsinya,otak memerlukan glukosa

dalam jumlahb tertentu. Dengan tindakan penjempitan tali

pusat dengan klem pada saat lahir, seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada saat

bayi lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 – 2

jam). Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan

tiga cara, yaitu sebagai berikut:

a) Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus

didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah

lahir).

b) Melalui penggunaan cadangan glikogen

c) Melalui pe,mbuatan glukosa dari sumber lain terutama

lemak( glukonegenesis).

Neonatal sehat harus diberi makan secepat mungkin

setelah persalinan. Banyak neonatal makan dengan aktif

123
selam periode reaktivitas awal. Ini adalah waktu ideal

yang baik untuk membiasakan bayi dengan pengalaman

breast feeding. Neonatal yang kelelahan dan tertekan

dalam penanganan akan menunjukkan perhatian

minimal dalam pemberian makan. 12

6) Sistem Ginjal

Pada bulan keempat kehidupan janin, ginjal terbentuk. Di

dalam rahim, urine sudah terbentuk dan diekskresikan ke

dalam cairan amniotik. Beben kerja ginjal dimulai saat bayi

lahir hingga masukan cairan meningkat, mungkin urine akan

tampak keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini

disebabkan oleh kadar ureum yang tidak banyak berarti.

Biasanya sejumlah kecil urine terdapat dalam kandung kemih

bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak

mengeluarkanurine selama 12 – 24 jam. Berkemih sering

terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan warna

urine pucat menunjukkan masukan cairan yang cukup.

Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15- 60 ml)

kg per hari.

Intake cairan sangat memngaruhi adaptasi fisiologis bayi

bayi pada sistem ginjal. Oleh karena itu, pemberian ASI

sesering mungkin dapt membantu proses tersebut. Bidan

124
dapat menganjurkan dan memberikan konseling kepada klien

untuk memberikan ASI sesering mungkin pada bayi untuk

membantu adaptasi fisiologis bayi baru lahir pada lingkungan

barunya.12

c. Asuhan bayi baru lahir dalam 2 jam pertama :

1) Penilaian Awal pada bayi segera setelah lahir

Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab

3 pertanyaan:

Sebelum bayi lahir

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi diatas

kain bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut

bawah ibu. Segera lakukan penilaian

b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-

megap?

c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Tabel 2.4 Manajemen bayi baru lahir

PERSIAPAN

Penilaian
125
Sebelum bayi lahir

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

Segera setelah bayi lahir


a) Bayi cukup bulan
a) Bayi tidak cukup bulan
b) Ketuban jernih
b) Bayi megap-megap atau tida
c) Bayi menangis/bernapas
bernafas
d) Tonus otot bayi baik/ bayi
c) Tonus otot bayi tidak
bergerak aktif
2) Pemotongan tali pusat aktif/lemah
Manajemen bayi baru
Manajemen bayi baru
Dengan meletakkan bayi baru lahir lebih rendah atau
lahir dengan Asfiksia
lahir normal
sejajar dengan vulva untuk beberapa detik sebelum dilakukan

penjepitan tali pusat dengan menggunakan klem DTT, maka

akan mengalirkan tambahan darah ebanyak 80 ml ke sirkulasi

bayi baru lahir (Dunn,1985).

Darah sebanyak itu penting artinya bagi bayi baru lahir

premature atau berat lahir rendah dan bila sebelumnya ada

gawat janin, hal ini juga akan dapat mencegah kadar Hb yang

rendah pada masa neonatal dini, kecuali pada rhesus

126
autoimunisasi. Menunda penjepitan dan pemotongan tali

pusat sekitar 1-2 menit kemudian lakukan penjepitan tali

pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut

(pangkal pusat) bayi.

Dari titik jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian

dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar

pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan

penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepian

pertama pada sisi atau kearah ibu. Pegang tali pusat di antara

kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat

sambil melindungi bayi, sedangkan tangan yang lain

memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan

menggunakan gunting desinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimut

bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering,

pastikan bahwa kepala bayi diselimuti dengan baik.12

3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protokol

tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagai salah satu dari

Evidence for the ten steps to succesful breasfedding yang

harus dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan. Segera setelah

dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut ibu selama

127
paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi

untuk mencari dan menemukan puting ibunya. 6

Manfaat IMD bagi bayi adalah untuk membantu stabilisasi

pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik

dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman

yang aman, dan mencegah infeksi nosokimial. Kadar bilirubin

bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium

lebih cepat sehingga menurunkan insiden ikterus bayi baru

lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih

tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan

begitu berat badan bayi lebih cepat meningkat sehingga lebih

cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu, IMD dapat

mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin,

dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin ibu dan

bayi. 6

Pada protokol ini, segera setelah bayi lahir hanya perlu

dibersihkan secukupnya dan tidak perlu dibersihkan vernik

atau mengeringkan tangan bayi karena bau cairan amnion

pada tangan bayi akan membantu bayi mencari puting susu

ibu. Dengan waktu ynag diberikan, bayi akan mulai

menendang dan bergerak menuju puting. Bayi yang siap

menyusu akan menunjukkan gejala refleks menghisap seperti

128
membuka mulut dan mulai mengulum pting. Refleks

menghisap yang pertama timbul 20- 30 menit setelah lahir

dan menghilang cepat. Dengan protokol IMD ini, bayi dapat

langsung menyusu dan mendapat kolostrum yang kadarnya

maksimal pada 12 jam pasca persalinan. 6

2. Menejemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi baru Lahir

Menejemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dibedakan

menjadi dua yaitu Asuhan Kebidanan Pada Bayi Segera setelah lahir

sampai dengan 2 (dua) jam dan setelah 2 (dua) jam setelah lahir

1) Langkah 1: pengkajian

Pengkajian adalah langkah vital yang dipakai dalam menerapkan

asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan

informasi tentang pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk

mengevaluasikan keadaan pasien.

a) Data subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai

suatu pendapatan terhadap suatu situasi dan kejadian

(1) Biodata

(a) Nama bayi: untuk mengetahui identitas bayi

(b) Umur bayi: untuk mengetahui berapa umur bayi yang

nanti akan disesuaika dengan tindakan yang dilakukan.

129
(c) Tanggal/jam: untuk mengetahui kappa bayi baru lahir

sesuai atau tidak dengan perkiraan lahirnya.

(d) Jenis kelamin: untuk mengetahui jenis keamin bayi dan

membedakan dengan bayi yang lain

(e) Nama ibu/ayah: untuk mengetahui nama penanggung

jawab ayah

(f) Umur ibu/ayah: mengetahui umur penanggung jawab.

(g) Agama: mengetahui agama/ keyakinan apa yang dianut

pasien

(h) Suku/bangsa: untuk engetahui factor pembawa ras yang

berhubungan dengan suku bangsa

(i) Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pendidikan

(j) Pekerjaan: untuk mengetahui gambaran keadaan social

ekonomi

(k) Alamat: untuk mengetahui gambaran tentang tempat

dimana pasien tinggal

(2) Anamnesa pada ibu

(a) Keluhan utama: Keluhan utama adalah keluhan atau

gejala yang dirasakan bayi

(b) Riwayat kehamilan sekarang: Untuk mengetahui hari

pertama haid terakhir, dan taksira persalinan, frekuensi

130
pemeriksaan ante natal care yang memeriksa, keluhan

dan imunisasi

(c) Riwayat persalinan sekarang: Untuk mengetahui tempat

persalinan, penolong, jenis persalinan, lama persalinan

dari kala I sampai kala IV, keadaan anak, jumlah air

ketuban, dan adakah komplikasi dalam persalinan.

(d) Riwayat penyakit: Untuk mengetahui adanya penyakit

pada ibu selama kehamilan atau tidak

b) Data Objektif

Data ini sebagai penguat data subjektif yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung interpretasi data yang

pemeriksaannya meliputi pemeriksaan dari kepala sampai kaki

(1) Pemeriksaan Khusus

Untuk menilai apakah bayi menderita asfiksia atau tidak,

dilakukan setelah 1 menit bayi lahir yang meliputi warna kulit

(Appearance), frekuensi nadi (Pulse rate), reaksi rangsangan

(Grimace), tonus otot (Muscle tonus), dan usaha nafas

(Respiration).

(2) Pemeriksaan Umum

(a) Keadaan umum: Untuk mengetahui keadaan umum baik,

sedang, lemah dari pasien. Pada kasus bayi caput

succedaneum ini, keadaaan umumnya adalah sedang.

131
(b) Kesadaran: Kesadaran itu meliputi (composmentis/ sadar

penuh, apatis /acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya,

somnolen /kesadaran yang mau tidur saja). Pada kasus ini,

bayi caput succedaneum dengan tangisannya yang kuat

menunjukkan kesadaran composmentis.

(c) Mengetahui Tanda Tanda Vital (TTV) adalah :

Frekuensi pernapasan : Waktu bayi tenang, hitung

pernapasan selama 60 detik. Frekuensi yang normal adalah

30-60 kali per menit. Denyut jantung : Hitung denyut

jantung selama 60 detik, normalnya adalah 120-160 kali

per menit. Suhu : Kisaran suhu bayi yang normal adalah

36,4 0C-37,2 0C.

(3) Pemeriksaan Fisik Sistematis

(a) Kepala: Adakah caput, perdarahan sub aponeurotik, cephal

hematom serta hidrosefalus atau porenfalus (Hidayat, 2009).

Pada kasus bayi dengan caput succedaneum adanya oedema

dikepala, pada perabaan teraba lembut dan lunak,oedema

melampaui sela-sela tulang dan tengkorak.

(b) Muka : Simetris atau tidak.

(c) Mata : Periksa bagian sklera pucat atau kuning dan

konjungtiva apakah merah muda atau tidak.

132
(d) Telinga : Untuk menilai adanya gangguan pendengaran atau

tidak, simetris atau tidak, ada serumen atau tidak.

(e) Hidung : Untuk mengetahui ada polip atau tidak, simetris

atau tidak, ada sekret atau tidak.

(f) Mulut : Untuk mengetahui mukosa mulut, kemampuan

reflek mengisap, ada pigmen atau tidak.

(g) Leher : Ada atau tidak pembesaran kelenjar tiroid dan

kelenjar limfe.

(h) Dada : Untuk mengetahui simetris atau tidak.

(i) Abdomen : Untuk mengetahui distensi abdomen, defek pada

dinding perut atau tali pusat dimana usus atau organ perut

yang lain keluar, untuk melihat bentuk dari abdomen.

(j) Tali pusat : Untuk melihat apakah ada kemerahan,

bengkak,bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat.

(k) Punggung : Adakah kerusakan yang terlihat misalnya massa

lekuk atau tonjolan.

(l) Ekstremitas : Adakah kelainan seperti polidaktil atau

sinidaktil.

(m) Genetalia : Apakah jenis kelamin normal atau tidak. Pada

bayi perempuan apakah labia mayora telah menutupi labia

minora, sedangkan pada laki-laki apakah testis sudah turun

ke skrotum.

133
(n) Anus : Adakah lubang atau saluran genitourinasi

(4) Pemeriksaan Reflek

(a) Reflek kejut (Morro Reflex)

Didapat dengan memberikan isyarat kepada bayi,

dengan satu teriakan kencang atau gerakan yang

mendadak. Respon bayi baru lahir berupa menghentakkan

tangan dan kaki lurus ke arah ke luar, sedangkan lutut

fleksi, tangan akan kembali lagi kearah dada seperti posisi

bayi dalam pelukan. Jari-jari tampak terpisah dan bayi

mungkin menangis. Pada bayi dengan caput succedaneum

reflek kejut positif baik.

(b) Reflek menggenggam (Graps Reflex)

Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi

dengan sebuah obyek atau dengan jari pemeriksa. Respons

bayi berupa menggenggam dan memegang dengan erat,

sehingga dapat diangkat sebentar dari tempat tidur. Pada

bayi dengan caput succedaneum reflek menggenggam baik.

(c) Reflek menghisap (Suching Reflex)

Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagunya

disentuh. Respon bayi akan menoleh ke samping untuk

mencari sumber objek, dan membuka mulutnya untuk

134
menghisap. Pada bayi dengan caput succedaneum reflek

menghisap baik.

(d) Reflek mencari (Rooting Reflex)

Mengusap pipi atau area di sekitar mulut. Respon bayi

akan menoleh ke arah usapan dan mencari puting dengan

bibirnya. Bayi menggunakan reflek ini untuk mencari

makanan. Pada bayi dengan caput succedaneum reflek

mencari baik.

(e) Reflek mengedip (Glabellar/Myerson’s Reflex)

Cahaya yang terang, sentuhan pada kelopak mata atau

suara yang tiba-tiba. Kelopak mata bayi membuka dan

menutup dengan cepat. Pada bayi dengan caput

succedaneum refleks mengedip baik.

(5) Pemeriksaan Antropometri adalah :

(a) Lingkar kepala : Untuk mengetahui pertumbuhan otak,

normalnya 31 cm sampai 35,5 cm.

(b) Lingkar dada : Untuk mengetahui keterlambatan

pertumbuhan dan indikasi kekurangan energi kronis, normal

30,5 cm sampai 33 cm.

(c) Panjang badan : Normalnya 48 cm sampai 53 cm.

(d) Berat badan : Normal 2500 gram sampai 4000 gram.

135
(e) Lingkar lengan atas : Untuk mengetahui lingkar lengan atas

(normal 14-16 cm).

(6) Pola Eliminasi

Untuk mengetahui fungsi sistem pencernaan dan

metabolisme tubuh meliputi frekuensi BAB,warna, konstipasi

dan BAK warna dan frekuensi,

(7) Data Penunjang

Data penunjang adalah data yang diperoleh selain dari

pemeriksaan fisik. Data penunjang meliputi pemeriksaan Hb dan

golongan darah serta USG dan rontgen.

2) Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah

atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data yang

besar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan

karena beberapa masalah tidak dapat selesai seperti diagnosa tetapi

sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah

rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitandengan

136
pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan

pengarahan masalah ini sering menyertai diagnosa.

a) Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur

diagnosa kebidanan.

Diagnosa : By Ny. X Umur…… dengan Caput succedaneum.

Dasar DS :

(1) Ibu mengatakan bayinya lahir dengan benjolan dikepala

(2) Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun pada bayiny

(3) Ibu mengatakan proses persalinannya lama

Dasar DO :

(a) Keadaan umum

(b) Kesadaran

(c) Apgar score

(d) Adanya odema di kepala, pada perabaan teraba lembut dan

lunak, oedema melampaui sela-sela tulang dan tengkorak

(e) Pemeriksaan reflek bayi

b) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien

yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa dan

tetap membutuhkan penanganan.

137
c) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah didapatkan dengan

analisa data.

3) Langkah III : Diagnosa Potensial

Untuk langkah ini penulis mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, di samping mengamati klien bidan diharapkan

dapat bersiap-siap bila diagnosa masalah potensial ini benar-benar terjadi.

4) Langkah IV : Tindakan segera

Langkah ini mengidentifikasikan perlunya tindakan segera oleh bidan

dan untuk dikonsultasikan segera, ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang sesuai dengan kondisi klien.

5) Langkah V : Perencanaan

Perencanaan merupakan penentuan apa yang harus dilakukan untuk

membantu klien dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengatasi

masalah kebidanan yang telah dirumuskan

6) Langkah VI : Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan secara menyeluruh

seperti yang diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman. Pada

138
saat tertentu bidan biasa berkolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain,tetapi bidan tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan.

7) Langkah VII : Evaluasi

Merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari rencana

asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam

masalah dan diagnosa.

D. Nifas

1. Konsep dasar

a. Pengertian

Puerperium ialah masa sesudah persalinan ynag diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan ynag lamnya 6 minggu.16

Masa nifas atau puerperium di mulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. 6

Masa nifas yaitu masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali pada keadaan seperti

sebelum hamil, masa nifas selama kira – kira 6 minggu. 13

139
b. Perubahan fisiologis masa nifas

1) Sistem Vakular

a) Penurunan volume darah (sesudah melhirkan pervaginam)

b) Peningkatan nilai hematokrit (sesudah melahirkan

pervginam)

c) Pengaktifan factor pembekuan darah secara ekstensif

d) Pemulihan volume darah pada tingkat antennal dalam waktu

3 minggu

e) Pengurangan/resesi varises (meskipun tidak pernah kembali

sepenuhnya kepada keadaan antenatal)

f) Pemulihan tanda vital pada parameter sebelum hamil

2) Sistem Reproduksi

a) Involusi dan desensus uterus yang cepat untuk kembali

kepada posisi antenatal didalam rongga pelvis

b) Kontraksi seviks dan vaginal

c) Pelepasan dinding uterus dan pembentukan lokhia

d) Penghentian prouksi progesterone sampai ovulasi yang

pertama

e) Penurunan kadar hormone kehamilan seperti human

chorionic gonadotropin (Hcg), human placental lactogen,

progestin, estron dan estradiol

140
f) Perubahan permanen bentuk os servisis eksternal dari bentuk

lingkaran menjadi bentuk celah memanjang dengan robekan

g) Regenerasi endometrium dalam waktu 6 minggu postpartum

h) Pemulihan tomus otot vagina dan dasar panggul

i) Pembangunan jaringan payudara untuk laktasi

3) Sistem GI

a) Gerakan usus yang meambat karena penurunan tonus otot

intestinal dan ketidaknyamanan perineum

b) Rasa haus yang bertmbah karena kehilangan cairan selama

persalinan dan melahirkan

c) Rasa lapar yang bertambah sesudah bersalin dan melahirkan

d) Reaktivasi prose pencernaan dan penyerapan makanan

e) Pemulihan secara gradual otot abdomen, dinding abdomen

dan tonus ligamen

f) Penurunan berat badan akibat dieresis yang cepat dan aliran

lokhia

4) Sistem Urogenital

a) Keluaran urine yang meningkat selam 24 jam pertama

postpartum akibat diuresi masa nifas.

b) Kapasitas kandung kemih yang meningkat

c) Proteinuria akibat proses katalisis yang terjadi dalam

involusi (pada 50% ibu)

141
d) Perasaan penuhnya kandung kemih yang berkurang akibat

pembengkakan dan memar jaringan

e) Pemulihan ureter dan pelvis renis yang berdilatasi kembali

kepada ukuran antennal dalam waktu 6 minggu

5) Sistem Endokrin

a) Fungsi tiroid yang meningkat

b) Produksi hormone gonadotropin hipofise anterior yang

mningkat

c) Produksi estrogen, aldosteron, progesterone, Hcg, kortikoid

dan 17-ketesteroid yang menjadi berkurang

d) Kenaikan produksi follicle-stimulating hormone (FSH) yang

memulihkan kembali ovulasi dan siklus menstruasi

6) Sistem Integumen

Perubahan yang terjadi meliputi berkurangnya stria

gravidarum (stretch marks), closma (pigmentasi wajah dan leher),

dan linea nigra (pigmentasi pada abdomen).13

c. Kebutuhan pada masa nifas

1) Kebutuhan gizi ibu menyusui

Kualitas dan jumlah makanan yang diproduksi akan sangat

mempengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan

zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk

memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri.

142
Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata

memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandung sekitar 600

kkal, sedangkan pada ibu dengan status gizi kurang biasanya

memproduksi kurang dari itu.Walupun demikian, satus gizi tidak

berpengaruh bersar terhadap mutu ASI kecuali volumenya.

a) Energi

Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca

partum mencapai 500 kkal. Rekomendasi ini berdasarkan

pada asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok

67-77 kkal. Efisiensi konversi energy yang terkandung dalam

makanan menjadi energy susu sebesar rata-rata 80 % dengan

kisaran 76-94 % sehingga dapat diperkirakan besaran energi

yang diperlukan untuk menghasilkan 100 cc susu sekitar 85

kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti

mengandung 600 kkal. Sementara itu kalori yang dihabiskan

untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika

laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan selama itu pula

berat badan ibu kan menurun, yang berarti jumlah kalori

tambhan harus ditingkatkan.

Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya sebesar

700 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari

cadangan indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil.

143
Mengingat efisiensi konversi energy hanya 80-90 % maka

energy dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan

menjadi energy ASI sebesar 400-450 kkal.

b) Protein

Ibu menyusui juga dianjurkan makan makanan yang

mengandung asam lemak Omega 3 yang banyak terdapat

dalam ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah

menjadi DHA yang akan dikeluarkan menjadi ASI. Kalsium

terdapat pada susu, keju, teri, dan kacang-kacangan. Zat besi

banyak terdapat pada makanan laut.Vitamin C banyak

terdapat pada buah-buahan, yang memiliki rasa kecut, seperti

jeruk, mangga, sirsak, apel, tomat, dll.Vitamin B-1 dan B-2

terdapat pada padi, kacang-kacangan, hati, telur, ikan. Ada

beberapa sayuran yang menurut pengalaman masyarakat

dapat memperbanyak pengeluaran ASI, misalnya sayur daun

turi (daun katuk) dan kacang-kacangan. 16

Selain nutrisi, yang tidak kalah penting untuk ibu

menyusui adalah cairan (air minum). Kebutuhan adalah

minimal 3 liter sehari,dengan asumsi 1 liter setiap 8 jam

dalam beberapa kali minum, terutama setelah menyusui

banyinya.

144
Selama menyusui, ibu sebaiknya tidak minum kopi karena

akan meningkatkan kerja ginjal sehingga ibu akan lebih sering

buang air kecil, padahal ibu sedang membutuhkan banyak

cairan. Selain itu, ibu juga menghindari asap rokok karena

nikotin yang terhisap akan dikeluarkan lagi melalui ASI

sehingga bayi dapat keracunan nikotin.

2) Ambulasi dini

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan

membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini tidak dibenarkan

pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, dan

keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungan dari

ambulasi dini ini antara lain :

a.) Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat

b.) Faal usus dan kandung kemih menjadi lebuh baik

c.) Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada

ibu mengenai cara merawat bayinya

d.) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis).

Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan dan

jalan-jalan ringan sambil bidan melakukan observasi

perkembangan pasien dari jam demi jam sampai hitungan

hari. Kegiatan ini dilakukan secara meningkat secara

145
berangsur-angsur frekuensi dan aktivitasnya sampai pasien

dapat melakukannya sendiri tanpa pendampingan sehingga

tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.

3) Eliminasi : Buang air kecil dan Buang air besar

Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat

buang air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung

kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada organ

perkemihan, misalnya infeksi. Biasanya, pasien menahan air

kencing karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan lahir.

Bidan harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing

sesegera mungkin setelah melahirkan akan mengurangi

komplikasi pada post partum. Berikan dukungan mental pada

pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir

akibat terkena air kencing karena ia pun sudah berjuang

melahirkan bayinya.

Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang

air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka kan

semakin sulit baginya untuk buang air besar secra lancer. Feses

yang tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras karena

cairan yang terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus.

Bidan harus dapat meyakinkan pasien agar tidak takut buang air

besar karena buang air besar tidak akan menambah parah luka

146
jalan lahir. Untuk meningkatkan volume feses, anjurkan pasien

untuk makan tinggi serat dan banyak minum air putih.

4) Kebersihan diri

Perawatan kebersihan diri ibu post partum antara lain :

a.) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan

alergi pada kulit bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat

atau debu dapat menyebabkan kulit bayi mengalami alergi

melaui sentuhan kulit ibu dan bayi.

b.) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan

bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah vulva

terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian

membersihkan daerah anus.

c.) Megganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau

minimal 2 kali dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk

disampaikan ke pasien. Masih adanya luka terbuka di dalam

rahim dan vagina sebagi satu-satunya port de entre kuman

penyakit infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga

suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan baik.

d.) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai

membersihkan daerah kemaluannya.

e.) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh

daerah luka. Ini yang kadang kurang diperhatikan pasien dan

147
tenanga kesehatan. Karena rasa ingin tahunya tidak jarang

pasien berusaha untuk menyentuh luka bekas jahitan di

perineum tanpa memperhatikan efek yang dapat di timbulkan

dari tindakannya ini. Apalagi pasien kurang memperhatikan

kebersihan tangannya sehingga tidak jarang terjadi infeksi

sekunder.

5) Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang

berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.

Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu

untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energy

menyusui bayinya nanti.

Kurang istirahat pada ibu post partum akan menimbulkan

kerugian, misalnya :

a.) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b.) Memperambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan

c.) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri

Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga

bahwa untuk melakukan kegiatan-kegiatan, harus dilakukan

secra perlahan-lahan dan bertahap.Selain itu, pasien juga

148
perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau

beristirahatselagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu

menyusui minimal 8 jam, yang dapat dipenuhi melalui

istirahat malam dan siang.

6) Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua

jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.Banyak budaya dan

agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai

masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu

setelah melahirkan.Keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan.

7) Latihan atau senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal

sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan

catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada

penyulit post partum.

Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya

bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien mengenai

pentingnya otot perut dan panggul untuk kembali normal. Dengan

kembalinya kekuatan otot perut dan panggul, akan mengurangi

keluhan sakit perut yang biasanya dialami oleh ibu nifas. Latihan

149
tertentu selama beberapa menit setiap hari akan sangat membantu

untuk mengencankan otot bagian perut.

d. Tahapan masa nifas

Berikut adalah tahapan pada masa nifas:

1) Puerperium Dini (0-24 jam postpartum)

Masa kepulihan, yaitu masa ketika ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan

2) Puerperium Intermedial ( 1-7 hari postpartum)

Masa kepulihan menyeluruh organ genetalia. Waktu yang

dibutuhkan 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium (1-6 minggu postpartum)

Waktu yang dipelukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutam

bila selama hamil atau saat persalinan mengalami komplikasi.

Waktu untuk sehat sempurna ini bias berminggu-minggu,

bulanan atau tahunan tergantung kepada kondisi kesehatan dan

gangguan ksehatan lainnya.13

e. Kunjungan

Kunjungan masa nifas ialah kunjungan yang harus dilakukan

selama nifas minimal sebanyak 4 kali kunjungan dengan ketentuan

waktu yang telah ditentukan guna untuk mencapai tujuan yang

maksimal.

Tabel 2.5 Kunjungan Masa Nifas

150
Kunjungan Waktu Tujuan

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga bagaimana mencegah


6 sampai 8 jam
perdarahan masa nifas karena atoni uteri
1 setelah
4. Pemberian asi awal, satu jam setelah IMD
persalinan
berhasil dilakukan

5. Memberikan supervise kepada ibu bagaimana

teknik melakukan hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia.

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal:

uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau


6 hari setelah
2 2. Mengevaluasi adanya tanda demam, infeksi,
persalinan
atau perdarahan abnormal

3. Memastikan ibu mendapat cukup makan,

minum, dan istirahat,

151
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tiidak ada tanda-tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi: misalnya merawat tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi

sehari-hari

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal:

uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus,

tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau

2. Mengevaluasi adanya tanda demam, infeksi,

atau perdarahan abnormal

2 minggu 3. Memastikan ibu mendapat cukup makan,

3 Setelah minum, dan istirahat,

Persalinan 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tiidak ada tanda-tanda penyulit

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi: misalnya merawat tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi

sehari-hari.

6 minggu 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia


4
setelah alami, atau yang dialami oleh bayinya

152
persalinan 2. Memberika konseling menggunakan KB secara

dini.13

f. Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas

Kelahiran bayi merupakan suatu peristiwa ynag menyenangkan

dan ditunggu – tunggu karena telah berakhir masa kehamilan, tetapi

dapat juga menimbulkan masalah bagi kesehatan ibu. Oleh karena itu

dalam masa nifas perlu dilakukan pengawasan yang secara umum

bertujuan untuk:17

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis

2) Melaksanankan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah secar dini, mengobati, atau merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan pda ibu yang berkaitan

dengan perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui,

pemberian imunisasi pada bayi, dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan KB

5) Memberikan kesehatan emosional pada ibu.13

2. Manajemen Asuhan kebidanan

Menejemen asuhan pada ibu nifas:

1) Pengumpulan Data Dasar

153
Proses pengumpulan data mencakup data subjektif dan data objektif,

adalah sebagai berikut:

a) Data subyektif Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut

dapat ditentukan dengan informasi atau komunikasi

(1) Biodata pasien menurut

(a) Nama : untuk mengenal dan mengetahui pasien

(b) Umur : untuk mengetahui faktor resiko

(c) Agama : untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya

terhadap kebiasaan kesehatan pasien

(d) Suku Bangsa : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras

(e) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual

(f) Pekerjaan : mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap masalah

klien.

(g) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien dan

lingkungannya.

(2) Alasan datang /kunjungan

Alasan datang merupakan alasan pasien datang ke tempat

bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri.

(3) Keluhan utama

Keluhan utama merupakan alasan bagi pasien untuk datang ke

tempat bidan/klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya

154
sendiri . Pada ibu nifas dengan bendungan ASI biasanya

mempunyai keluhan bengkak pada payudara saat perabaan,

payudara terasa keras, payudara terasa panas dan nyeri bila

ditekan, payudara bewarna kemerahan

(4) Riwayat menstruasi

Dikaji untuk mengetahui tentang menarch, siklus, volume,

berapa lama menstruasi, banyaknya menstruasi, keluhan, dan

untuk mengetahui hari pertama menstruasi serta untuk

menentukan umur kehamilan dan tanggal kelahiran.

(5) Riwayat persalinan sekarang, yaitu:

(1) Tempat melahirkan

(2) Penolong saat persalinan

(3) Jenis persalinan (spontan/bedah sesar)

(4) Lama persalinan (dari pembukaan hingga pengeluaran bayi

dan plasenta)

(5) Komplikasi/kelainan dalam persalinan

(6) Keadaan plasenta (spontan, kelengkapan plasenta)

(7) Keadaan perineum (utuh,ada robekan, episiotomi)

(8) Perdarahan (kalaI-kala IV)

(9) Bayi lahir (pemeriksaan antopometri)

(6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

155
Dikaji untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun, berapa

anaknya lahir, tempat persalinan, umur kehamilan, umur

kelahiran, jenis persalinan, penolong persalinan, penyulit, jenis

kelamin, berat badan lahir, panjang badan lahir, riwayat nifas yang

lalu dan keadaan anak sekarang

(7) Riwayat keluarga berencana

Dikaji untuk mengetahui jenis alat kontrasepsi yang pernah

digunakan ibu sebelumnya dan untuk mengetahui rencana KB

yang akan digunakan ibu setelah melahirkan

(8) Pola kebiasaan

(a) Nutrisi

Penting diketahui supaya dapat menggambarkan

bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya. Mulai dari

menu apa saja yang dimakan, frekuensi makan dan minum,

dan ada keluhan atau tidak.

(b) Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui pola BAB dan BAK adakah

kaitannya dengan obstipasi atau tidak

(c) Istirahat

156
Istirahat sangat diperlukan oleh ibu nifas, oleh karena itu

bidan perlu mengenali kebiasaan istirahat ibu nifas supaya

dapat diketahui hambatan yang mungkin muncul jika

didapatkan data yang senjang antara pemenuhan kebutuhan

istirahat. Pada bendungan ASI dianjurkan istirahat cukup

(d) Hubungan seksual

Dikaji untuk mengetahui berapa kali frekuensi ibu

melakukan hubungan seksual dalam seminggu, pola seksual,

dan keluhan .

(e) Personal hygine

Dikaji untuk mengetahui berapa kali dalam sehari ibu

menjaga kebersihan diri. Mandi, gosok gigi, keramas, dan

ganti pakaian.

(f) Aktifitas

Perlu di kaji untuk mengetahui apakah bendungan ASI

yang dialami ibu disebabkan karena aktivitas fisik secara

berlebihan

(g) Perokok dan pemakaian obat-obatan

157
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu perokok dan

pemakai obat-obatan yang tidak dianjurkan

(h) Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan menurut Hani dalam

buku asuhan kebidanan pada ibu nifas meliputi :

i. Riwayat penyakit sekarang

Dikaji untuk mengetahui penyakit yang saat ini

sedang diderita oleh ibu

ii. Riwayat penyakit yang lalu

Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita

penyakit DM, hipertensi, jantung, asma, TBC, epilepsi,

atau penyakit lain yang pernah di derita.

iii. Riwayat penyakit keluarga

Dikaji, apakah dalam keluarga ada yang

mempunyai penyakit menurun seperti DM, hipertensi,

jantung, asma, TBC, epilepsi, hepatitis, atau penyakit

lain yang menurun

iv. Riwayat operasi

Dikaji apakah ibu pernah melakukan operasi,

terutama operasi obstetrik.

(i) Psikososial budaya

158
Untuk mengetahui bagaimana keadaan mental ibu dalam

menjalani masa nifas ini, dan respon keluarga. Biasanya ibu

nifas dengan bendungan ASI, akan cemas

b) Data objektif adalah data yang diperoleh melalui hasil observasi yang

jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan diagnosis lain

a) Pemeriksaan fisik

(1) Keadaan umum

Keadaan umum awal yang dapat diamati meliputi adanya

kecemasan yang dialami pasien.

(2) Kesadaran Untuk mengetahui gambaran kesadaran pasien.

Dilakukan dengan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari

keadaan Composmentis (keadaan maximal) sampai dengan

koma (pasien tidak dalam keadaan sadar)

(3) Tekanan darah

Tekanan darah pada ibu nifas biasanya menjadi lebih

rendah ini diakibatkan oleh perdarahan, sedangkan 24 tekanan

darah tinggi pada ibu nifas merupakan tanda terjadinya

preeklamsi postpartum

(4) Suhu Untuk mengetahui suhu badan, apakah ada peningkatan

atau tidak, suhu normal 36,5–37,5°C.

159
(5) Nadi Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam

menit. Batas normal 60-100 kali permenit

(6) Respirasi untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang

dihitung dalam menit. Batas normal 16-20 kali permenit

(7) Berat badan untuk mengetahui berat badan ibu, karena jika

berat badan ibu berlebih dapat beresiko menyebabkan

komplikasi

b) Pemeriksaan Fisik

(1) Kepala untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, bersih

atau kotor, dan berketombe atau tidak

(2) Muka Apakah terdapat odema atau tidak, muka pucat atau

tidak

(3) Mata untuk mengetahui warna konjungtiva pucat atau tidak,

sklera putih/kuning

(4) Hidung untuk mengetahui adanya kelainan, cuping hidung,

benjolan, dan sekret

(5) Telinga untuk mengetahui keadaan telinga, ada

kotoran/serumen atau tidak.

(6) Mulut, gigi, dan gusi Untuk mengetahui adanya stomatitis,

karies gisi, gusi berdarah atau tidak g) Leher Untuk

mengetahui ada tidaknya pembengkakan kelenjar limfe,

kelenjar tyroid, dan pembesaran vena jugularis

160
(7) Dada dan Axila dalam buku Asuhan Kebidanan pada ibu

nifas, yaitu:

(8) Mamae untuk mengetahui adanya pembesaran pada mamae,

simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, ada

benjolan atau tidak, dan sudah ada pengeluaran kolostrum

atau belum

(9) Axila untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan adanya

benjolan pada daerah axila

(10) Genetalia untuk mengetahui apakah ada varises pada vagina,

dan adakah pengeluaran pervaginam yaitu pengeluaran lokea

(warna, bau, banyaknya, konsistensi), serta adakah robekan

jalan lahir dan kontraksi uterus

(11) Anus Untuk mengetahui adakah Hemoroid, dan varises pada

anus

(12) Ekstermitas Untuk mengetahui adakah varises, odema atau

tidak, apakah kuku jari pucat, suhu atau kehangatan, dan

untuk mengetahui reflek patella

c) Pemeriksaan khusus obstetri

(1) Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk

menilai keadaan Muka Terdapat cloasma gravidarum atau

tidak,oedem atau tidak

161
(2) Payudara Simetris, ada retraksi dada atau tidak, puting

menonjol atau tidak

(3) Abdomen Untuk mengetahui adanya luka bekas operasi

obstetrik

(4) Genetalia Untuk mengetahui keadaan perineum,

pengeluaran lokea (warna, bau, banyaknya, konsistensi),

robekan jalan lahir

(5) Palpasi untuk mengetahui adanya benjolan pada payudara

yang abnormal, kolostrum dan ASI yang keluar. Abdomen

Untuk mengetahui TFU, konsistensi uterus, kontraksi

uterus, kandung kemih

2) Langkah II. Merumuskan diagnosa/masalah aktual Interpretasi data (data

dari hasil pengkajian) mencakup diagnosa kebidanan, masalah dan

kebutuhan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga dapat dirumuskan diagnosa masalah yang spesifik .

(1) Diagnosa kebidanan

Diagnosa yang ditegakkan dalam ruang lingkup praktek

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Dianosa kebidanan yang ditegakkan pada ibu nifas dengan adalah

Ny... P... A... umur ....tahun, post partum .... jam/hari ....

Data dasar :

Data subyektif :

162
(a) Ibu mengatakan kelahiran anak yang ke ....

(b) Ibu mengatakan tidak pernah keguguran

(c) Ibu mengatakan post partum ......jam/hari...

(d) Ibu mengatakan payudara bengkak saat perabaan

(e) Ibu mengatakan payudara terasa panas dan nyeri bila ditekan,

bewarna kemerahan

(f) Ibu mengatakan istirahat dengan cukup

(g) Ibu mengatakan tidak ada hambatan dalam beraktifitas

(h) Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun dan

menahun

Data objektif :

(a) Keadaan umum dan vital sign

(b) Pemeriksaan fisik ibu

(c) Pemeriksaan khusus

(d) Genetalia

(2) Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah

yang sering timbul pada ibu nifas.

(3) Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisis data.

3) Langkah III. Merumuskan diagnosa atau masalah potensial

163
Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah

diidentifikasi, oleh karena itu membutuhkan antisipasi pencegahan serta

pengawasan pada ibu nifas dengan bendungan ASI. Diagnosa potensial

yang mungkin terjadi pada ibu nifas.

4) Langkah IV.Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi

Menunjukan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai

dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya, setelah

bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi

diagnosa atau masalah potensial yang sebelumnya.

5) Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap

sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara

komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan

diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan

asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan.

6) Langkah VI. Impelementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan yang menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien

dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh klien atau tenaga lainya.

7) Langkah VII. Evaluasi

164
Mengevaluasi keefektifan dan seluruh asuhan yang sudah diberikan,

apakah telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam masalah diagnosa.

165
b. Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan teori tentang masa hamil, bersalin, nifas, dan kunjungan

ulang masa nifas maupun bayi baru lahir maka peneliti dapat menyusun

kerangka pikir seperti yang tercantum pada gambar 1 yang disajikan pada

halaman 43 : 1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa Dan Atau
Ibu Hamil 28 Masalah Kebidanan
Minggu
3. Perencanaan sesuai dengan teori 1. Kesehatan Ibu
4. Implementasi 2. Kesehatan Janin
5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksanaa Asuhan
Kebidanaan

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah
Kebidanan 1. Kesehatan Ibu
Ibu Bersalin
3. Perencanaan sesuai dengan teori 2. Kesehatan Bayi
4. Implementasi
segera setelah
5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksanaa Asuhan Kebidanaan lahir s/d 2 jam

1. Pengkajian dan setelah 2


2. Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah
jam
Kebidanan
1. Kesehatan Ibu
3. Perencanaan sesuai dengan teori
4. Implementasi 2. Kesehatan Bayi
Ibu Nifas 5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksanaa Asuhan Kebidanaan

Gambar 1::Kerangka pikir asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ibu


166
hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir
167

Anda mungkin juga menyukai