Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit demam akut
yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti. Gejala khas pada penyakit demam berdarah adalah demam
tinggi, hal ini sering dianggap sepele oleh beberapa orang, yang pada akhirnya
dapat menyebabkan kematian. Angka kematian pasien DBD sangat tinggi, yaitu
sekitar 3-30%, sebagian besar kematian terjadi pada anak-anak. WHO
memperkirakan lebih dari 500.000 kasus dari 50 juta kasus demam dengue
memerlukan perawatan di rumah sakit. Indonesia termasuk dalam kategori “A”
dalam stratifikasi DBD oleh WHO 2001 yang mengindikasikan tingginya
perawatan rumah sakit dan kematian DBD khususnya pada anak.
Berdasarkan data dari WHO, jumlah kasus DBD di dunia mencapai
50 juta kasus setiap tahunnya. Indonesia menduduki peringkat kedua setelah
Brazil untuk rata-rata kasus yang ditemukan pada tahun 2004-2010, yakni
sebesar 129.435 kasus. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
menyatakan terdapat penurunan kasus DBD pada tahun 2011 dibandingkan
tahun 2010, yaitu sebesar 49.868 kasus (IR 21 per 100.000 penduduk).
Sementara untuk angka kematian (CFR) akibat DBD di tahun 2010 sebesar
0,87% dan di tahun 2011 menjadi 0,80%. Di Propinsi Jawa Tengah jumlah
kasus DBD pada tahun 2011 mencapai 2.345 kasus. Sampai triwulan kedua
tahun 2012, data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng menunjukkan besarnya
Incidence Rate (IR) kasus DBD di Surakarta mencapai 2,05 per 100.000
penduduk, dan CFR tertinggi seprovinsi yakni sebesar 11,1 %. Sampai bulan
Mei 2013, untuk daerah Mojosongo sendiri sudah ditemukan 8 kasus DBD.
Program pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD selama
ini belum berhasil menurunkan jumlah angka kesakitan. Jumlah penderita
cenderung meningkat, penyebaran semakin luas, tidak hanya menyerang anak-
anak tetapi juga golongan umur yang lebih tua. Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah dalam mencegah, memberantas, serta menanggulangi
penyakit DBD, salah satunya melalui program PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk). Namun, partisipasi masyarakat dalam menyukseskan program ini
masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka House
Index, yaitu prosentase rumah positif jentik dibandingkan dengan jumlah rumah
yang diperiksa.

1
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis ingin menganalisis
lebih dalam mengenai penyebab tingginya angka House Index di pemukiman
dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sibela dan apa saja upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka tersebut.

B. Perumusan Masalah
Mengapa angka House Index di pemukiman dan sekolah di wilayah kerja
Puskesmas Sibela tinggi?

C. Tujuan Pemecahan Masalah


1. Tujuan Umum
Meningkatkan upaya pencegahan DBD
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penyebab tingginya angka House Index di pemukiman
dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sibela
b. Mencari alternatif penyelesaian masalah penyebab tingginya angka
House Index di pemukiman dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas
Sibela

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai program-program pencegahan dan
pemberantasan DBD.
2. Memberikan alternatif pemecahan masalah kepada pelaksana kebijakan
untuk menghadapi kendala di lapangan dalam rangka mengatasi tingginya
angka House Index yang melebihi target.

2
BAB II
KEADAAN UMUM PUSKESMAS SIBELA

A. Data Umum
1. Peta Wilayah
a. Keadaan Wilayah
Wilayah binaan Puskesmas Sibela hanya 1 Kelurahan yaitu Kelurahan
Mojosongo dengan luas 5.329 km2 yang merupakan dataran rendah dan
dulintasi oleh Kali Anyar dengan ketinggian hampir sama dengan sungai
Bengawan Solo yaitu kira-kira 92 meter dari permukaan laut.
b. Batas wilayah Puskesmas Sibela
Wilayah binaan Puskesmas Sibela yaitu Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres, dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah utara : wilayah Dati II Kab. Karanganyar
Sebelah selatan : wilayah Kelurahan Tegalharjo
Sebelah timur : wilayah Kelurahan Jebres
Sebelah barat : wilayah Kelurahan Nusukan dan Kelurahan Kadipiro
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah binaan Puskesmas
Sibela, diuraikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Wilayah Binaan Puskesmas Sibela Tahun


2012
No Fasilitas Kesehatan Jumlah Keterangan
1. Puskesmas Pembantu 1/2
2. Klinik Pelayanan Dasar 1 Klinik
Mojosongo
3. Balai Pengobatan 2 Akper PPNI,
Seger waras
4. Rumah Bersalin 0
5. Apotek 6
6. Dokter Praktek Umum Swasta 18
7. Dokter Gigi Praktek Swasta 3
8. Bidan Praktek Swasta 10

3
B. Data Sumber Daya
1. Ketenagaan
Jumlah pegawai yang bertugas di Puskesmas Sibela sebanyak 42 orang
yang terdiri dari tenaga medis dan tenaga non medis yang berada di
Puskesmas Induk maupun Puskesmas Pembantu.

Tabel 2. Data Pegawai UPT Puskesmas Sibela Tahun 2012


No. Jenis Yang ada Kekuran Status Keterangan
Ketenagaan Sekarang gan Kepegawaian
A. Puskesmas Induk
1. Dokter 3 orang 2 orang PNS 1 Kepala
2. Dokter gigi 1 orang 0 PNS UPT
3. Sarjana/DIV
a. SKM 3 orang PNS 1 kepala
b. DIV 2 orang UPT
Kebidanan
c. DIV/ S1 4 orang
Keperawatan
d. Apoteker 1 orang

4. Diploma 3
a. Kebidanan 6 orang 2 orang
b. Keperawatan 4 orang
c. Gizi 2 orang
d. Rekam 1 orang
Medik

5. D1 Kebidanan 1 orang
6. Perawat Gigi 1 orang
7. Tenaga 1 orang 1 orang
laboratorium
Asisten
8. Pengelola obat 4 orang 1 orang
apoteker

9. Tenaga 5 orang
administrasi
10. Tenaga 0 1 orang
Pengelola
Keuangan

4
B. Puskesmas Pembantu (PP 1 dan 2)

1. Perawat (SPK) 1 orang


2. D3 1 orang
Keperawatan
3. D3 Kebidanan 1 orang 1 orang

2. Data Obat dan Bahan Habis Pakai


Obat dan bahan habis pakai yang digunakan sangat banyak jenisnya. Ini
adalah penggunaan obat terbanyak tahun 2012

Tabel 3. Sepuluh Besar Pemakaian Obat di Puskesmas Sibela Tahun 2012

No. Jenis Obat Jumlah Persentase


1. Paracetamol 82,712 15.82
2. Amoksilin 69,729 13.33
3. Dexamethasone 0,5mg 64,037 12.24
4. Gliseril Guayacolat 53,381 10.29
5. Chlorfeniramin maleat 53,193 10.17
6. Asam Askorbat 42,716 8.17
7. Antasida DOEN 41,974 8.03
8. Vit B-Komplek 38,974 7.45
9. Piridoksin 37,974 7.26
10. Obat flu 37,852 7.24

5
3. Data Peralatan

Tabel 4. Data Peralatan Kesehatan di Puskesmas Sibela Tahun 2012


Kondisi
No. Jenis alat Jumlah Tidak Keterangan
Berfungsi
Berfungsi
1. KIA set
a. Tensimeter 4 4 0
b. Stetoskop 4 4 0
c. Termometer 4 4 0
d. Partus set 3 3 0
e. Dopler 1 1 0
f. USG 1 1 0

2. Poliklinik set 8 8 0
a. Tensimeter 8 8 0
b. Stetoskop 5 5 0
c. Termometer 1 1 0
d. Diagnostk set 2 2 0
e. Hecting set
3. UKS Kit 1 1 0
4. Sanitarian Kit 1 1 0

4. Sumber Pembiayaan
Kegiatan perkantoran maupun program dibiayai dari APBD Kota
Surakarta dan mendapat Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Tabel 5. Data Sumber Pembiayaan Kesehatan di Puskesmas Sibela Tahun


2012
No Sumber Biaya Jumlah
1. APBD Kota Rp. 359.720.000,-
(Askeskin dan Askes termasuk
didalamnya)
2. BOK (APBN) Rp. 75.932.000,-
Jumlah Rp. 435.652.000,-

6
5. Sarana dan Prasarana

Tabel 6. Data Sarana dan Prasarana di Puskesmas Sibela Tahun 2012


Kondisi
Jenis Sarana
No. Jumlah Rusak Rusak Rusak
Prasarana
Ringan Sedang Berat
1. Sarana kesehatan
a. Puskesmas 2 0 0 1
pembantu
b. Polindes 0 0 0 0
c. Rumah Dinas 0 0 0 0
Dokter
d. Rumah Dinas 0 0 0 0
Perawat
e. Rumah Dinas 0 0 0 0
Bidan
f. Puskesmas 1 0 0 0
Keliling Roda 4
g. Ambulans 1 0 0 0
h. Sepeda motor 2 0 0 0
2. Sarana Penunjang
a. Komputer 8 2 4 2

b. Laptop 4 1 2 0
c. Mesin Tik 3 0 3 0
d. Telepon 2 2 0 0
e. LCD 1 0 1 0

C. DATA DERAJAT KESEHATAN


Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian ibu dan bayi dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di
samping itu, kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam
penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program kesehatan lainnya.

7
1. Kematian ibu, bayi, dan balita
a. Angka Kematian Bayi (IMR)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 0 − 11 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐼𝑀𝑅 = 𝑥1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
= 3/700 x 1000
= 4,3 %0

b. Angka Kematian Kasar (CDR)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐼𝑀𝑅 = 𝑥1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
= 263/44271 x 1000
= 5, 74 %0

c. Angka Kematian Anak Balita (CMR)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝐴𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 − 4 𝑡ℎ𝑛
𝐼𝑀𝑅 = 𝑥1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 1 − 4 𝑡ℎ𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 0/10512 x 1000
=0

d. Angka Kematian Ibu (MMR)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢 𝑚𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐼𝑀𝑅 = 𝑥1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
= 0/702 x 1000
=0

2. Data Kematian Penyakit Menular dan Tidak Menular


Selain angka kematian di atas, di bawah ini disajikan data kematian
penduduk wilayah Mojosongo akibat penyakit menular maupun penyakit tidak
menular.
Tabel 7. Data Kematian di UPT Puskesmas Sibela tahun 2012
No Penyebab Kelompok Usia Jumlah
Kematian Bayi Balita Usia PUS Lansia
0-1 Sekolah
Penyakit
Menular
1 Pneumonia 0 0 0 0 1 1
2 TB Paru 0 0 0 1 0 1

8
3 Penyakit 0 0 1 36 42 79
Menular
Lainnya
Penyakit
Tidak
Menular
1 Neoplasma/T 0 0 0 0 2 2
umor
2 Penyakit 0 0 0 3 7 10
Jantung dan
Pembuluh
Darah
3 Hipertensi 0 0 0 5 15 20
4 Penyakit 0 0 0 2 3 5
Susunan
Saraf Pusat
5 Diabetes 0 0 0 0 5 5
Mellitus
6 Penyakit Hati 0 0 0 2 1 3
7 Kecelakaan/ 0 0 0 3 0 3
Perlukaan
8 Sebab 1 0 0 0 0 1
Persalinan
9 Trauma Lahir 0 0 0 0 0 0
10 Asphxia 0 0 0 0 0 0
11 Penyakit 2 0 1 12 118 133
Tidak
Menular
Lainnya
JUMLAH 3 0 2 64 194 263

3. Jumlah kunjungan pasien


Kunjungan pasien rawat jalan dan UGD di Puskesmas Sibela yang berasal
dari wilayah Mojosongo tersaji dalam tabel di bawah ini :

9
Tabel 8. Data Kunjungan Pasien UPT Puskesmas Sibela Tahun 2012
Jumlah Kunjungan
No Jenis Pasien Laki-Laki Perempuan Total
Baru Lama Baru Lama
I Pasien Rawat Jalan
1 Umum 2204 1578 3036 1335 8153
2 Askes 674 2359 916 3433 7382
3 JPS 462 1390 798 3466 6116
4 PKMS 1835 4482 2550 9290 18157
5 Lain-lain 376 502 581 654 2113
II Pasien UGD
1 Umum 312 132 277 128 849
2 Askes 31 76 19 98 224
3 JPS 35 92 44 110 281
4 PKMS 145 348 132 405 1030
5 Lain-lain 2 3 10 8 23
Jumlah total 6076 10962 8363 18927 44328

Jumlah kunjungan baru di Puskesmas Sibela adalah 14.439 orang,


sedangkan jumlah penduduk 44271, sehingga Contact Rate rawat jalan Puskesmas
adalah:
(14439/44271) x 100% = 32,6 % (Target CR tahun 2012 : 18,80 %).

4. Sepuluh Besar Pola Penyakit


Tabel di bawah memberikan gambaran mengenai 10 besarpola penyakit
di Puskesmas Sibela tahun 2012

Tabel 9. Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Sibela tahun 2012


Jumlah
No Nama Penyakit Total
Laki-Laki Perempuan
1 Common cold 2172 2806 4978
2 Hipertensi esensial 1193 2887 4079
3 Myalgia 1030 3049 4079
4 Gastritis 972 2213 3185
5 Pharingitis 811 1193 2004
6 Influenza non virus 770 1012 1782
7 Batuk 681 980 1661
8 Observasi febris 682 856 1477

10
9 Cephalgia non spesifik 349 955 1304
Kelainan pulpa dan
10 497 586 1083
jaringan periapikal

Berikut apabila ditampilkan dalam bentuk diagramnya

Diagram 1. Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Sibela tahun 2012

6000
4978
5000
4079 4079
4000
3185
3000
2004
2000 1782 1661 1477 1304
1083
1000

Selama tahun 2012 tidak ada Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit di wilayah binaan
Puskesmas Sibela.

11
BAB III
HASIL KEGIATAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
DI PUSKESMAS SIBELA TAHUN 2012

Berikut ini adalah tabel mengenai program pencegahan dan penanggulangan


penyakit menular beserta dengan target tahun 2012 dan capaian di lapangan.

Tabel 10. Target dan Pencapaian Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular Tahun 2012

Indikator Kinerja Target Pembilang Penyebut Realisasi Capaian


2012 %
Angka kesakitan 8 2 44271 0,5 192,5
demam berdarah per
10.000 penduduk
Angka kematian 1 1 2 0,5 -3.130,0
demam berdarah per
10.000 penduduk
Penanganan kasus 100% 2 2 50,0 100,0
demam berdarah
Angka House Index <5 123 3500 3,5 92,0
Pemukiman < 5 (%)
Angka House Index 0 1 16 6,3 -92,7
nyamuk di Sekolahan
Angka House Index di 0 3 75 4,0 -95,0
tempat-tempat umum
Angka penemuan 80 21 47 44,7 55,9
penderita TB Paru
Angka kesembuhan 98 20 20 100,0 102,0
TB Paru
Cakupan penanganan 100% 21 21 100,0 100,0
penyakit TB paru (%)
Prosentase 100% 1 1 100,0 100,0
Puskesmas
melakukan sosialisasi

12
PTM tahun 2015
Prosentase 100% 1 1 100,0 100,0
puskesmas
melakukan deteksi
dini PTM tertentu
tahun 2015
Cakupan balita 100% 1 1 100,0 100,0
dengan pneumonia
yang ditangani (%)
Cakupan penanganan 100% 950 950 100,0 100,0
penyakit diare (%)
Cakupan penanganan 100% 1 1 100,0 100,0
penyakit kusta (%)
Prosentase kelurahan 100% 1 1 100,0 100,0
mencapai UCI
Angka penemuan >2 1 18918 5,3 264,3
AFP per 100.000
penduduk <15
Prosentase kelurahan 100% 0 0 100,0 100,0
KLB ditangani < 24
jam

Berdasarkan tabel di atas, ada beberapa masalah yang timbul karena


capaiannya tidak sesuai target, yaitu:
1. Angka kematian demam berdarah
2. Angka House Index pemukiman < 5 (%)
3. Angka House Index nyamuk di sekolahan
4. Angka House Index di tempat-tempat umum
5. Angka penemuan penderita TB Paru

13
BAB IV
ANALISIS MASALAH PROGRAM

A. Landasan Teori
Cara penentuan prioritas masalah program kesehatan antara lain:
1. Metode Harlon
Dalam hal ini, masalah program dikaji dalam empat aspek yaitu besar
masalah, berat/tingkat kegawatan, kemudahan penanggulangan, dan pearl
factor. Metode ini cukup mudah dan hasilnya relevan.
2. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)
Dalam hal ini, akan digunakan tiga macam kriteria yaitu:
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah antara lain:
 Besarnya masalah (Prevalence) : P
 Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity) : S
 Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase) : RI
 Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of
unmeet need) : DU
 Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit): SB
 Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern): PB
 Suasana politik (political climate) : PC
b. Kelayakan teknologi (T)
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah
tersebut.
c. Sumber daya yang tersedia (R)
Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (resources availibility) makin diprioritaskan masalah tersebut.
Sumber daya yang dimaksudkan di sini menunjuk pada tenaga (man),
dana (money), dan sarana (material).
Kriteria penilaian:
1: tidak penting; 4: penting;
2: agak penting; 5: sangat penting
3: cukup penting;

14
Analisis SWOT adalah suatu akronim dari strenght (kekuatan), weakness
(kelemahan) dari lingkungan internal organisasi, serta opportunity
(kesempatan/peluang) dan threat (ancaman/rintangan) dari lingkungan eksternal
organisasi. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara faktor
eksternal dengan faktor internal organisasi untuk memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Analisis ini berguna untuk menganalisis faktor-faktor internal
organisasi layanan kesehatan yang memberi andil terhadap kualitas layanan
kesehatan atau salah satunya komponennya dengan mempertimbangkan faktor-
faktor eksternal organisasi layanan kesehatan.

B. Analisis masalah
1. Prioritas masalah
Dari lima masalah yang timbul di atas, dilanjutkan kegiatan memilih
prioritas masalah menggunakan teknik kriteria matrik. Berdasarkan kriteria di
atas, penetapan prioritas masalah dijabarkan dalam tabel berikut

Tabel 11. Prioritas Masalah di Puskesmas Sibela tahun 2012

I PRIORI
JUMLAH
Daftar masalah TAS

P S RI DU SB PB PC T R IxTxR

Angka kematian
demam 2 5 4 2 2 3 1 1 2 960 5
berdarah
Angka
penemuan
2 5 5 2 3 1 2 1 3 1800 4
penderita TB
Paru
Angka House
Index
4 5 3 4 5 4 4 4 4 307.200 2
Pemukiman < 5
(%)
Angka House
Index nyamuk 5 5 4 4 5 5 4 3 4 480.000 1
di sekolah
Angka House
Index di tenpat- 4 5 4 4 5 4 4 4 3 307.200 3
tempat umum

15
Dari kelima masalah di atas dapat dilihat bahwa masalah yang
menjadi prioritas pertama adalah tingginya angka house indeks di sekolah
yang melebihi target.

2. Diagram Tulang Ikan Tingginya Angka House Index


Berdasarkan teori Blum derajat kesehatan seseorang dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu perilaku, lingkungan, dan kinerja pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu untuk mencari alternatif pemecahan masalah perlu melihat
sumber permasalahan dari faktor penunjang kesehatan tersebut dalam
diagram tulang ikan sebagai berikut :

Diagram 2. Diagram Tulang Ikan

b a a
b
c
Kinerja Perilaku Tingginya angka House Index
Pelayanan Masyarakat
Kesehatan (HI) di pemukiman dan sekolah
dalam wilayah kerja Puskesmas
e Lingkungan
Sibela Mojosongo yang

c d melebihi target
a (Azwar, 1996)
b
Keterangan:
1. Perilaku masyarakat
a. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD
b. Kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit DBD
c. Pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan penyakit DBD
2. Lingkungan
a. Keadaan lingkungan rumah dan sekolah yang memungkinkan
menjadi sumber infeksi
b. Keadaan sosial ekonomi
c. Akses air bersih di pemukiman dan sekolah akibat pengaruh
topografis daerah Mojosongo
d. Kepadatan penduduk di daerah Mojosongo
e. Pengaruh perubahan iklim
3. Kinerja pelayanan kesehatan
a. Jumlah tenaga kesehatan
b. Koordinasi antar petugas pelayanan kesehatan dalam pelaporan

16
C. Analisis Penyebab Masalah
1. Prioritas Penyebab Masalah

Skema 1. Kerangka Berpikir Konseptual

Masalah :
Tingginya angka House Index (HI) di wilayah kerja
Puskesmas Sibela Mojosongo yang melebihi target

Pengumpulan dan Pengolahan Masalah

SWOT

Hasil

Berdasarkan permasalahan yang ada yaitu angka house index


yang tinggi, akan dilakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat) sehingga didapatkan suatu alternatif pemecahan
masalah berdasarkan prioritas.
Penyebab Permasalahan yang Mendasari :
 Tingginya kepadatan penduduk mempermudah penyebaran virus
melalui nyamuk Aedes Aegypti (A)
 Banyaknya kontainer alami maupun buatan yang tidak terjaga
sanitasinya dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegypti (B)
 Rumah kosong dan kebun yang tidak terawat menjadi tempat sarang
nyamuk (C)
 Kondisi topografis menyebabkan sulitnya akses air bersih (D)
 Masih banyaknya saluran air yang tidak mengalir memperbanyak
tempat perkembangbiakan nyamuk (E)
 Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
kebersihan lingkungan (F)
 Perubahan iklim (suhu, kelembaban, dan kecepatan angin)
memperbanyak populasi, memperpanjang umur, dan memperluas
penyebaran nyamuk (G)
 Kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas memantau house index
(H)
 Kurangnya komunikasi petugas dalam pelaporan dan pendataan
hasil penyelidikan epidemiologi (I)

17
 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan
penyakit DBD (J)
2. Memilih Prioritas Penyebab Masalah
Tabel 12. Teknik Kriteria Matriks untuk Memilih Prioritas Penyebab

I Jumlah
Daftar Masalah T R
IxTxR
P S RI DU SB PB PC
A 1 2 2 1 1 1 3 1 1 12

B 3 3 3 4 3 2 1 2 3 3.088

C 2 2 2 3 2 3 3 1 1 432

D 1 2 3 4 4 3 3 4 2 6.912
E 2 2 2 2 2 2 1 5 3 960
F 5 5 5 2 5 2 1 3 2 15.000
G 3 4 4 1 4 1 1 3 1 576
H 4 4 1 1 2 3 4 2 4 3.072
I 2 2 2 1 2 2 4 2 2 512
J 2 4 4 2 4 2 2 4 3 12.288

Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka prioritas penyebab


masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
kebersihan lingkungan
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan
penyakit DBD.
3. Kondisi topografis menyebabkan sulitnya akses air bersih.
4. Banyaknya kontainer alami maupun buatan yang tidak terjaga
sanitasinya dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegypti
5. Kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas memantau house index

18
D. Analisis SWOT
Tabel 13. Analisis SWOT

S W
1. Ketersediaan sarana 1. Kurangnya tenaga
untuk pencegahan kerja di Puskesmas
DBD, seperti alat untuk melakukan PE-
SW fogging, abate. DBD secara
2. Adanya beberapa serentak.
program yang
mendukung
pencegahan DBD,
seperti penyuluhan
OT baik secara langsung
maupun tidak
langsung, Jumat
Sehat, pelatihan Siswa
Mawas Jentik.

O Strategi SO Strategi WO
1. Puskesmas mempunyai 1. Memberikan 1. Melibatkan seluruh
kader yang memiliki pembinaan, tenaga kesehatan di
kepedulian tinggi terhadap pembekalan dan Puskesmas Sibela
masalah kesehatan di apresiasi kerja bagi untuk melakukan PE-
masyarakat. para kader dan DBD
2. Adanya dana dari petugas kebersihan
Pemerintah untuk sekolah
pembiayaan program 2. Penggunaan dana
puskesmas. secara optimal.

T Strategi ST Strategi WT
1. Kesadaran dan kepedulian 1. Meningkatkan 1. Lebih melibatkan
masyarakat masih kurang kegiatan promosi peran serta tokoh
untuk melakukan PSN. kesehatan dengan masyarakat dan
2. Kurang tersedianya air cara yang lebih organisasi
bersih di lingkungan menarik masyarakat setempat
Mojosongo. 2. Melakukan dalam mendukung
3. Lingkungan yang kurang pendekatan secara program PSN untuk
sehat di dalam wilayah kerja personal melalui menurunkan HI.

19
Puskesmas Mojosongo. kader-kader desa
4. Kurangnya pengetahuan agar dapat
masyarakat mengenai memberi
bahaya DBD dan upaya penyuluhan pada
pencegahan DBD melalui saat ada kegiatan-
PSN. kegiatan
5. Kurangnya koordinasi masyarakat
dengan instansi pemerintah 3. Menjalin kerjasama
pemegang kebijakan yang dan komunikasi
berada di wilayah kerja yang baik dengan
Puskesmas Sibela. PDAM setempat
6. Kurang maksimalnya kinerja 4. Melibatkan pejabat
petugas kebersihan sekolah. setempat untuk
menindak lanjuti
lingkungan yang
tidak sehat, seperti
lahan kosong yang
tidak terawat.
5. Menjalin kerjasama
dengan komite
sekolah, kepala
sekolah, dan guru-
guru untuk
meningkatkan
peran serta dalam
pemeliharaan
kesehatan
lingkungan sekolah.

20
E. Rancangan Penyelesaian Masalah

Gambar 2. Problem Solving Cycle


1. Penelitian/Penetapan Masalah

Pengumpulan data Analisis data

Masalah yang ditentukan

2. Penyelesaian Masalah

Evaluasi hasil intervensi Memilih masalah yang diprioritaskan

Melaksanakan kegiatan penyelesaian Memilih cara penyelesaian dari


masalah sejumlah alternatif cara yang
mungkin

Penyusunan rencana
penyelesaian masalah Uji-coba

Menentukan tujuan dan


menyusun penyelesaian (Azwar, 1996)
masalah

3. Alternatif Jalan Keluar


Dari prioritas penyebab masalah di atas maka dicari beberapa
alternatif pemecahan masalah, yaitu :
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan gejala, bahaya,
pencegahan, dan pengobatan dengan cara yang lebih menarik,
seperti pemutaran video siklus hidup nyamuk Aedes Aegepty dan
pemanfaatan tokoh-tokoh kartun yang digemari anak-anak pada
media penyuluhan.
b. Untuk memotivasi masyarakat agar melakukan PSN secara mandiri
dilakukan akreditasi rumah bebas jentik dengan pemberian stiker
maupun akreditasi sekolah bebas jentik dengan pemberian
bendera.

21
c. Meningkatkan keterlibatan kader-kader setempat dan petugas
kebersihan sekolah dalam pelaksanaan PSN di sekolah dan
tempat-tempat umum, serta menjalin komunikasi yang
berkesinambungan dalam mengatasi masalah yang mungkin
menghambat pelaksanaan PSN di lapangan.
d. Pembentukan desa percontohan untuk meningkatkan motivasi dan
peran serta masyarakat dalam pemberantasan dan pencegahan
penyakit DBD.
e. Meningkatkan kerjasama dan peran serta pejabat setempat baik di
sekolah maupun di masyarakat untuk terjun langsung membantu
meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan dalam
pemberantasan dan pencegahan penyakit DBD.
f. Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan PDAM
setempat
g. Memberikan pembinaan, pembekalan, dan apresiasi kerja bagi para
kader.
h. Pemanfaatan dana secara optimal.

4. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar

Tabel 14. Teknik Kriteria Matriks untuk Memilih Prioritas Pemecahan Masalah
Efektivitas Prioritas
Efisiensi
No Cara Pemecahan Masalah MxIxV
M I V (C) =
C
1 Memberikan penyuluhan
kepada masyarakat akan
gejala, bahaya, pencegahan,
dan pengobatan dengan
cara yang lebih menarik,
seperti pemutaran video 4 5 5 5 20
siklus hidup nyamuk Aedes
Aegepty dan pemanfaatan
tokoh-tokoh kartun yang
digemari anak-anak pada
media penyuluhan.
2 Untuk memotivasi
masyarakat agar melakukan 5 5 4 3 33,33
PSN secara mandiri

22
dilakukan akreditasi rumah
bebas jentik dengan
pemberian stiker maupun
akreditasi sekolah bebas
jentik dengan pemberian
bendera.
3 Meningkatkan keterlibatan
kader-kader setempat dan
petugas kebersihan sekolah
dalam pelaksanaan PSN di
sekolah dan tempat-tempat
umum, serta menjalin
2 2 2 4 2
komunikasi yang
berkesinambungan dalam
mengatasi masalah yang
mungkin menghambat
pelaksanaan PSN di
lapangan.
4 Pembentukan desa
percontohan untuk
meningkatkan motivasi dan
4 3 3 2 18
peran serta masyarakat
dalam pemberantasan dan
pencegahan penyakit DBD.
5 Meningkatkan kerjasama
dan peran serta pejabat
setempat baik di sekolah
maupun di masyarakat untuk
terjun langsung membantu 2 3 2 5 2,4
meningkatkan kesadaran
akan kebersihan lingkungan
dalam pemberantasan dan
pencegahan penyakit DBD.
6 Menjalin kerjasama dan
komunikasi yang baik 3 3 2 5 3,6
dengan PDAM setempat

Kriteria efektivitas :

23
M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I = Importancy (pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerability (sensivitas jalan keluar
Kriteria penilaian efektifitas :
1 = tidak efektif
2 = agak efektif
3 = cukup efektif
4 = efektif
5 = paling efektif

Kriteria efisiensi :
C = Efficiency – Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin
tidak efisien)

Kriteria penilaian efisiensi :


1 = tidak efisien
2 = agak efisien
3 = cukup efisien
4 = efisien
5 = paling efisien

24
25
BAB IV
PLAN OF ACTION

A. Akreditasi rumah bebas jentik dengan pemberian stiker.


1. Tujuan : Untuk memotivasi masyarakat agar melakukan PSN secara
mandiri dilakukan akreditasi rumah bebas jentik dengan
pemberian stiker .
2. Sasaran : Seluruh warga di wilayah binaan Puskesmas Sibela
3. Pelaksana : Petugas P2PL Puskesmas
4. Waktu : 1 kali kegiatan/6bulan
5. Lokasi : di wilayah binaan Puskesmas Sibela
6. Mekanisme pelaksanaaan:
a. Kriteria akreditasi:
Tipe A:
Rumah bebas jentik di tempat penampungan air buatan (bak kamar
mandi, tandon, dll) dan alami (kaleng bekas, potongan bambu, dll).
Menerapkan 3M+ secara teratur.
Tipe B
Rumah tidak memenuhi salah satu kriteria akreditasi tipe A.
b. Pendataan rumah
 Petugas bersama para kader melakukan kunjungan rumah untuk
penilaian akreditasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan di
atas.
 Akreditasi dilakukan tiap enam bulan sekali. Namun penilaian program
PSN mandiri dilakukan tiap bulan.
 Pencabutan atau penurunan tipe akreditasi dapat dilakukan apabila
saat penilaian akreditasi enam bulan kemudian, rumah tersebut tidak
memenuhi kriteria tipe akreditasi yang sudah dilberikan sebelumnya.
Pelaksanaan program ini diujicobakan terlebih dahulu pada salah satu RW
untuk kemudian dievaluasi efektivitas dan efisiensi pelaksanaannya.
7. Pembiayaan : Rp 320.000,00 per enam bulan, dengan rincian:
a. Sticker akreditasi : Rp 300.000,00
b. Administrasi : Rp 20.000,00

26
B. Akreditasi sekolah bebas jentik dengan pemberian bendera bebas jentik.
1. Tujuan : Untuk memotivasi warga sekolah agar melakukan PSN
secara mandiri dilakukan akreditasi sekolah bebas jentik
dengan pemberian bendera bebas jentik .
2. Sasaran : Seluruh sekolah di wilayah binaan Puskesmas Sibela
3. Pelaksana : Petugas P2PL Puskesmas
4. Waktu : 1 kali kegiatan/6bulan
5. Lokasi : di wilayah binaan Puskesmas Sibela
6. Mekanisme pelaksanaaan:
a. Kriteria akreditasi:
Tipe A:
Sekolah bebas jentik di tempat penampungan air buatan (bak kamar
mandi, tandon, dll) dan alami (kaleng bekas, potongan bambu, dll).
Menerapkan 3M+ secara teratur
Menanam tanaman anti nyamuk, seperti gerranium, lavender, akar wangi
dll.
Tipe B
Sekolah tidak memenuhi salah satu kriteria akreditasi tipe A.
b. Pendataan sekolah
 Petugas bersama para kader melakukan kunjungan sekolah untuk
penilaian akreditasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan di
atas.
 Akreditasi dilakukan tiap enam bulan sekali. Namun penilaian
program PSN mandiri dilakukan tiap bulan oleh siswa pemantau
jentik.
 Pencabutan atau penurunan tipe akreditasi dapat dilakukan apabila
saat penilaian enam bulan kemudian, sekolah tersebut tidak
memenuhi kriteria akreditasi yang sudah dilberikan sebelumnya.
 Jika dalam proses pendataan tersebut terdapat sekolah yang masih
belum bebas jentik (tidak memenuhi kriteria akreditasi tipe A maupun
tipe B) maka akan diberikan bendera waspada demam berdarah
sebagai upaya pemicu motivasi warga sekolah untuk memperbaiki
sanitasi di lingkungannya.

Pelaksanaan program ini diujicobakan terlebih dahulu di Sekolah-sekolah


Dasar di Wilayah Mojosongo, untuk kemudian dievaluasi efektivitas dan
efisiensi pelaksanaannya.
7. Pembiayaan : Rp 260.000,00 per enam bulan, dengan rincian:

27
a. Bendera akreditasi 16 SD x @ Rp. 15.000,- : Rp 240.000,00
b. Administrasi : Rp 20.000,00

C. Kompetisi antar petugas kebersihan sekolah (Pak Bon Teladan)


1. Tujuan : untuk meningkatkan motivasi petugas kebersihan sekolah
dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
2. Sasaran : semua petugas kebersihan di Sekolah-Sekolah Dasar di
Wilayah Mojosongo
3. Pelaksana : petugas promkes puskesmas, kader setempat, dan komite
sekolah.
4. Waktu : tiap 1 tahun sekali
5. Lokasi : sekolah-sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sibela.
6. Mekanisme pelaksanaan :
Melakukan sidak lapangan di lingkungan sekolah yang dilakukan
sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 1 tahun, sebagai bentuk penilaian
terhadap kinerja Pak Bon.
Kriteria Pak Bon Teladan se-Kelurahan Mojosongo :
a. Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai DBD dan pencegahannya,
dinilai dengan pengisian kuisioner.
b. Rekomendasi dari komite sekolah dan kepala sekolah.
c. Sekolah tempat Pak Bon bekerja mendapat bendera akreditasi bebas jentik
tipe A selama 1 tahun penuh.
7. Pembiayaan : Rp 200.000,00 per satu tahun, dengan rincian:
a. Hadiah Sembako : Rp 150.000,-
b. Biaya Operasional : Rp 50.000,-

D. Penyuluhan melalui media video siklus hidup nyamuk Aedes Aegepty dan
mangazone (pemanfaatan tokoh-tokoh kartun yang digemari anak-anak pada
media penyuluhan)
1. Tujuan : untuk meningkatakan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD.
2. Sasaran : masyarakat dan warga sekolah
3. Pelaksana : petugas promkes puskesmas dan kader setempat.
4. Waktu : tiap enam bulan sekali memanfaatkan waktu penerimaan
rapot.
5. Lokasi : sekolah-sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sibela.
6. Mekanisme pelaksanaan

28
Petugas promkes dari Puskesmas mendatangi sekolah dan melakukan
penyuluhan mengenai pencegahan dan pemberantasan DBD melalui :
a. pemutaran video siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
b. pembagian poster mangazone
7. Pembiayaan: Poster : Rp 100.000

E. Desa Percontohan
1. Tujuan : untuk meningkatkan motivasi desa setempat dalam menjaga
kebersihan lingkungan di sekitarnya.
2. Sasaran : semua warga desa di Kelurahan Mojosongo
3. Pelaksana : petugas promkes puskesmas dan kader setempat.
4. Lokasi : salah satu desa di wilayah kerja puskesmas
5. Mekanisme pelaksanaan :
Desa berada dalam binaan petugas puskesmas dan jajaran tinggi terkait,
bersama-sama menciptakan kondisi desa yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Desa yang mudah dijangkau oleh puskesmas terutama untuk pemantauan
keberlangsungan program
b. Desa dengan seluruh rumah mendapatkan akreditasi bebas jentik tipe A
c. Desa memiliki tanaman-tanaman antinyamuk dalam jumlah yang cukup
banyak dan merata
d. Desa yang rutin melakukan kerja bakti setiap dua minggu sekali dalam
rangka PSN
e. Desa dengan angka HI < 5%
f. Sekolah-sekolah dan tempat-tempat umum yang berada dalam wilayah
desa tersebut bebas jentik
g. Desa dengan kader-kader kesehatan yang rutin melakukan pemantauan
PSN terhadap sekolah dan tempat umum
h. Jika dalam proses perwujudan desa percontohan masih ada rumah atau
lingkungan yang belum memenuhi kriteria seperti di atas, maka akan
diberikan bendera “RAWAN DBD” sebagai bentuk teguran dan pemicuan
untuk meningkatkan kesadaran pemilik rumah.

29
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan:
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Sibela dinilai kurang efektif, hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
House Index di wilayah kerja Puskesmas Sibela.
Dalam pelaksanaannya program ini menemukan beberapa kendala, antara lain:
1. Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
kebersihan lingkungan
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD.
3. Kondisi topografis menyebabkan sulitnya akses air bersih.
4. Banyaknya kontainer alami maupun buatan yang tidak terjaga
sanitasinya dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegypti
5. Kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas memantau house index

B. Saran:
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan gejala, bahaya,
pencegahan, dan pengobatan dengan cara yang lebih menarik, seperti
pemutaran video siklus hidup nyamuk Aedes Aegepty dan pemanfaatan
tokoh-tokoh kartun yang digemari anak-anak pada media penyuluhan.
b. Dilakukan akreditasi rumah bebas jentik dengan pemberian stiker maupun
akreditasi sekolah bebas jentik dengan pemberian bendera untuk
memotivasi masyarakat melakukan PSN mandiri.
c. Meningkatkan keterlibatan kader-kader setempat dan petugas kebersihan
sekolah dalam pelaksanaan PSN di sekolah dan tempat-tempat umum, serta
menjalin komunikasi yang berkesinambungan dalam mengatasi masalah
yang menghambat pelaksanaan PSN di lapangan.
d. Pembentukan desa percontohan untuk meningkatkan motivasi dan peran
serta masyarakat dalam pemberantasan dan pencegahan penyakit DBD.
e. Meningkatkan kerjasama dan peran serta pejabat setempat baik di sekolah
maupun di masyarakat untuk terjun langsung membantu meningkatkan
kesadaran akan kebersihan lingkungan dalam pemberantasan dan
pencegahan penyakit DBD.
f. Diharapkan dapat menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan
PDAM setempat

30
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1980. Puskesmas dan Usaha Kesehatan Pokok. Jakarta : Akadoma.


Hal:90-91.

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal.


181-250.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Data kasus DBD 2011 dan 2010.
Pppl.depkes.go.id

World Health Organization. 2009. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO
http://www.who.int/mediacentre

31

Anda mungkin juga menyukai