Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Pangan dan Agroindustri

ISSN: 2354-7936
Volume 3, No 2, tahun 2015, halaman 155-156

Pengaruh Jenis Pearut dan Lama Ekstraksi Terhadap


Ekstrak Karotenoid Labu Kuning
Dyah Tri Wahyuni,

Abstrak
Labu kuning merupakan salah satu komoditas yang melimpah di Indonesia. Labu kuning mengandung
karotenoid yang tinggi mencapai 160 mg/100 gr. Karotenoid berfungsi sebagai prekursor vitamin A
dan antioksidan. Karotenoid dapat diambil melalui proses ekstraksi. Ekstraksi konvensional umumnya
memakan waktu lama dan suhu tinggi yang dapat merusak karotenoid, sehingga diperlukan teknik
ekstraksi yang lebih efisien, salah satunya dengan metode gelombang ultrasonik. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan lama ekstraksi menggunakan gelombang
ultrasonik sehingga dihasilkan ekstrak karotenoid terbaik. Penelitian disusun menggunakan metode
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor yaitu jenis pelarut (aseton, etil asetat, n-heksan)
dan lama ekstraksi (5, 15, 25 menit). Perlakuan terbaik diperoleh dari pelarut n-heksan dan lama
ekstraksi 25 menit dengan total karotenoid 575.22 µg/gr, aktivitas antioksidan IC50 134.17 ppm, pH
6.51, rendemen 17.85%, kecerahan (L*) 18.13, kemerahan (a*) 13.70 dan kekuningan (b*) 13.04.
Kata Kunci: Karotenoid, Labu Kuning, Gelombang Ultrasonik

Jurnal Teknotan
ISSN :1978-1067
Volume 10 No. 2, Tahun 2016 halaman 34

Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Mutu


Minyak Bunga Melati Putih
Sudaryanto Zain

Abstrak
Melati merupakan salah satu komoditas bernilai ekonomi tinggi. Namun, permasalahannya adalah
bunga melati tidak terjual ke pasar pada saat melimpah ketika panen tiba. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan proses pengolahan terhadap bunga melati yaitu menjadi
minyak bunga melati. Salah satu metode pengambilan minyak bunga melati adalah ekstraksi dengan
pelarut menguap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari lama ekstraksi
terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati putih dengan menggunakan metode ekstraksi
pelarut menguap. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium
dengan menggunakan analisis deskriptif. Lama ekstraksi yang digunakan yaitu 8 jam, 12 jam, dan 16
jam dengan perbandingan massa bunga dan pelarut yaitu 1:2. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga
kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen pada perlakuan lama ekstraksi 16 jam yang
paling tinggi yaitu 0,18% dengan aroma agak wangi dan warna minyak bunga melati kuning. Untuk
nilai hasil uji parameter mutu yaitu rata-rata bobot jenis sebesar 0,8675, indeks bias 1,3677, bilangan
asam 6,6611 mg KOH/g, kelarutan dalam alkohol 1:1, dan kadar sisa pelarut 28%. Dengan komponen
minyaknya adalah eicosanol (39,10%) dan linalool (10,94%), pentacosanol (7,20%), farnasense
(4,01%), tetracontane (3,58%), ethyl linoleolate (2,76%), dan acetic acid/benzyl acetate (2,02%).
Kata Kunci: bunga melati, minyak bunga melati, pelarut menguap.
Jurnal Ilmiah Manuntung
ISSN. 2477-1821
Volume 3, No 1, halaman 91-95, 2017

Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi


Sukarmi

Abstrak
Apel Melayu (Syzygium malaccense L.) adalah tanaman yang bisa digunakan untuk pengobatan.
Antioksidan memiliki aktivitas untuk mengurangi senyawa radikal bebas yang merupakan salah satu
penyebabnya Kemunculan berbagai penyakit pada manusia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Perbandingan metode maserasi dan ekstraksi ikhtisar aktivitas antioksidan malay daun apel Tahapan
penelitian meliputi pengambilan sampel, penentuan tanaman, pembuatan simplisia, ekstraksi maserasi
dan socletation dengan pelarut etanol 70% dan menentukan antioksidannya Aktivitas dengan
spektrofotometri UV-Vis dengan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) sebagai bebas radikal.
Parameternya adalah nilai IC50 yaitu konsentrasi senyawa antioksidan yang dapat menyebabkan
hilangnya aktivitas radikal bebas DPPH 50%. Meski kedua metode menunjukkan sangat kuat
Aktivitas antioksidan, dapat disimpulkan bahwa perbedaan metode ekstraksi berpengaruh pada
aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa
Metode socletation memberikan nilai IC50 rata-rata 37,67 ppm, nilai ini lebih tinggi dari Metode
maserasi dengan nilai IC50 rata-rata 47,80 ppm. Daun apel Melayu memiliki berpotensi sebagai
antioksidan alami, meski memiliki nilai IC50 lebih rendah dibanding vitamin C yang ada 9,72 ppm
Kata kunci: antioksidan, DPPH, maserasi, socletation, Syzygium malaccense L.

PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi


ISSN 2302 – 2493
Volume 2, No 04, halaman 109, 2013

Pengaruh Metode Ekstraksi terhadap Aktivitas Penangkal Radikal Bebas Ekstrak


Metanol Kulit Biji Pinang Yaki
(Areca vestiaria Giseke)
Eka Mokoginta Pratiwi

Abstrak
Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi terhadap penangkal radikal
bebas pada kulit biji pinang yaki. Ekstraksi kulit biji pinang yaki dilakukan dengan metode maserasi,
perkolasi dan sokletasi. Uji aktivitas penangkal radikal bebas dilakukan dengan metode DPPH. Hasil
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil dari penelitian pada
metode sokletasi memiliki aktivitas penangkal radikal bebas yang cukup tinggi pada konsentrasi 50
ppm (85,16%) dan 100 ppm (92,31%) metode ekstraksi maserasi yang memiliki nilai persen inhibisi
sebesar 74,61% pada konsentrasi 50 ppm dan 81,32% pada konsentrasi 100 ppm dan perkolasi dengan
nilai 14,28% pada konsentrasi 50 ppm dan 17,17% pada konsentrasi 100 ppm.
Kata kunci : pinang yaki, antioksidan, DPPH
KOVALEN Jurnal Riset Kimia
ISSN: 2477-5398
Volume 3, No 1, halaman 7-16, 2017

Ekstraksi dan Karakterisasi Ekstrak Zat Warna Rumput Laut


(Eucheuma cottonii)
Henny H. Veronika

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang Ekstraksi dan Karakterisasi Ekstrak Zat Warna Rumput Laut
Eucheuma coottonii. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pH larutan buffer sebagai
pengekstrak yang menghasilkan ekstrak zat warna dengan absorbansi tinggi, mendapatkan waktu
ekstraksi yang menghasilkan ekstrak dengan absorbansi tinggi, mendapatkan jenis eluen yang baik
digunakan dalam pemisahkan zat warna ekstrak Eucheuma cottonii menggunakan metode
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) serta spektrum serapan dan gugus fungsi. Pencapaian tujuan
dilakukan melalui ekstraksi Eucheuma cottonii secara maserasi, dilanjutkan dengan penentuan pH
menggunakan buffer fosfat pH 5 – 9 dan waktu ekstraksi selama 1 – 4 jam serta melakukan analisis
dengan KLT dan FTIR. Hasil yang diperoleh menunjukkan ekstrak zat warna Eucheuma cottonii
mengandung kelompok senyawa fikoeritrin. Ekstrak Eucheuma cottonii dalam larutan asam hingga
basa berwarna kuning kecoklatan dengan nilai absorbansi tertinggi pada pH 9 dan waktu ekstraksi 1
jam. Serapan maksimum ekstrak Eucheuma cottonii adalah 330 nm dan eluen yang baik digunakan
dalam pemisahan komponen menggunakan KLT preparatif adalah eluen campuran kloroform/asam
asetat/etanol 30 : 15 : 2 (v/v/v) yang memberikan indikasi ada empat jenis senyawa dalam ekstrak dan
memiliki gugus fungsi yakni gugus hidroksi bebas dan terikat ikatan hidrogen serta gugus C=O. Kata
kunci : Ekstraksi, Eucheuma cottonii, buffer fosfat, KLT.

Anda mungkin juga menyukai