Laporan Praktikum Farmakologi
Laporan Praktikum Farmakologi
FARMAKOLOGI
“PENGUJIANAKTIVITAS ANALGETIK NON-
NARKOTIKA”
I. Tujuan Percobaan
a). Mengenal berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik suatu obat.
b). Memahami dasar – dasar perbedaan efektivitas berbagai analgetika.
Bahan
- Asam asetat 0,7 % v/v
- Aspirin
- Parasetamol
- Asam mefenamat
- CMC
Hewan
- Mencit putih sekelamin
Kelompok 1 : k
Kelompok 2
Kelompok 3 :
Kelompok 4 : dib
Amati gerak
%P = [(JGU
Keterangan :
%E = [(%PU
Keterangan :
PA = proteksi aspirin
V. Data Pengamatan
5.1 Penimbangan
- Mencit 1 → 35 gr
- Mencit 2 → 43 gr
5.2 Perhitungan Dosis Sediaan
Konversi dosis manusia ke dosis mencit :
Dosis manusia = 500 mg / 70 kg bb
Dosis mencit = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg / 20 gram bobot mencit
Suspensi asam asetat yang tersedia = 2 mg/ml
- Mencit 1 (kontrol) = x 0,5 ml = 0,875 ml
= x = 0,4375 ml (dosis asam asetat)
- Mencit 2 (aspirin) = x 1,3 ml = 2,795 ml
= x = 1,3975 ml (dosis asam asetat)
5.3 Tabel Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Geliat Mencit
Kelompok Jumlah geliat mencit
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’
Kontrol 22 21 14 8 7 10 9 14 6 10 11 6
Aspirin 1 3 4 1 2 2 2 1 1 0 1 1
Parasetamol 0 5 14 15 19 16 15 11 10 4 3 1
As. Mefenamat 14 22 16 11 12 8 9 6 4 1 2 1
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu analgetik bertujuan untuk mengenal, mempraktekkan dan
membandingan daya analgetik Asetosal, Parasetamol menggunakan metode rangsang kimia.
Bahan yang digunakan sebagai perangsang kimia adalah larutan steril Asam
Asetat glasial yang diberikan secara intra peritonial. Pada praktikum pemberian larutan
steril Asam Asetat glasial diberikan 30 menit setelah pemberian obat hal ini diharapkan agar
obat yang diberikan belum bekerja sehingga Asam Asetat langsung berefek dan juga untuk
mempermudah pengamatan onset dari obat itu.
Pada praktikum kali ini obat-obat analgetik yang diperbandingkan adalah obat-obat
analgetik golongan non narkotik/ perifer yaitu, Aspirin, Parasetamol dan Asam Mefenamat.
Kelompok kontrol yang digunakan pada percobaan ini adalah CMC-Na, sehingga hewan
percobaan hanya diberikan CMC-Na pada awal percobaan dan penginduksi asam asetat
pada 30 menit setelah pemberian CMC-Na tanpa pemberian sedian analgesik. Asam asetat
merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asam asetat
terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri
akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi
reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat
menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan
histamine merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri
inilah hewan percobaan akan menggeliatkan kaki belakangnya saat efek dari penginduksi ini
bekerja. Pemberian sediaan asam asetat pada peritonial atau selaput gastrointestinal hewan
memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh dan cepat memberikan efek.
Kelompok Jumlah geliat mencit
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’
Kontrol 22 21 14 8 7 10 9 14 6 10 11 6
Aspirin 1 3 4 1 2 2 2 1 1 0 1 1
Parasetamol 0 5 14 15 19 16 15 11 10 4 3 1
As. Mefenamat 14 22 16 11 12 8 9 6 4 1 2 1
Dari hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa jumlah geliat mencit kontrol lebih banyak
daripada mencit yang diberikan obat. Hal ini disebabkan karena mencit kontrol tidak memiliki
perlindungan terhadap nyeri yang disebabkan karena pemberian asam asetat sebagai penyebab
terjadinya nyeri.
Dari hasil pengamatan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pada mencit yang diberi
aspirin memiliki daya analgetik paling kuat dari golongan analgetik non-narkotika ini. Karena
pada tabel hasil pengamatan menunjukan jumlah geliat yang ditunjukan mencit sedikit dari
pada mencit lain yang diberikan parasetamol dan asam mefenamat. Karena disini aspirin
menghambat biosintesis prostaglandin yang menstimulasi SSP, sehingga dapat
menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Prostaglandin akan dilepaskan oleh sel
yang mengalami kerusakan. Pembentukan prostaglandin dihambat dengan menghambat enzim
siklooksigenase yang bertugas mengubah asam
arachidonat menjadi endoperoksida (PGG2/PGH). PGH akan memproduksi prostaglandin,
sehingga secara tidak langsung obat analgesik menghambat pembentukan prostaglandin.
Prostaglandin berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau inflamasi
dan menyebabkan sensitivitas reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi.
Aspirin merupakan sediaan yang efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai
sedang misalnya pada sakit kepala, mialgia, atralgia dan nyeri lain yang berasal dari inegumen,
sediaan ini juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Efek analgetikanya
jauh lebih lemah daripada efek analgetika opiat tetapi sediaan ini tidak menimbulkan ketagihan
efek samping sentral yang merugikan. Aspirin bekerja dengan mengubah persepsi modalitas
sensorik nyeri, tanpa mempengaruhi sensorik lain. Pemberian aspirin dalam kelompok ini juga
akan menunjukkan efek analgesik setelah diberi penginduksi asam asetat.
Sedangkan pada kelompok mencit yang diberi parasetamol, terlihat jumlah geliat yang
ditunjukan mencit cukup sedikit dibandingkan dengan kontrol. Karena Mekanismenya
kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. Efek analgetik
timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau ditempat cedera. Respon terhadap
cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan
histamin. PG dan Brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa implus nyeri
ke SSP. Parasetamol dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga
menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Karena mempunyai mekanisme kerja
menghambat berbagai reaksi in-vitro.
Pada kelompok yang diberikan sediaan asam mefenamat, terlihat dari hasil pengamatan
bahwa jumlah geliat mencit cukup banyak dibandingkan dengan aspirin. Karena asam
mefenamat yang merupakan salah satu obat analgesik ini, tidak terlalu bekerja dengan baik
untuk menekan rasa sakit yang timbul, sehingga induksi dari asam asetat setelah
pemberian asam mefenamat masih terasa nyeri oleh mencit yang ditunjukan dengan banyaknya
geliat yang ditunjukan oleh mencit.
Setelah dilakukan perhitungan persentase daya proteksi pada obat analgetik yang
diberikan pada mencit, ternyata dapat dilihat bahwa besarnya daya proteksi aspirin, lebih besar
daripada parasetamol dan asam mefenamat yaitu 86, 3 %. Hal ini kemungkinan
dikarenakan efek analgesik yang ditimbulkan oleh aspirin lebih besar daripada yang
ditimbulkan oleh parasetamol dan asam mefenamat. Sedangkan besarnya daya proteksi
parasetamol lebih kecil dari besarnya daya proteksi aspirin. Sehingga dalam perhitungan
persentase efektifitasnya dapat dilihat bahwa efektifitas analgetik parasetamol terhadap
aspirin sebesar 21 % dan efektifitas analgetik asam mefenamat terhadap aspirin sebesar 26,8
%.
VII. Kesimpulan
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa
sakit atau nyeri diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan
mekanis, kimiawi dan fisis.
Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok yaitu analgetik
sentral (narkotik) dan analgetik perifer (non-narkotik).
Besarnya daya proteksi aspirin terhadap kontrol adalah sebesar 86,3 %.
Besarnya daya proteksi parasetamol terhadap kontrol adalah sebesar 18,2 %.
Besarnya daya proteksi asam mefenamat terhadap kontrol adalah sebesar 23,2 %.
Besarnya persen efektifitas parasetamol terhadap aspirin adalah sebesar 21 %.
Besarnya persen efektifitas asam mefenamat terhadap aspirin adalah sebesar 26,8 %.
DAFTAR PUSTAKA