Anda di halaman 1dari 14

KOPERASI DAN UMKM

Oleh :
Kelompok 5

NAMA : I Gede Krisna T. S 1406305153

Ni Kadek Nandya Puspitayani 1406305164

Gek Ayu Putu Intan P. D 1406305173

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Universitas Udayana
2017
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Koperasi merupakan salah satu pilar pembangun ekonomi Indonesia yang berperan dalam
pengembungan sektor pertanian. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional
mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Ketaren (2007) menyatakan bahwa peranan koperasi
dalam perekonomian secara makro adalah meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi bagi
masyarakat dan lingkungan, pemahaman yang mendalam terhadap asas, prinsip dan tata kerja
koperasi, meningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan pemerataan
keadilan, dan meningkatkan kesempatan kerja. Koperasi dengan proses pembentukan top down
tidak sesui dengan asas koperasi yang seharusnya dibentuk oleh anggota dari dan untuk anggota
(bottom up). Peranan anggota sebagai pemilik maupun pengguna jas belum banyak dirasakan.
Masyarakat yang bergabung dengan koperasi bukan atas kesadran sendiri cenderung tidak bisa
menyerap nilai-nilai dasar gerakan koperasi secara utuh. Hal ini akan berdampak terhadap
rendahnya tingkat kesediaan anggota untuk berpartisipasi secara penuh pada kegiatan koperasi.

Rumusan Masalah
1. Apa itu koperasi?
2. Apa saja landasan koperasi di Indonesia?
3. Apa saja fungsi koperasi di Indonesia?
4. Apa saja azas dan sendi dasar koperasi?
5. Bagaimana arti penting ekonomi koperasi?
6. Bagaimana ruang lingkup ekonomi koperasi?
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Umum Koperasi

Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang
demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun
1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Di Indonesia, prinsip
koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 12 Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992. Prinsip
koperasi di Indonesia kurang lebih sama dengan prinsip yang diakui dunia internasional dengan
adanya sedikit perbedaan, yaitu adanya penjelasan mengenai SHU (Sisa Hasil Usaha).

Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan petunjuk untuk
membangun koperasi yang efektif dan tahan lama. Prinsip koperasi terbaru yang dikembangkan
International Cooperative Alliance (Federasi koperasi non-pemerintah internasional) adalah
keanggotaan yang bersifat terbuka dan sukarela, pengelolaan yang demokratis, partisipasi
anggota dalam ekonomi, kebebasan dan otonomi, serta pengembangan pendidikan, pelatihan,
dan informasi.

Keunggulan koperasi yaitu Kemungkinan koperasi untuk memperoleh keunggulan


komparatif dari perusahaan lain cukup besar mengingat koperasi mempunyai potensi kelebihan
antara lain pada skala ekonomi, aktivitas yang nyata, faktor-faktor precuniary, dan lain-lain.

Pengurus koperasi dipilih dari kalangan dan oleh anggota dalam suatu rapat anggota, Ada
kalanya rapat anggota tersebut tidak berhasil memilih seluruh anggota pengurus dari kalangan
anggota sendiri. Hal demikian umpamanya terjadi jika calon-calon yang berasal dari kalangan-
kalangan anggota sendiri tidak memiliki kesanggupan yang diperlukan untuk memimpin
koperasi yang bersangkutan, sedangkan ternyata bahwa yang dapat memenuhi syarat-syarat ialah
mereka yang bukan anggota atau belum anggota koperasi (mungkin sudah turut dilayani oleh
koperasi akan tetapi resminya belum meminta menjadi anggota).
Landasan Koperasi Indonesia

Pendirian koperasi memerlukan landasan yang kokoh. Landasan koperasi terdiri atas
landasan idiil, landasan struktural, landasan mental, dan landasan operasional.

a. Landasan Idiil
Landasan idiil koperasi adalah Pancasila. Oleh karena itu, semua kegiatan koperasi harus
menerapkan sila - sila Pancasila agar dapat mencapai cita - citanya serta menjadi landasan
moral bagi seluruh anggota koperasi di Indonesia.

b. Landasan Struktural
Landasan struktural koperasi Indonesia adalah UUD 1945, khususnya Pasal 33 ayat (1).
Dalam pasal 33 ayat (1) terkandung makna bahwa segala kegiatan koperasi adalah usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

c. Landasan Mental
Landasan mental koperasi Indonesia adalah kesetiakawanan dan kesadaran pribadi. Setiap
anggota koperasi harus memiliki rasa kesetiakawanan terhadap anggota koperasi yang lain.
Rasa kesetiakawanan tersebut harus diikuti oleh kesadaran diri untuk maju dan berkembang
guna meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi.

d. Landasan Operasional
Landasan operasional merupakan tata aturan kerja yang harus diikuti dan ditaati oleh
anggota, pengurus, badan pemeriksa, manajer, dan karyawan koperasi dalam melakukan
tugas masing - masing. Berikut ini landasan operasional koperasi Indonesia
1) UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.
2) Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) koperasi
Fungsi Umum Koperasi

Dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1967, Bagian 2, pasal 4, tentang fungsi Koperasi
Indonesia telah diperinci sebagai berikut :

1. Koperasi Indonesia berfungsu sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi


kesejahteraan rakyat.
2. Koperasi Indonesia berfungsi sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional.
3. Koperasi Indonesia berfungsi sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
4. Koperasi Indonesia berfungsi sebagai alat pembina insan msyarakat untuk memperkokoh
kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana
perekonomian rakyat.Azas Koperasi Indonesia adalah Kekeluargaan dan Kegotongroyongan.

Azas dan Sendi Dasar Koperasi Indonesia

Gotong-royong merupakan sifat kepribadian bangsa kita yang asli, dan lazimnya terdapat
dalam masyarakat yang gemeinshaftlich (erat rasa persaudaraannya). Gotong royong ini tampak
pada waktu-waktu tertentu untuk tujuan tertentu, misalnya pada waktu orang mengadakan
peralatan, pembangunan rumah, semua orang di lingkungan desanya akan turut bekerja secara
bahu-membahu tanpa mengharapkan imbalan/diberi upah sedikit pun juga. Apabila pekerjaan itu
telah selesai, maka selesai pulalah gotong-royong tersebut, baik yang dibantu maupun yang
membantu masing-masing merasa puas. Adapaun kegotongroyongan yang teratur dan
terorganisasi, yang artinya kegotongroyongan ini dilakukan oleh semua anggota demi
kepentingan mereka masing-masing, tidak akan bubar/dibubarkan walau tujuan Koperasi telah
tercapai, melainkan akan terus berlangsung selama Koperasi tidak dibubarkan.

Mengenai sendi-sendi Koperasi Indonesia dapat dikatakan tidak jauh berbeda dengan
sendi dasar perkoperasian internasional, yang dikenal dengan "The Principles of Rochdale"
(diciptakan oleh para pelopor Koperasi yang pertama dan dijadikan pedoman kerja dalam
pengembangan perkoperasian). The principles of Rochdale adalah demikian mantap dan praktis,
sehingga hampir semua koperasi di dunia memanfaatkannya sebagai sendi dasar perkoperasian
atau peraturan kerjanya. Lebih-lebih setelah terbentuknya I.C.A. atau International Cooperative
Alliance, Principles of Rochdale tersebut bahkan merupakan persyaratan bagi Badan-badan
Koperasi Tingkat Nasional untuk dapat diterima menjadi anggota I.C.A.

Dalam koperasi Indonesia, ternyata The Principles of Rochdale menjiwai pula sendi-
sendi koperasi di negara kita, sendi-sendi dasar ini merupakan esensi dari dasar-dasar bekerja
Koperasi Indonesia sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Dan dasar-dasar bekerja
ini merupakan ciri khas dari Koperasi dan justru karenanya dapat dibedakan antara Koperasi
dengan badan-badan ekonomi lainnya. Untuk lengkapnya sendi-sendi dasar Koperasi Indonesia
yang telah ditentukan dalam pasal 6, Bagian 4 UU no. 12 Tahun 1967, adalah sebagai berikut :

a. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia.
b. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam
Koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
d. Adanya pembatasan bunga atas modal.
e. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.
f. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
g. Swadaya, swakerta dan swasembada sebagai pencerminan daripada prinsip dasar:
percaya pada diri sendiri

Makna yang terkandung dalam ketentuan-ketentuan yang termasuk dalam pasal 6, Bagian 4 UU
no. 12 Tahun 1967 tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Sifat Sukarela
Sifat kesukarelaan untuk menjadi anggota Koperasi Indonesia mengandung pengertian,
bahwa:
Dalam hal seseorang menyatakan diri menjadi anggota suatu Koperasi adalah bebas,
tidak dipaksa, ditekan, dibujuk, karena akibat pemaksaan, penekanan dan bujukan-bujukan,
orang yang bersangkutan tidak mungkin menjadi anggota Koperasi yang baik yang sanggup
giat bekerja, bergotong-royong, bahu-membahu, tunjang-menunjang dalam perjuangan
mencapai tujuan Koperasi.
Yang terpenting bagi Koperasi bagi seseorang yang berkeinginan menjadi anggotanya,
yaitu adanya kesadaran dan keyakinan bahwa yang bersangkutan berhasrat untuk turut
berjuang bersama para anggota lainnya memperbaiki tingkat kehidupannya (material, mental
dan spiritual) dan kehidupan masyarakat.
Ditinjau dari pengertian-pengertian di atas, Koperasi dengan cara demikian secara
implisit telah memupuk perasaan jiwa yang bebas di kalangan para anggotanya dan
masyarakat pada umumnya. Kesadaran untuk turut serta dalam perjuangan berkoperasi dan
keyakinan bahwa perjuangannya itu akan menghasilkan manfaat bagi perbaikan dan
peningkatan taraf hidup, maka anggota koperasi yang bersangkutan perlu memiliki
keterampilan-keterampilan, dengan demikian maka pendidikan/pembinaan/penyuluhan-
penyuluhan bagi mereka adalah penting, sehingga dengan demikian mereka akan mengerti
maksud dan tujuan berkoperasi dan cara-cara perjuangan memperbaiki taraf hidup melalui
Koperasi. Dari pengertian-pengertian ini dapat diharapkan oleh Koperasi adanya anggota-
anggota yang bergairah kerja dan setia pada Koperasinya.

2. Sifat Keterbukaan
Keterbukaan menjadi anggota Koperasi bagi setiap warga negara Indonesia dalam hal ini
jelas bahwa Koperasi tidak mengadakan pembedaan (discrimination) mengenai kelamin,
suku, kaya atau miskin, agama, dan aliran politik (universality). Tolak Ukur yang
diutamakan hanyalah moralitas, solidaritas, mentalitas, dan kesetiaan anggota tersebut
kepada koperasinya serta kepentingan ekonominya.

3. Rapat Anggota Sebagai Kekuasaan Tertinggi


Rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi dalam organisasi Koperasi Indonesia yang
beranggotakan orang-orang tanpa mewakili aliran, golongan dan faham politik perorangan-
perorangan dan hak suara yang sama/satu pada Koperasi Primer merupakan azas pokok dari
penghidupan Koperasi Indonesia. Maka yang terkandung dalam hal ini yaitu Koperasi harus
berjiwa demokrasi, di mana desentralisasi dan humanisasi dalam pengawasan harus
berlangsung dengan baik, dengan pengejawantahannya sebagai berikut:
Dalam koperasi primer (koperasi tingkatan terbawah yang beranggotakan orang
perorangan) seorang anggota hanya memiliki satu suara (one member one vote).Agar supaya
Rapat Anggota dapat mengetahui sampai sejauh mana usaha koperasi serta aktivitas dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh pengurus Koperasi, pengurus wajib menyusun
laporan-laporan secara teratur dan menyampaikannya kepada Rapat Anggota. Pengelolaan
secara terbuka (Open Management) dengan memberikan kesempatan-kesempatan kepada
para anggotanya untuk sewaktu-waktu melihat pembukuan Koperasi.
Pengelola Koperasi (pengurus) dan para anggotanya perlu jalin-menjalin dalam hubungan
yang baik, dengan demikian selain akan terpadunya gerak dan langkah Koperasi, karena
para anggota dapat selalu mengikuti hal ikhwal Koperasi, juga para anggota akan dapat
mengetahui bidang-bidang usaha/kerja manakah yang perlu ditingkatkan. Kemanunggalan
yang di dalamnya terjalin rasa persaudaraan, Koperasi itu kokoh dan lancar dalam segala
usahanya, sehingga pada akhirnya dapat mencapai perkembangan-perkembangan. Rasa
persaudaraan yang membentuk kemanunggalan gerak dan langkah dalam Koperasi ini
penting, maka tidak salahkah kalau seorang ahli filsafat Jepang, Kagawa, menyebut
Koperasi sebagai "Brotherhood Economics". (Tentang Brotherhood Economics ini dapat
kita baca pada karya ilmiah karangan Paul Hubert Casselman yang berjudul "The
Cooperative Movement and Some of its problems").

4. Pembagian Sisa Hasil Usaha


Dalam hal ini perlu dijelaskan mengapa Koperasi tidak mau mempergunakan istilah
"keuntungan" melainkan "Sisa Hasil Usaha". Untuk menjelaskannya, baiklah kita
memperhatikan pendapat Dr. G. Fauquet dalam bukunya yang berjudul "The Cooperative
Sector, Co-operative Movement and Union Limited" yang menyatakan bahwa Koperasi
bukan suatu usaha yang memburu keuntungan, melainkan suatu perkumpulan pemberi jasa
(It is non profit undertaking, but service undertaking), dengan demikian dalam koperasi
tidak terdapat profit atau keuntungan, melainkan surplus atau kelebihan hasil, yang berarti
sisa hasil usaha. Koperasi bukan merupakan perkumpulan modal, tetapi perkumpulan orang-
orang yang mengabdi kepada perikemanusiaan dan bukan pada kebendaan, jadi berwatak
non kapitalistis dan yang diperolehnya merupakan sisa hasil usaha.
Dengan demikian maka sisa hasil usaha yang dibagikan kepada para anggota dilakukan bukan
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, melainkan berdasar perimbangan
jasa/usaha serta kegiatan-kegiatan para anggota-anggotanya dakam mencapai keberhasilan usaha
koperasi.

5. Modal Dalam Koperasi Diberi Bunga Terbatas


Dalam koperasi penggunaan modal sebagai salah satu unsur produksi memang tidak
dapat diabaikan, walaupun demikian penghargaan terhadap modal tersebut jangan sampai
mengaburkan pengertian Koperasi. Penggunaan modal hanya sebagai pembantu untuk
menyukseskan usaha. Koperasi dalam mengejar kebahagiaan para anggotanya dan bukan
untuk mencari keuntungan (profit-motive) seperti halnya dalam perusahaan kapitalistis,
maka oleh karena itu tidak menentukan dalam pembagian hasil usaha sebagaimana lazimnya
dalam bentuk dividen. Penyertaan modal tersebut tetap mendapat penghargaan, yaitu berupa
bunga yang terbatas, sesuai dengan keputusan khusus dari Rapat Anggota. Sehubungan
denga ini dapat dikemukakan bahwa dalam dunia perkoperasian internasional bunga yang
dapat diberikan bagi "modal yang disertakan" atau untuk "jasa modal", setinggi-tingginya
adalah 8%.

6. Meningkatkan Kesejateraan Anggota dan Masyarakat


Dalam hal ini jelas tentang watak sosial dari Koperasi Indonesia, di mana keberhasilan
usaha Koperasi tidak hanya terbatas pemanfaatannya bagi para anggota sendiri (walaupun
pokok usahanya berupa anggota dan untuk para anggotanya sendiri), tetapi juga
dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di lingkungan domisili Koperasi
itu. Sehingga dengan demikian eratnya kekeluargaan (brotherhood) tidak hanya terbatas di
lingkungan Koperasi itu sendiri, melainkan meluas sampai di tingkat lingkungan kedudukan
Koperasi Indonesia. Peran serta dalam pembangunan masyarakat memang telah diitikadkan
oleh Koperasi Indonesia, di mana pembagian sisa hasil usaha sebagian telah disisihkan
untuk dana sosial dan dana pembangunan, apabila dana-dana tersebut telah mencukupi
selanjutnya dimanfaatkan untuk merehabilitasi jalan atau jembatan yang ada di
lingkungannya, pembuatan Balai Desa atau peremajaan mesjid dan lain sebagainya. Itikad
yang baik ini jelas menunjukkan bahwa Koperasi Indonesia mematangkan pendidikan moral
di lingkungan para anggotanya sendiri dan masyarakat.

7. Keterbukaan Usaha
Koperasi sebagai perkumpulan orang-orang yang bergerak dalam lapangan ekonomi
mempunyai sifat keterbukaan, yang artinya tidak ada sesuatu pun yang harus dirahasiakan
kepada para anggotanya, karena segala tindak dan perlakuan-perlakuan ekonominya dan
demikian pula dalam pengelolaannya, kesemuanya dikerjakan dengan pengetahuan dan
konsensus para anggotanya (democratic control). Bahkan masyarakat pun dengan adanya
sifat keterbukaan usahanya ini dapat menilai hasil-hasil dan perkembangan Koperasi, yang
bermanfaat dan memungkinkan lebih banyak lagi tertariknya para anggota masyarakat untuk
memperkuat perjuangan usaha Koperasi.

8. Kepercayaan, Kemampuan, dan Kekuatan Diri Sendiri


Dalam Koperasi harus terdorong adanya Cipta, Karya dan Karsa, dengan demikian
Koperasi akan berhasil dengam baik dalam mencapai tujuannya dan demikian pula dalam
perkembangannya. Dengan swadaya, swakerta, dan swasembada diartikan bahwa segala
sesuatu yang enjadi tujuan Koperasi, yang dapat diwujudkan dengan kekuatan sendiri dan
kemampuan sendiri dapat lebih menjamin keberhasilan usaha Koperasi tersebut, karena
tidak akan ada pengaruh-pengaruh yang akan menjadikan ketergantungan. Prinsip ini
sesungguhnya terkandung dalam istilah "Selfhelp" seperti yang telah dikemukakan di bagian
muka. Dalam Selfhelp terkandung satu filsafah bahwa setiap Koperasi harus menyandarkan
diri pada kekuatan diri sendiri, jika tidak terpaksa menyandarkan pada bantuan dari pihak
luar harus dihindarkan, yang sudah tentu di negara kita teori ini tidak dapat diterapkan
seutuhnya (diadopsi) melainkan harus diadaptasikan sesuai dengan sistem perekonomian di
negara kita (ingat pasal 33 ayat (1) UUD 1945, penjelasan pasal 4 alinea 2 UU no. 12 Tahun
1967, di mana Koperasi Indonesia masih memerlukan jalinan dengn pihak Bank dalam
keterpaksaannya untuk menanggulangi modal usaha, dengan pihak Dinas Pertanian dan
Dinas Perindustria untuk memperoleh pembinaan, penyuluhan dalam meningkatkan
produksi.
Pengertian "Selfhelp" dalam perkoperasian internasional, kadang-kadang dijalankan secara ketat,
seperti halnya pada dunia perkoperasian di Inggris, Denmark, dan banyak lagi negara-negara
lainnya, sehingga Koperasi-koperasi yang bersangkutan menurut Paul Hubert Casselman (The
Cooperative Movement and Some of its Problems) menolak adanya campur tangan pemerintah,
menolak fasilitas-fasilitas khusus dari pemerintah yang diperkirakannya akan menjadikan gerak
langkah koperasi tersebut menjadi terbatas/terikat, sehingga kebebasan geraknya tidak dapat lagi
terjamin. Sikap yang ketat ini didukung baik secara internal maupun external.

Secara internal atau dari dalam lingkungan Koperasi itu sendiri, dikarenakan para
anggota Koperasi yang bersangkutan mengkhawatirkan Koperasinya akan kehilangan
kepribadiannya.

Dan eksternal atau dari pihak luar (terutama alat-alat perekonomian yang profit-
undertaking atau mengejar keuntungan) tidak dapat membenarkan adanya campur tangan
pemerintah yang memberikan perlindungan terhadap Koperasi. Misalnya dalam hal perpajakan,
di mana Koperasi diberikan keringanan-keringanan atau pembebasan-pembebasan, hal inilah
yang menjadi bahan pergunjingan mereka, yang seakan-akan Koperasi sebagai sama-sama alat
perekonomian mendapat suatu keistimewaan.

Tentang adanya keringanan-keringanan dan atau pembebasan-pembebasan pajak,


memang sudah sewajarnya diberikan kepada Koperasi karena Koperasi bukan alat perekonomian
masyarakat yang profit undertaking, melainkan alat perekonomian yang service Undertaking.
Koperasi tidak mengejar keuntungan-keuntungan yang kerapkali membebani penderitaan hidup
masyarakat tetapi hanya mengutanakan pelayanan-pelayanan ekonomi yang berrujuan
meringankan penderitaan hidup masyarakat, memperbaiki taraf hidup masyarakat, sehingga bagi
Koperasi itu sendiri keringanan dan atau pembebasan tersebut dirasakan sebagai haknya dan
bukan sebagai pemberian.
Arti Penting Ekonomi Koperasi

Berbicara tentang ekonomi koperasi tidak terlepas dari konsep ekonomi dan koperasi.
Ekonomi secara umum diartikan sebagai usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup,
sedang koperazi adalah organisasiekonomi dimana anggota sebagai pemilik dan sekaligus
sebagai pelanggan.

Prinsip ekonomi memberikan arah bagi manusia yang rasional tentang cara memilih
berbagai alternatif yang dapat memuaskan kebutuhan hidup. Guna menginvestasikan dananya,
manusia yang rasional akan memilih alternatif investasi yang memberikan manfaat yang paling
besar. Pola pikir seperti ituberlaku juga bagi orang yang hendak membelanjakan dananya, orang
tersebut tersebut akan memilih alternativ terbaik atas keputusanpembelanjaannya.

Dengan cara berpikir seoerti itu koperasi dibiarkan bersaing dngan jenis-jenis perusahaan
lain dalam kehiatan ekonominya baik dalam pengadaan sumber sumber produktif maupun dalam
pemasran hasil-hasil produksi. Keunggulan bersaing merupqkqn faktor penentu eksistensi
koperasi terutama di.asa-masa persaingan bebas. Perlu ditegaskan keunggulan bersaing inibukan
karena peranan pemerintah dalam mengembangkan koperasi tetapi harus diperoleh melalhi
peningkatan efisiensi koperasi.

Bila koperasi mempunyai keunggulan dalam menawarkan produk kepada anggotanya


disbanding dengan non koperasi maka dengan sendirinya anggota akan bertransaksi dengan
koperasi. Demikian halnya, juka koperasi mempunyai keunggulan dalam menawarkan
alternative investasi kepada para investor, maka investor akan menanamkan dananya ke dalam
koperasi. Dengan demikian, anggota masyarakat dapat dianggap sebagai konsumen potensial
atau investor p[otensial yang sewaktu-waktu dapoat ditarik oleh unit-unit usaha dalam rangka
hugungan bisnis.

Ekonomi koperasi menyoroti pola pengambilan keputusan anggota untuk tetap berada
dala.koperasiatau keluar dari koperasi atau anggota potensial untuk memasuki koperasi atau
berada diluar koperasi. Ekonomi koperasi memberikan gambaran oada pihak manajemen
koperasi bagaimana cara yang terbaik dalamme gambil keputusan penting tentang pelayanan
kepada anggota sehi gga koperasi dapat terus berkembang melalui peningkatan partisipasi
anggota. Ekonomi koperasi juga memberikan petunjuk tentang variabel kritis yang perlu
dilerhatikan dala. Rangka memperoleh keunggulan bersaing dengan para oesaingnya. Disamping
itu dengan mempelajari ekonomi koperasi kita akan mengetahui sampai seberapa jauh konsp
yang tersusun dalam teori eko omi dapat digunakan untuk menganalisis keu ggulan koperasi.

Ruang Lingkup Ekonomi Koperasi

Badan usaha koperasi dimiliki oleh anggota yang merupakan pemakai jasa (user). Fakta
ini membedakan koperasi dengan badan usaha bentuk lain yang pemiliknya pada dasarnya
adalah para penanam modal. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (UU No. 25
Tahun 1992). Misalnya Koperasi Unit Desa (KUD), koperasi simpan pinjam, koperasi pelajar,
koperasi mahasiswa, Koperasi Pegawai Negeri (KPN), dan koperasi pasar.

Tujuan utama perkumpulan koperasi adalah memperhatikan kepentingan-kepentingan


para anggota perkumpulan, dan bukan memupuk pendapatan perusahaan itu sendiri. Kepentingan
kebendaan yang menyebabkan anggota koperasi berhimpun adalah bagi produsen adanya
keinginan menawarkan barang dengan harga setinggi mungkin, bagi konsumen adanya keinginan
untuk memperoleh barang sebaikbaiknya dengan harga serendah-rendahnya, dan bagi usaha
kecil adanya keinginan mendapatkan modal usaha dengan seringan-ringannya serta keinginan
mempertahankan diri, karena hanya mungkin bersaing dengan perusahaan besar bila
mengadakan usaha bersama.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang
demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun
1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Di Indonesia, prinsip
koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 12 Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992. Prinsip
koperasi di Indonesia kurang lebih sama dengan prinsip yang diakui dunia internasional dengan
adanya sedikit perbedaan, yaitu adanya penjelasan mengenai SHU (Sisa Hasil Usaha).

Anda mungkin juga menyukai