Draf Bab 1-3 Perbaikan 1
Draf Bab 1-3 Perbaikan 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
tahun 2005 memperkirakan terdapat 8,8 juta penderita TBC dan 1,6
ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia dengan angka kematian satu
orang tiap lima menit. Pada tahun 2004, tercatat 211.753 kasus baru TBC di
Indonesia dan diperkirakan sekitar 300 kematian terjadi setiap hari akibat
TBC. Kasus baru TBC di Indonesia bertambah seperempat juta per tahun
Berdasarkan data dari laporan Dinas Kesehatan bahwa pada tahun 2007-
2010 konversi BTA pada penderita TB paru BTA positif cenderung belum
penyakit TB, meningkatkan kesakitan dan kematian akibat TB. Oleh karena
1
itu keberasilan pengobatan tidak hanya bergantung pada aspek medis tetapi
juga pada aspek sosial yang sangat berperan dalam memotivasi penderita
besar. Ketidak patuhan ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya
adalah pemakaian obat dalam jangka panjang, jumlah obat yang diminum
Oleh karena itu perlu peran aktif dari tenaga kesehatan sehingga
untuk saat ini, dan harus dilakukan secara sungguh-sungguh dimana salah
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut
2
Shortcourse). World Health Organization (WHO) merekomendasikan 5
persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin serta pencatatan dan
kematian akibat TB. Oleh karena itu keberasilan pengobatan tidak hanya
bergantung pada aspek medis tetapi juga pada aspek sosial yang sangat
3
dengan terjadinya konversi BTA pasca pengobatan fase intensif di
angka konversi sampai dengan tahun 2009 sebesar 75,91% masih di bawah
target nasional yaitu minimal 80%, ini disebabkan masih banyak penderita
baru TB paru BTA positif mengalami gagal konversi (BTA tetap positif)
dari penderita tuberkulosis paru yang sudah mendapat pengobatan akhir fase
dari 114 responden, 36 orang (31,6%) terjadi gagal konversi. Delapan faktor
4
pendapatan kurang (p-value 0,001), pendidikan rendah (p-value 0,011),
PMO (p-value 0,000) dan petugas kesehatan (p-value 0,000), sedangkan dua
faktor lain yang diteliti yaitu umur (p-value 0,932 > 0.05) dan jenis kelamin
memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan responsn yang kurang patuh
pengawas obat.
tahun 2008, pengobatan penderita TBC diberikan dalam dua tahap yaitu
tahap intensif dan tahap lanjutan. Pada tahap intensif penderita harus minum
OAT setiap hari sebanyak 8 butir dari 4 jenis OAT (HRZE) selama dua
bulan (60 hari). Kemudian akhir bulan kedua dievaluasi berupa pemeriksaan
konversi (dari BTA positif berubah menjadi BTA negative) atau mengalami
5
kegagalan konversi (dari BTA positif tetap BTA positif). Hasil evaluasi
akhir bulan kedua tersebut menentukan paket OAT penderita fase lanjutan,
menghitung cakupan angka konversi dan menilai kinerja petugas TBC paru
kepatuhan berobat, efek samping obat dan merasa sehat (Depkes, 2008).
puskesmas Kisaran.”
B.Perumusan Masalah
Kisaran?”
6
c. Bagaimana faktor status gizi yang mempengaruhi kejadian konversi
Kisaran?”
puskesmas Kisaran?”
C.Tujuan Penelitian
puskesmas Kisaran.
puskesmas Kisaran.
puskesmas Kisaran.
D.Manfaat Penelitian
7
Bagi Peneliti
dengan kategori 1.
Bagi masyarakat
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.TB Paru
basil tuberkulosis berukuran 1-5 mikro meter yang dapat melewati atau
bersifat menahun, sebagian besar mengenai organ paru dan bisa juga organ
lain ditubuh selain paru, usia yang sering terkena adalah usia produktif (15-
pengobatan.
sebesar 140 mm H2O diparu dan dapat hidup di luar paru dalam lingkungan
Gejala klinis tidak ditemukan tetapi uji tuberkulin positif. Kuman TB dari
9
mengakibatkan TB milier dan TB ektra pulmonar. Sebagian besar penderita
tergantung pada beberapa keadaan seperti jumlah kuman yang masuk sedikit
dan telah terbentuk daya tahan tubuh yang spesifik terhadap basil
tuberkulosis.
lain dapat terjadi pada saat dini, bahkan dapat terjadi sebelum timbulnya
Sedangkan reaksi tubuh terhadap tuberkulosis paru post primer dapat terjadi
peradangan eksogen yaitu karena infeksi paru yang berasal dari luar.
besar kuman terdiri dari asam (lipid) sehingga kuman ini tahan terhadap
melalui udara, masuk kedalam saluran pernapasan, terus keparu paru dan
10
menetap di sana, atau dapat menyebar keseluruh tubuh melalui pembuluh
1. Diagnosis
rontgen dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya
tidak teratur dengan latar belakang hitam. Minimal 2 kali sputum BTA
Bila BTA (+) 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada
2. Gejala-Gejala Tuberkulosis
atau malah tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang terbanyak adalah
1. Demam
11
2. Batuk
Batuk yang terus menerus dan berdahak 3 minggu atau lebih terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus. Batuk dapat bersifat kering (non produktif)
terdapat pembuluh darah yang pecah, hal ini terjadi pada kavitas atau
3. Sesak nafas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasi
4. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul apabila infiltrasi
berkeringat pada malam hari walaupun tanpa kegiatan, serta berat badan
3. Klasifikasi Penyakit
12
3.1. Tuberkulosis Paru
Penderita ini paling banyak ditemukan sekitar 80% adalah penderita TB dan
kencing, kulit, susunan saraf dan perut (Crofton dkk, 2002), sedangkan
1. Kasus Baru
belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah minum OAT
2. Kambuh (relaps)
BTA positif.
13
Kasus berobat lalai adalah penderita yang sudah berobat paling kurang
1 bulan, dan berhenti berobat 2 bulan atau lebih kemudian datang lagi
berobat.
5. Gagal
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5, atau penderita dengan
hasil BTA negative, rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir
bulan ke 2 pengobatan.
6. Kronis
4. Etiologi
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar
ultraviolet. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup pada udara
lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant.Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis
aktif lagi.
Sifat lain kuman ini adalah kuman aerob, sifat ini menunjukkan
14
oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru
Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa dan bersin) dan
tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam suhu kamar (Dep Kes RI
2002).
5. Patogenesis
tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang
tanah atau ke lantai dan sebagainya. Akibat terkena sinar matahari atau
suhu udara yang panas, droplet nucleus tadi menguap, maka kuman
udara. Apabila kuman tersebut terhisap oleh orang sehat, maka orang
15
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke
a. Percabangan bronkus.
miller.
c. Aliran darah
Aliran darah vena pulmonis yang melewati lesi paru dapat membawa
kuman ini dapat mencapai berbagai organ melalui darah yaitu tulang,
Karena pertahanan tubuh atau host yang kuat, maka infeksi primer tidak
biak atau disebut dorman atau tidur. Ketika suatu saat kondisi dari host
kembali. Inilah yang disebut dengan reaktivasi infeksi primer atau infeksi
post primer.
16
6. Prinsip Pengobatan TB Paru
dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan. Hal ini supaya semua
menjadi 2 tahap yaitu tahap intesif dan tahap lanjutan. Dosis tahap intesif
dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut
kosong. Pemberian obat yang tidak tepat, (jenis, dosis dan jangka waktu
intensif, penderita minum obat setiap hari selama 1 bulan dan diawasi oleh
lanjutan penderita mendapat obat dalam jumlah yang lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini penting untuk membunuh kuman
17
7. Pengobatan Penderita TB Paru
Obat ini diberikan pada penderita kategori 1, yaitu tahap intensif yang terdiri
dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), dan Etambutol (E).
Kemudian diberikan pada tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H),
Obat ini diberikan pada penderita kategori II, tahap intensif diberikan
setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan 5 bulan dengan HRE yang
adalah:
18
Penderita kambuh (relaps)
Obat ini diberikan pada penderita kategori 3, tahap intensif yang terdiri dari
tahap lanjutan yang terdiri dari HR selama 4 bulan dan diberikan 3 kali
Bila pada tahap akhir intensif pengobatan penderita baru BTA positif
a. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Depkes RI (2002) ada tiga jenis pemeriksaan untuk TB paru yaitu :
19
2) Rontgen
adalah :
a) Atelektasis
c) Iconsolidasi (lobus)
e) Bronkiektasis
f) Destroyed lung
penyuntikan.
b. Penatalaksanaan Medis
adalah :
20
3) Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya
tahan imunologis.
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
2) Tahap lanjutan
dalam jangka waktu yang lebih lama.OAT yang bisa digunakan antara
diberikan dalam kombinasi dan beberapa jenis obat dalam jumlah yang
cukup. Dosis yang tepat diberikan selama 6-8 bulan supaya kuman
kategori I.II.III serta panduan obat sisispan, indikasi dan komposisi obat
TB paru adalah :
(1) Indikasi :
21
(b) (b)Penderita TB paru BTA negatif rontgen positif yang sakit berat
(1) Indikasi :
Ethambuto
IN l @ 250 Jml
Lama-
Tahap H Rifampici Pirazinami mg Streptomyci hari/
nya
Pengobat @ n @ 450 d @ 500 n injeksi kali
Pengo
-an 300 mg mg @ @ (gr) menela
-batan
mg 250 500 n obat
mg mg
Tahap 2 1 1 3 3 - 0,75 60
Intensif bulan 1 1 3 3 - - 30
1
bulan
Tahap 5 2 1 - 1 2 - 60
Lanjutan bulan
(Depkes RI, 2008)
22
c) Kategori III (2 HRZ / 4 H3R3)
(1) Indikasi :
(a) Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
(b) Penderita eksta paru ringan yaitu TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatifa
Bila pada akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I dan
Jml hari
INH
Lamanya Rifampicin Pirazinamid Ethambutol / kali
Pengobatan @300
Pengobatan @450 mg @500 mg @250 mg minum
MG
obat
Tahap 1 bulan 1 1 3 3 30
Intensif
Tahap
Intensif
(dosis
harian)
(Depkes RI, 2008)
23
8. Hasil Pengobatan dan Tindak Lanjut
1. Sembuh
2. Pengobatan lengkap
sputum.
3. Meninggal
apapun.
4. Pindah
5. Drop out
Penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut turut atau lebih
24
6. Gagal
atau kembali menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan
Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan sputumnya pada akhir bulan
obatnya sesuai dengan yang telah ditetapkan dan tidak lalai atau putus
berobat. Hal tersebut baru dapat dipastikan bila ada orang lain yang
jangka pendek dan diawasi langsung oleh seorang pengawas yang dikenal
25
1. Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang, dari tingkat
kesehatan dan akan tersedia dana yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pelaksanaannya.
benar minum obat dan bisa diharapkan akan sembuh pada saat akhir
pengobatan. PMO merupakan orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh
yang bertindak sebagai PMO (pengawas minum obat) adalah petugas rumah
sakit. Pada penderita yang berobat jalan, bertindak sebagai PMO bisa
lain seperti kader kesehatan, kader PPTI, kader PKK dll yang memenuhi
26
persyaratan PMO yaitu bersedia dengan sukarela membantu penderita TB
rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar, akan bisa dipantau
5. Paduan obat jangka pendek yang benar termasuk dosis dan jangka waktu
pada waktu yang tepat. Yang paling pentiing adalah tersedianya obat dengan
RI dalam bentuk Kombipak, atau sering dikenal oleh penderita sebagai obat
94,5% atau dengan kata lain hanya 5,5% yang gagal, dibandingkan dengan
27
dibandingkan 16% pada 5,5% pasien program DOTS yang tidak sembuh.
Resistensi ganda ini merupakan masalah yang serius karena sangat sulit
sedangkan biaya pengobatan bisa meningkat sampai 100 kali lipat lebih
mahal. Oleh karena itu dukungan politik dan penyuluhan terhadap penderita
sependapat tidak ada satu regimenpun dari obat- obat anti tuberkulosis yang
perjalanan penyakit TBC dengan daya tahan tubuh dan bagaimana pengaruh
28
gizi pada daya tahan tubuh sudah saatnya kita untuk tidak melihat seorang
puluh lima persen penderita TBC paru berasal dari golongan tenaga kerja
TBC dibandingkan negara maju (18). Masalah gizi menjadi penting karena
perbaikan gizi merupakan salah satu upaya untuk memutus lingkaran setan
E.Landasan Teori
basil tuberkulosis berukuran 1-5 mikro meter yang dapat melewati atau
Pirazinamid dan Etambutol yang dipakai satu kali sehari selama 2 bulan,
dilengkapi dengan Isoniazid dan Rifampisin yang dipakai tiga kali seminggu
29
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan
ini dikembangkan dari berbagi studi, uji coba klinik (clinical trials),
strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan penularan, juga
F.Kerangka Konsep
Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti
Pengetahuan
30
G.Hipotesis
puskesmas Kisaran.
puskesmas Kisaran.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
DOTS untuk tahap intensif kategori pertama tidak terjadi pada konversi
D. Pengumpulan Data
penderita.
32
E.Cara Penelitian
1. Peralatan Laboratorium
F.Analisis Data
logistik regression dengan tingkat signifikansi 0.05 dan fisher exact test
33
34