Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Di tangan gurulah masa


depan pendidikan dapat diwujudkan. Oleh karena itu, tugas mendidik dan mengajar
sebaiknya dijadikan kebanggaan bagi guru dan dilakukan dengan jujur, ikhlas, dan
penuh rasa tanggung jawab.
Guru adalah figur yang menjadi contoh bagi para muridnya. Guru harus bisa
membuat proses belajar mengajar menjadi wahana yang menyenangkan bagi para
siswa. Guru harus menguasai berbagai model pembelajaran, metode, media dan
tentunya bahan ajarnya.
Tetapi, kadang kala guru masih menemukan masalah-masalah serta kesulitan
dalam proses belajar mengajar. Permasalahan tersebut terkait dengan bahan ajaran,
media pembelajaran, dan metode pembelajaran. Oleh karena itu, guru sangat
memerlukan tempat untuk ‘curhat’ terkait permasalahan-permasalahan yang ia hadapi.
Guru bisa mengikuti kegiatan KKG, dan MGMP. Di sana guru akan bertemu dengan guru
seprofesi dan akan membahas masalah-masalah yang ada. Setelahnya akan didapatkan
solusi masalahnya terkait masalah yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menganggap penting untuk mengetahui apa
itu dan bagaimana itu Kelompok Kerja Guru (KKG), dan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah lahirnya kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata
pelajaran?
b. Bagaimana tujuan pendirian kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata
pelajaran?
c. Serta apa peran dan kontribusi kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata
pelajaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya kelompok kerja guru dan musyawarah guru
mata pelajaran.
2. Untuk mengetahui tujuan pendirian kelompok kerja guru dan musyawarah guru
mata pelajaran.
3. Dan untuk mengetahui peran dan kontribusi kelompok kerja guru dan musyawarah
guru mata pelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata


Pelajaran

Sejak tahun sembilan puluhan arus informasi diberbagai bidang mengalir


dengan deras. Sejak jaman ini peningkatan di bidang komunikasi dan informasi
semakin cangggih. Tidak salah kiranya isu tentang “globalisasi” mulai merambah
kesetiap penjuru dunia.1

Tuntutan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia pada


konteks hari ini adalah sesuatu yang perlu mendapat perhatian. Peningkatan
ilmu pengetahun dan teknologi menjadi sebuah tantangan besar bagi dunia
pendidikan. Oleh karenanya setiap sekolah mestinya tanggap dengan perobahan
yang serba cepat dalam setiap bidang kehidupan. Tak terlepas dari itu
perkembangan informasi pendidikan secara global menuntut guru-guru untuk
dapat berpikir secara global serta memiliki kemampuan yang secara terus
menurus dapat ditingkatkan.

Guru sebagai pionir berhasilnya pendidikan, melihat perkembangan


zaman yang serba cepat perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga dia mampu
mensejajarkan pengetahuannnya dengan tuntutan zaman. Dengan pengetahuan
yang tetap up to date tersebut guru tetap dapat memberikan informasi-informasi
mutakhir ketika berlangsung proses belajar mengajar terhadap murid-muridnya.

Kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang terus


menerus mengalir dengan sendirinya menjadi sebuah perhatian serius bagi
pemerintah agar guru juga diberikan pembinaan profesional guru secara terus
menerus, sehingga guru tidak ketinggalan ilmu pengetahuan. Sebagaimana
diungkapkan oleh Anwar Yasin:

”Kita menyadari bahwa tuntutan pembangunan akan sumber daya manusia


(SDM) yang bermutu menuntut juga kemampuan profesional guru yang semakin
tinggi. Oleh karena itu, perlu ada sistem pembinaan yang menjamin adanya
dukungan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya sehari-

1 A. Marnis, Arus Informasi dan Globalisasi, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), h. 19


hari sehingga mereka senantiasa dapat meningkatkan mutu KBM. Sistem
pembinaan profesional yang dimaksud adalah tidak lain dari pada mekanisme
bagaimana membantu guru meningkatkan mutu kemampuan profesionalnya
terutama dalam mengajar dan membelajarkan murid, atau dengan kata lain,
dalam meningkatkan mutu proses/kegiatan belajar-mengajar (KBM) sehingga
hasil mutu hasil belajar murid pun meningkat”.2

Mencermati berbagai kemajuan itulah pemerintah membentuk beberapa


organisasi penjamin mutu pendidikan dan lembaga-lembaga pembinaan
profesional guru melalui Proyek PEQIP (Primary Education Quality Improment
Project) atau yang disebut dengan Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah
Dasar. Beberapa wadah profesional pendidikan di sekolah dasar yang dibentuk
melalui PEQIP tersebut adalah:
a. Kelompok Kerja Guru (KKG)
Kelompok kerja Guru yang beranggotakan semua guru di dalam gugus
yang bersangkutan. KKG ini adalah wadah pembinaan profesional bagi para
guru dalam meningkatkan kemampuan profesional guru khususnya dalam
melaksanakan dan mengelola pembelajaran di Sekolah Dasar. Secara
operasional Kelompok Kerja Guru dapat dibagi lebih lanjut menjadi
kelompok yang lebih kecil berdasarkan jenjang kelas atau permata
pelajaran.3 Dan kelompok kerja guru inilah yang akan penulis kaji pada
pembahasan selanjutnya.
b. Kelompok Kerja Kepala Sekolah ( KKKS)
Kelompok Kerja Kepala Sekolah yang anggotanya terdiri dari semua
kepala sekolah pada gugus yang bersangkutan dimaksudkan sebagai wadah
pembinaan profesional bagi kepala sekolah dalam upaya peningkatan
kemampuan kepala sekolah yang terkait teknik edukatif maupun manajemen
sekolah.4
c. Pusat Kegiatan Guru ( PKG)
Pusat Kegiatan Guru adalah sebagai tempat diselenggarakannya
Kegiatan Kelompok Kerja Guru yang juga merupakan bengkel dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Pada
dasarnya kegiatan kelompok kerja guru yang dilaksanakan pada setiap gugus
pada dasarnya sesuai dengan program kerja yang telah disusun.5
d. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Musyawarah Guru Mata Pelajaran sama halnya dengan KKG,
merupakan suatu organisasi guru yang dibentuk untuk menjadi forum
komunikasi yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru

2 Anwar Yasin, Sistem Pelatihan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar PEQIP, (Jakarta: Majalah
Mutu, 1999), h. 28
3 Munir A. Azis, Mutu ( Jakarta: PEQIP, 1994) Vol III no 01, h. 19
4 Ibid
5 Ibid
dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari di lapangan. MGMP berada di
tingkat sekolah lanjutan, baik SLTP maupun SLTA.
Musyawah Guru Mata Pelajaran, awalnya disebut Musyawarah Guru
Bidang Studi, adalah suatu organisasi profesi guru yang bersifat non
struktural yang dibentuk oleh guru-guru di Sekolah Menengah (SLTP atau
SLTA) di suatu wilayah sebagai wahana untuk saling bertukaran pengalaman
guna meningkatkan kemampuan guru dan memperbaiki kualitas
pembelajaran.
Selain ditingkat komisariat, MGMP pun memilki wadah yang lebih luas
ditingkat kabupaten atau kota. Hal ini untuk lebih mencakup permasalahan-
permasalahan yang ada pada guru secara meluas sehingga kesenjangan yang
ada pada guru lebih kecil, dan mereka dapat lebih mengetahui permasalahan
dan solusinya dari hasil pertemuan kelompok kerja tersebut secara
menyeluruh.

Kelompok-kelompok di atas diberlakukan melalui SK Dirjen Dikdasmen


No. 070/ C/ Kep/ 1/93 tanggal 7 april 1993. Semenjak itulah Kelompok Kerja
Guru (KKG) mulai dilaksanakan.6

B. Tujuan Pendirian Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata


Pelajaran

Dalam bahasa Arab, istilah “tujuan” sepadan dengan kata ghayat,


andaf, atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan
dengan goal atau purposeatau objective atau aim.7 Secara umum, menurut H.M.
Arifin, istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang sama, yaitu
perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang
hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.8

Tujuan memiliki peranan penting dalam setiap kegiatan pendidikan.


Dengan tujuan yang jelas, maka akan jelas pula ke mana organisasi akan
diarahkan. Tujuan juga akan mempertegas bagaimana perubahan yang
diinginkan dari seluruh anggota organisasi ke arah yang lebih baik pada masa
yang akan datang.

Demikian jugalah halnya bahwa pembentukan KKG juga mempunyai


tujuan tertentu, diantaranya adalah:

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam bidang pengetahuan umum. Artinya


adalah melalui KKG kegiatan-kegiatan yang sifatnya menambah pengetahuan
guru tentang informasi, isu-isu dan kejadian-kejadian sosial, kemajuan-

6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah, (Jakarta: PEQIP, 1997),
h. 1
7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 133
8 H. M. Arifin, Ilmu Pendidika Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), edisi I, cet. ke-2, h.. 222
kemajuan dan penemuan-penemuan baru yang ada hubungannya dengan
pembelajaran dapat bertambah, hal ini dapat terlaksana melalui kegiatan
diskusi, seminar atau training di KKG.
b. Meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun Administrasi
Pembelajaran. Selain tugas mengajar guru juga harus menyusun dan
mempersiapkan kelengkapan administrasi kelasnya, membuat daftar kelas,
daftar nilai, menyusun format penilaian, menyusun berkas nilai dan
pekerjaan lainnya. Teknik dan cara pembuatan administrasi tersebut
mungkin tidak dapat dipahami oleh guru di sekolahnya, seentara melalui
KKG hal-hal tersebut dapat terselesaikan dengan tuntas.
c. Meningkatkan pengetahuan guru dalam melaksanakan manejemen
kelas.Sebagai pemimpin kelas guru harus mampu mengatur seluruh kegiatan
belajar agar berjalan secara kondusif dan bernilai guna. Pengaturan ini
memerlukan ilmu manejemen. Melalui KKG dapat dibicarakan lebih lanjut
tentang bagaimana memanejemen kelas dengan baik.
d. Meningkatkan kepandaian guru dalam merancang, membuat dan menyusun
alat-alat atau media yang dipergunakan dalam pembelajaran.
e. Keyakinan dan harga diri guru.9 Dengan bertambahnya pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh melalui KKG dengan sendirinya kemampuan
tersebut akan meningkatkan keyakinan diri guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Meningkatnya keyakinan diri guru atas dasar meningkatnya
pengetahuan dengan sendirinya juga harga dirinya akan naik

Organisasi MGMP bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi


dari guru dalam kelompoknya masing-masing. Kegiatan-kegiatan dalam
kelompok ini diatur dengan jadwal yang cukup baik. Sayangnya, belum ada
keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam MGMP ini
dengan PGRI 10

Tujuan MGMP yang ditulis Oleh Soetjipto hampir sama dengan pendapat
Mulyasa yaitu untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi guru.

Sedangkan, Menurut Zulacchah (2006) Tujuan diselenggarakannya MGMP yaitu :

1. Untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan


dalam merencanakan, melaksanakan dan membuat evaluasi program
pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinanan diri sebagai guru
profesional.
2. Untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan
pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatkan pemerataan
mutu pendidikan.

9 Henri Surya Hasibuan (Kepsek SD Citra Al Madina Padang), Wawancara, tanggal 23 Juli 2007
10 Soetjipto dan Raflis, Kosasi. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta. 2009
3. Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru
dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif
pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing,
guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya.
4. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi
dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
5. Saling berbagi Informasi dan pengalaman dari hasil lokakaryanya,
simposium, seminar, diklat, classromm action reseach, referensi dan lain-
lain. Kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama.
6. Mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah (school
reform), khususnya focus classroom reform, Sehingga berproses pada
reorientasi pembelajaran yang efektif.

Menurut Saondi MGMP mempunyai tujuan tidak lain


menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program
kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan sikap percaya diri
sebagai guru; menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam
melaksankan kegiatan belajar-mengajar sehingga dapat menunjang usaha
peningkatkan dan pemerataan mutu pendidikan; mendiskusikan permasalahan
yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari
penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran guru, kondisi
sekolah dan lingkungan; Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif
yang berkaitan dengan kegiatan keilmuan dan Iptek, kegiatan pelakanaan
kurikulum, metodologi, dan sistem evaluasi sesuai dengan mata pelajaran yang
bersangkutan; saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 11

Sebagaimana kita ketahui, MGMP merupakan forum atau wadah


profesionalisme guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah
kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi
guru mata pelajaran pada tingkat SMP, SMA, dan SMK Negeri dan Swasta, baik
yang berstatus PNS maupun swasta. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan
“dari, oleh, dan untuk guru”dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP
merupakan organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan
kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain.

C. Peran dan Kontribusi Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP)

11 Saondi, Ondi dan Aris Suherman. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika Aditama. 2010
Dalam pelaksanaannya kelompok kerja guru mempunyai kewenangan dalam
penyusunan dan pelaksanaan berbagai kegiatan. Kewenangan kelompok kerja
guru tersebut adalah:

1. Menyusun program pembelajaran

Setiap guru harus mempunyai program pembelajaran sebelum guru mulai


mengajar di kelas, seorang guru harus mampu menyusun program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan sesuai dengan kondisi
murid dankeadaan lingkungan setempat agar murid lebih mudah dalam
memahami materi pembelajaran yang diterimanya.12

Penyusunan program pembelajaran disusun secara bersama-sama oleh


para guru, berdasarkan kelas dan berdasarkan mata pelajaran yang dipegang
oleh guru dalam satu gugus dengan tujuan penyeragaman materi
pembelajaran sehingga para guru bisa bekerja sama pada kegiatan kelompok
kerja guru (KKG) dalam mengatasi berbagai persoalan yang ditemui dalam
pemilihan materi dan pelaksanaan pembelajaran di kelas.

b. Mengembangkan materi dan metode pembelajaran

Dalam kegiatan kelompok kerja guru (KKG), guru diberikan wewenang


atau kesempatan dalam mengembangkan materi dan metode pembelajaran
sesuai dengan kondisi murid. Dalam pemilihan materi dan metode
pembelajaran, guru tidak harus terikat pada kurikulum yang disediakan, tapi
guru boleh mengembangkan materi pelajaran dan membaginya kepada
teman sejawat di SD lain melalui kegiatan kelompok kerja guru.

c. Menciptakan terobosan baru dalam pembelajaran

Guru yang profesional harus mampu menciptakan dan mempunyai prakarsa


untuk menemukan terobosan baru dalam pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi menarik bagi murid. Dalam kegiatan kelompok kerja
guru inilah guru bersama-sama memikirkan terobosan baru tersebut.13

d. Membimbing siswa dalam peningkatan prestasi

Dalam kegiatan kelompok kerja guru (KKG) dibahas juga


masalah peningkatan prestasi siswa, misalnya, bagaimana seorang guru
membimbing siswa yang lemah daya serapnya untuk meningkatkan prestasi
belajar.

12 Salman. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan KKG. Padang: Gugus II kec. Bungus TL. Kabung. 2006. h. 3
13 Ibid
e. Memecahkan masalah yang dihadapi di sekolah masing-masing.

Jika seorang guru tidak berhasil memecahkan masalah yang ditemui


disekolahnya, guru boleh membawa masalah tersebut pada kegiatan
kelompok kerja guru untuk dicari solusinya secara bersama dengan guru
lainnya yang mengikuti kegiatan tersebut.14

Sedangkan MGMP dituntut untuk berperan sebagai :


1. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi
pembelajaran efektif
2. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru, terutama
dalam pengembangan kurikulum dan sistem pengujian;
3. Supporting agency dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah;
4. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan;
5. Evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS; dan
Clinical dan academic supervisor, dengan pendekatan penilaian appraisal

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam implementasinya


tidak mudah bagi seorang guru untuk menerapkannya di lapangan yaitu untuk
mewujudkan proses pembelajaran yang dapat mengubah ranah psikologis siswa
sebagaimana yang digariskan pemerintah, serta berbagai permasalahan lain
terkait dengan implementasi KTSP.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan


dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu
mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36:

1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar


Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan
peserta didik.
3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi
lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat
oleh (BSNP) Badan Standar Nasional Pendidikan 15

Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya merevitalisasi wadah


musyawarah guru, agar guru dapat memecahkan berbagai permasalahan yang

14 Salman, Prinsip-Prinsip Pelaksanaan KKG, (Padang: Gugus II kec. Bungus TL. Kabung,, 2006), h. 3
15 Mulyasa, E. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian guru dan kepala
sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
dihadapinya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya secara efektif. Wadah
musyawarah guru seperti MGMP merupakan suatu wadah yang efektif dalam
memantapkan profesi guru, karena di MGMP guru dapat berdiskusi dan
menelaah mengenai kesulitannya di kelas serta dapat saling tukar pikiran dalam
merancang model pembelajaran dan implementasi KTSP secara efektif dan
efisien.

Melalui wadah musyawarah guru diharapkam persoalan dapat diatasi,


termasuk bagaimana mengembangkan KTSP dan mengimplementasikannya
dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, mencari alternative
pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode, dan variasi
media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Wadah musyawarah guru juga dapat menyusun juga


mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar peserta didik. Evaluasi
kemajuan dilakukan secara berkala dan hasilnya digunakan untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Kegiatan wadah guru yang dilakukan
dengan intensif, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk
meningkatkan kapasitas dan kemampuan serta menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang yang diajarkan. Melalui revitalisasi wadah
musyawarah guru, diharapkan semua kesulitan dan permasalahan dapat
dipecahkan, dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan disekolah melalui
peningkatan kualitas pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (efective
instruction).

Berdasarkan urain di atas, menurut pendapat penulis Organisasi profesi


guru di Indonesia yang sudah diatur dalam undang-undang merupakan sebuah
organisasi yang sangat baik apabila pelaksanaannya sesuai dengan tujuan dari
organisasi tersebut, akan tetapi organisasi guru misalnya PGRI dalam
peningkatan mutu profesional keguruan belum menonjol, oleh karena itu atas
anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membentuk
organisasi lagi yang disebut sebagai MGMP, pada dasarnya dengan melihat
pengertian, tujuan dan peran MGMP yang telah di jelaskan atas begitu baik.
Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan
peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Pelaksanaan dilapangan sulit karena
adanya faktor-faktor yang menghambat kerja dari MGMP sehingga tidak sesuai
dengan yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai