Anda di halaman 1dari 4

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Upaya kesehatan gigi perlu di tinjau dari aspek lingkungan,

pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanaganan kesehatan gigi

termasuk pencegahan dan perawatan. Dalam hal ini contohnya siswa-siswi yang masih

belum banyak memiliki pengetahuan yang luas terutama tentang kesehatan gigi dan

mulut. Usaha pemerintah dalam membangun kesehatan tentunya membutuhkan orang-

orang yang dapat memberikan penjelasan mengenai kesehatan gigi dan aturan yang ada

dalam bidang kesehatan, terutama kesehatan gigi.1

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian fundamental dari kesehatan secara

umum serta berpengaruh terhadap kesejahteraan (WHO, 2003; Jackson et al., 2011).2,3

Kesehatan gigi dan mulut yang buruk berdampak pada terganggunya kualitas hidup

individu.4 Rongga mulut dan gigi yang sehat menjadi hal yang sangat penting dan

hanya dapat dicapai apabila rongga mulut senantiasa bersih.5 Rongga mulut dan gigi

yang bersih membuat orang merasa lebih percaya diri untuk berbicara, makan, dan

bersosialisasi tanpa rasa sakit, tidak nyaman ataupun rasa malu.6

Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan Indonesia

menduduki peringkat ke tiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China

dan India. WHO (World Health Organization) telah menetapkan bahwa tanggal 31 Mei

sebagai hari bebas tembakau sedunia. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya

perhatian dunia terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan

manusia.7 Meskipun kebiasaan merokok berdampak buruk pada kesehatan, tapi


prevalensi perokok terus meningkat tiap tahunnya. Merokok merupakan hal yang biasa

bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, khususnya kaum lelaki dewasa. Dalam

sepuluh tahun terakhir, konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar

44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia.8

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013) prevalensi merokok di Indonesia

sebesar 29,3 % dan di Sulawesi Utara prevalensi merokok masuk dalam peringkat 12

dari 34 provinsi yakni sebesar 24,6 %. Untuk lokasi penduduk pedesaan lebih banyak

perokok aktif yakni sebesar 25,5% dibandingkan perkotaan sebesar, 23,2%. Jenis

pekerjaan Petani/Nelayan/Buruh merupakan prevalensi terbesar yakni 44,5%.9

Rongga mulut merupakan jalan masuk utama untuk makanan, minuman, dan

bahan-bahan lain, misalnya rokok. Kandungan rokok berupa tembakau, tar, nikotin,

karbon monoksida, ammonia, dan derivat-derivat lainnya dapat mengiritasi rongga

mulut saat dikonsumsi karena adanya pembakaran. Kebiasaan merokok merupakan

salah satu pencetus timbulnya gangguan serta penyakit rongga mulut, antara lain dapat

mengakibatkan gigi berubah warna, penebalan mukosa, gingivitis bahkan penyakit

kanker mulut.10

Pengetahuan tentang dampak buruk rokok bagi kesehatan semakin lama

semakin meningkat dengan makin banyaknya laporan bukti-bukti ilmiah di berbagai

jurnal kedokteran dunia. Ternyata dari asap rokok, bukan hanya nikotin saja yang

berbahaya tetapi juga zat-zat lain yang terdapat dalam asap rokok serta tar sebagai hasil

dari pembakaran tembakau, ikut menyumbang bahaya rokok bagi kesehatan. Bahaya

tersebut ikut diperkuat oleh efek mencandu oleh nikotin. Dengan adanya kecanduan,
perokok akan selalu mencari rokok setiapkali ketagihan, dan dengan demikian

membuat zat-zat berbahaya tadi makin menumpuk dalam tubuhnya, sehingga secara

berangsur mendekatkan kepada resiko penyakit akibat rokok (Kementrian Kesehatan

RI, 2013).

Merokok merupakan masalah yang belum terselesaikan hingga saat ini.

Merokok sudah melanda berbagai kalangan dari anak-anak sampai orang tua, laki-laki

maupun perempuan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010), sekitar

34% atau sebanyak 80 juta penduduk Indonesia adalah perokok (Dimyati, 2011).

Dengan angka ini, World Health Organization (WHO) mengurutkan Indonesia ke

peringkat tiga dunia setelah Cina dengan 390 juta perokok dan India dengan 144 juta

perokok (Dimyati, 2011).

Bagi perokok, merokok adalah bagian dari rutinitas sehari-hari bahkan menjadi

suatu kebiasaan. Banyak hal yang dapat memicu seseorang untuk merokok, misalnya

merokok setelah bangun pagi, sambil minum kopi, setelah makan siang, atau ketika

berbicara di telepon. Itu adalah sebuah bukti bahwa merokok sudah menjadi rutinitas

sehari-hari. Melihat orang lain merokok pun bisa jadi pemicu anda untuk menyalakan

sebatang rokok. Merokok bukan hanya sekedar rutinitas merokok adalah suatu bentuk

ketergantungan nikotin (Ferdiwardi, 2008).

Kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit seperti

penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga

mulut, kanker laring, kanker esofagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta

gangguan kehamilan dan cacat pada janin. Namun tetap saja pada kenyataannya,
kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui responden sebagai suatu

kebiasaan buruk (Jurnal e-GiGi, 2014).

Merokok salah satu penyebab utama dari perubahan warna pada gigi karena

mengandung bahan kimia tar dan lainnya yang mengubah warna gigi seseorang, dan

obat-obatan tertentu, seperti antibiotik tetrasiklin juga dapat menyebabkan perubahan

warna pada gigi. Itu terjadi, seseorang harus berbicra dengan dokternya dengan

menurunkan dosis atau beralih ke jenis lain obat yang tidak mempengaruhi warna gigi

(Amat Kalima,2011).

Stain mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan. Stain juga dapat

menyebabkan gigi berwarna coklat sampai hitam pada bagian leher gigi. Distribusi dan

perubahan warna yang ditentukan oleh tipe, jumlah, dan lamanya kebiasaan

mengkonsumsi rokok, kopi, teh dan sirih, maka semakin besar peluang untuk

perubahan warna giginya (Republikaonline, 2007).

Anda mungkin juga menyukai