Anda di halaman 1dari 13

Hari Pramuka, Jokowi Saksikan Prosesi

Bhinneka Tunggal Ika

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyaksikan prosesi


alias pawai Bhinneka Tunggal Ika hari ini. Jokowi yang mengenakan seragam
lengkap Pramuka berhadapan dengan anggota Pramuka yang berpakaian adat.

Jokowi berdiri di mimbar utama, sedangkan anggota Pramuka yang mengenakan


pakaian adat dari berbagai provinsi berdiri berjajar di tengah lapangan.

Sumpah Bhinneka Tunggal Ika pun diucapkan mengiringi prosesi tersebut.


Sementara seperti dilansir Antara, ribuan anggota Pramuka yang lain mengikuti
upacara tersebut dengan penuh khidmat.

Acara ini berlangsung dalam gelaran Raimuna Nasional XI bersamaan dengan Hari
Pramuka ke-56 di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Senin, 14 Agustus
2017.

Setelah upacara usai, ditampilkan marching band dari sebuah SMK penerbangan di
Tangerang. Jokowi yang juga mengenakan kopiah hitam menyampaikan pesan
kepada Pramuka.

"Saya yakin generasi muda Indonesia generasi yang unggul, kreatif, dan generasi
petarung, bukan pecundang. Pramuka harus berani melakukan inovasi," ucap Jokowi
yang menjadi inspektur upacara dalam acara ini. *

Sumber : Liputan6.com, Senin, 13 Agustus 2017


Berbagi di Hari Pramuka Ke-56
Radar Banyumas SELASA, 15 AGUSTUS 2017

BANYUMAS-Menyambut Hari Pramuka Ke-56, siswa SDN Banjarsari Kecamatan


Ajibarang dilatih menumbuhkan jiwa sosial dengan membawa mie instant dan beras
yang dikumpulkan secara sukarela, Senin (14/8). Mie instant dan beras itu kemudian
dibagikan kepada warga tidak mampu di sekitar sekolah. Sebanyak 66 paket beras
dan mie instant dibagikan dari rumah ke rumah oleh siswa didampingi guru.

BERBAGI : Para siswa SDN SDN Banjarsari Kecamatan Ajibarang memberikan


paket beras dan mie instant untuk warga kurang mampu.

Kepala SDN Banjarsari, Kuswanto SPd mengatakan, untuk melatih siswa dalam
menumbuhkan kepekaan sosial, siswa dengan sukarela membawa mie instant dan
beras dari rumah yang kemudian dikumpulkan di sekolah. Dari 540 siswa, terkumpul
135 kilogram beras dan 528 bungkus mie instan yang kemudian dipaketkan satu
paket berisi 2 kilogram beras dan 8 bungkus mie instant. “Mie instant dan beras yang
dibawa siswa secara sukarela kemudian kami bungkus per paket berisi 2 kilogram
beras dan 8 bungkus mie instant dan dibagikan kepada janda tua, orang jompo dan
warga yang kurang mampu di sekitar sekolah. Kegiatan tersebut menjadi salah satu
bentuk melatih siswa dalam menumbuhkan jiwa sosial,”jelasnya. Menurut dia,
pembagian beras dan mie instant dilaksanakan usai kegiatan upacara peringatan
HUT Pramuka Ke-56 di sekolah. Kegiatan ini diikuti oleh 540 siswa dan 23 guru yang
berjalan dengan hikmat. “Siswa bukan hanya dilatih untuk peka dengan kondisi sosial
sekitar dengan pembagian beras dan mie instant. Kami juga menggelar santunan
rutin anak yatim piatu yang sekolah di SDN Banjarsari. Ada 40 anak dengan iuran
rutin berasal dari infak siswa dan guru setiap hari Jumat,”ujarnya. Dia berharap
dengan kegiatan sosial yang melibatkan siswa, akan menumbuhkan jiwa sosial baik
di sekolah maupun di rumah atau lingkungannya. (gus/din)

Sumber: http://radarbanyumas.co.id/berbagi-di-hari-pramuka-ke-56/
Copyright © Radarbanyumas.co.id
Ulang Janji Pramuka Berlangsung Haru
Radar Banyumas SELASA, 15 AGUSTUS 2017

Jambore Hilang Diganti Persari MAJENANG – Puncak kegiatan Hari Pramuka yang
biasanya ditandai dengan kemah atau jambore, tahun ini ditiadakan. Sebagaia
gantinya, pengurus Kwartir Ranting (Kwaran) Majenang menggelar kegiatan
Pertemuan Sehari (Persari). “Tahun ini tidak ada jambore tapi diganti dengan
Persari,” ujar Ketua Kwaran Majenang, Sujiman, Senin (14/8) kemarin. Langkah ini
ditempuh karena padatnya kegiatan para siswa sejak memasuki tahun ajaran baru
2017-2018 hingga sekarang.

SIAGA JUARA : Jambore Pramuka tahun ini ditiadakan dan diganti Persari. Dalam
kegiatan ini digelar sejumlah lomba, salah satunya omba Juara Satu.
(HARYADI/RADARMAS)

Mulai dari kegiatan penerimaan siswa baru, peringatan HUT RI, Pramuka dan
sejumlah kegiatan lainnya yang harus dilaksanakan dan diikuti para siswa. “Tahun ini
kegiatan padat sekali hingga jambore atau perkemahan kita tiadakan,” ujarnya.
Dalam Persari itu, Kwaran Majenang menggelar sejumlah kegiatan lomba untuk
Pramuka Siaga, Penggalan dan Penegak. Khusus untuk Pramuka Siaga, lomba
digelar pasca upacara Hari Pramuka di lapangan Wijaya Kusuma, kemarin. Salah
satunya lomba Juara Satu. Dalam lomba ini, seluruh peserta hanya diberi soal
dengan jawaban Ya atau Tidak. Untuk jawaban Ya, peserta cukup mengangkat
papan warna hijau dengan tanda centang. Sebaliknya, jawaban Tidak dengan tanda
silang di papan warna merah. Lomba model ini, ternyata bisa berlangsung singkat
karena peserta yang salah langsung dinyatakan gugur. Penentuan juara dilakukan
dengan melihat barung (regu) dengan jumlah anggota terbanyak usai menjawab
sejumlah soal. “Ini sangat menyenangkan anak,” kata dia. Sementara kegiatan bagi
pramuka penegak dan penggalan, sudah digelar sebelumnya. Seperti ulang janji bagi
Pramuka penegak, sudah digelar pada Minggu (13/4) malam kemarin. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk kembali mengingatkan arah dan pergerakan bagi seluruh
pegiatan Pramuka di Kecamatan Majenang. Acara kemarin malam itu dilanjutkan
dengan sarasehan. “Kalau pramuka Siaga, lombanya hari. Sementara Penggalan
dan Penegak yang lebih besar, dilakukan dari tanggal sebelas hingga tiga belas,”
tandasnya. Di Kroya, peringatan Hari Pramuka 14 Agustus 2017 di Kroya, ditandai
dengan ulang janji Pramuka yang dipusatkan di halaman SMK Ma’arif 01 Kroya,
Minggu (13/7). Ulang janji yang dikemas menggunakan bahasa Jawa, membuat
suasana semakin sakral. Camat Kroya, Drs Muhamad Najib MSi sebagai Ketua
Mabiran, menyalakan obor Dasa Dharma Pramuka yang kemudian dinyalakan secara
beranting oleh 10 orang Pramuka. Sepuluh orang Pramuka itulah yang melakukan
ulang janji sebelum secara bersama-sama menyalakan api unggun yang selalu
menjadi simbol Pramuka dalam menyatakan kesetiaannya terhadap dharmanya.
“Kami merasakan adik-adik Pramuka ini penuh haru dalam melaksanakan ulang
janjinya. Ini menjadi pertanda Pramuka sejak jaman dulu hingga sekarang
mempunyai tekad yang sama,”kata dia. Muhamad Najib memuji pelaksanaan ulang
janji yang sangat sakral dengan setting budaya keraton dan ornamen-ornamen lampu
warna-warni yang menjadi simbol keberagaman Pramuka. Karena itu, Pramuka
selalu menghadirkan banyak motivasi dan inovasi bagi pelajar. “Selain sudah menjadi
ektrakurikuler wajib untuk pembentukan karakter, Pramuka juga banyak menjadi
kawah candradimuka bagi pelajar untuk menempa diri agar selalu bersahaja,”ujarnya.
Ulang janji yang dihadiri oleh masing-masing Gudep dari seluruh sekolah yang ada di
Kecamatan Kroya semakin meriah dengan berbagai atraksi praja yang ingin
menunjukan kemampuan praja dalam berkreasi dan berekspresi. “Alhamdulillah
kegiatan ulang janji Pramuka mengawali kegiatan peringatan hari Pramuka yang
dilanjutkan dengan upacara bendera,”kata Ketua Kwarran Kroya, Sadimin SPd.
Menurut dia, kegiatan Pramuka memang menjadi salah satu ektrakurikuler favorit
yang melahirkan anak-anak kreatif dan berkarater. Oleh sebab itu masing-masing
sekolah harus mampu memberikan ruang yang terbaik bagi kegiatan Pramuka. “Jika
melihat hasilnya, memang kegiatan Pramuka di semua sekolah mendominasi
kegiatan pembentukan karakter. Sebab selain keterampilan Pramuka juga dididik
secara keagamaan yang kuat,”ujar dia. Kepala SMK Ma’arif 01 Kroya, Ir H
Faturahman mengatakan, mendapat tugas untuk menyelenggarakan ulang janji
Pramuka, merupakan sebuah kehormatan. Karena itu dia bersama seluruh guru dan
pembina Pramuka ingin menghadirkan suasana yang berbeda. “Alhamdulillah
semuanya lancar dan penuh pemaknaan apalagi bagi adik-adik Pramuka yang aktif
berproses dalam kegiatan Pramuka sehari-hari,”kata dia.(har/yan/din)

Sumber: http://radarbanyumas.co.id/ulang-janji-pramuka-berlangsung-haru/
Copyright © Radarbanyumas.co.id
Ganjar Minta Anak Jangan Ditekan
Radar Banyumas

KAMIS, 20 JULI 2017

BANYUMAS-Tidak ingin ada siswa yang gantung diri karena dinilai orang tuanya tidak bisa
memperoleh nilai yang baik seperti kejadian di Klaten, Gubernur Jawa Tengah Ganjar
Pranowo mengajak orang tua untuk mendukung minat dan bakat anaknya. Orang tua juga
diminta tidak memberikan tekanan yang berlebihan, apalagi sampai memaksakan kehendak
supaya anaknya ikut ayang diinginkan orang tua.

DIALOG : Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, bersialog dengan para siswa baru di
SMAN Ajibarang. (AGUS MUNANDAR/RADARMAS)

Penegasan itu disampaikan Ganjar Pranowo di hadapan ratusan siswa baru dan orang tua di
GOR Satria SMAN Ajibarang dalam penutupan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah
(MPLS) dan meresmikan gelanggang olahraga, Rabu (19/7). Ganjar mengatakan, orang tua
sebaiknya jangan memaksakan kehendak kepada anaknya, apalagi memberikan penekanan
berlebihan terutama dalam nilai pelajaran. Dia menyarankan orang tua untuk menemani
anaknya dan mendukung kegiatan belajar sesuai dengan minat dan bakatnya. “Jangan
sampai ada kejadian anak bunuh diri karena dianggap bodoh oleh orang tuanya sendiri
karena mendapat nilai jelek. Siapa tahu anaknya walaupun akademiknya jelek. tapi punya
bakat lain yang non akademik,’ujarnya. Menurut dia, orang tua jangan memaksakan
kehendak seperti anaknya harus jadi dokter, tapi anaknya sendiri berkeinginan menjadi
seniman. “Dukunglah menjadi seniman yang baik,”tegasnya. Dalam interaksi dengan siswa
baru, Ganjar mengajak dua anak yang ternyata mempunyai bakat yang istimewa seperti
Bima Eka Setiawan dana Lita yang baru masuk sekolah tersebut. Bima Eka Setiawan sudah
menjadi dalang sejak kelas lima SD dan sampai sekarang masih mendalang bahkan dari
mendalang wayang kulit bisa menghasilkan uang sendiri. “Bima ini bisa menjadi contoh.
Arahkan minat dan bakatnya. Selepas SMA, masuk ke Institut Seni. Jadi seniman, seniman
yang besar dan bagus. Orang tua harus mendukung, jangan malah menekan Bima untuk jadi
dokter, itu tidak pas,”tegasnya. Untuk Lita, siswi asal Windunegara Wangon, juga mempunyai
bakat menulis. Orang tuanya baru mengetahui jika tulisan novel Lita ditayangkan dalam
sinetron di televisi swasta nasional. Padahal, orang tuanya menginginkan Lita menjadi
seorang dokter. Saat orang tuanya dipanggil Ganjar ke depan dan mengarahkan supaya
bakat serta minat anak harus didukung orang tua. (gus)

Sumber: http://radarbanyumas.co.id/ganjar-minta-anak-jangan-ditekan/
Copyright © Radarbanyumas.co.id
Penguatan Pendidikan Karakter Tak Melulu Soal Akademis
KURNIASIH BUDI
Kompas.com - 30/09/2017, 13:28 WIB

KOMPAS.com - Usai ujian akhir semester, Martin seorang guru mata


pelajaran sibuk menyiapkan nilai para siswanya. Selain nilai akademis, ia
memberi penilaian terkait pencapaian non-akademis para siswa disekolah.

Lembaga pendidikan tempat ia mengampu di Jakarta Selatan memang


mengadaptasi kurikulum pelajaran internasional. Penilaian seorang siswa di
sekolah itu dilakukan tak semata berdasarkan nilai akademis.

Sejalan dengan penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter, para


guru di seluruh sekolah di Indonesia pun akan melakukan hal serupa.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden


(Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga kini masih menyiapkan
Peraturan Menteri (Permen) terkait program itu.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, salah satu


wujud nyata pendidikan karakter di sekolah adalah dengan
mengembangkan minat dan bakat siswa.

Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana


mewajibkan semua sekolah menerbitkan rapor dengan nilai ganda yang
bisa diterapkan mulai 2018.

Para guru nantinya akan memberi laporan nilai akademis dan


pengembangan kepribadian siswa.

"Rapor ini memaksa guru untuk scouting, mencari minat dan bakat dari
anak itu," kata Muhadjir dalam Forum Merdeka Barat 9 di kantor
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rabu (30/8/2017).
Selama ini, seorang siswa dianggap berprestasi di sekolah bila nilai
akademisnya gemilang. Pemerintah berharap sekolah, utamanya para guru,
mulai menghilangkan penyeragaman itu.

Howard Gardner, seorang profesor psikologi dari Harvard University


mengemukakan teori kecerdasan jamak (multiple intelligence).

Gardner mengidentifikasi sejumlah kecerdasan yakni musical/rhythmic


intelligence bodily/kinesthetic intelligence, logical/mathematical intelligence,
visual/spatial intelligence, verbal/linguistic intelligence, interpersonal
intelligence, dan intrapersonal intelligence. Dalam perkembangannya ada
satu jenis kecerdasan tambahan yakni naturalistic intelligence.

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan


potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan
diubah menjadi kompetensi.

Sementara, kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan


individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan.

Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik
sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimikili tiap
siswa menjadi kompetensi, sesuai dengan cita-citanya.

Oleh karena itu, proses pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung di


sekolah harus berorientasi kepada invidu peserta didik.

Penerapan pendidikan karakter juga tak mesti dilakukan semua oleh


sekolah jika memiliki keterbatasan sumber daya. Sekolah bisa saja bekerja
sama dengan lembaga lokal yang letaknya tak jauh dari gedung pendidikan.
Misalnya, ada sekolah yang dekat dengan tempat kursus tari, maka sekolah
dapat memanfaatkan tempat kursus itu sebagai wadah mengembangkan
minat dan bakat siswanya.

"Biar sekolah itu menjadi sentra belajar, dan lingkungan sekitar dijadikan
sumber-sumber belajar," ujar Muhadjir.
Anak-anak Miskin Tak Lagi Khawatir Putus Sekolah
KURNIASIH BUDI
Kompas.com - 29/09/2017, 14:31 WIB

KOMPAS.com - Sasmi Selvia pelajar asal Sukabumi mengaku gembira


mendapat bantuan untuk menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Kota
Sukabumi. Ayah Sasmi adalah seorang petani yang penghasilannya tak
seberapa.

Ia merupakan satu dari sekian banyak siswa yang menerima bantuan


Program Indonesia Pintar yang digagas Presiden Joko Widodo.

“Program Indonesia Pintar ini sangat bagus sekali, dan sangat membantu
kami. Semoga program ini dapat terus diberikan kepada anak-anak dari
keluarga tidak mampu. Terima kasih Pak Presiden,” ungkapnya saat
penyerahan bantuan PIP di Sukabumi, Kamis (31/08/2017).

Siswa lainnya yang juga menerima PIP adalah Conny Damayanti, siswi dari
SMP Negeri 5 Kota Sukabumi. Orang tua Conny adalah pedangan
kelontong kecil.

Menurut Conny, PIP sangat membantu anak-anak dari keluarga tidak


mampu seperti dirinya.

“Saya berharap program ini terus dijalankan dan jangan dihentikan, karena
sangat membantu kami, dan saya pun akan lebih semangat belajar. Terima
kasih Pak Presiden,” ucapnya dengan gembira.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus
memperluas akses pendidikan yang merata dan berkualitas, khususnya
kepada anak keluarga miskin, rentan miskin, serta yatim dan piatu melalui
Program Indonesia Pintar (PIP).

Deputi Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kementerian Koordinator Bidang


Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono
menegaskan pentingnya peningkatan pemerataan layanan pendidikan,
peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, serta penguatan tata kelola
pendidikan dan kebudayaan.

Lebih dari 17 juta Kartu Indonesia Pintar (KIP) dalam proses penyaluran
kepada anak-anak keluarga tidak mampu.

“Supaya anak-anak penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) bisa


memperoleh akses pendidikan, baik formal maupun non-formal,” katanya
dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) di kantor Kementerian
Kominfo, Rabu (30/8/2017) lalu.

Upaya Meringankan Beban Si Miskin

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan,


pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 9.344,2 miliar untuk
program PIP. Dana tersebut termasuk dalam nilai program dan manajemen
penyaluran KIP untuk siswa SD, SMP, SMA, dan SMK tahun anggaran
2018.

Selama ini, data anak-anak penerima PIP yang memiliki rentang usia 6
tahun hingga 21 tahun diperoleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan
berdasarkan pendataan Kementerian Sosial untuk penerima Program
Keluarga Harapan (PKH) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

Berdasarkan laporan pelaksanaan PIP per 16 Agustus 2017, dana PIP


ditujukan pada 17.927.308 anak. Hingga kini, dana untuk 8,8 juta anak atau
47 persen dari total target penerima dana PIP telah disalurkan.

"Sebanyak 25,03 persen telah dicairkan oleh 2.091.961 siswa yang berhak,"
kata Muhadjir.

PIP, kata dia, memang dapat meringankan beban orang tua dalam menjaga
anaknya tetap bersekolah. Dana yang ada dalam KIP dapat digunakan
untuk membeli keperluan-keperluan pendidikan.

"Sekarang anak-anak memegang KIP dalam bentuk ATM yang dapat


memudahkan siswa dalam mencairkan dana manfaatnya,” ujarnya.

Bagi para siswa di Sekolah Dasar (SD) yang belum bisa mengambil
uangnya sendiri di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) memang memerlukan
pendampingan. "Para orang tua dan guru diharapkan dapat mendampingi
siswa tersebut,” katanya.
Menumbuhkan Minat Baca Siswa dari Keluarga
Abdul Malik Mubarok
Minggu, 15 Oktober 2017 - 03:17 WIB

JAKARTA - Budaya membaca di Indonesia masih tertinggal jauh dari negara lain.
Berdasarkan penelitian Programme for International Student Assessment (PISA)
2015, Indonesia menempati urutan ke-68 dari 74 negara yang disurvei tingkat
literasinya.

Peringkat ini sangat jomplang dibanding negara tetangga Singapura yang menempati
urutan pertama dalam urusan membaca. Minat baca warga Negeri Singa sangat
tinggi mengalahkan Hong Kong, Kanada, Finlandia, dan Irlandia yang berada di lima
besar.

Hasil penelitian PISA ini seakan memperkuat survei 3 tahunan Badan Pusat Statistik
(BPS) yang menyebut minat baca anak-anak di Indonesia hanya 17,66%, sedangkan
sisanya lebih menyukai menonton. Anak-anak lebih memilih menonton televisi atau
tayangan lain di gadget yang bersifat hiburan, misalnya, film kartun, sinetron, atau
video di Youtube dibanding membaca buku, komik atau lainnya.

Menurut dosen Magister FITK UIN Jakarta, Jejen Musfah, ada banyak faktor yang
menyebabkan tingkat minat baca anak-anak Indonesia rendah. Paling utamanya
adalah sebagian besar keluarga di Indonesia belum memiliki budaya membaca yang
bagus. "Orang tua tidak terbiasa membaca, mereka lebih memilih menonton televisi.
Membaca belum menjadi kebutuhan," kata Jejen saat berbincang
dengan SINDOnews, Sabtu (14/10/2017).

Budaya membaca dan menulis secara umum juga tidak dimiliki oleh masyarakat
Indonesia. Mereka jarang sekali meluangkan waktu untuk membaca, baik itu buku,
media cetak, komik, maupun novel. Dalam sebulan, seseorang belum tentu
menghabiskan membaca satu buku sekali pun.
Kondisi ini diperparah dengan pihak sekolah yang kurang maksimal dalam
mendorong minat baca siswa. Sekolah yang semestinya memberikan fasilitas
membaca bagi murid-murid malah terkesan tidak peduli. "Banyak sekolah tidak
memiliki perpustakaan. Jangankan perpustakaan, ruang guru terkadang juga harus
disekat dengan ruang kelas. Ini problem besar," ujar Kepala Prodi Magister
Manajemen Pendidikan Islam ini.

Bagi sekolah yang memiliki ruang perpustakaan, persoalan juga tidak selesai begitu
saja. Sebab, banyak sekolah yang menunjuk seorang guru untuk mengelola
perpustakaan. Sekolah tidak merekrut seorang pustakawan yang benar-benar paham
bagaimana menyusun buku, administrasi, dan membuat suasana yang nyaman di
perpustakaan.

Fakta lain yang ditemukan di perpustakaan sekolah adalah minimnya jumlah buku.
Perpustakaan sekolah rata-rata tidak memenuhi standar minimal 1 buku untuk satu
siswa. “Jika pun bukunya banyak, temanya sama semua, kurang beragam,” tutur
Jejen.

Terkait hal ini, sebenarnya sekolah bisa mengakalinya menjalin kerja sama dengan
penerbit. Menurut Jejen, jika kepala sekolah kreatif membuat proposal yang baik,
maka penerbit akan senang memberikan bantuan buku ke sekolah-sekolah. Pihak
sekolah hanya perlu mengeluarkan biaya untuk ongkos kirim buku-buku tersebut.

Dari sekian banyak penyebab rendahnya minat baca anak-anak di Indonesia,


pemerintah sebenarnya bisa memulai memperbaikinya melalui edukasi keluarga.
Pemerintah perlu membuat program Gerakan Cinta Membaca Buku yang secara
masif disosialisasikan kepada masyarakat. Kampanye gerakan tersebut secara terus-
menerus dilakukan melalui televisi, radio, media cetak, atau media online, sehingga
masyarakat lambat laun akan tahu dan ikut tergerak melakukannya.

Selain itu, pemerintah juga perlu membuat program khusus bagi para penulis.
Selama ini penulis bukanlah profesi yang menjanjikan karena dikenakan potongan
pajak oleh pemerintah dan penerbit dari bayaran yang diterima. Pajak-pajak ini
membuat harga buku mahal sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat.

Untuk lebih mengenalkan minat baca kepada masyarakat, pemerintah juga bisa
membuat digitalisasi buku atau e-book. Generasi Z yang akrab dengan teknologi
akan lebih mudah mengakses e-book melalui gawainya, kapan dan di mana pun.
"Sama saja buku atau e-book, yang penting membaca, apa saja, termasuk komik,"
kata Jejen.

Pemanfaatan e-book untuk memicu minat baca anak-anak juga diamini oleh penulis
buku cum blogger wanita, Kayla Mubara. Menurutnya, bagi anak yang sudah
termasuk dalam kategori gila baca, e-book bisa memadamkan kehausannya pada
bacaan. "Jika yang kecanduan gadget, bisa dipindah arahkan ke e-book. Jika di
kampung, akan efektif memakai buku fisik," katanya.
Seperti Finlandia, Sekolah di New Zealand
Seperti Bermain

Liputan6.com, Jakarta Bila masyarakat mengenal Finlandia sebagai negara dengan pendidikan
terbaik, ternyata New Zealand juga memiliki kualitas yang setara. Bahkan di negara yang berada
di selatan bumi ini, hubungan antara pelajar dan gurunya sangat dekat. Bagaimana bisa?

"Untuk peringkat pendidikan terbaik, Finlandia dan New Zealand selalu berada di posisi tiga
teratas. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan di New Zealand sudah diakui menjadi
salah satu yang terbaik di dunia," ungkap Karmela Christy, Marketing

Karmela juga mengungkapkan, kedekatan antara dosen dan mahasiswa sangat terasa dalam
proses belajar mengajar. Tidak hanya berdiri dan menjabarkan pelajaran saja, dosen juga ikut
serta dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan di kelas. Sehingga para dosen duduk setara
dengan mahasiswa dan boleh bertanya apa saja mengenai pelajaran tersebut.

"Karena sangat dekat, para dosen masih mau menjawab pertanyaan mahasiswanya, meski
dikirim jam 11 malam," ujar Karmela yang dahulunya juga menuntut ilmu di New Zealand.

Tidak hanya itu, kemudahan pendidikan di New Zealand juga didukung dengan sarana dan
prasarana terbaik. Sehingga mahasiswa nantinya diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mencari ilmu dan berkolaborasi bersama dengan dosen dan mahasiswa lainnya.

Sedangkan di sekolah dasar dan menengah, para siswa sudah diberikan kebebasan untuk
memilih apa yang ingin mereka lakukan. Sehingga praktik di workshop menjadi kegiatan bermain
yang menyenangkan, ketika menempuh pendidikan di New Zealand.

Anda mungkin juga menyukai