Anda di halaman 1dari 27

BAB V

RENCANA PENAMBANGAN

5.1 Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan

5.1.1 Sistem/Metode Penambangan

Rencana penambangan PT Banua Coal Indonesia yang terletak didaerah


Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, dilaksanakan dengan system tambang
terbuka yang memakai metode penambangan open pit.

5.1.2 Tata Cara dan Tahapan Kegiatan Penambangan

Tata cara penambangan terbuka dimulai dari pembersihan lahan, pengupasan


tanah pucuk, penggalian tanah penutup, pemompaan air tambang (jika terdapat
genangan air), penambangan batubara, pengolahan dan pemurnian batubara, sampai
ke pemasaran batubara.
Tahapan penambangan merupakan bentuk-bentuk penambangan (mineable
geometris) yang menunjukan bagaimana suatu pit akan ditambang dari titik awal
masuk hingga bentuk akhir pit. Tujuan umum dari pembuatan tahapan penambangan
adalah untuk membagi seluruh volume yang ada dalam pit kedalam unit-unit
perancangan yang lebih kecil (panel/strip) sehingga mudah di tangani. Adanya
tahapan penambangan akan memudahkan perancangan tambang yang amat kompleks
menjadi lebih sederhana. Dalam perancangan, parameter waktu dapat mulai
diperhitungkan, karena waktu merupakan parameter yang sangat berpengaruh.

109
110

A
 Pengupasan Tanah Penutup
 Pembangunan sarana
prasarana tambang
Persiapan
 Medan kerja
Penambanagan awal
 Geologi & Pemercontohan  Sumuran dalam
 Pemetaan kemajuan tambang  Terowongan
 Pemberaian, pemuatan & buntu
pengangkutan
Penambangan
 Energi, bahan kerja &
suku cadang
 Pengolahan &
Pemantauan lingkungan  Produksi bijih
 Re_vegetasi

Pengolahan bahan
 Pengecilan ukuran & galian
klasifikasi
 Pencucian & konsentrasi
 Pengolahan & Pemantauan
Lingkungan
 Konsentrat

Metalurgi
 Proses ekstraksi metalurgi
 Pemurnian logam
 Pengolahan & Pemantauan
lingkungan
 Paduan logam
 Pengangkutan  Logam murni
 Promosi
 Penelitian & pengembangan Pemasaran
produksi

Gambar 5.1 Tahap Kegiatan Penambangan


111

Pada tahap perancangan, pada awalnya diusahakan untuk mengkaitkan


hubungan antara geometri penambangan dengan geometri perlapisan batubara.
Dengan mempelajari tingkat perlapisan batubara dan topografi maka akan diperoleh
suatu cara untuk membuat strategi penambangan pit secara logis dalam waktu yang
relatif singkat. Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara baik akan
memberikan akses kesemua daerah kerja dan menyediakan ruang kerja yang cukup
untuk operasi peralatan kerja tambang secara efisien. Salah satu hal terpenting adalah
untuk memperlihatkan minimal satu jalan angkut untuk setiap kemajuan tambang.
Hal tersebut dilakukan untuk memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan
kemungkinan akses jalan angkut seluruh permukaan kerja.

Faktor yang mempengaruhi penentuan tahapan penambangan antara lain :

a. Bentuk dan kemiringan perlapisan batubara


Rencana penambangan batubara yang berbentuk perlapisan akan berbeda
dengan perancangan penambangan untuk mineral bijih termasuk dalam
penentuan geometri lerengnya.
b. Stripping Ratio (Nisbah Pengupasan) Nisbah pengupasan merupakan
perbandingan antara tonase overburden yang harus dipindahkan 1 ton
batubara yang ditambang. Hasil suatu perancangan pit akan menentukan
jumlah tonase overburden dan batubara yang mengisi pit. Perbandingan antara
overburden dan batubara tersebut akan memberikan nisbah pengupasan rata-
rata suatupit.
c. Ultimate pit slope Merupakan salah satu faktor teknis yang berarti
kemiringan atau batas luar tambang yang masih tetap stabil dan
menguntungkan. Ultimate pit slope akan berhubungan dengan geometri lereng
yang direncanakan. Hal ini berarti menentukan besarnya cadangan batubara
yang akan ditambang (tonase dan nilai kalorinya) yang akan memaksimalkan
nilai bersih total dari cebakan batubara tersebut.
112

Ultimate pit slope juga akan berpengaruh terhadap eksplorasi lanjut, tahap
evaluasi dan tahap persiapan yang didasarkan pada:

1) BESR (Break Evet Stripping Ratio) yang ditentukan


2) Sifat fisik dan mekanika batuan
3) Struktur geologi (sesar, kekar, bidang perlapisan, dan bidang geser)
4) Air tanah, unsure kimia batuan dan waktu yang dibutuhkan
d. Dimensi jenjang/bench yang di perhitungkan meliputi lebar, panjang, tinggi
serta kemiringan jenjang. Ukutan panjang dan lebar jenjang di tentukan oleh
metode pembongkaran material (menggunakan alat mekanis). Dimensi
jenjang juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-alat
yangdigunakan.
e. Kondisi geometrik jalan yang terdiri dari beberapa parameter harus
pertimbangkan dengan baik, antara lain lebar jalan, kemiringan jalan, jumlah
lajur.
f. Kondisi geografi dan geologi yang meliputi:
a) Topografi
Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap system
penambagan yang digunakan. Dari faktor topografi ini, dapat
ditentukan cara penggalian, tempat penyimpanan OB, penentuan jenis
alat, jalur-jalur jalan yang digunakan, dan system penirisan tambang
b) Struktur geologi
Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan
dan gerakan-gerakan tektonis
c) Penyebaran batuan
d) Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.
Adanya air pada masa ini akan menimbulkan tegangan air pori.

Perancangan dilakukan sesuai dengan tahapan penambangan, tahapan-tahapan


tersebut ialah :
113

1. Pembuatan Jalan Tambang


Pembuatan jalan tambang diperlukan untuk transportasi pengangkutan
peralatan maupun hasil penambangan sehingga proses penambangan dapat
berjalan dengan lancar. Merancang ramp atau jalan angkut didalam tambang
dilakukan bersamaan dengan pembuatan rancangan pit. Penentuan posisi ramp
dilakukan dengan mempertimbangkan lokasi waste dump dan atau stock pile,
sebab penentuan jalan masuk tambang yang salah akan mengakibatkan
bertambah panjangnya jarak tempuh alat angkut (truck) yang akan berakibat
pada bertambahnya waktu edar alat angkut, sehingga pada akhirnya akan
mengurangi produktivitas alat kerja dan menambah cost. Jalan tambang dapat
menggunakan fasilitas jalan pemerintah yang sudah ada atau dengan
melakukan pembuatan jalan baru yang menghubungkan lokasi penambangan
dengan pelabuhan (jetty). Jalan tambang berada disebelah timur Blok A
konsensi pertambangan PT Banua Coal Indonesia. Pembuatan jalan tambang
dibagi dalam dua tahap, tahap satu jalan tambang yang digunakan untuk
pengangkutan batubara ke stockpile, dan untuk mengangkut overburden
kearah waste dump tahapan dua pembuatan jalan tambang dari stockpile
kearah Jetty. Jalan tambang dibuat dengan menggunakan Bulldozer dimana
lebar jalan lurus 24 m, lebar jalan pada tikungan 28 m. pembuatan jalan
tambang dilakukan dengan cara gali timbun, membongkar atau menggali
bagian jalan yang menonjol dan menimbun bagian jalan yang cekung
sekaligus meratakannya, sehingga diperoleh jalan tambang yang rata dengan
kemiringan (grade) kurang dari 8 %.
2. Pengupasan lapisan tanah penutup

Pengupasan lapisan tanah penutup dimaksudkan untuk menyingkirkan


lapisan tanah (overburden) yang menutupi endapan batubara yang akan
ditambang. Pengupasan tanah penutup (overburden) selanjutnya dilakukan
secara bertahap sesuai dengan urutan penambangan yang direncanakan.
114

Pengupasan tanah penutup disesuaikan dengan jadwal produksi, sehingga cost


production dan stripping ratio dapat disesuaikan dengan perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya.

Operasi penggalian lapisan penutup berupa overburden dan


interburden, dilakukan dengan menggunakan Komatsu PC3000 kapasitas
15m3 dibantu dengan bulldozer Caterpillar D10T. Untuk material lemah
sampai sedang langsung dilakukan penggalian dan pemuatan ke dump truk
kapasitas 180,1m3. Bila di temukan material keras terlebih dahulu diberai
dengan bulldozer, kemudian digali dan dimuat dengan backhoe. Pemakaian
ripper dan bulldozer disesuaikan dengan kebutuhan operasi pemberaian
material.

Tanah penutup diangkut dengan dump truk dari daerah penambangan


ke daerah penimbunan (dumping area) yang telahh direncanakan, berupa
lahan bekas penambangan (in-pit dump) atau daerah luar tambang (outside
dump). Timbunan tanah penutup ini harus ditutup dengan lapisan tanah subur
agar dapat ditanami kembali.

3. Pembuatan jenjang awal


Tahap pembuatan jenjang awal penambangan tahun pertama dimulai
dari Blok A, selanjutnya penggalian sesuai dengan urutan penambangan.
4. Penggalian overburden dan batubara
Pengupasan overburden dan batubara setiap bulannya dilakukan sesuai
dengan batasan stripping ratio 1:5. Penggalian batubara dilakukan sesuai
dengan sasaran produksi yaitu 112.236,833 ton/bulan sehingga mendapatkan
total produksi 1.346.842 ton selama satu tahun, dengan jumlah OB yaitu
7.765.304 ton.
115

5. Pengangkutan
Pengangkutan overburden dan batubara dilakukan dengan
menggunakan dump truck yang kemudian dibawah menuju lokasi
penimbunan waste dump dan stockpile untuk batubara.
5.1.3 Perancangan Geometri Penambangan

Pembuatan jenjang penambangan hanya dilakukan pada bagian high wall dan
side wall penambangan. Pada bagian low wall pit penambangan tidak dilakukan
pembuatan jenjang, karena memiliki faktor keamanan yang sesuai dengan
rekomendasi geoteknik. Penambangan batubara pada daerah telitian ditambang secara
tambang terbuka dengan menggunakan metode open pit. Rancangan teknis
penambangan dilakukan untuk mempermudah proses penambangan dan memperoleh
perhitungan cadangan yang sesuai dengan target produksi, sesuai dengan arah
penyebaran batubara. Pembuatan rancangan teknis penambangan memerlukan
beberapa parameter penting, parameter-parameter tersebut antara lain :

a. Sasaran produksi pertahun sebesar 1.346.842 ton

b. Stripping Ratio(SR) ≤ 5,7:1

c. Nilai kalori batubara minimum sebesar 3775 Kcal/kg

d. Rekomendasi geotekanik untuk tinggi jenjang (10 m)

e. Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang akhir (3 m)

f. Rekomendasi geoteknik untuk single slope 50° danoverall slope≤ 30°. Jalan
tambang dengan kemiringan (grade) yang ditentukan (8%)

h. Lebar jalan tambang (24 m)

Rancangan teknis penambangan didasarkan pada topografi awal pada daerah


telitian, langkah pertama yang dikerjakan pada tahap rancangan teknis penambangan
116

adalah membagi area penambangan dalam Blok-Blok penambangan (gridded seam


model). Rancangan bentuk penambangan yang dibuat yaitu dengan
mempertimbangkan faktor ruang kerja alat. Daerah yang direncanakan untuk
ditambang harus dapat dijangkau oleh peralatan tambang yang digunakan dan dapat
bekerja secara aman dengan mempertimbangkan adanya jalan masuk kedaerah yang
akan ditambang. Agar proses penambangan dapat berjalan dengan lancar, khususnya
pada proses penimbunana overburden yang terdiri dari lapisan-lapisan tanah penutup,
danlapisan batubara antar seam batubara (interburden), maka perlu dibuat suatu
rancangan teknis penimbunanoverburden. Pembuatan rancangan teknis penimbunan
overburden memerlukan beberapa parameter penting, parameter tersebut
menggunakan antara lain :

a. Tujuan daerah timbunan (waste dump)


b. Rekomendasi geoteknik untuk tinggi jenjang (10 m)
c. Rekomendasi geoteknik untuk lebar jenjang (3 m)
d. Angle of reposedari material overburden(27°)
e. Lebar jalan tambang (24 m)
f. Jalan tambang dengan kemiringan (grade) yang ditentukan (8%)

Selain area penambangan (pit), perancangan tambang juga meliputi area


pendukung lainnya seperti :

1) Area Perkantoran
2) Area Workstation
3) Area Jetty

Jalan tambang untuk haulingbatubara dibuat hingga ke jalan Propinsi , untuk


pengangkutan batubara sampai pelabuhan (jetty) menggunakan jalan Propinsi.
117

5.1.4 PerancanganWaste Dump dan Stockpile


1. Pengupasan Tanah Penutup (Top Soil dan Overburden)

Pengupasan tanah penutup di PT Banua Coal Indonesia menggunakan metode


open pit Pada cara ini, tanah penutup dibawa menggunakan dump truck, dan
selanjutnya melalui ore pass ke loading point. Dari sini diangkut ke ore bin dengan
memakai belt conveyor, dan akirnya diangkut keluar tambang.

PT Banua Coal Indonesia menggunakan cara ini karena cocok untuk tanah
penutup yang bersifat:

a. Tidak diselingi oleh berlapis-lapis endapan bahan galian


b. Tanah atau batuan lunak
c. Letaknya mendatar

2. Perencanaan Timbunan

Perancangan timbunan merupakan upaya penentuan lokasi tempat timbunan


material hasil penggalian dan pengangkutan material, baik yang berharga maupun
yang tidak berharga, termasuk didalamnya adalah penentuan volume atau tonasenya,
perancangan bentuk timbunan dan waktu pelaksanaannya.

3. Parameter Perancangan Timbunan

Proses penimbunan material, baik material berharga maupun tidak berharga


harus mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain:

a) Sudut lereng timbunan (angle of repose) Batuan kerin ROM (run of mine)
pada umunya mempunyai sudut lereng timbunan antara 340-370. Sudut ini
dipengaruhi tinggi timbunan, ketidak teraturan bongkah batuan dan kecepatan
dumping. Pengukuran ini dapat dibuat pada sudut lereng yang ada di daerah
tersebut.
118

b) Faktor pengembangan material (swell factor) Faktor pengembangan pada


batuan keras umunya antara 30M- 45 % pada 1 m3. Material insitu akan
mengembang menjadi 1,3-1,45m material lepas (loose material). Material
dapat didapatkan sekitar 5-15% material yang ditumpahkan oleh dump truk
akan menjadi lebih kompak dari pada material yang ditumpahkan oleh belt
conveyor
c) Jarak daripit limit Jarak minimum merupakan ruangan yang cukup untuk jalan
angkut antara pil limit dan kaki timbunan (dump toe). Kestabilan pit akibat
adanya timbunan harus diperhitungkan jarak yang sama atau lebih besar dari
kedalaman pit akan mengurangi resiko yang berhubungan dengan kesetabilan
lereng pit.
d) Tanjakan kearahdump crest Menurut Bohnet dan Kunze dalam
Waterman(2004) merekomendasikan sedikit tanjakan kearah dump crest
dengan pertimbangan penyaliran dan keamanan. Limpasan air hujan
dirancang menjauhi crest. Dump truk harus menggunakan tenaga mesin untuk
menuju crest dan bukan meluncur bebas. Hal ini jga akan mengurangi resiko
kendaraan yang di parker meluncur jatuh dari puncak waste dump (crest).
4. Lokasi Penimbunan

Penentuan lokasi penimbunan material didasarkan pada jenis material yang


ditimbun dan maksud dari penimbunan material. Berdasarkan jenis material dan
maksud penimbunannya, lokasi penimbuanan antara lain:

a) Stockpile/stockyard

Stockpile atau stockyard merupakan suatu tempat yang digunakan untuk


menyimpan timbunan material berharga yang akan diolah atau material berharga
yang akan dipakai kembali pada suatu saat. Stockpile atau stockyard biasanya
terletak didekat lokasi pengolahan atau pelabuhan.
119

b) Waste Dump

Waste Dump merupakan suatu lokasi yang digunakan untuk menimbun


material overburden atau material tidak berharga yang harus digali dari lokasi
penambangan untuk memperoleh material berhaga wate dump biasanya
ditempatkan pada daerah yang yang tidak ditambang

5. Jenis Timbunan

Proses penimbunan material, baik material berharga maupun tidak berharga,


dapat dilakukan dengan beberapa jenis timbuanan antara lain:

1. Valley Fill atau Crest Dump


Jenis timbunan Valley Fill atau Crest Dump dapat diterapkan
didaerah yang mempunya topografi curam dan biasanya dibangun pada
sebuah lereng dengan menetapkan elevasi puncak (dump crest) pada awal
pembuatan tibunan. Dan truk yang mengangkut muatannya ke elevasi ini
akan menumpahkan muatannya pada bagian atas lereng, kemudian
bulldozer mengurus material ini. Elevasi dump crest ini akan
dipertahankan selama proses penimbunan .
2. Terraced dump atau timbunan yang dibangun keatas (dalam lift)
Jenis timbunan Terraced dump diterapkan jika kondisi
topografinya tidak begitu curam. Jenis timbunan ini dibangun dari bawah
keatas. Tinggi lift biasanya disesuaikan dengan rekomendasi jenjang
penimbunan. Kerugian cara ini adalah jarak angkut yang lebih panjang
untuk perluasan lift pada saat memulai suatu lift baru. Keuntungan dari
jenis timbunan ini, lift-lift yang dibangun berikutnya terletak lebih
kebelakang sehingga sudut lereng keseluruhan (overall slope angle)
mendekat sudut yang dibutuhkan untuk reklamasi.
120

6. Cara Penggusuran Material Timbunan

Material dibawa ke lokasi penimbunan yang suda ditentukan dan akan


ditangani oleh alat bantu untuk melakukan pemadatan dan penempatannya. Pada
kegiatan ini digunakan alat bantu berupa bulldozer. Bulldozer akan menggusur
overburden yang telah di tumpahkan oleh dump truk. Pada pelaksanaannya, alat ini
bekerja dengan beberapa cara sesuai kondisi yang ada, antara lain:

a. Down Hill Dozing


Pada metode ini bulldozer selalu mendorong kebawah, jadi mengambil
keuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan
b. Highwall and float dozing
Bulldozer menggali beberapa kali kemudian mengumpulkan galian
menjadi satu dan mendorong dengan hati-hati pada lereng curam. Sebelum
seluruh tanah habis meluncur kelerang, bulldozer harus di rem agar tidak
terjungkir.
c. Trench atau sloat dozing

Bulldozer akan menggusur melalui satu jalan yang sama akan


menyebabkan berbentuk semacam dinding pada kiri dan kana, sehingga pada
pendorongan tanah berikutnya tidak ada tanah yang keluar dari samping bilah.

A. Perancangan Waste Dump


Rencana lokasiWaste Dump yang dibuat adalah sebagai berikut :
1) Jarak dari permukaan kerja (front penambangan) masih ekonomis ( ±1km)
2) Tidak ada cadangan batubara di bawah lokasi yang dipilih atau cadangan
batubara didaerah tersebut tidak ekonomis untuk ditambang
3) Tidak mengganggu daerah yang akan ditambang, sungai atau jalan, serta
topografi permukaan diusahakan berupa lembah.
121

` Pada daerah telitian, bagian sebelah utara lokasi penambangan merupakan


wilayah yang memiliki kontur relatif lebih rendah dan tidak terdapat endapan
batubara, sehingga cocok untuk digunakan sebagai tempat penimbunan overburden.
Luas area waste dump untuk 6 bulan pertama hingga 6 bulan ke dua disesuaikan
dengan jumlah overburden yang akan ditimbun. kemiringan lereng yang dipengaruhi
oleh angle of reposedari materialoverburden20°.

B. Perancangan Stockpile

Pemilihan lokasi stockpile pada daerah bagian timur dari konsensi


pertambangan PT Banua Coal Indonesia dengan dasar lebih dekat ke pelabuhan agar
memudahkan dalam proses pengangkutan . Kapasitas stockpile yang direncanakan
yaitu hingga produksi batubara selama tiga bulan yaitu sebesar ± 340.000 ton. Jadi
sebelum tiga bulan atau maksimal tiga bulan batubara pada stockpile telah diangkut
keluar menuju port.

5.1.5 Perancangan Pit Penambangan

Berdasarkan hasil analisis Stripping Ratio pada daerah telitian, diperoleh batas
elevasi yang layak untuk dilakukan penambangan yakni hingga batas 20 mdpl. Blok
batas penambangan diuraikan lagi menjadi Blok seam A, Blok seam B. Blok-Blok
tersebut dijadikan batasan wilayah penambangan yang minerable, dengan nilai
stripping ratio (SR) <1:5. Parameter lain yang juga digunakan dalam perancangan pit
penambangan ialah daerah isopac kualitas batubara. Pit penambangan secara
keseluruhan dapat dirancang dengan memproyeksikan poligon-poligon yang
membatasi Blok A, Blok B. Pada pit akhir penambangan akan diperoleh interburden
yang tidak dilakukan penambangan, dan menjadi batas tiap Blok penambangan.
Interburden tersebut ditinggalkan untuk memenuhi stripping ratio supaya sesuai
dengan target produksi.
122

5.1.6 Rencana Produksi

Cadangan batubara tertambang daerah Kintap adalah sebesar 1.346.842 ton


dengan volume lapisan penutup (overburden) sebesar 7.765.304 ton, sehingga total
volume 9.112.145 ton. Umur tambang ditentukan berdasarkan perhitungan cadangan
tertambang yakni 2,614,827.48 ton dibagi dengan target produksi batubara pertahun
yakni 1.346.842 ton, sehingga umur tambang adalah 1 tahun. Untuk memulai
kegiatan penambangan lebih dahulu dilakukan penggalian tanah penutup
(overburden) pada areal penambangan, sehingga endapan batubara akan tersingkap
dan akan mudah untuk di tambang. Nilai stripping ratio (SR) yang ditetapkan untuk
penambangan batubara PT Banua Coal Indonesia adalah 1 : 5. Nilai ini ditentukan
berdasarkan perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR).

5.1.7 Pemilihan Alat Muat dan Alat Angkut

Pemilihan peralatan mekanis sangat tergantung dari sistem penambangan


yang dipilih. Pemilihan peralatan mekanis sangat berpengaruh pada geometri
yangakandibuat. Tinggi dan lebar jenjang permukaan kerja akan dipengaruhi oleh
jangkauan dan kemampuan alat mekanis yang dipilih. Berbagai aspek yang terlibat
dalam kegiatan penambangan baik memiliki peran signifikan dalam menentukan
peralatan mekanis (sistem penanganan material) yang akan dipakai. Pemilihan sistem
penanganan material berdasarkan sistem penambangan, bentuk endapan yang relatif
seragam dan homogen serta inventaris alat mekanis yang dimiliki. Dalam hal ini lebih
banyak dipengaruhi oleh alat mekanis yang dimiliki karena keterbatasan inventaris
dan teknologi.
123

5.1.8 Sistem Penyaliran Tambang

Metode yang diterapkan pada penambangan batubara daerah Kelesa block


siambul adalah metode tambang terbuka (open pit). Metode tambang ini pada
akhirnya akan menghasilkan sumuran (pit) pada permukaan kerja (front)
penambangan, sehingga selama kegiatan penambangan akan menghadapi kendala air
terutama air hujan. Oleh karena itu perlu dibuat rancangan penyaliran air tambang
untuk mengatasi masalah air yang berasal dari air hujan, air limpasan maupun air
tanah. Upaya penyaliran air menuju sumuran dan mencegah genangan air pada
jenjang dilakukan dengan membuat paritan di dekat kaki jenjang. Penempatan
sumuran diusahakan tidak terlalu dekat dengan daerah kerja peralatan maupun batas
kemajuan tambang.

5.1.9 Jadwal Rencana Produksi

Penambangan dimulai pada bulan Desember pada tahun pertama, pada 6 bulan awal
ini target produksi belum bisa dipenuhi dikarenakan belum maksimalnya kinerja
peralatan- peralatan teknis dan masih belum beradaptasinya operator terhadap
lingkungan kerja.

Tabel 5.1 Rencana Produksi

Produksi Bulan Overbarden Batubara


Bulan SR
Ke (M3) (TON)
1 Desember 647.108,667 112.236,833 5:1
2 Januari 647.108,667 112.236,833 5:1
3 Februari 647.108,667 112.236,833 5:1
4 Maret 647.108,667 112.236,833 5:1
5 April 647.108,667 112.236,833 5:1
6 Mei 647.108,667 112.236,833 5:1
7 Juni 647.108,667 112.236,833 5:1
124

8 Juli 647.108,667 112.236,833 5:1


9 Agustus 647.108,667 112.236,833 5:1
10 September 647.108,667 112.236,833 5:1
11 Oktober 647.108,667 112.236,833 5:1
12 November 647.108,667 112.236,833 5:1
Total 7.765.304 1.346.842 5:1

5.2 Rencana Produksi Penambangan

Cadangan batubara tertambang daerah Kintap adalah sebesar 1.346.842ton


dengan volume lapisan penutup (overburden) sebesar 7.765.304ton, sehingga total
volume 9.112.146ton. Umur tambang ditentukan berdasarkan perhitungan cadangan
tertambang yakni 1.346.842ton dibagi dengan target produksi batubara per -6 Bulan
yakni ±900.000 ton, sehingga umur tambang adalah 1,4 = 1 tahun.Untuk memulai
kegiatan penambangan lebih dahulu dilakukan penggalian tanah penutup
(overburden) pada areal penambangan, sehingga endapan batubara akan tersingkap
dan akan mudah untuk di tambang. Nilai stripping ratio (SR) yang ditetapkan untuk
penambangan batubara PT Banua Coal Indonesia adalah 1 : 5. Nilai ini ditentukan
berdasarkan perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR).

Rencan penambangan pada 2 bulan pertama pada PT Banua Coal Indonesia


yaitu dengan melakukan land clearing atau pembersihan lahan. Setelah land clearing
selesai dilakukan, maka penambangan batubara dapat dilakukan sehingga untuk
bulan-bulan selanjutnya dapat dicapai target produksi yaitu sebesar
112.236,833/bulan, meskipun pada 2 bulan pertama. Jika land clearing pada 2 bulan
pertama memakan banyak waktu sehingga target produksi 2 bulan tidak terpenuhi,
maka produksi batubara tersebut akan di penuhi pada bulan-bulan berikutnya.
125

5.3 Peralatan Penambangan

5.3.1 Pemilihan Peralatan Utama

Pemilihan peralatan yang digunakan untuk penggalian batubara dan


overburden di PT Banua Coal Indonesia adalah Bulldozer. Sebab dengan kondisi
curah hujan yang tinggi dan kondisi lantai kerja yang kurang baik, maka pemakaian
alat muat jenis backhoe ini akan lebih efisien. Selain itu, excavator juga dapat
digunakan untuk mengontrol dilusi pada dasar lapisan batubara.

Alat angkut yang dipilih adalah truk kapasitas 181 ton untuk batubara dan truk
kapasitas 25 ton untuk overburden. Truk 15 ton akan sesuai dengan backhoe 70 ton (
0,7 m3 bucket) dengan pengisian sebanyak 6 Kali. Sedangkan untuk truk 25 ton akan
sesuai dengan backhoe excavator 35 ton ( 3,5 m3 bucket) dengan pengisian sebanyak
10 Kali.

5.3.2 Pemilihan Spesifikasi Peralatan Utama


Pertimbangan pemilihan peralatan spesifikasi teknis peralatan utama adalah
a. Karakteristik lapisan batubara dan lapisan penutup ·
b. Aspek teknis dan ekonomis ·
c. Dukungan teknis yang mencakup pelayanan purna jual (after sales service)
dari perusahaan yang menyediakan peralatan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka pada operasi pertambangan


batubara ini, akan digunakan alat-alat sebagai berikut
126

Tabel 5.2 Jenis Peralatan Utama Penambangan

Table 5.3 Daftar Peralatan Utama Penggalian Batubara dan Tanah Penutup

Kapasitas Per
No Alat Jumlah Lingkup Kerja
Unit
Dozer Land Clearing, Penggalian
1 Caterpillar 2 - untuk material keras, Jalan
D10T dan Penimbunan
2 Dump 5 180,1 m3 Hauling OB
127

Truck
Caterpillar
789D
Dump
Truck
3 2 60,1 m3 Hauling Batubara
Caterpillar
777D
Excavator
Backhoe
4 Komatsu 1 15 m3 Loading Overburden
PC 3000

Excavator
Backhoe
5 1 2,6 m3 Loading Batubara
Caterpillar
336D
Wheel
Loader
6 2 4,4 m3 Loading Batubara di stockpile
Caterpillar
950GC
Motor
Grader Pembuatan Jalan, Perataan
7 2 -
Caterpillar Jalan
16 H
Water Penyiraman Jalan agar tidak
8 2 -
Truck terlalu berdebu
128

5.4 Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang

Operasi penggalian batubara dilakukan dengan menggunkana backhoe CAT


336D dengan kapasitas bucket 2,6 m3 dibantu dengan buldozer. Untuk batubara yang
memiliki kekuatan lemah sampai sedang, langsung digali dan dimuat kedalam dump
truck dengan kapasitas 60,1 m3. Sedangkan yang keras, diberaikan dahulu dengan
bulldozer, kemudian digali dan dimuat denganbackhoe.

a Penggalian Batubara Tahun 6 bulan pertama


Penggalian batubara 6 bulan pertamadilakukan pada elevasi 120-50
mdpl, dimulai pada Blok A dengan luas 13 ha. Jumlah batubara yang digali
sebesar 555.972 ton. Backhoe CAT 336D yang digunakan yaitu 1 Unit, dump
truck CAT 777D 4 unit. Pada penggalian batubara 6 bulan pertama
overburden yang dihasilkan sebesar 4.284.230 m3 diangkut ke waste dump.
Penggalian tambang tahun 6 bulan pertama dapat dilihat pada lampiran K-01.
b Penggalian Batubara 6 bulan kedua
Penggalian batubara 6 bulan keduadilakukan pada elevasi 120-50
mdpl, dimulai padaBlok B dengan luas 7 ha. Jumlah batubara yang digali
sebesar 790.870 ton. Alat muat angkut yang digunakanBackhoe CAT 336D
yang digunakan yaitu 1 Unit, dump truck CAT 777D 4 unit. Pada penggalian
batubara 6 bulan kedua dilakukan open pit dimana jumlah material
overburden Blok B3.481.074 m3ditimbun ke dalam waste dump dimana open
pit dilakukan pada elevasi 50 mdpl. Penggalian tambang tahun 6 bulan kedua
dapat dilihat pada lampiran K-02.

c Pembatasan Cadangan dan Kehilangan (Losses)


Seperti yang telah diuraikan pada penambangan dan produksi batubara
PT Banua Coal Indonesia, tidak mungkin akan diperoleh cadangan tertambang
100% dari cadangan insitu, dimana akan terjadi dilution sepanjang tahap
129

penambangan. Sebelum mulai menghitung suatu nilai cadangan tertambang,


maka ada 2 faktor utama yang harus di kuantifikasi, yaitu :
a) Faktor Pembatas Cadangan
Faktor-faktor pembatas suatu cadangan :
1. Minimum ketebalan lapisan batubara, hal ini berhubungan
dengan teknik penambangan & stripping ratio.
2. Maksimum ketebalan tanah penutup, hal ini berhubungan dengan
nilai stripping ratio.
3. Maksimum stripping ratio, hal ini berhubungan dengan nilai atau
tingkat kelayakan penambangan.
4. Maksimum kemiringan lapisan batubara, hal ini akan
berhubungan dengan teknologi penambangan dan nilai stripping
ratio.
5. Minimum (%) yield proses untuk mendapatkan batubara bersih,
yaitu kalau diperkirakan akan dilakukan proses pencucian.
6. Maksimum kandungan abu, yaitu sesuai dengan standar pasar
yang akan dimasuki.
7. Maksimum kandungan sulfur, yaitu sesuai dengan standar pasar
yang akan dimasuki.
8. Batasan alamiah – geografis, yaitu berhubungan dengan batasan-
batasan alam yang harus diperhatikan, seperti adanya sungai
besar, daerah konservasi alam, atau adanya jalan negara, atau
adanya suatu areal tertentu yang tidak mungkin dipindahkan.
9. Batasan alamiah – geologi, yaitu berhubungan dengan batasan-
batasan geologi, seperti adanya sesar, intrusi, dan lain-lain.
b. Faktor Losses
Yaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat keyakinan
geologi maupun akibat teknis penambangan. Beberapa faktor losses
adalah :
130

1. Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya variasi


ketebalan, parting, maupun pada saat pengkorelasian lapisan
batubara. Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai
umum yaitu 5 – 10%. Namun dapat juga dengan memperhatikan
pola variasi ketebalan batubara, yaitu dengan bantuan analisis
statistik. Parameter statistik yang dapat digunakan adalah :
standard deviasi, koefisien variasi, atau standard error.
Rata-rata = » m ; Standard Deviasi =
Koef. variasi =

2. Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis


penambangan, seperti faktor alat dan faktor safety. Secara
umum, untuk metoda Strip Mining digunakan mining losses
sebesar 10%, sedangkan untuk tambang bawah tanah digunakan
mining losses sebesar 40-50% yaitu (metoda Long Wall
mempunyai Recovery 60-70%, metoda Room & Pillar
mempunyai Recovery 50-60%), untuk auger mining digunakan
mining losses sebesar 60-70% (atau Recovery 30-40% sesuai
dengan spesifikasi peralatannya). Untuk metoda Strip Mining
(open pit), kadang-kadang juga digunakan pendekatan ketebalan
lapisan yang akan ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm
pada floor. Jika ketebalan lapisan hanya 1 m, maka Mining
Losses = 20%., sedangkan jika ketebalan lapisan adalah 2 m
maka Mining Losses = 10%., dan jika ketebalan lapisan adalah 5
m maka Mining Losses = 4%.
3. Processing and Transporting Losses, yaitu faktor kehilangan
(recovey » yield) akibat diterapkannya metoda pencucian batubara
atau kehilangan pada proses pengangkutan ke Stockpile.
Kehilangan ini sangat tergantung pada hasil uji ketercucian
131

(washability test), dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari


hasil uji tersebut sedangkan kehilangan pada saat transportasi
tergantung pada volume angkut, jarak tempuh, karakteristik jalan
dan kecepatan kendaraan.
Perhitungan losses untuk menentukan total cadangan yaitu sebagai berikut :
Total Cadangan : 1.346.842 ton
Target Penjualan : 112.236,83 ribu ton/bulan
Looses Pembongkaran : 0,5 %
Looses Penambangan ke Pengolahan : 4 %
Looses Pengolahan : 10 %
Looses Pengolahan ke Stock Pile : 4,5 %
Total looses : 19%
Total Cadangan : 1.346.842 ton
Cadangan : Total cadangan – kehilangan
19
: 1.346.842 ton - 100x 1.346.842 ton

: 1.090.942,02 ton
Sasaran Produksi : 112,236,83 ton/bulan

5.5 Jadwal Kerja


5.5.1 Hari Kerja
PT Banua Coal Indonesia telah menerapkan jadwal kerja yang telah
ditetapkan dan diperhitungkan agar target produksi batubara dapat dipenuhi.
Rangkain jadwal kerja yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut :
a) Hari Kerja perminggu
Hari Kerja dimulai pada hari senin sampai dengan hari sabtu, sehingga
total hari kerja dalam satu minggu yaitu 6 hari.
b) Hari Kerja Perbulan
132

Dalam satu bulan jika dilihat pada hari kerja perminggu, maka total hari
kerja perbulan yaitu 24 hari.
c) Hari Kerja Pertahun
Total hari kerja pertahun yaitu 24 hari/bulan x 12 bulan, maka dalam satu
tahun hari kerja PT Banua Coal Indonesia adalah 288 hari/tahun.

5.5.2 Shift Kerja


Shift kerja pada PT Banua Coal Indonesia dibagi menjadi 2 shift. Dalam satu shift,
ditentukan jam kerja yaitu 10 jam/hari.
Tabel 5.4 Penentuan Jam Shift Kerja
No Shift Jam
1 Shift 1 07.00 – 17.00
2 Shift 2 19.0 – 05.00

5.6 Network Planing

Menggambarkan Network Diagram Langkah ini adalah menentukan perkiraan


kurun waktu bagi setiap kegiatan dan menggambarkan jaringan kerja, seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5 Kegiatan Proyek Penambangan dengan Waktu


Kode Kegiatan
No Nama Kegiatan Satuan Waktu
Kegiatan Sebelumnya
1 Prospeksi A Bulan 1
2 Eksplorasi B A Bulan 1
3 Pembersihan Lahan C B Bulan 2
4 Pengupasan Tanah Pucuk D C Bulan 2
Pengupasan Tanah 2
5 E
Penutup D Bulan
6 Penambangan Batubara F E Tahun 1
133

7 Pemuatan Batubara G F Tahun 1


8 Pengangkutan Batubara H G Tahun 1
9 Pengolahan I H Bulan 10
10 Pemasaran J I Bulan 10
11 Reklamasi K F Tahun 2

Gambar 5.2 Network Planning

5.7 Rencana Perancangan/Perlakuan Batubara Yang Belum Terpasarkan


PT Banua Coal Indonesia memiliki beberapa cadanagan Batubara peringkat
rendah yang mempunyai kandungan air total cukup tinggi sehingga nilai kalor
menjadi rendah. Dengan demikian diperlukan teknologi khusus untuk memanfaatkan
batubara peringkat rendah tersebut agar dapat bersaing dengan batubara peringkat
tinggi yang cadangannya sudah mulai menipis.
Bertolak dari kondisi di atas, PT Banua Coal Indonesia timbul pemikiran bagaimana
menanggulangi tingginya kadar air dalam batubara. Untuk itu perusahaan kami
melakukan proses UBC.
 Proses Ubc (Upgraded Brown Coal)
134

Air yang terkandung dalam batubara terdiri atas air bebas (free
moisture) dan air bawaan (inherent moisture). Air bebas adalah air
yang terikat secara mekanik dengan batubara pada permukaan dalam
rekahan atau kapiler yang mempunyai tekanan uap normal. Sedangkan
air bawaan adalah air yang terikat secara fisik pada struktur pori-pori
bagian dalam batubara dan mempunyai tekanan uap yang lebih rendah
daripada tekanan normal. Kandungan air dalam batubara, baik air
bebas maupun air bawaan, merupakan faktor yang merugikan karena
memberikan pengaruh yang negatip terhadap proses pembakarannya.
Penurunannya kadar air dalam batubara dapat dilakukan
dengan cara mekanik atau perlakuan panas. Pengeringan cara mekanik
efektif untuk untuk mengurangi kadar air bebas dalam batubara basah,
sedangkan penurunan kadar air bawaan harus dilakukan dengan cara
pemanasan.

Gambar 5.2. Bagan Alir Proses UBC


Proses UBC dilakukan pada temperatur sekitar 150˚C sehingga
pengeluaran tar dari batubara belum sempurna. Untuk itu perlu
ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan batubara, seperti
kanji, tetes tebu (mollase), slope pekat (fuse oil), dan minyak residu.
Untuk proses UBC, sebagai aditif digunakan minyak residu yang
merupakan senyawa organik yang beberapa sifat kimianya mempunyai
135

kesamaan dengan batubara. Dengan kesamaan sifat kimia tersebut,


minyak residu yang masuk ke dalam pori-pori batubara akan kering,
kemudian bersatu dengan batubara.
Untuk proses UBC, sebagai aditif digunakan minyak residu
yang merupakan senyawa organik yang beberapa sifat kimianya
mempunyai kesamaan dengan batubara. Dengan kesamaan sifat kimia
tersebut, minyak residu yang masuk ke dalam pori-pori batubara akan
kering, kemudian bersatu dengan batubara. Lapisan minyak ini cukup
kuat dan dapat menempel pada waktu yang cukup lama sehingga
batubara dapat disimpan di tempat terbuka untuk jangka waktu yang
cukup lama (Couch, 1990).

5.8 Rencana Pemanfaatan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan


Bahan Galian Lain dan mineral ikutan di PT Banua Coal Indonesia yaitu soil
dan clay stone. Pemanfaatan mineral ikutan penambangan batubara PT Banua Coal
Indonesia yaitu digunakan untuk reklamasi dan pasca tambang.

5.9 Rencana Penanganan/Perlakuan Sisa Cadangan Pada Pasca Tambang


Sisa cadangan batubara pada daerah pasca tambang akan langsung di pulihkan
lingkungan alam daerah tersebut. Untuk itu perusahaan PT Banua Coal Indonesia
menutup tambang dan mereklamasi daerah tersebut. Dengan beberapa kegiatan
diantaranya:
1. Pembersihan lahan
2. Pengelolaan Tanah Pucuk
3. Persemian Tanaman/Pembibitan
4. Perbaikan Lahan
5. revegetasi
6. pemantauan

Anda mungkin juga menyukai