Anda di halaman 1dari 2

LO5 DIAGNOSA

Diagnosa malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis. Gejala klinis
saja sering bervariasi dan tidak spesifik sehingga penegakkan diagnose berdasar gejala klinis
mempunyai spesifisitas yang rendah. Adanya riwayat saat anamnesa penderita tentang asal apakah
dari daerah endemic malaria, riwayat berpergian ke daerah malaria sangat membantu dalam
memperkirakan adanya infeksi malaria. WHO merekomendasikan diagnosis berdasar gejala klinis
dengan 2 petunjuk :

1) Bila risiko infeksi malaria rendah, kemungkinan transmisi malaria minimal,


diagnosis berdasarkan adanya demam selama 3 hari dan tidak ditemukan
penyebab infeksi lainnya;
2) Bila penderita risiko malaria tinggi dan transmisi malaria sangat tinggi, diagnosis
berdasar adanya demam 1 hari disertai adanya anemia, pada anak sering ditandai
dengan pucat ditelapak tangan.

Diagnosis pasti dengan menemukan adanya parasit malaria ditegakkan dengan pemeriksaan
mikroskopik sebagai standar baku dan bila tidak dimungkinkan dibantu dengantes diagnosa cepat
(Rapid Diagnosis Test =RDT).

Pemeriksaan Tetes Darah untuk Malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk
menegakkan diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis
malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif dapat menyingkirkan kemungkinan malaria.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan
parasit malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat meningkatkan
kemungkinan ditemukannya parasit. Pemeriksaan dengan stimulasi adrenalin 1:1000 tidak jelas
manfaatnya dan sering membahayakan terutama penderita dengan hipertensi. Pemeriksaan parasit
malaria melalui aspirasi sumsum tulang hanya untuk tujuan penelitian dan tidak sebagai cara
diagnosis yangrutin. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :

Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena
tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya
untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi
parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan
pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negatip bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan
pembesaran kuat (700-1000) kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes
tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung
parasitnya iaIah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

Hapusan darah Tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis Plasmodium, bila dengan preparat darah
tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit {parasite count), dapat
dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah
parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk
menentukan prognosis penderita malaria, walaupun komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah
parasit yang minimal. Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa, atau Leishman's, atau Field's dan
juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan
merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik

Tes Antigen:

Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein II mendeteksi antigen dari P. Falciparum dan antigen
terhadap LDH (Laktate Dehydrogenase) yang terdapat pada Plasmodium lainnya. Deteksi sangat
cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat
khusus. Beberapa tes mendeteksi antigen spesifik terhdap R Falciparum sedang yang lain deteksi
pan-spesifik antigen (aldolase atau pan-malaria pLDH). Sensitivitas sampai 95% dan hasil positif
palsu lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat {Rapid Test).
Karena sensitivitas dan spesivitasnya tinggi tes ini sangat bermanfaat untuk tes penyaring dan dapat
dipakai sebagai tes deteksi parasit untuk pemberian obat malaria ACT. Tes ini tidak dapat dipakai
untuk monitoring maupun mendeteksi adanya hiperparasitemia.

Tes Serologi.

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik immuno fluorescent
antibody {IfA). Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat sedikit jumlahnya. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik
sebab antibodi baru terjadi setelah 2 minggu terjadinya infeksi dan menetap 3 - 6 bulan. Tes ini
sangat spesifik dan sensitif, manfaat tes serologi terutama untuk digunakan pada penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan test >
1: 20 dinyatakan positif terinfeksi. Metode tes serologi lain adalah indirect haemagglutination test,
immuno- precipitation techniques, ELISA test, radioimmunoassay.

Tes Diagnosis Molekuler

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat
dan sensivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat
sedikit dapat memberikan hasil positif. tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum
untuk pemeriksaan rutin.

Anda mungkin juga menyukai