KLP 3 Konsep Dasar Asuhan Persalinan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR ASUHAN PERSALINAN

Di Susun

Oleh

Kelompok 3

Larastya

Sari Rosmawan

Rizkuna

Evi Iswanti

Fatimah Lasari

Vivi Wilda

Riska Ayu Wardani

Anggi Anggraini

Yanti Mulia Sari

Dosen Pembimbing : Elfi Mursyidah, SST

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH


BANDA ACEH
2012/2013

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara
berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia,
sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama
kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui
upaya pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua
dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga berencana untuk lebih
mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal trfokus untuk
memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya,
menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi. Asuhan
pasca keguguran untuk penatalaksaan gawat darurat keguguran dan
komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya.

Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti
ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan
kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan
setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk
menatalaksanakan komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan
menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang
umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat
terjadinya.

Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu,


khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami
kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang
pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak.
Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.

Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting


pada ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam
mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani

2
proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi
selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu
kami bermaksud membuat makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas
Asuhan Kebidanan 2 dan dapat membantu para ibu dalam mempersiapkan
proses persalinan yang lebih baik.

B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini,
sebagai berikut :
1. Mendukung ibu, pasangan dan keluarga selama persalinan dan
periodenya.
2. Member reaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan keluarga.
3. Mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi dengan tepat.
4. Mengantisipasi masalah potensial.
5. Menjelaskan secara umum mengenai faktor yang mempengaruhi
persalinan.

C. Manfaat
Dalam makalah ini diharapkan adanya manfaat yang dapat diperoleh,
sebagai berikut :
1. Sebagai bahan bacaan.
2. Merupakan stimulant bagi mereka yang berminat dalam memepelajari
persalinan.
3. Sebagai sarana belajar bagi pembaca.
4. Sebagai bahan bacaan khususnya dalam profesi kebidanan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri
dengan kelahiran plasenta.

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang


dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. (Prawirohardjo, 2002)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin


yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2002)

Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang


pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan
adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun
demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada
sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang
proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus an penatalaksanaan yang
trampil ari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang
menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan.

4
2. Sebab-sebab terjadinya persalinan

Sebab – sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang


komplek. Perubahan – perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan
kadar hormon progesteron dan estrogen. Progesteron merupakan penenang
bagi otot – otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1 – 2 minggu
sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium. Keadaan uterus yang membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot – otot uterus yang mengganggu sirkulasi uterus
plasenta sehingga plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale
dari fleksus frankenhauser di belakang serviks menyebabkan uterus
berkontraksi.

Beberapa teori yang dikemukakan ialah:

a. Penurunan Kadar Progesteron.


Proses penurunan fungsi plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28
minggu, dimana terjadinya penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi
progesteron menurun sehingga otot rahim menjadi sensitif terhadap
oksitosin.
b. Teori Oxytocin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior. Perubahan
hormon estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim sehingga terjadi his
c. Keregangan Otot- Otot
Otot rahim mempunyai kemampuan untuk merenggang dalam batas
tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.

5
d. Pengaruh Janin
Kehamilan dengan Aensephalus sering terjadi keterlambatan
persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus (Teori ini dikemukakan
oleh Linggin 1973). Dari berbagai percobaan maka dapat disimpulkan
ada hubungan antara hipotalamus-pituitari dengan mulainya
persalinan.
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu.
Prostaglandin dihasilkan oleh desidua, dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi di keluarkan. Pemberian oksitosin
pada kehamilan dapat menimbulkan his

3. Tanda-tanda Gejala Persalinan


a. Tanda dan gejala permualaan persalinan menurut mochtar (1994).
Sebelum terjdi persalinan yang sebenarnya, beberapa seminggu
sebelum wanita memasuki hari perkiraan kelahiran yang di sebut kala
pendahuluan (preparatori stage of labor) dengan tanda sbb.
1) Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul. Pada primigravida terjadi
menjelang minggu ke- 36. Lightening disebabkan oleh:
a) Kontraksi braxton hicks.
b) Ketegangan dinding perut.
c) Ketegangan ligamentum rotumdum.
d) Gaya berat janin.
2) Saat kepala masuk pintu atas panggul, ibu akan merasakan rasa
sesat pada perut bagian atas berkurang dan pada bagian bawah
terasa sesak.
a) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
b) Sering miksi atau sulit berkemih.

6
c) Sakit di pinggang dan di perut.
d) Serviks mulai lembek dan mendatar. Pada multi para
gambaran ini kurang jelas, karena kepala janin baru
masuk pintu atas panggul menjelalan persalinan.
e) Terjadinya his permulaan atau his palsu. Sifat dari his
palsu adalah :
 Rasa nyeri ringan di bagian bawah;
 Datanya tidak teratur;
 Durasi pendek;
 Tidak bertambah dengan beraktivitas tidak ada
perubahan pada serviks.
b. Tanda-tanda persalinan inpartu adalah sebagai berrikut.
1) Terjadi his persalinan, dengan karakteristik:
a) Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan
b) Sifat sakitnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya
makin besar.
c) Berpengaruh terhadap perubahaan serviks
d) Dengan beraktivitas kekuan makin bertambah.
2) Pengeluaran lendir bercampur darah.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Hasil pemeriksaan dalam (PD) menunjukan terjadinya perlunakan,
pendataran, dan pembukaan serviks. Karakteristik kontraksi uterus
atau his yang perlu diperhatikan adalah: kekuatan kontraksi/intensitas,
frekuensi, dan durasi. Tiap kontraksi uterus tediri atas tiga fase
sebagai berikut.
a) Incement, yaitu ketikabintensitas atau kekuatan kontraksi
terbentuk.
b) Aceme, yaitu puncak maksimum dari kontraksi.
c) Decrement, yaitu ketika otot uterus mulai kontraksi

7
4. Mekanisme persalinan

Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya


dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut kepemimpinan
persalinan” , Keseluruhan 58 standar dan langkah asuhan persalinan normal
yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang bidan
tersebut adalah:

1. Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.


2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½
ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun
& air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan
vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai –
pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

8
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan
ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.

9
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau
bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif
26. Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas
perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

10
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir
(tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan
untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah
lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri
anterolateral.

11
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian
bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.

12
Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

Persalinan normal menurut Farer (2001) adalah persalinan yang


memiliki karakteristik berikut ini.

1) Terjadi pada kehamilan aterm, bukan prematur atau pun postmrur.


2) Mempunyai onset yang spontan, bukan karena induksi.
3) Selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat onset, bukan
partus presipitatus ataupun partus lama.
4) Janin tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput ada
bagian anterior pelvis.
5) Terlaksana tampa bantuan artifial.
6) Tidak terdapatkomplikasi.
7) Mencakup kelahiran plasenta yang normal.

B. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


1. Passage (Jalan Lahir)

Pada ketinggian yang berbeda, bentuk dan saluran ukuran panggul


juga berbeda, diameter bidang pintu atas, panggul tengah, pintu bawah dan
sumbu jalan lahir menentukan mungkin tidaknya persalinan pervaginam
berlangsung dan bagai mana janin dapat menuruni jalan lahir (pergerakan
kardinal mekanisme persalinan).

Empat jenis panggul dasar dikelompokan sebagai berikut:

a. ginekoid (tiple wanita klasik).


b. android (mirip panggul pria).
c. antropoid (mirip panggul kera).
d. platipeloid (panggul pipih).

13
Panggul ginekoid adalah bentuk yang paling yang paling sering
ditemui, bentuk panggul ginekoid dimiliki oleh 50 % wanita.

2. Passenger (Janin Dan Plasenta)


a. Janin
Janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa factor, yakni : ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap,
dan posisi janin.
b. Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap
sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada persalinan normal.
c. Air Ketuban
Waktu persalinan air ketuban membuka servik dengan mendorong
selaput janin kedalam ostium uteri, bagian selaput anak yang diatas
ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah
yang membuka serviks.

3. Power (Kekuatan)

Kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk


mengeluarkan janin dan vlasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut
kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila servik berdilatasi
usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder,
yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter.

a. His/ Kekuatan Primer

His atau kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu terdapat
pada penrbalan lapisan otot disegmen uterus bagian atas, dari titik pemicu,

14
kontraksi dihantar keuterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi
periode istirahat singkat. Digunakan untuk menggambar kontraksi involunter
ini frekuensi (waktu antar kontraksi yaitu waktu antara awal suatu kontraksi
dan awal kontraksi berikutnya); durasi (lama kontraksiL); dan intensitas
(kekuatan kontraksi). Kekuatan primer membuat serviks menipis (effacement)
dan berdilatasi dan janin turun.penifisan serviks adalah pemendekan dan
penipisan serviks selama tahap pertama persalinan pada kehamilan aterem
pertama, effacement biasanya terjadi lebih dahulu dari pada dilatasi, pada
kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cenderung terjadi bersamaan
dilatasi serviks adalah pembesaran muara dan saluran serviks, yang terjadi
pada awal persalinan. Diameter meningkat dari 1cm sampai dilatasi lengkap
(10cm) supaya janin aterm dapat dilahirkan.apabila dilatasi serviks lengkap ,
servik tidak dapat lagi diraba menandakan akhir tahap pertama persalinan.

Dilatasi serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari


serviks ke arah atas, akibat kontraksi uterus yang kuat,tekanan yang
ditimbulkan cairan amnion selama ketuban utuh atau kekuatan yang timbul
akibat tekanan bagian presentasi juga membuat serviks berdilatasi, jaringan
serviks akibat infeksi atau pembedahan dapat menghambat dilatasi serviks.

b. Tenaga Mengejan (Kekuatan Sekinder)

Segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat


kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar. Ibu ingin mengedan ,
Usaha mendorong kebawah (kekuatan sekunder) dibantu dengan usaha
volunter yang sama dengan yang dilakukan saat buang air besar
(mengedan). Digunakan otot- otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi
dan mendorong keluar isi jalan lahir. Hal ini menghasilkan menigkatkan
tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi dan
menambah kekuatan untuk mendorong keluar.

Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah


lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus

15
dan vagina. Apabila dalam persalinan ibu melakukan usaha volunteer
(mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks alkan terhambat. Mengedan akan
melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontrasi persalinan
sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri
dengan kelahiran plasenta.

B. Saran

Selain menarik kesimpulan di atas, kami juga memeberikan saran


sebagai berikut

1. Adanya makalah ini diharapkan pembaca agar mempelajari isi dari


makalah tersebut.
2. Agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai
asuhan persalinan yang terbagi atas empat kala.
3. Sebaiknya pembaca mencari buku ataupun mencari di internet
mengenai asuhan persalinan agar lebih memehami asuhan
persalinan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC.

H. Dwi Asri. Cristine Clervo p. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta :


Mulia Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta :


CV Trans Info Media

Sulistyawati, Ari. Esti Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Bersalin. Jakarta : Salemba Medika

http://madchen-madchenfit.blogspot.com/2012/11/makalah-asuhan-
persalinan-kala-i-ii-iii.html

17

Anda mungkin juga menyukai