Anda di halaman 1dari 8

“ What Is Strategy?

1. Latar Belakang
Lebih hampir dua dekade manajer telah belajar untuk menerapkan beberapa aturan
baru. Perusahaan harus fleksibel untuk merespon persaingan kompetitif dan perubahan
pasar. Mereka harus melakukan studi banding berkelanjutan untuk mendapatkan langkah
yang terbaik.
Positioning dahulu menjadi strategi utama. Seiring dengan berjalannya waktu,
strategi tersebut dinilai terlalu statis dan tidak cocok untuk perubahan teknologi yang
begitu pesat dan kondisi pasar yang dinamis.
Menurut sudut pandang baru, dipercaya bahwa kompetitor dapat dengan mudah
meniru Positoning perusahaan pada pasar dan keunggulan kompetitif terbaik, dan
bersifat sementara. Sudut pandang tersebut sebagian benar, dan menyebabkan kompetisi
yang saling menghancurkan di antara perusahaan. Hal tersebut menjadikan perusahaan
menjadi pembelajar yang cepat dan semakin lincah dalam bersaing. Dalam berbagai
industri, kejadian tersebut disebut hypercompetition, hal ini menjadikan beban tersendiri
bagi perusahaan, dan merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan.
Akar permasalahan dari gagalnya perusahaan perusahaan untuk dapat bersaing
adalah ketidakmampuan manajer untuk memisahkan antara efektifitas operasional
dengan strategi. Karena seorang manajer melakukan peningkatan kualitas pada berbagai
macam aspek, mereka semakin menjauh dari posisi keunggulan kompetitif yang
seharusnya.

2. Efektifitas Operasional
Efektifitas Operasional dan Strategi adalah dua hal penting dalam mencapai kinerja
terbaik, dimana tentunya kinerja terbaik adalah tujuan utama setiap perusahaan. Namun
kedua hal tersebut bekerja dengan cara yang sangt berbeda.
Sebuah perusahaan dapat melampaui kinerja pesaingnya hanya jika ia mampu
menciptakan perbedaan yang membuatnya mampu mempertahankan posisinya.
Efektifitas Operasional menurut porter (1996) diartikan sebagai kinerja perusahaan
dalam melakukan aktivitas yang sama dengan pesaingnya dengan cara yang lebih baik.
Efisiensi adalah bagian dari Efiktivitas Operasional, namun tidak terbatas hanya
pada bagian tersebut. Namun berhubungan dengan segala aktivitas yang memungkinkan
perusahaan untuk dapat memanfaatkan input dengan maksimal agar dapat mengurangi
produk cacat dan menciptankan pengembangan produk yang lebih baik dari pesaing.
Secara kontras, strategic positioning adalah melakukan aktivitas yang sama dengan cara
yang berbeda.
Perbedaan diantara Efektivitas Operasional antar perusahaan dapat meliputi banyak
hal. Beberapa perusahaan mampu untuk memanfaatkan inputnya dengan baik karena
mereka mengeliminasi pekerjaan yang tidak bermanfaat, mempekerjakan lebih banyak
karyawan dan menggunakan teknologi yang lebih canggih, memotivasi pekerjanya
dengan baik, atau memiliki wawasan yang lebih baik dalam mengatur beberapa aktivitas
tertentu. Efektivitas Operasional adalah hal penting yang mempengaruhi tingkat
keuntungan diantara kompetitor lainnya, karena EO berpengaruh langsung pada biaya
relatif produksi dan tingkat diferensiasi perusahaan.

3. Strategi Bertumpu Pada Aktivitas Unik


Strategi kompetitif adalah menjadi berbeda, hal tersebut berarti dengan sengaja
memilih satu set kegiatan untuk dapat mencipatakan bauran nilai yang unik.
Namun demikian poin penting dari pemilihan aktivitas strategi adalah untuk
melakukan aktivitas yang bebeda dari pesaing. Jika tidak, strategi akan menjadi tidak
lebih dari sekedar slogan iklan.

4. Posisi Strategis
Posisi strategik muncul dari tiga penyebab yang berbeda, dimana satu sama lain
tidak saling mempengaruhi dan bahkan sering tumpang tindih.

a. Variety-Based Positioning, yaitu positioning berdasarkan banyaknya jenis


pilihan produk atau jasa, tidak berdasarkan segmentasi konsumen. Jenis
postitioning ini menjadi dapat terjadi ketika produsen hanya dapat memproduksi
jenis produk tertentu dengan menggunakan serangkaian aktivitas khusus.
b. Needs-Based Positioning, adalah, produsen hanya memproduksi barang atau
jasa berdasarkan kebutuhan kelompok pelanggan tertentu. Positioning ini
muncul ketika ada sekelompok pelanggan dengan kebutuhan yang berbeda, dan
ketika pelayanan jasa terbaik yang dapat disesuaikan menurut kebutuhan
konsumen.
c. Access-Based Positioning, adalah mengelompokkan konsumen berdasarkan
kemampuan mereka untuk mendapatkan barang atau jasa berdasarkan letak
geografis, skala ekonomi konsumen atau konsumen yang hanya dapat dijangkau
dengan cara khusus. Perusahaan harus memikirkan rangkaian cara yang berbeda
untuk menjangkau jenis konsumen tersebut.

5. Hubungan Strategic Positition dengan Strategi Umum.


Pada konsep Competitive Strategy Porter memperkenalkan tiga jenis strategi umum,
yaitu cost leadership, differentiation dan focus. Strategi umum ini masih tetap
bermanfaat untuk mengelompokkan posisi strategik pada level yang paling umum dan
sederhana.
Adapun kombinasi dari keberagaman kebutuhan, akses atau kombinasi dari tiga
jenis strategi di atas, sebuah perusahaan tetap membutuhkan cara yang berbeda,
dikarenakan keadaan sumber daya yang berbeda.
Setelah kita dapat mendefinisikan apa itu positioning, maka kita dapat menjawab
definisi strategi, yaitu “ Strategi adalah proses penciptaan sebuah posisi yang unik
dan bernilai, yang melibatkan serangkaian aktivitas yang berbeda “.

6. Sebuah Posisi Strategik Membutuhkan Trade Off


Memilih sebuah strategi unik bagaimanapun juga tidaklah cukup untuk menjamin
keunggulan perusahaan yang berkelanjutan. Sebuah keunggulan yang menguntungkan
akan menarik minat kompetitor, dan mereka akan melakukan imitasi strategi dengan dua
cara, yaitu, reposition, dengan menyamakan posisi mereka dengan perusahaan
kompetitor yang terbaik. Cara kedua adalah dengan berada di tengah-tengah (straddling),
dan mencari strategi unik terbaik seperti apa yang dapat disesuaikan dengan proses bisnis
mereka.
Sebuah posisi strategik tidak akan berkelanjutan apabila tidak ada trade off di antara
posisi lainnya. Trade-off diartikan sebagai sebuah kondisi dimana perusahaan harus
memberikan prioritas lebih pada sebuah aktivitas, dibandingkan dengan aktivitas lainnya.
Trade-off menciptakan keadaan dimana perusahaan harus memilih, dan melindungi
perusahaan dari para repotitioners dan stradlers. Trade-off muncul dari tiga alasan utama
yaitu:
a. Biaya, Sebuah perusahaan yang hanya memberikan satu jenis nilai kepada dapat
mungkin kurang memiliki kredibilitas, atau bahkan dapat merusak reputasinya, ketika
perusahaan tersebut memberikan nilai lain yang tidak konsisten, pada saat yang
bersamaan. Sebagai contoh, sebuah sabun mandi dengan reputas biasa akan sulit
apabila mencoba menyamai reputasi sabun kesehatan, karena biaya untuk merubah
reputasi sebuah produk, akan membutuhkan biaya yang sangat besar.
b. Aktivitas itu sendiri, Trade off muncul dari dalam aktivitas manajemen perusahaan,
artinya posisi yang berbeda membutuhkan berbagai macam sumber daya yang
berbeda, teknologi yang berbeda, dan bahkan kemampuan sumber daya manusia yang
beragam. Dengan kata lain, apabila terdapat banyak Trade off dalam perusahaan,
maka hal tersebut mencerminkan ketidak mampuan perusahaan dalam mengatur
teknologi, sumber daya manusia atau sistem mereka.
c. Keterbatasan Manajemen, keterbatasan manajemen dalam berkoordinasi dan
pengendalian, yaitu manajemen hanya dapat fokus pada satu jenis keunggulan dan
persaingan. Dengan demikian manajer senior akan lebih mudah dalam menentukan
prioritas, dan karyawan memiliki kerangka kerja yang fokus dan jelas.
Secara umum, pandangan terhadap Trade-off dapat menjadi lebih sederhana, sebuah
nilai akan rusak apabila sebuah aktivitas didesain secara berlebihan ataupun tidak
memadai terhadap kegunaannya. Sebagai contoh, walaupun seorang sales dapat saja
melayani lebih dari satu pelanggan, maka pelayanan dari sales tersebut mungkin saja
tidak maksimal pada pelanggan kedua.
Sebuah Trade-off yang salah seringkali terjadi diantara biaya dan kualitas, sering
terjadi ketika terdapat aktivitas yang sama dilakukan berulang-ulang atau pilihan usaha
yang sia-sia, rendahnya pengendalian atau akurasi dan kurangnya koordinasi. Perbaikan
manajemen biaya dan diferensiasi hanya akan mungkin, apabila perusahaan telah
menentukan tujuan yang jelas.
Dengan penjelasan diatas, maka, Trade-off adalah hal penting bagi proses pemilihan
strategi. Trade-off dapat menciptakan sebuah pilihan dan menciptakan batasan batasan
akan layanan yang dapat ditawarkan sebuah perusahaan.

7. Keseuaian (Fit): Keberlangsungan dan Keunggulan Kompetitif


Pilihan positioning tidak hanya menentukan aktivitas apakah yang akan dilakukan,
dan bagaimana cara melakukannya, namun bagaimana sebuah aktivitas, dapat
berhubungan dengan aktivitas lainnya. Apabila Efektivitas Operasional pada sebuah unit,
fungsi telah mencapai keunggulan, maka strategi adalah tentang mengkombinasikan
aktivitas yang sesuai. Serangkaian kegiatan yang sesuai akan menghalangi para peninu
dengan menciptakan sebuah rantai aktivitas yang kuat. Adapun tiga jenis Fit anatara lain
adalah sebagai berikut:
a. Konsistensi pada Keseluruhan Aktivitas, konsistensi akan menjaga akumulasi
nilai dari setiap aktivitas dan menjaga agar setiap aktivitas tidak mengalami
penurunan kualitas.
b. Aktivitas yang saling Mendukung, artinya aktivitas yang menimbulkan simbiosis
mutualisme terhadap aktivitas lainnya. Sebagai contoh sebuah perusahaan sabun
kesehatan ingin memposisikan reputasinya sebagai sabun permium, maka
manajemen memilih bekerjasama dengan hotel berbintang, dengan tujuan agar
timbul pandangan oleh konsumen bahwa sabun kesehatan tersebut hanya bisa dicari
di tempat tertentu, sehingga kemudian perusahaan tersbut mampu melakukan
efisiensi pada biaya pemasarannya.
c. Optimalisasi Aktivitas, artinya nilai aktivitas individual tidak dapat dipisahkan dari
keseluruhan aktivitas, koordinasi dan informasi antara masing-masing aktivitas akan
selalu terupdate, untuk mengurangi redundansi, dan mengeliminasi kegiatan yang
tidak bermanfaat. Hal ini termasuk berkoordinasi dengan pemasok, melakukan
peremajaan teknologi hingga melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kesesuaian diantara sekian banyak aktivitas tidak hanya penting untuk keunggulan
kompetitif namun juga untuk keberlangsungan keunggulan itu sendiri. Akan menjadi
sulit bagi pesaing untuk dapat meniru sebuah jaringan informasi yang telah
terkoordinasi satu sama lain dan sebuah rangkaian aktivitas yang saling terkait.
Apabila aktivitas telah mendukung satu sama lain maka para peniru akan sulit untuk
melakukan imitasi sistem secara keseluruhan. Dengan penjelasan tersebut, maka kita
dapat memahami arti strategi secara keseluruhan, yaitu “ Strategi adalah proses
penciptaan kesesuaian aktivitas unik, terhadap keseluruhan Aktivitas perusahaan
yang terintegrasi “.

8. Menentukan kembali Strategi


Manajer memiliki kemungkinan untuk salah menentukan pemilihan strategi. Hal ini
disebabkan tuntutan dari hypercompetition, manajer terjebak pada peningkatan teknologi
demi mengatasi tuntutan tersebebut, namun tidak memahami langkah terbaik yang
seharusnya dilakukan. Manajer seringkali dibingungkan oleh peningkatan produktivitas,
dan melupakan pentingnya-trade off dalam menyusun strategi. Karyawan baru sering
dituntut untuk melakukan perubahan, tanpa mengetahui visi jelas perusahaan. Kesalahan
di tersebut kemudian dapat mengecewakan dan menurunkan nilai morale manajer dan
karyawan.
9. Growth Trap
Manajer seringkali dikejar dengan target pendapatan , dan kemudian melakukan
jalan pintas untuk melakukan perubahan besar, namun tidak memperhatikan posisi
strategis. Trade off dianggap sebagai hambatan untuk dapat berkembang. Contoh
sederhana adalah ketika manajer mengurangi kualitas bahan baku produksi, demi
mendapatkan harga jual yang bersaing dan memenuhi target penjualan, sehingga tanpa
disadari, manajer melupakan konsumen yang memperhatikan kualitas sebuah produk,
yang kemudian mengakibatkan perusahaan mengalami lost on sale pada segmentasi
konsumen tertentu.

10. Profitable Growth


Banyak perusahaan melakukan pemotongan biaya, dan mengalihkan fokus mereka
pada pertumbuhan keuntungan, dan hal tersebut dilakukan berkesinambungan. Hal
tersebut secara terus menerus akan mengurangi kesesuaian aktivitas, dan sangat merusak
keunggulan kompetitif. Fokus pada keunggulan kompetitif dapat meningkatkan
kesesuaian antar aktivitas dan komunikasi pada pelanggan yang memberikan nilai lebih
pada perusahaan.

11. The Role Leadership


Tantangan dalam mengembangkan atau mendesain ulang sebuah strategi berada
pada peran top manajemen dalam melakukan proses kepemimpinan. Mereka ditutntut
untuk dapat melakukan pemilihan strategi, pemilihan Trade-off dan pilihan penting
lainnya. Adapun cara bagi manajer untuk melakukan desain ulang sebuah strategi dapat
dimulai dengan pertanyaan sebagai berikut:
1. Manakah produk atau jasa yang paling utama?
2. Mana diantara berbagai produk dan jasa yang paling menguntungkan?
3. Konsumen manakah yang paling banyak puas dengan pelayanan kita?
4. Manakan pemasok, dan konsumen yang paling menguntungkan?
5. Manakah aktivitas perusahaan yang paling berbedan dan Efektif?
Dalam banyak perusahaan, kepemimpinan hanyalah sebatas merancang dan
melakukan perbaikan operasional. Fungsi penting dalam kepemimpinan haruslah
dijalankan dengan baik (Planning, Organizing, Leading and Controlling).
Manajer harus mampu membedakan antara Efektivitas Operasional dengan Definisis
Strategi, kedua hal tersebut penting, namun secara konsep, adalah suatu hal yang
berbeda.
Sebuah perusahaan mungkin dapat merubah strateginya jika terjadi perubahan besar
pada keseluruhan struktur industri. Perubahan Besar Pada Strategi haruslah diimbangi
dengan kemampuan perusahaan untuk menemukan Trade-off baru dan menciptakan
sistem yang saling terintegrasi, untuk menjaga kesinambungan keunggulan kompetitif.

12. Kesimpulan
Manajer memiliki peran penting dalam penyusunan strategi perusahaan. Manajer
harus mampu membuat prioritas pada seluruh aktivitas perusahaan, dan mampu memilih
Trade-off dengan baik. Dengan demikian, diharapkan dapat terjadi Artikulasi Aktivitas
yang terakumulasi, mencapai optimalisasi dan terintegrasi dengan aktivitas lainnya.
Dengan demikian, sebuah definisi dari Strategi adalah “ Rangkaian aktivitas unik
yang saling memiliki kesuaian satu dengan yang lainnya “ sebagai sarana pencapaian
tujuan perusahaan.
DAFTAR RUJUKAN

Porter, Michael E. 1996.What is Strategy?.Harvard Business Review

Porter, ME. 2008. The Five Competitive Forces That Shape Industry. Harvard Business
Review, January.

Bavarsad, B., Azizi, A. D., & Alesadi, F. J. (2013). Study of Relationship between Supply
Chain Management Strategy with Logistics Performance and Organizational
Performance.Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4(9),
1308-1317.

Anda mungkin juga menyukai