PSC 454 Pemukiman
PSC 454 Pemukiman
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis ingin menganalisis
lebih dalam mengenai penyebab tingginya angka House Index di pemukiman
dan sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sibela dan apa saja upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka tersebut.
B. Perumusan Masalah
Mengapa angka House Index di pemukiman dan sekolah di wilayah kerja
Puskesmas Sibela tinggi?
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai program-program pencegahan dan
pemberantasan DBD.
2. Memberikan alternatif pemecahan masalah kepada pelaksana kebijakan
untuk menghadapi kendala di lapangan dalam rangka mengatasi tingginya
angka House Index yang melebihi target.
2
BAB II
KEADAAN UMUM PUSKESMAS SIBELA
A. Data Umum
1. Peta Wilayah
a. Keadaan Wilayah
Wilayah binaan Puskesmas Sibela hanya 1 Kelurahan yaitu Kelurahan
Mojosongo dengan luas 5.329 km2 yang merupakan dataran rendah dan
dulintasi oleh Kali Anyar dengan ketinggian hampir sama dengan sungai
Bengawan Solo yaitu kira-kira 92 meter dari permukaan laut.
b. Batas wilayah Puskesmas Sibela
Wilayah binaan Puskesmas Sibela yaitu Kelurahan Mojosongo
Kecamatan Jebres, dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah utara : wilayah Dati II Kab. Karanganyar
Sebelah selatan : wilayah Kelurahan Tegalharjo
Sebelah timur : wilayah Kelurahan Jebres
Sebelah barat : wilayah Kelurahan Nusukan dan Kelurahan Kadipiro
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah binaan Puskesmas
Sibela, diuraikan dalam tabel di bawah ini.
3
B. Data Sumber Daya
1. Ketenagaan
Jumlah pegawai yang bertugas di Puskesmas Sibela sebanyak 42 orang
yang terdiri dari tenaga medis dan tenaga non medis yang berada di
Puskesmas Induk maupun Puskesmas Pembantu.
4. Diploma 3
a. Kebidanan 6 orang 2 orang
b. Keperawatan 4 orang
c. Gizi 2 orang
d. Rekam 1 orang
Medik
5. D1 Kebidanan 1 orang
6. Perawat Gigi 1 orang
7. Tenaga 1 orang 1 orang
laboratorium
Asisten
8. Pengelola obat 4 orang 1 orang
apoteker
9. Tenaga 5 orang
administrasi
10. Tenaga 0 1 orang
Pengelola
Keuangan
4
B. Puskesmas Pembantu (PP 1 dan 2)
5
3. Data Peralatan
2. Poliklinik set 8 8 0
a. Tensimeter 8 8 0
b. Stetoskop 5 5 0
c. Termometer 1 1 0
d. Diagnostk set 2 2 0
e. Hecting set
3. UKS Kit 1 1 0
4. Sanitarian Kit 1 1 0
4. Sumber Pembiayaan
Kegiatan perkantoran maupun program dibiayai dari APBD Kota
Surakarta dan mendapat Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
6
5. Sarana dan Prasarana
b. Laptop 4 1 2 0
c. Mesin Tik 3 0 3 0
d. Telepon 2 2 0 0
e. LCD 1 0 1 0
7
1. Kematian ibu, bayi, dan balita
a. Angka Kematian Bayi (IMR)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 0 − 11 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐼𝑀𝑅 = 𝑥1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
= 3/700 x 1000
= 4,3 %0
8
3 Penyakit 0 0 1 36 42 79
Menular
Lainnya
Penyakit
Tidak
Menular
1 Neoplasma/T 0 0 0 0 2 2
umor
2 Penyakit 0 0 0 3 7 10
Jantung dan
Pembuluh
Darah
3 Hipertensi 0 0 0 5 15 20
4 Penyakit 0 0 0 2 3 5
Susunan
Saraf Pusat
5 Diabetes 0 0 0 0 5 5
Mellitus
6 Penyakit Hati 0 0 0 2 1 3
7 Kecelakaan/ 0 0 0 3 0 3
Perlukaan
8 Sebab 1 0 0 0 0 1
Persalinan
9 Trauma Lahir 0 0 0 0 0 0
10 Asphxia 0 0 0 0 0 0
11 Penyakit 2 0 1 12 118 133
Tidak
Menular
Lainnya
JUMLAH 3 0 2 64 194 263
9
Tabel 8. Data Kunjungan Pasien UPT Puskesmas Sibela Tahun 2012
Jumlah Kunjungan
No Jenis Pasien Laki-Laki Perempuan Total
Baru Lama Baru Lama
I Pasien Rawat Jalan
1 Umum 2204 1578 3036 1335 8153
2 Askes 674 2359 916 3433 7382
3 JPS 462 1390 798 3466 6116
4 PKMS 1835 4482 2550 9290 18157
5 Lain-lain 376 502 581 654 2113
II Pasien UGD
1 Umum 312 132 277 128 849
2 Askes 31 76 19 98 224
3 JPS 35 92 44 110 281
4 PKMS 145 348 132 405 1030
5 Lain-lain 2 3 10 8 23
Jumlah total 6076 10962 8363 18927 44328
10
9 Cephalgia non spesifik 349 955 1304
Kelainan pulpa dan
10 497 586 1083
jaringan periapikal
6000
4978
5000
4079 4079
4000
3185
3000
2004
2000 1782 1661 1477 1304
1083
1000
Selama tahun 2012 tidak ada Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit di wilayah binaan
Puskesmas Sibela.
11
BAB III
HASIL KEGIATAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
DI PUSKESMAS SIBELA TAHUN 2012
Tabel 10. Target dan Pencapaian Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular Tahun 2012
12
PTM tahun 2015
Prosentase 100% 1 1 100,0 100,0
puskesmas
melakukan deteksi
dini PTM tertentu
tahun 2015
Cakupan balita 100% 1 1 100,0 100,0
dengan pneumonia
yang ditangani (%)
Cakupan penanganan 100% 950 950 100,0 100,0
penyakit diare (%)
Cakupan penanganan 100% 1 1 100,0 100,0
penyakit kusta (%)
Prosentase kelurahan 100% 1 1 100,0 100,0
mencapai UCI
Angka penemuan >2 1 18918 5,3 264,3
AFP per 100.000
penduduk <15
Prosentase kelurahan 100% 0 0 100,0 100,0
KLB ditangani < 24
jam
13
BAB IV
ANALISIS MASALAH PROGRAM
A. Landasan Teori
Cara penentuan prioritas masalah program kesehatan antara lain:
1. Metode Harlon
Dalam hal ini, masalah program dikaji dalam empat aspek yaitu besar
masalah, berat/tingkat kegawatan, kemudahan penanggulangan, dan pearl
factor. Metode ini cukup mudah dan hasilnya relevan.
2. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)
Dalam hal ini, akan digunakan tiga macam kriteria yaitu:
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah antara lain:
Besarnya masalah (Prevalence) : P
Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity) : S
Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase) : RI
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of
unmeet need) : DU
Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit): SB
Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern): PB
Suasana politik (political climate) : PC
b. Kelayakan teknologi (T)
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah
tersebut.
c. Sumber daya yang tersedia (R)
Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (resources availibility) makin diprioritaskan masalah tersebut.
Sumber daya yang dimaksudkan di sini menunjuk pada tenaga (man),
dana (money), dan sarana (material).
Kriteria penilaian:
1: tidak penting; 4: penting;
2: agak penting; 5: sangat penting
3: cukup penting;
14
Analisis SWOT adalah suatu akronim dari strenght (kekuatan), weakness
(kelemahan) dari lingkungan internal organisasi, serta opportunity
(kesempatan/peluang) dan threat (ancaman/rintangan) dari lingkungan eksternal
organisasi. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara faktor
eksternal dengan faktor internal organisasi untuk memaksimalkan kekuatan dan
peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Analisis ini berguna untuk menganalisis faktor-faktor internal
organisasi layanan kesehatan yang memberi andil terhadap kualitas layanan
kesehatan atau salah satunya komponennya dengan mempertimbangkan faktor-
faktor eksternal organisasi layanan kesehatan.
B. Analisis masalah
1. Prioritas masalah
Dari lima masalah yang timbul di atas, dilanjutkan kegiatan memilih
prioritas masalah menggunakan teknik kriteria matrik. Berdasarkan kriteria di
atas, penetapan prioritas masalah dijabarkan dalam tabel berikut
I PRIORI
JUMLAH
Daftar masalah TAS
P S RI DU SB PB PC T R IxTxR
Angka kematian
demam 2 5 4 2 2 3 1 1 2 960 5
berdarah
Angka
penemuan
2 5 5 2 3 1 2 1 3 1800 4
penderita TB
Paru
Angka House
Index
4 5 3 4 5 4 4 4 4 307.200 2
Pemukiman < 5
(%)
Angka House
Index nyamuk 5 5 4 4 5 5 4 3 4 480.000 1
di sekolah
Angka House
Index di tenpat- 4 5 4 4 5 4 4 4 3 307.200 3
tempat umum
15
Dari kelima masalah di atas dapat dilihat bahwa masalah yang
menjadi prioritas pertama adalah tingginya angka house indeks di sekolah
yang melebihi target.
b a a
b
c
Kinerja Perilaku Tingginya angka House Index
Pelayanan Masyarakat
Kesehatan (HI) di pemukiman dan sekolah
dalam wilayah kerja Puskesmas
e Lingkungan
Sibela Mojosongo yang
c d melebihi target
a (Azwar, 1996)
b
Keterangan:
1. Perilaku masyarakat
a. Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD
b. Kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit DBD
c. Pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan penyakit DBD
2. Lingkungan
a. Keadaan lingkungan rumah dan sekolah yang memungkinkan
menjadi sumber infeksi
b. Keadaan sosial ekonomi
c. Akses air bersih di pemukiman dan sekolah akibat pengaruh
topografis daerah Mojosongo
d. Kepadatan penduduk di daerah Mojosongo
e. Pengaruh perubahan iklim
3. Kinerja pelayanan kesehatan
a. Jumlah tenaga kesehatan
b. Koordinasi antar petugas pelayanan kesehatan dalam pelaporan
16
C. Analisis Penyebab Masalah
1. Prioritas Penyebab Masalah
Masalah :
Tingginya angka House Index (HI) di wilayah kerja
Puskesmas Sibela Mojosongo yang melebihi target
SWOT
Hasil
17
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan
penyakit DBD (J)
2. Memilih Prioritas Penyebab Masalah
Tabel 12. Teknik Kriteria Matriks untuk Memilih Prioritas Penyebab
I Jumlah
Daftar Masalah T R
IxTxR
P S RI DU SB PB PC
A 1 2 2 1 1 1 3 1 1 12
B 3 3 3 4 3 2 1 2 3 3.088
C 2 2 2 3 2 3 3 1 1 432
D 1 2 3 4 4 3 3 4 2 6.912
E 2 2 2 2 2 2 1 5 3 960
F 5 5 5 2 5 2 1 3 2 15.000
G 3 4 4 1 4 1 1 3 1 576
H 4 4 1 1 2 3 4 2 4 3.072
I 2 2 2 1 2 2 4 2 2 512
J 2 4 4 2 4 2 2 4 3 12.288
18
D. Analisis SWOT
Tabel 13. Analisis SWOT
S W
1. Ketersediaan sarana 1. Kurangnya tenaga
untuk pencegahan kerja di Puskesmas
DBD, seperti alat untuk melakukan PE-
SW fogging, abate. DBD secara
2. Adanya beberapa serentak.
program yang
mendukung
pencegahan DBD,
seperti penyuluhan
OT baik secara langsung
maupun tidak
langsung, Jumat
Sehat, pelatihan Siswa
Mawas Jentik.
O Strategi SO Strategi WO
1. Puskesmas mempunyai 1. Memberikan 1. Melibatkan seluruh
kader yang memiliki pembinaan, tenaga kesehatan di
kepedulian tinggi terhadap pembekalan dan Puskesmas Sibela
masalah kesehatan di apresiasi kerja bagi untuk melakukan PE-
masyarakat. para kader dan DBD
2. Adanya dana dari petugas kebersihan
Pemerintah untuk sekolah
pembiayaan program 2. Penggunaan dana
puskesmas. secara optimal.
T Strategi ST Strategi WT
1. Kesadaran dan kepedulian 1. Meningkatkan 1. Lebih melibatkan
masyarakat masih kurang kegiatan promosi peran serta tokoh
untuk melakukan PSN. kesehatan dengan masyarakat dan
2. Kurang tersedianya air cara yang lebih organisasi
bersih di lingkungan menarik masyarakat setempat
Mojosongo. 2. Melakukan dalam mendukung
3. Lingkungan yang kurang pendekatan secara program PSN untuk
sehat di dalam wilayah kerja personal melalui menurunkan HI.
19
Puskesmas Mojosongo. kader-kader desa
4. Kurangnya pengetahuan agar dapat
masyarakat mengenai memberi
bahaya DBD dan upaya penyuluhan pada
pencegahan DBD melalui saat ada kegiatan-
PSN. kegiatan
5. Kurangnya koordinasi masyarakat
dengan instansi pemerintah 3. Menjalin kerjasama
pemegang kebijakan yang dan komunikasi
berada di wilayah kerja yang baik dengan
Puskesmas Sibela. PDAM setempat
6. Kurang maksimalnya kinerja 4. Melibatkan pejabat
petugas kebersihan sekolah. setempat untuk
menindak lanjuti
lingkungan yang
tidak sehat, seperti
lahan kosong yang
tidak terawat.
5. Menjalin kerjasama
dengan komite
sekolah, kepala
sekolah, dan guru-
guru untuk
meningkatkan
peran serta dalam
pemeliharaan
kesehatan
lingkungan sekolah.
20
E. Rancangan Penyelesaian Masalah
2. Penyelesaian Masalah
Penyusunan rencana
penyelesaian masalah Uji-coba
21
c. Meningkatkan keterlibatan kader-kader setempat dan petugas
kebersihan sekolah dalam pelaksanaan PSN di sekolah dan
tempat-tempat umum, serta menjalin komunikasi yang
berkesinambungan dalam mengatasi masalah yang mungkin
menghambat pelaksanaan PSN di lapangan.
d. Pembentukan desa percontohan untuk meningkatkan motivasi dan
peran serta masyarakat dalam pemberantasan dan pencegahan
penyakit DBD.
e. Meningkatkan kerjasama dan peran serta pejabat setempat baik di
sekolah maupun di masyarakat untuk terjun langsung membantu
meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan dalam
pemberantasan dan pencegahan penyakit DBD.
f. Menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan PDAM
setempat
g. Memberikan pembinaan, pembekalan, dan apresiasi kerja bagi para
kader.
h. Pemanfaatan dana secara optimal.
Tabel 14. Teknik Kriteria Matriks untuk Memilih Prioritas Pemecahan Masalah
Efektivitas Prioritas
Efisiensi
No Cara Pemecahan Masalah MxIxV
M I V (C) =
C
1 Memberikan penyuluhan
kepada masyarakat akan
gejala, bahaya, pencegahan,
dan pengobatan dengan
cara yang lebih menarik,
seperti pemutaran video 4 5 5 5 20
siklus hidup nyamuk Aedes
Aegepty dan pemanfaatan
tokoh-tokoh kartun yang
digemari anak-anak pada
media penyuluhan.
2 Untuk memotivasi
masyarakat agar melakukan 5 5 4 3 33,33
PSN secara mandiri
22
dilakukan akreditasi rumah
bebas jentik dengan
pemberian stiker maupun
akreditasi sekolah bebas
jentik dengan pemberian
bendera.
3 Meningkatkan keterlibatan
kader-kader setempat dan
petugas kebersihan sekolah
dalam pelaksanaan PSN di
sekolah dan tempat-tempat
umum, serta menjalin
2 2 2 4 2
komunikasi yang
berkesinambungan dalam
mengatasi masalah yang
mungkin menghambat
pelaksanaan PSN di
lapangan.
4 Pembentukan desa
percontohan untuk
meningkatkan motivasi dan
4 3 3 2 18
peran serta masyarakat
dalam pemberantasan dan
pencegahan penyakit DBD.
5 Meningkatkan kerjasama
dan peran serta pejabat
setempat baik di sekolah
maupun di masyarakat untuk
terjun langsung membantu 2 3 2 5 2,4
meningkatkan kesadaran
akan kebersihan lingkungan
dalam pemberantasan dan
pencegahan penyakit DBD.
6 Menjalin kerjasama dan
komunikasi yang baik 3 3 2 5 3,6
dengan PDAM setempat
Kriteria efektivitas :
23
M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I = Importancy (pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerability (sensivitas jalan keluar
Kriteria penilaian efektifitas :
1 = tidak efektif
2 = agak efektif
3 = cukup efektif
4 = efektif
5 = paling efektif
Kriteria efisiensi :
C = Efficiency – Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin
tidak efisien)
24
25
BAB IV
PLAN OF ACTION
26
B. Akreditasi sekolah bebas jentik dengan pemberian bendera bebas jentik.
1. Tujuan : Untuk memotivasi warga sekolah agar melakukan PSN
secara mandiri dilakukan akreditasi sekolah bebas jentik
dengan pemberian bendera bebas jentik .
2. Sasaran : Seluruh sekolah di wilayah binaan Puskesmas Sibela
3. Pelaksana : Petugas P2PL Puskesmas
4. Waktu : 1 kali kegiatan/6bulan
5. Lokasi : di wilayah binaan Puskesmas Sibela
6. Mekanisme pelaksanaaan:
a. Kriteria akreditasi:
Tipe A:
Sekolah bebas jentik di tempat penampungan air buatan (bak kamar
mandi, tandon, dll) dan alami (kaleng bekas, potongan bambu, dll).
Menerapkan 3M+ secara teratur
Menanam tanaman anti nyamuk, seperti gerranium, lavender, akar wangi
dll.
Tipe B
Sekolah tidak memenuhi salah satu kriteria akreditasi tipe A.
b. Pendataan sekolah
Petugas bersama para kader melakukan kunjungan sekolah untuk
penilaian akreditasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan di
atas.
Akreditasi dilakukan tiap enam bulan sekali. Namun penilaian
program PSN mandiri dilakukan tiap bulan oleh siswa pemantau
jentik.
Pencabutan atau penurunan tipe akreditasi dapat dilakukan apabila
saat penilaian enam bulan kemudian, sekolah tersebut tidak
memenuhi kriteria akreditasi yang sudah dilberikan sebelumnya.
Jika dalam proses pendataan tersebut terdapat sekolah yang masih
belum bebas jentik (tidak memenuhi kriteria akreditasi tipe A maupun
tipe B) maka akan diberikan bendera waspada demam berdarah
sebagai upaya pemicu motivasi warga sekolah untuk memperbaiki
sanitasi di lingkungannya.
27
a. Bendera akreditasi 16 SD x @ Rp. 15.000,- : Rp 240.000,00
b. Administrasi : Rp 20.000,00
D. Penyuluhan melalui media video siklus hidup nyamuk Aedes Aegepty dan
mangazone (pemanfaatan tokoh-tokoh kartun yang digemari anak-anak pada
media penyuluhan)
1. Tujuan : untuk meningkatakan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyakit DBD.
2. Sasaran : masyarakat dan warga sekolah
3. Pelaksana : petugas promkes puskesmas dan kader setempat.
4. Waktu : tiap enam bulan sekali memanfaatkan waktu penerimaan
rapot.
5. Lokasi : sekolah-sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sibela.
6. Mekanisme pelaksanaan
28
Petugas promkes dari Puskesmas mendatangi sekolah dan melakukan
penyuluhan mengenai pencegahan dan pemberantasan DBD melalui :
a. pemutaran video siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
b. pembagian poster mangazone
7. Pembiayaan: Poster : Rp 100.000
E. Desa Percontohan
1. Tujuan : untuk meningkatkan motivasi desa setempat dalam menjaga
kebersihan lingkungan di sekitarnya.
2. Sasaran : semua warga desa di Kelurahan Mojosongo
3. Pelaksana : petugas promkes puskesmas dan kader setempat.
4. Lokasi : salah satu desa di wilayah kerja puskesmas
5. Mekanisme pelaksanaan :
Desa berada dalam binaan petugas puskesmas dan jajaran tinggi terkait,
bersama-sama menciptakan kondisi desa yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Desa yang mudah dijangkau oleh puskesmas terutama untuk pemantauan
keberlangsungan program
b. Desa dengan seluruh rumah mendapatkan akreditasi bebas jentik tipe A
c. Desa memiliki tanaman-tanaman antinyamuk dalam jumlah yang cukup
banyak dan merata
d. Desa yang rutin melakukan kerja bakti setiap dua minggu sekali dalam
rangka PSN
e. Desa dengan angka HI < 5%
f. Sekolah-sekolah dan tempat-tempat umum yang berada dalam wilayah
desa tersebut bebas jentik
g. Desa dengan kader-kader kesehatan yang rutin melakukan pemantauan
PSN terhadap sekolah dan tempat umum
h. Jika dalam proses perwujudan desa percontohan masih ada rumah atau
lingkungan yang belum memenuhi kriteria seperti di atas, maka akan
diberikan bendera “RAWAN DBD” sebagai bentuk teguran dan pemicuan
untuk meningkatkan kesadaran pemilik rumah.
29
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan:
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Sibela dinilai kurang efektif, hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
House Index di wilayah kerja Puskesmas Sibela.
Dalam pelaksanaannya program ini menemukan beberapa kendala, antara lain:
1. Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
kebersihan lingkungan
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit DBD.
3. Kondisi topografis menyebabkan sulitnya akses air bersih.
4. Banyaknya kontainer alami maupun buatan yang tidak terjaga
sanitasinya dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
Aegypti
5. Kurangnya tenaga kesehatan yang bertugas memantau house index
B. Saran:
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan gejala, bahaya,
pencegahan, dan pengobatan dengan cara yang lebih menarik, seperti
pemutaran video siklus hidup nyamuk Aedes Aegepty dan pemanfaatan
tokoh-tokoh kartun yang digemari anak-anak pada media penyuluhan.
b. Dilakukan akreditasi rumah bebas jentik dengan pemberian stiker maupun
akreditasi sekolah bebas jentik dengan pemberian bendera untuk
memotivasi masyarakat melakukan PSN mandiri.
c. Meningkatkan keterlibatan kader-kader setempat dan petugas kebersihan
sekolah dalam pelaksanaan PSN di sekolah dan tempat-tempat umum, serta
menjalin komunikasi yang berkesinambungan dalam mengatasi masalah
yang menghambat pelaksanaan PSN di lapangan.
d. Pembentukan desa percontohan untuk meningkatkan motivasi dan peran
serta masyarakat dalam pemberantasan dan pencegahan penyakit DBD.
e. Meningkatkan kerjasama dan peran serta pejabat setempat baik di sekolah
maupun di masyarakat untuk terjun langsung membantu meningkatkan
kesadaran akan kebersihan lingkungan dalam pemberantasan dan
pencegahan penyakit DBD.
f. Diharapkan dapat menjalin kerjasama dan komunikasi yang baik dengan
PDAM setempat
30
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Data kasus DBD 2011 dan 2010.
Pppl.depkes.go.id
World Health Organization. 2009. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO
http://www.who.int/mediacentre
31