PENDAHULUAN
1
Diperlukan intervensi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
PTM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan
yang bersifat secara kontinu dan berkesinambungan yang dapat mendeteksi
secara awal masyarakat yang beresiko maupun yang sudah menderita PTM
sehingga mendapat penanganan yang tepat. Pemeriksaan ini dilakukan dalam
bentuk kegiatan berupa Posbindu PTM, yaitu Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular yang dilakukan mulai usia 15 tahun ke atas.
Dengan melakukan Posbindu ini, diharapkan dapat mengurangi angka
kesakitan yang terjadi akibat penyakit tidak menular dan sekaligus meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat bahwa penyakit dapat dicegah dan
ditangani yang diawali dari kesadaran masing-masing individu untuk mencegah
penyakit terbut yang dapat dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan setiap
harinya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatnya perilaku masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko PTM guna menurunkan angka kesakitan,
2
kecacatan dan kematian akibat PTM secara terpadu, komprehensif dan
terintegrasi pada warga di lingkungan Desa Pemecutan Kelod
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengkaji jenis penyakit tidak menular pada warga di lingkungan Desa
Pemecutan Kelod
1.4 Manfaat
1. Mengetahui gambaran PTM pada warga di lingkungan Desa Pemecutan
Kelod
2. Menurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PTM pada
warga di lingkungan Desa Pemecutan Kelod.
3
BAB II
DATA DESA PEMECUTAN KELOD
4
2.2 Data Demografis Desa Pemecutan Kelod
Jumlah penduduk Desa Pemecutan Kelod tahun 2014 sebanyak 34.449
orang,dan jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 35.046 meningkat 1,73
persen, tingginya laju pertumbuhan penduduk diduga karena banyaknya
urbanisasi yang terjadi di Desa Pemecutan Kelod dengan alasan mencari
pekerjaan dan sekolah. Desa Pemecutan Kelod memiliki kondisi ekonomis yang
sangat setrategis yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian
(perdagangan dan jasa) serta merupakan jalur utama menuju ke Daerah
Pariwisata Kuta dan Nusa Dua.
Secara rinci jumlah penduduk Desa Pemecutan Kelod disajikan dalam tabel
dibawah ini.
5
65 – 69 437 402 839
70 keatas 298 304 602
Jumlah 13.598 14.009 27.607
6
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Strategi
Perencanaan kegiatan Posbindu PTM ini dilaksanakan dengan melakukan
koordinasi dengan banjar terkait, dimana warga di Banjar Tenten merupakan
sasaran kegiatan ini. Jadwal posbindu diadakan tiap bulan setiap tanggal 6 , yang
dilakukan di balai banjar Tenten. Posbindu PTM diadakan dengan alur
pendaftaran, wawancara, pengukuran fisik, pemeriksaan biokimia, konseling dan
rujukan, pencatatan dan pelaporan. Sebelum diadakan posbindu PTM yang
pertama, dilakukan edukasi kepada kader-kader banjar mengenai mekanisme
pelaksanaan posbindu dan cara memakai alat pengukuran fisik serta alat
pemeriksaan biokimia. Edukasi dilakukan dengan cara ceramah serta praktek
langsung menggunakan alat yang telah tersedia.
3.3 Peserta
Peserta yang hadir saat edukasi adalah kader-kader Banjar Tenten yang
berjumlah 5 orang untuk mengetahui mekanisme jalannya posbindu PTM dan
praktek bersama mencoba alat pengukuran dan pemeriksaan yang ada. Pada saat
posbindu PTM pada tanggal 8 Februari 2017, peserta yang hadir adalah warga
Banjar Tenten yang memiliki waktu untuk mengikuti posbindu PTM dan
menjalani pengukuran serta pemeriksaan, dengan jumlah total 33 orang.
7
3.4 Metode
Edukasi pada kader dilakukan dengan metode ceramah serta praktek
langsung mengenai penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus,
hiperurisemia dan hiperkolesterolemia. Untuk praktek langsung dilakukan
dengan cara kader-kader saling bergantian mengukur tinggi dan berat badan,
mengukur tekanan darah dengan alat tensimeter digital serta bergantian
melakukan pengecekan kadar gula darah menggunakan glucometer. Kader juga
diajarkan untuk menggunakan hand schoen, menggunakan kapas alcohol
sebelum menyuntikkan jarum, cara memasang stik pengukuran serta cara
membaca hasil kemudian mencatatnya.
8
Tabel 5. Rentangan Usia Peserta Posbindu PTM Banjar Tenten
Rentang Usia L P Total %
< 18 tahun 0 orang 0 orang 0 orang 0%
18-24 tahun 0 orang 0 orang 0 orang 0%
25-34 tahun 0 orang 0 orang 0 orang 0%
35-44 tahun 0 orang 2 orang 2 orang 6.06 %
45-54 tahun 0 orang 4 orang 4 orang 12.12 %
55-64 tahun 1 orang 14 orang 15 orang 45.45 %
65-74 tahun 3 orang 7 orang 10 orang 30.30%
≥ 75 tahun 2 orang 0 orang 2 orang 6.06 %
9
dilaksanakannya posbindu untuk screening PTM pada lansia di Banjar Tenten.
Kegiatan posbindu ini dibantu oleh kader-kader yang sudah di latih sebelumnya.
Posbindu PTM Banjar Tenten direncanakan dilakukan setiap tanggal 6 setiap
bulannya. Namun pelaksanaan awal dilakukan pada tanggal 8 Februari dan
selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 6. Dalam pelaksanaan pertama kali jumlah
lansia yang datang tidak semua dikarenakan pemberitahuan kepada lansia tidak
semua dan ada kesibukan dari salah satu kader, namun jalannya kegiatan berjalan
dengan lancar, kader-kader mampu melakukan arahan yang sudah diajarkan dan
sudah mampu untuk mandiri.
Jumlah peserta posbindu pertama yang dilaksanakan pada tanggal 8 Februari
2017 adalah 34 orang. Tingkat kehadiran peserta posbindu tergolong tinggi.
Tingginya angka kedatangan dalam pelaksanaan posbindu tentunya dipengaruhi oleh
faktor kesadaran lansia dalam peran sertanya untuk menurunkan persentase penyakit
menular di Banjar Tenten.
Berdasarkan pemeriksaan pertama kali kegiatan posbindu PTM Banjar Tenten,
jumlah yang berhasil diperiksa sebanyak 34 orang, yang terdiri dari 28 orang
perempuan dan 6 orang laki-laki. Peserta yang menjadi peserta posbindu
digolongkan berdasarkan umur, yaitu <18 tahun, 18-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44
tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan >75 tahun, dan didapatkan
rentangan umur dari 18 tahun sampai dengan 64 tahun, dengan rincian 18-24 tahun
sebanyak 0 orang (0%), 25-34 tahun sebanyak 0 orang (0%), 35-44 tahun sebanyak 2
orang (6,06%), 45-54 tahun sebanyak 4 orang (12,12%), 55-64 tahun sebanyak 15
orang (45,45%), 65-74 tahun sebanyak 10 orang (30,30%) dan > 75 tahun sebanyak
2 orang (6,06%).
Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan tidak ada lansia yang merokok,
konsumsi alkohol dan kurangnya aktifitas fisik. Dari faktor resiko kebiasaan
makanan yang mengkonsumsi makanan asin 10 orang yaitu 1 orang laki laki dan 9
orang perempuan, mengkonsumsi makanan lemak 14 orang yaitu 3 orang laki-laki
dan 11 orang perempuan, konsumsi makanan manis 19 orang yaitu 4 orang laki-laki
dan 15 orang perempuan. Kurang makan sayur 6 orang yaitu 2 orang laki-laki dan 4
orang perempuan. Kurang konsumsi buah 4 orang yaitu 1 orang laki-laki dan 3 orang
perempuan. Dari pengukuran antopometri , sebanyak 16 orang yang memiliki berat
10
badan lebih dan 6 orang yang obesitas. Dari pengukuran tekanan darah ditemukan 10
orang yang menderita hipertensi yaitu 3 oran laki-laki dan 7 orang perempuan,
pengukuran kadar gula darah ditemukan 2 orang yang memiliki gula darah yang
meningkat dan ditemukan 1 orang yang memiliki kadar asam urat yang meningkat.
Setelah pemeriksaan posbintu PTM pertama para peserta diberikan
penyuluhan diet pada diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, dan
hiperurisemia dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat
mencegah dan menanggulangi penyakit tidak menular tersebut. Penyulihan dilakukan
dengan pemberitahuan lisan kepada lansia dengan memberikan pengetahuan umum
tentang penyakit tidak menular serta untuk mencegah penyakit tidak menular.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Posbindu PTM merupakan pos pembinaan terpadu faktor risiko penyakit tidak
menular utama (obesitas, hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet tidak sehat,
kurang aktivitas dan merokok), dan sebagai bentuk peran serta kelompok masyarakat
yang aktif dalam upaya promotif-preventif.
Posbindu PTM yang dilakukan terhadap lansia di banjar tenten merupakan
kegiatan dengan upaya pencegahan penyakit tidak menular. Posbindu dilakukan dari
awal dengan pelatihan kader dan dilaksanakan tanggal 8 februari 2017 dengan
banyak peserta 34 orang. Tingkat kehadiran posbindu tergolong cukup tinggi dengan
tingginya angkat lansia yang datang. Dilakukan pencatatan sendiri oleh kader dan
pemeriksaan yang sudah diajarkan sehingga kader mampu untuk mandiri. Selain itu
diberikan penyuluhan kepada lansia yang memiliki resiko menderita penyakit tidak
menular dengan cara lisan sehingga lansia mampu menerapkannya.
4.2 Saran
1. Pemantauan pelaksanaan posbindu setiap bulan untuk melihat perkembangan
faktor risiko penyakit tidak menular pada lansia.
2. Kerjasama antara para kader dan kelian banjar dalam hal penyesuaian jadwal
sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai yang direncanakan.
3. Memperbaiki alat glucometer yang sebelumnya tidak bisa digunakan supaya
program posbindu bisa berjalan dengan lancar.
12