Oleh:
Kelompok 1
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-
Nya penulis dan dapat bekerja dengan baik dalam menyelesaikan paper ini.
Dalam paper ini terdapat banyak kesalahan-kesalahan baik itu dalam hal pengetikan,
penyusunan paper yang kurang sempurna, penulis meminta maaf dan sangat membutuhkan saran
dan kritik yang membangun guna memperbaiki paper yang kurang sempurna ini. Selaku penulis
paper ini mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………………………….... ii
DAFTAR ISI
............................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………...…………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………..……………………………………………. 1
1.3 Tujuan Pembahasan……..………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Biografis………………………………………………............. 2
2.2 Kemampuan…………………….………………………………………….... 4
2.3 Keperibadian……………………………………………………………….... 6
2.4 Pembelajaran…………..…………………………………………….............. 8
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Usia
Terdapat tiga alasan mengapa usia dan kinerja menjadi masalah yang penting, yaitu
terdapat kepercayaan yang luas bahwa kinerja pekerjaan menurun seiring bertambahnya
usia, angkatan kerja menua dan perundang-undangan mengenai pensiun. Namun terdapat
beberapa kualitas positif yang dibawa para pekerja lebih tua pada pekerjaan mereka
khususnya pengalaman, penilaian, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap kualitas.
Sisi negatif dari pekerja usia tua adalah sulitnya menerima teknologi baru dan kurang
fleksibel. Semakin tua seseorang, maka semakin kecil kemungkinan untuk keluar dari
pekerjaan tersebut.
Para pekerja yang lebih tua berkemungkinan lebih rendah untuk mengundurkan diri
dibandingkan dengan para pekerja yang lebih muda karena masa kerja pengabdian
mereka yang panjang cenderung memberi mereka tingkat gaji yang lebih tinggi,
tunjangan liburan yang lebih panjang, dan tunjangan pensiun yang lebih menarik. Secara
umum para pekerja lebih tua memiliki tingkat ketidakhadiran yang dapat dihindari lebih
sedikit dibandingkan para pekerja yang lebih muda.
Tetapi mereka lebih memiliki tingkat ketidakhadiran lebih tinggi yang tidak dapat
dihindari mungkin karena kondisi kesehatan yang lebih buruk terkait usia dan periode
pemulihan lebih lama yang dibutuhkan oleh para pekerja lebih tua bila sakit.
2
2.1.2 Jenis Kelamin (Gender)
Tidak terdapat perbedaan yang konsisten antara pria-wanita dalam hal kemampuan
memecahkan masalah, menganalisa, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau
kemampuan belajar. Studi-studi psikologis telah menjumpai bahwa wanita lebih bersedia
mematuhi otoritas, dan bahwa pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya
daripada wanita dalam memiliki pengharapan kesuksesan.
Satu hal yang memang berbeda adalah dalam hal ketidakhadiran. Untuk tingkat
perputaran karyawan wanita adalah sama dengan pria. Penelitian terhadap ketidakhadiran
secara konsisten menunjukan bahwa wanita memiliki tingkat ketidakhadiran yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pria. Hal tersebut dikarenakan secara historis menempatkan
tanggungjawab rumah tangga dan keluarga pada wanita.
Tidak cukup studi untuk menarik kesimpulan mengenai efek status perkawinan pada
produktivitas, namun riset yang konsisten menunjukkan bahwa karyawan yang menikah
lebih sedikit absensinya, mengalami pergantian yang lebih rendah, dan lebih puas dengan
pekerjaan mereka daripada rekan kerjanya yang bujangan.
Sedikit riset telah dilakukan mengenai hubungan antara banyaknya tanggungan yang
dipunyai seorang karyawan dan absensi, pergantian, dan kepuasan kerja. Bukti yang kuat
menyatakan bahwa banyaknya anak yang dipunyai seorang karyawan mempunyai
kolerasi yang positif dengan absensi, terutama di anatara wanita.
2.1.5 Ras
Dalam situasi pekerjaan terdapat sebuah kecenderungan bagi individu untuk lebih
menyukai rekan-rekan dari ras mereka sendiri dalam evaluasi kerja, keputusan promosi,
dan kenaikan gaji. Selain itu, terdapat tindakan afirmatif dan biasanya sebagian golongan
akan mendapatkan perilaku yang lebih buruk bila dibandingkan dengan kelompok yang
lain
3
2.1.6 Masa Kerja
2.2 KEMAMPUAN
1. Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
berbagai aktivitas mental seperti berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Semakin
tinggi intelektual karyawan, biasanya semakin kompleks suatu pekerjaan dalam hal
tuntutan pemrosesan informasi, semakin banyak kemampuan kecersasan umum dan
verbal yang akan dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan sempurna.
Tujuh dimensi pembentuk kemampuan intelektual :
1. Kecerdasan numeris/angka : kemampuan melakukan aritmatika (berhitung) dengan
cepat dan akurat. Contoh : akuntan
2. Pemahaman verbal: kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar dan
hubungan antara kata-kata. Contoh : manajer pabrik
3. Kecepatan persepsi: kemampuan mengidentifikasi kemiripan dan perbedaan visual
secara cepat dan akurat. Contoh : Penyelidik kebakaran
4. Penalaran induktif : kemampuan mengidentifikasi urutan logis dalam sebuah
masalah dan kemudian memecahkan masalah tersebut. Contoh : periset pasar
5. Penalaran deduktif : kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari
sebuah argumen. Contoh : pengawas
4
6. Visualisasi ruang : kemampuan membayangkan bagaimana sebuah objek akan
terlihat bila posisinya dalam ruang diubah. Contoh : dekorator interior
7. Daya ingat : kemampuan menyimpan dan mengingat pengalaman masa lalu.
Contoh : tenaga penjual
2. Kemampuan fisik
1. Faktor kekuatan
Kekuatan dinamis: kemampuan menggunakan otot secara berulang – ulang atau
terus menerus
Kekuatan tubuh : kemampuan memanfaatkan kekuatan otot menggunakan otot
tubuh
Kekuatan statik : kemampuan menggunakan kekuatan terhadap objek luar
Kekuatan eksplosif : kemampuan mengeluarkan energi maksimum dalam
satu atau serangkaian tindakan eksplosif
2. Faktor keluwesan (fleksibilitas)
Keluwesan extent : kemampuan menggerakkan otot tubuh dan meregang
punggung sejauh mungkin
Keluwesan dinamis: kemampuan melakukan gerakan cepat
3. Faktor lainnya
Koordinasi tubuh : kemampuan mengoordinasikan tindakan secara bersamaan
dari bagian-bagian tubuh yang berbeda.
5
Keseimbangan : kemampuan mempertahankan keseimbangan meskipun terdapat
gaya yang mengganggu keseimbangan
Stamina: kemampuan mengerahkan upaya maksimum yang membutuhkan usaha
berkelanjutan.
2.3 KEPRIBADIAN
Manusia dilahirkan dengan karakter, sifat, kepribadian, emosi, kelamin yang berbeda-beda.
Ada manusia yang dilahirkan dengan memiliki sifat yang pendiam, dan ada juga yang dilahirkan
dengan sifat yang cerewet. Melihat dari kepribadian, seseorang pun dapat dibedakan tentang
dirinya. Mengapa ada orang yang tenang dan pasif, sementara ada orang yang lainnya ribut dan
agresif? Apakah tipe kepribadian tertentu lebih cocok untuk diadaptasikan pada jenis pekerjaan
tertentu? Sebelumnya kita akan membahas, apa sih Kepribadian itu? Apa saja yang menjadi
penentu dari kepribadian itu?
Menurut buku STEPHEN P. ROBBINS, Kepribadian adalah keseluruhan total dari cara-cara
seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan yang lain.
Suatu argument dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seorang
individu merupakan hasil keturunan ataukah lingkungan. Kepribadian tampaknya
merupakan hasil dari kedua pengaruh tersebut. Tambahan pula, dewasa ini kita mengenali
suatu faktor ketiga yaitu situasi.
1. Keturunan
Keturunan merujuk kepada faktor-faktor yang ditentukan sejak lahir.
Ukuran fisik, wajah yang menarik, jenis kelamin, tempramen, dan lain-lain
umumnya dianggap sebagian besarnya dipengaruhi oleh orang tua.
Apabila ciri-ciri kepribadian sepenuhnya ditentukan oleh keturunan, ciri-
ciri tersebut sudah ada sejak lahir dan tidak ada pengalaman yang dapat
menggantikannya. Jika anda santai dan enak sebagai seorang anak,misalnya, itu
merupakan akibat dari gen anda, dan tidak mungkin untuk mengubah karakteristik
6
tersebut. Namun karakteristik kepribadian tidak sepenuhnya ditentukan oleh
faktor keturunan.
2. Lingkungan
Lingkungan yang dipaparkan pada kita memainkan suatu peran yang
cukup besar dalam membentuk kepribadian kita. Budaya daerah tempat seseorang
dibesarkan, pengkondisian dini, norma-norma dalam keluarga, teman-teman,
kelompok-kelompok sosial adalah beberapa faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang. Kita tidak bisa menyimpulkan sendiri
tentang kepribadian kita seperti apa , karena diri kita yang menilai adalah orang
lain, dan juga apa yang menurut kita baik belum tentu pandangan orang lain baik
terhadap apa yang kita lakukan. Kita dapat menilai diri kita seperti apa itu, berasal
dari masukan dan kritikan yang kita dapatkan dari orang lain. Dari situlah kita
dapat melihat diri kita seperti apa faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Misalnya, seorang wanita tertawa terbahak-bahak, yang menurut dirinya
sendiri biasa saja, tapi pandangan orang berkata lain, orang lain akan menilainya
bahwa wanita itu tidak sopan, dan tidak punya tatakrama.
3. Situasi
Situasi mempengaruhi faktor keturunan dan juga lingkungan terhadap
kepribadian. Kepribadian seorang individu, walaupun umumnya stabil dan
konsisten, justru dapat berubah ketika dalam situasi-situasi yang berbeda. Dalam
menentukan pekerjaan pun alangkah baiknya kita sesuaikan dengan kepribadian
kita, karena hal tersebut yang nantinya akan menentukan juga kualitas kita dalam
pekerjaan itu. Untuk mencapai kecocokan kepribadian, organisasi memperhatikan
kepribadian terutama karena mereka ingin mencocokkan individu-individu
dengan jabatan-jabatan tertentu.
7
dalam teori kesesuaian kepribadian-perkerjaan oleh John Holland. Hollan menyajikan 6
(enam) tipe kepribadian yaitu
2.4 PEMBELAJARAN
Pembelajaran terjadi setiap waktu. Suatu definisi yang dapat diterima baik secara umum dari
pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari
pengalaman. Terdapat tiga teori pembelajaran yaitu:
8
menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan. Kecenderungan untuk mengulang
perilaku seperti ini dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penegasan dari konsekuensi-
konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku. Dengan demikian penegasan akan
memperkuat sebuah perilaku dan meningkatkan perilaku tersebut diulangi.
Konsep pengondisian operan merupakan bagian dari konsep B.F. Skinner
mengenai paham prilaku, yang menyatakan bahwa prilaku mengikuti rangsangan dalam
cara yang relatif tidak terpikirkan. Dalam paham perilaku radikal menurut Skinner,
konsep-konsep seperti perasaan, pikiran, dan keadaan pikiran lainnya ditolak sebagai
penyebab prilaku. Singkatnya, individu belajar untuk mengasosiasikan rangsangan dan
respons, tetapi pikiran sadar mereka terhadap asosiasi ini adalah tidak relevan. Dan jika
sebuah perilaku gagal untuk ditegaskan secara positif, probabilitas bahwa perilaku
tersebut akan terulang pun menurun.
2.4.3 Pembelajaran Sosial
Pembelajaran sosial adalah pandangan bahwa orang-orang dapat belajar melalui
pengamatan dan pengalaman langsung. Pembelajaran sosial mengakui keberadaan
pembelajaran lewat pengamatan (observational) dan pentingnya persepsi dalam belajar.
Pengaruh model bersifat sentral bagi sudut pandang pembelajaran social. Empat proses
telah ditemukan untuk menentukan pengaruh sebuah model pada seorang individu:
1. Proses Perhatian
Individu belajar dari sebuah model hanya ketika mereka mengenali dan
mencurahkan perhatian terhadap fitur-fitur pentingnya. Kita cenderung sangat
terpengaruh oleh model-model menarik, penting bagi kita, atau mirip dengan
kita menurut perkiraan kita.
2. Proses Penahanan
Pengaruh sebuah model akan bergantung pada seberapa baik individu
mengingat tindakan model tersebut setelah model itu tidak lagi tersedia.
3. Proses Reproduksi Motor
Setelah seseorang melihat sebuah prilaku baru dengan mengamati model,
pengamatan tersebut harus diubah menjadi tindakan. Proses ini kemudian
menunjukan bahwa individu itu dapat melakukan aktivitas yang dicontohkan
oleh model tersebut.
9
4. Proses Penguatan
Individu akan termotivasi untuk menampilkan perilaku yang dicontohkan
jika tersedia rangsangan positif atau penghargaan. Perilaku yang diperkuat
secara positif akan mendapat lebih banyak perhatian, dipelajari dengan lebih
baik, dan dilakukan lebih sering.
10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Karakteristik biografis merupakan karakteristik perseorangan yang diperoleh secara mudah
dan objektif dari arsip pribadi seseorang misalnya usia, gender, ras dan masa jabatan.
Menurut buku STEPHEN P. ROBBINS, Kepribadian adalah keseluruhan total dari cara-cara
seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan yang lain.
Pembelajaran terjadi setiap waktu. Suatu definisi yang dapat diterima baik secara umum dari
pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari
pengalaman.
3.2. Saran
Semoga dengan dibuatnya paper ini dapat memberikan informasi yang jelas mengenai
pokok-pokok bahasan diatas serta semoga penulisan paper ini dapat berguna pula bagi kita
semua.
11
DAFTAR PUSTAKA
12