Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DALAM PENANGGULANGAN


MASALAH HIV DAN AIDS DI KOTA KUPANG

OLEH

Nama : Tedor Agustinus Ae


No. Reg : 1103013007
Semester : VII (Tujuh)
Dosen PA : Dr. Petrus Kase, M. Soc.Sc

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Epidemi HIV yang mengancam kesehatan dan kehidupan
generasi penerus bangsa, yang secara langsung membahayakan
perkembangan sosial dan ekonomi, serta keamanan negara. Oleh
karena itu, upaya pengendaliannya harus dilakukan sebagai upaya
penting dan merupakan program yang dilaksanakan dalam jangka
panjang yang dilaksanakan secara terkoordinir dengan melibatkan
berbagai pihak, serta dengan memobilisasi sumber daya yang
intensif dari seluruh lapisan masyarakat untuk mempercepat dan
memperluas jangkauan program. Pemerintah menjamin bahwa
dengan mobilisasi semua sumber daya yang disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi dan keadaan negara, pengendalian AIDS akan
memberikan dampak positif terhadap kelangsungan pembangunan
suatu negara. Pemerintah juga telah mendorong meningkatkan
tanggung jawab keluarga dan masyarakat terhadap Orang Dengan
HIV dan AIDS (ODHA). Sebaliknya, upaya untuk meningkatkan
tanggung jawab ODHA untuk menjaga keluarga dan masyarakat
agar tidak tertular juga perlu di tingkatkan.
Mengingat epidemi HIV sudah menjadi masalah global,
pemerintah Indonesia berkomitmen menjalankan kesepakatan
internasional untuk pengendalian AIDS, mempromosikan kerja sama
multilateral dan bilateral, serta memperluas kerja sama dengan
negara tetangga dalam Program Pengendalian AIDS. Dasar hukum
pengendalian tertuang antara lain dalam: Keputusan Presiden Nomor
36, tahun 1994 tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) dan KPA Daerah sebagai lembaga pemerintah yang
mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian AIDS, dimana
Pemerintah telah membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
di tingkat Pusat disusul dengan terbentuknya KPA di beberapa
provinsi di Indonesia. Strategi Nasional Pengendalian HIV dan
AIDS (1994) merupakan respon yang sangat penting pada periode
tersebut, dimana KPA telah mengkoordinasikan upaya pengendalian
baik yang dilaksanakan pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) serta sektor lainnya. Sementara itu bantuan dari luar negeri
baik bantuan bilateral maupun multilateral mulai berperan
meningkatkan upaya pengendalian di berbagai level. Bantuan-
bantuan tersebut semakin meningkat, baik jenis maupun besarannya
pada masa-masa berikutnya. Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006
mengamanatkan perlunya peningkatan upaya pengendalian HIV dan
AIDS di seluruh Indonesia. Respon harus ditujukan untuk
mengurangi semaksimal mungkin peningkatan kasus baru dan
kematian. Salah satu langkah strategis yang akan ditempuh adalah
memperkuat Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pelaksanaan kebijakan dalam penanggulangan
masalah HIV dan AIDS yang ada di Kota Kupang?
2. Apakah Kebijakan dalam penanggulangan masalah HIV dan
AIDS dapat mengurangi epidemi HIV dan AIDS di Kota
Kupang?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Bagaimana proses pelaksanaan kebijakan dalam penanggulangan
masalah HIV dan AIDS yang ada di Kota Kupang.
2. Apakah Kebijakan dalam penanggulangan masalah HIV dan
AIDS dapat mengurangi epidemi HIV dan AIDS di Kota Kupang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup HIV dan AIDS

Sejak ditemukannya kasus pertama AIDS di Bali pada tahun


1987 hingga September 2013 telah dilaporkan kasus AIDS sebanyak
45,650 dan HIV sebanyak 118,792 di 341 kabupaten/kota serta di 33
propinsi di Indonesia. Respon dari pemerintah terkait dengan
epidemi HIV-AIDS tampak dalam berbagai penyusunan kebijakan
terkait dengan pencegahan, perawatan dan mitigasi dampak AIDS,
penguatan lembaga dan penciptaan lingkungan yang kondusif bagi
penyelenggaraan program HIV dan AIDS. Tujuan utama dari
kebijakan AIDS di Indonesia adalah tercapainya Universal Access
terkait dengan program-program layanan pencegahan, pengobatan
serta perawatan dan dukungan.

Isu utama yang muncul dalam penanggulangan AIDS di


Indonesia adalah seberapa jauh berbagai kebijakan yang
dikembangkan secara vertikal selama ini terintegrasi dengan sistem
kesehatan yang berlaku di Indonesia dimana sektor kesehatan
merupakan kewajiban yang diserahkan kepada daerah. Pada sisi lain,
seberapa jauh sistem kesehatan yang berlaku di Indonesia mampu
memperkuat atau meningkatkan efektivitas kebijakan dan program
AIDS yang telah dikembangkan selama ini. Untuk menjawab
berbagai isu tentang kebijakan AIDS dan sistem kesehatan ini, FK
UGM bekerja sama dengan DFAT (Department of Foreign Affairs
and Trade) pada pertengahan bulan Agustus 2013, memulai
Penelitian Kebijakan dan Program HIV-AIDS Dalam Sistem
Kesehatan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengakses
bagaimana keberadaan program dan implementasi kebijakan
HIV/AIDS yang ada saat ini di dalam sistem kesehatan Indonesia.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi
pemerintah untuk memperkuat program penanganan HIV/AIDS di
Indonesia.
- Pengertian HIV dan AIDS :
HIV: Human immunodeficiency virus adalah sejenis virus
yang menyerang sistem kekebalan dan perlahan-lahan melemahkan
kemampuan seseorang untuk melawan penyakit lain dengan
memusnahkan sel-sel penting yang berfungsi mengendalikan dan
mendukung sistem kekebalan tubuh manusia. HIV merupakan virus
yang menyebabkan AIDS.
AIDS: Acquired immunodeficiency syndrome adalah sindrom
yang muncul akibat infeksi HIV pada stadium lanjut yang bercirikan
infeksi oportunistik atau penyakit kanker yang terkait HIV, atau
kedua-duanya.
- Mitos dan Fakta :
Penularan HIV dan AIDS :
HIV ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh dengan
orang yang terinfeksi:
a) Melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral dengan orang
yang terinfeksi
b) Berbagi jarum suntik narkoba atau alat tajam lainnya (seperti
silet) yang terkontaminasi HIV
c) Menerima transfusi dari darah yang terkontaminasi HIV
d) Menularkan virus dari ibu ke janin/bayi selama kehamilan,
kelahiran atau menyusui.
HIV tidak ditularkan melalui :
 Kontak fisik biasa
 Berjabat tangan
 Batuk atau bersin
 Air mata atau keringat
 Ciuman
 Hubungan seks oral (namun transmisi dapat terjadi jika terjadi
kontak langsung antara cairan sperma/air liur dan masuk ke dalam
kulit/permukaan mulut
 Gigitan nyamuk atau serangga
 Berbagi minuman atau makanan
 Menggunakan alat makan atau memakan makanan dan minuman
yang dipegang seseorang yang terinfeksi HIV
 Berbagi toilet/fasilitas cucian/handuk
 Menggunakan kolam renang umum
 Bekerja, bersosialisasi atau hidup berdampingan dengan ODHIV

- Penyelenggara Upaya Penanggulangan HIV dan AIDS


Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS
diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah bersama-sama
dibantu oleh mitra internasional. Pemerintah meliputi departemen,
kementerian, lembaga non-departemen dan dinas-dinas daerah serta
TNI dan POLRI. Masyarakat meliputi LSM, swasta dan dunia usaha,
civil society lainnya dan masyarakat umum. KPA di semua tingkat
berfungsi sebagai koordinator. Para pemangku kepentingan
mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing dan bekerja
sama dalam semangat kemitraan. Pokok-pokok tugas dan tanggung
jawab khususnya di pihak Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu Dinas-
dinas Kabupaten/Kota, Kantor Departemen dari instansi pusat di
kabupaten/kota, komando TNI dan POLRI di kabupaten/kota
menyelenggarakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS dipimpin oleh Bupati/Walikota. Pemerintah Kabupaten/Kota
membentuk dan memfungsikan Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten/Kota dan menyediakan sumberdaya untuk kegiatan
pencegahan dan penanggulangan di kabupaten/kota.

- Pencegahan HIV :
Kegiatan pencegahan meliputi upaya pencegahan baik
melalui jalur hubungan seksual, jarum suntik yang dipakai bersama
oleh pengguna narkoba suntikan serta upaya pencegahan penularan
dari ibu hamil HIV positif ke bayinya. Sedangkan upaya pencegahan
penularan di kalangan layanan kesehatan dilaksanakan dengan
mengamalkan kewaspadaan universal. Upaya pencegahan harus
terkait dalam perawatan, yang meliputi kegiatan:
a. Penyuluhan
Berbagai upaya penyuluhan dengan komuniksasi, informasi
dan edukasi diharapkan dapat menyadarkan masyarakat tentang
pentingnya memahami cara penularan serta melindungi diri dan
keluarga dari penularan HIV/AIDS. Ini berarti menumbuhkan gaya
hidup sehat serta meninggalkan perilaku berisiko. Selain itu
masyarakat juga perlu menyadari pentingnya mengetahui status HIV
terutama bagi mereka yang pernah melakukan perilaku berisiko atau
berisiko tertular dari pasangan. Upaya penyuluhan ini perlu
dilaksanakan pada tingkat keluarga, sekolah dan masyarakat.
Promosi kondom dan perilaku seksual yang lebih aman; Guna
mencegah Infeksi Menular Seksual. Infeksi menular seksual dapat
meningkatkan risiko HIV secara nyata karena itu upaya pencegahan
infeksi menular seksual amat penting dilakukan.
b. Promosi kondom dan perilaku seksual yang lebih aman
Guna mencegah Infeksi Menular Seksual. Infeksi menular
seksual dapat meningkatkan risiko HIV secara nyata karena itu
upaya pencegahan infeksi menular seksual amat penting dilakukan.
Penggunaan kondom di lokalisasi yang diharapkan dapat mencapai
50 % sampai saat ini belum tercapai. Begitu pula diagnosis dan
terapi infeksi menular seksual perlu dipertajam sehingga penyakit ini
dapat dikurang seminimal mungkin di masyarakat.

c. Pengurangan dampak buruk bagi para PENASUN, seperti


pertukaran alat suntik yang steril.
d. Penerapan kewaspadaan universal
e. Pencegahan penularan dari ibu ke anak (PMTCT)
Dengan semakin banyaknya orang perempuan yang dalam
rentang usia subur terinfeksi HIV maka angka kekerapan HIV di
kalangan ibu hamil akan meningkat. Kesempatan untuk mencegah
penularan pada bayi yang dikandung harus dimanfaatkan dengan
baik dengan melaksanakan program PMTCT.
f. Layanan Transfusi Darah yang Aman
Layanan transfusi darah di Indonesia belum mencukupi. Di
seluruh Indonesia baru terdapat sekitar 185 layanan transfusi darah
padahal kita memiliki sekitar 440 kabupaten dan kota. Dengan
demikian lebih separuh kabupaten kota di Indonesia belum
mempunyai layanan transfusi darah. Upaya untuk mencegah
penularan HIV melalui jalur transfusi darah ini telah dimulai sejak
tahun 1992 dengan melakukan skrining darah yang akan
ditransfusikan. Namun kebutuhan darah mendadak di daerah yang
belum mempunyai layanan transfusi darah dapat berisiko penularan
HIV karena transfusi darah tidak dilaksanakan secara darurat dan
tidak disertai skrining HIV.
2.2 Kajian Empiris
1. Tujuan Penanggulangan HIV dan AIDS
- Tujuan Umum penanggulangan HIV dan AIDS :
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan
kualitas hidup ODHA serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi
akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.
- Tujuan Khusus Penanggulangan HIV dan AIDS
Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan
menciptakan suasana kondusif untuk mendukung upaya
penanggulangan HIV dan AIDS, dengan menitik beratkan
pencegahan pada sub-populasi berperilaku resiko tinggi dan
lingkungannya dengan tetap memperhatikan sub-populasi lainnya,
Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan,
pengobatan, dan dukungan kepada ODHA yang terintegrasi dengan
upaya pencegahan, Meningkatkan peran serta remaja, perempuan,
keluarga dan masyarakat umum termasuk ODHA dalam berbagai
upaya penanggulangan HIV dan AIDS, Mengembangkan dan
meningkatkan kemitraan antara lembaga pemerintah, LSM, sektor
swasta dan dunia usaha, organisasi profesi, dan mitra internasional di
pusat dan di daerah untuk meningkatkan respons nasional terhadap
HIV dan AIDS, serta Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional
dan daerah serta inisiatif dalam penanggulangan HIV dan AIDS.
2. Dasar Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat
berhubungan dengan perilaku beresiko, oleh karena itu
penanggulangan harus memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku tersebut. Bahwa kasus HIV dan AIDS
di idap sebagian besar oleh kelompok perilaku resiko tinggi yang
merupakan kelompok yang dimarginalkan, maka program-program
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan
pertimbangan keagamaan, adat-istiadat dan norma-norma
masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan. Perlu
adanya program-program pencegahan HIV dan AIDS yang efektif
dan memiliki jangkauan layanan yang semakin luas dan program-
program pengobatan, perawatan dan dukungan yang komprehensif
bagi ODHA maupun OHIDA untuk meningkatkan kualitas
hidupnya.
Dengan latar belakang pemikiran tersebut, maka kebijakan
penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia disusun sebagai
berikut:
1. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS harus memperhatikan
nilai-nilai agama dan budaya/norma kemasyarakatan dan
kegiatannya diarahkan untuk mempertahankan dan memperkokoh
ketahanan dan kesejahteraan keluarga;
2. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh
masyarakat, pemerintah, dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan.
Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama sedangkan
pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan
menciptakan suasana yang mendukung terselenggaranya upaya
penanggulangan HIV dan AIDS;
3. Upaya penanggulangan harus didasari pada pengertian bahwa
masalah HIV dan AIDS sudah menjadi masalah sosial
kemasyarakatan serta masalah nasional dan penanggulangannya
melalui “Gerakan Nasional Penanggulangan HIV and AIDS”.
4. Upaya penanggulangan HIV and AIDS diutamakan pada
kelompok masyarakat berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula
memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan, termasuk yang
berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marginal terhadap
penularan HIV and AIDS;
5. Upaya penanggulangan HIV dan AIDS harus menghormati harkat
dan martabat manusia serta memperhatikan keadilan dan
kesetaraan gender;
6. Upaya pencegahan HIV dan AIDS pada anak sekolah, remaja dan
masyarakat umum diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi,
informasi dan edukasi guna mendorong kehidupan yang lebih
sehat;
7. Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom
100% pada setiap hubungan seks berisiko, semata-mata hanya
untuk memutus rantai penularan HIV;
8. Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya) suntik melalui
kegiatan pengurangan dampak buruk (harm reduction)
dilaksanakan secara kompherensuif dengan mengupayakan
penyembuhan dari ketergantungan pada NAPZA.
9. Upaya penanggulangan HIV and AIDS merupakan upaya-upaya
terpadu dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan
penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta
ilmiah serta dukungan terhadap ODHA.
10. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV dan AIDS harus
didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat
persetujuan yang bersangkutan (informed consent). Konseling
yang memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan,
dan hasil pemeriksaan diberitahukan kepada yang bersangkutan
tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain.
11. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan harus
mendukung dan selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan
HIV dan AIDS disemua tingkat.
12. Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan
tanpa diskriminasi kepada ODHA dan OHIDA.
2.3 Isu dan Masalah
Kebijakan dan pengembangan program tetap masih lemah
akibat dari berbagai macam sebab, termasuk kurangnya data yang
dapat diandalkan dari luas dan jangkauan epidemi, penyebab dan
konsekuensinya, dan perkiraan arahnya di masa depan. Riset
operasional dan perilaku yang mencukupi masih dibutuhkan untuk
membantu pembuatan kebijakan, dan kurangnya dana yang tersedia
untuk program nasional (terutama dana dari dalam negeri
dibandingkan dengan dana dari negara donor) menunjukkan
rendahnya prioritas yang diberikan pada epidemi ini. Perencanaan
strategis masih belum dilakukan secara konsisten untuk menentukan
cara alokasi dana yang terbatas, terutama mengenai intervensi yang
efektif secara pembiayaan. Pengumpulan data statistik yang akurat
dan teratur di setiap propinsi dan kabupaten juga sangat penting
untuk mendukung Pemerintah Daerah dalam menangani program
mereka secara efektif. Kebijakan sering diartikan sebagai jumlah
keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggungjawab dalam
bidang kebijakan tertentu, di bidang kesehatan, lingkungan,
pendidikan, atau perdagangan. Kebijakan dapat disusun di semua
tingkatan pemerintah pusat atau daerah, perusahaan multi nasional
atau daerah, sekolah, atau rumah sakit, khususnya di Komisi
Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kota Kupang dalam hal
menjalankan kebijakan atau regulasi yang sudah ditetapkan Komisi
Penanggulangan Aids Daerah (KPAD) Kota Kupang telah
membangun hubungan kemitraan yang baik dengan berbagai pihak,
dalam hal ini membangun korelasi antara aktivitas pekerja seks dan
jumlah pengidap HIV atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di
Kota Kupang-NTT, yang persentasenya terus menanjak.
Data yang diperoleh dari Pos Kupang (Tribun Network) dari
Kantor Komisi Penanggulangan AIDS (KPAD) Kota Kupang
menggambarkan, morbiditas jumlah kasus penderita HIV/AIDS di
Kota Kupang sangat bervarian menurut profesi atau pekerjaan. Dari
total jumlah pengidap HIV/AIDS di Kota Kupang, hingga 2013 ada
489 penderita HIV/AIDS, lima persen (5%) di antaranya adalah
mahasiswa/mahasiswi. Meskipun persentasenya kecil, keterlibatan
oknum mahasiswi dalam praktik prostitusi di Kupang dengan
menjadi “ayam kampus”, perlu dicermati karena latar belakang
ekonomi.
hal ini merupakan tanggung jawab bersama dari pihak
pemerintah, LSM, sektor swasta dan dunia usaha, organisasi profesi,
dan mitra internasional di pusat dan di daerah untuk lebih
memfokuskan perhatiannya kepada populasi kunci, guna
mengantisipasi penyebaran virus HIV dan AIDS sehingga dapat
menekan jumlah kasus yang ada.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kasus HIV/AIDS setiap tahun semakin meningkat


jumlahnya. Jumlah kasus HIV di Indonesia secara kumulatif dari
tahun 1987 hingga Maret 2012 sebesar 82.870 kasus dan AIDS
sebesar 30.430 kasus. Kasus yang paling banyak pada usia produktif
20-29 tahun. Sampai saat ini HIV/AIDS belum ada obatnya sehingga
upaya pencegahan akan lebih efektif untuk penanggulanganya. Ibu
rumah tangga yang ada di rumah juga dapat berisiko tertular apabila
suaminya suka jajan di luar. Penularan HIV melalui kontak cairan
tubuh seperti darah dan sperma untuk itu kita dapat menghindarinya
dengan rumus ABCDE dengan A (abstinancy) yakni tidak
melakukan hubungan seksual berisiko, B (be faithful) yakni setia
pada pasangan, C (use condom) mempergunakan kondom jika
berhubungan seks berisiko, D (don’t use drug) jangan
mempergunakan narkoba yang dapat meningkatkan perilaku berisiko
apalagi berbagi jarum suntik tidak steril akan mempercepat
penyebaran HIV. E (Education) memberikan pendidikan tentang
kesehatan reproduksi dan pencegahan AIDS.
3.2 Saran

Perlu dilakukan upaya pencegahan yang komprehensif dalam


penanggulangannya, ada beberapa isu yang dapat menimbulkan
kontraversi di masyarakat terkait kebijakan penanggulangan HIV
dan AIDS yakni penggunaan kondom, lokalisasi dan anjuran jarum
suntik yang steril.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliographies: 37 (1982 – 2006)

Family Health International, Workplace Programs HIV AND AIDS: An Ac-


tion Guide for Managers (2002)

Indonesian National AIDS Commission, Republic of Indonesia Country Re-


port on the Follow Up to the Declaration of Commitment on HIV and
AIDS (UNGASS) 2010-2011 (2012)

ILO Subregional Office for the Caribbean/USDOL HIV AND AIDS/ Work-
place Education Programme for Trinidad and Tobago, A handbook for
Peer Educators: Addressing HIV and AIDS in the Workplace (2008)

ILO Subregional Office for Southeast Asia and the Pacific Manila, Philip-
pines, Managing HIV and AIDS in the Workplace: Employers
Handbook for Action(2008)

International Labour Organization, Driving for Change; A Training Toolkit


on HIV and AIDS for the Road transport Sector (2008)

International Labour Organization, HIV and AIDS and the World of Work
(2009)

International Labour Organisation, Implementing the ILO Code of Prac-tice


on HIV and AIDS and the World of Work: An Education and Training
Manual (2002)

International Labour Organization, Using the ILO Code of Practice on HIV


and AIDS and the world of work: Guidelines for the Construction
Sector (2008)

UNAIDS, HIV in Asia and the Pacific: Getting to Zero (2011)

Anda mungkin juga menyukai