Anda di halaman 1dari 8

Pristiwanto 127

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH


(PROBLEM SOLVING) UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SISWA TENTANG KOMPONEN PETA

Pristiwanto
SMP Negeri 1 Kalitengah, Lamongan

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan pemahaman siswa tentang
komponen peta. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan belajar aktif, dan tes formatif. Penelitian ini menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif yang menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan
data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru
selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing
67,64%, 77,35%, dan 91,17%. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode
pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata kunci: metode problem solving, pemahaman siswa, komponen peta

Abstract: The purpose of the research was to increase the students' understanding on
the components of the map. The data required in this study were obtained through
observation of treatment of active learning, and formative tests. This research used
qualitative descriptive analysis technique that illustrates the fact or facts in accordance
with the data obtained in order to determine the students’ learning outcomes achieved
by students as well as to elicit the students’ responses in learning activities as well as
activities of students during the learning process. The results of this research showed
that the students' understanding and mastery of the material that has been submitted by
the teacher (the learning mastery increased from cycle I, II, and III) are respectively
67.64%, 77.35% and 91.17%. Thus, the learning method of problem solving could
improve the students’ achievement.

Keywords: method of problem solving, understanding of students, components of map

PENDAHULUAN tidak cukup bila diukur dengan standar


Saat ini kesejahteraan bangsa tidak lokal saja, sebab perubahan global telah
hanya tergantung pada sumber daya alam sangat besar mempengaruhi ekonomi
dan modal yang bersifat fisik, tetapi suatu bangsa.
bersumber pada modal intelektual, sosial, Untuk itu diperlukan suatu upaya
dan kepercayaan (kredibilitas). Dengan dalam rangka meningkatkan mutu
demikian tuntutan untuk terus menerus pendidikan dan pengajaran salah satunya
memuthakhirkan pengetahuan Geografi adalah dengan memilih strategi atau cara
menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan dalam menyampaikan materi pelajaran
128 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 2, Desember 2016

agar diperoleh peningkatan prestasi metode yang sesuai agar dapat


belajar siswa khususnya pelajaran menimbulkan minat dan motivasi untuk
geografi. Misalnya dengan membimbing belajar.
siswa untuk bersama-sama terlibat aktif Untuk mengatasi permasalahan di
dalam proses pembelajaran dan mampu atas dan guna mencapai tujuan
membantu siswa berkembang sesuai pendidikan secara maksimal, peran guru
dengan taraf intelektualnya akan lebih sangat penting dan diharapkan guru
menguatkan pemahaman siswa terhadap memiliki cara/model mengajar yang baik
konsep-konsep yang diajarkan. dan mampu memilih model pembelajaran
Pemahaman ini memerlukan minat dan yang tepat dan sesuai dengan konsep-
motivasi. Tanpa adanya minat konsep mata pelajaran yang akan
menandakan bahwa siswa tidak disampaikan.
mempunyai motivasi untuk belajar. Cara pembentukan konsep secara
Untuk itu, guru harus memberikan khusus di atas tertuang dalam Kurikulum
suntikan dalam bentuk motivasi sehingga sekolah dasar yang mengutamakan
dengan bantuan itu anak didik dapat pembelajaran geografi harus dipilih
keluar dari kesulitan belajar. Kegagalan metode yang dapat membangkitkan minat
dalam belajar rata-rata dihadapi oleh dan mengaktifkan siswa sehingga
sejumlah siswa yang tidak memiliki menimbulkan sikap yang mendukung
dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan terhadap proses belajar mengajar, seperti
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru metode eksperimen, demonstrasi dan
dengan upaya membangkitkan motivasi diskusi. Dengan metode ini diharapkan
belajar siswa, misalnya dengan siswa menguasai konsep-konsep geografi
membimbing siswa untuk terlibat dan saling keterkaitannya serta mampu
langsung dalam kegiatan yang menggunakan metode ilmiah untuk
melibatkan siswa serta guru yang memecahkan masalah-masalah yang
berperan sebagai pembimbing untuk dihadapinya.
menemukan konsep geografi. Berdasarkan latar belakang di atas,
Penguasaan konsep berkaitan penelitian ini difokuskan pada: 1)
dengan kemampuan siswa dalam bagaimanakah peningkatan prestasi
memahami pelajaran yang telah diberikan belajar siswa dengan diterapkannya
di sekolah dari seorang guru dipengaruhi metode pemecahan masalah (problem
oleh “Intellegence Quotient” atau solving)?, 2) bagaimanakah pengaruh
perbandingan kecerdasan, metode metode pemecahan masalah (problem
mengajar, kualitas pendidikan yang solving) terhadap motivasi belajar siswa?.
diberikan termasuk pendidiknya dan hal
lainnya yang bersifat menunjang (Euwe KAJIAN PUSTAKA
Vd: 1991). Pada jenjang SMP/MTs mata
Dengan kondisi tersebut guru pelajaran IPS memuat materi Geografi,
sebagai pengajar hendaknya senantiasa Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui
berupaya mengubah pandangan siswa mata pelajaran IPS, peserta didik
yang menganggap bahwa mata pelajaran diarahkan untuk dapat menjadi warga
geografi itu sulit. Untuk itu perlu adanya negara Indonesia yang demokratis, dan
perbaikan dalam kegiatan belajar bertanggung jawab, serta warga dunia
mengajar. Guru harus merencanakan dan yang cinta damai.
mempersiapkan segala sesuatu yang Di masa yang akan datang peserta
menunjang proses pembelajaran, didik akan menghadapi tantangan berat
mengubah strategi mengajar dan memilih karena kehidupan masyarakat global
Pristiwanto 129

selalu mengalami perubahan setiap saat. pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi


Oleh karena itu mata pelajaran IPS dan program tindak lanjut yang
dirancang untuk mengembangkan berlangsung dalam situasi edukatif untuk
pengetahuan, pemahaman, dan mencapai tujuan tertentu yaitu
kemampuan analisis terhadap kondisi pembelajaran geografi.
sosial masyarakat dalam memasuki Metode pemecahan masalah
kehidupan bermasyarakat yang dinamis. merupakan metode pengajaran yang
Mata pelajaran IPS disusun secara digunakan guru untuk mendorong siswa
sistematis, komprehensif, dan terpadu mencari dan menemukan serta
dalam proses pembelajaran menuju memecahkan persoalan-persoalan.
kedewasaan dan keberhasilan dalam Pemecahan masalah dilakukan dengan
kehidupan di masyarakat. Dengan cara yang ilmiah. Artinya, mengikuti
pendekatan tersebut diharapkan peserta kaidah keilmuan, seperti yang dilakukan
didik akan memperoleh pemahaman yang dalam penelitian ilmiah. Oleh sebab itu,
lebih luas dan mendalam pada bidang dalam memecahkan masalah tidak
ilmu yang berkaitan. dilakukan dengan trial and error (coba-
Belajar diartikan sebagai proses coba), melainkan dilakukan secara
perubahan tingka laku pada diri individu sistematis dengan menggunakan langkah-
berkat adanya interaksi antara individu langkah: 1) merumuskan masalah dengan
dengan lingkungannya. Hal ini sesuai memahami, meneliti dan kemudian
dengan yang diutarakan Burton bahwa membatasi masalah, 2) merumuskan
seseorang setelah mengalami proses hipotesis yang merupakan jawaban
belajar akan mengalami perubahan sementara bagi masalah yang diajukan
tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, dan dibuktikan berdasarkan data dari
keterampilannya, maupun aspek lapangan, 3) mengumpulkan data
sikapnya. Misalnya dari tidak bisa dikumpulkan berupa informasi,
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi keterangan, dan barang bukti sesuai
mengerti. (dalam Usman, 2900: 5). dengan yang dibutuhkan dengan
Mengajar merupakan suatu melakukan wawancara, angket, studi
perbuatan yang memerlukan dokumentasi, dan sebagainya, 4)
tanggungjawab moral yang cukup berat. menyimpulkan hasil pengolahan atau
Mengajar pada prinsipnya membimbing analisis data dapat dihasilkan kesimpulan.
siswa dalam kegiatan suatu usaha Pengetahuan yang diperoleh
mengorganisasi lingkungan dalam dengan belajar metode pemecahan
hubungannya dengan anak didik dan masalah (problem solving) akan bertahan
bahan pengajaran yang menimbulkan lama, mempunyai efek transfer yang
proses belajar. lebih baik dan meningkatkan siswa dan
Sedangkan menurut buku Pedoman kemampuan berpikir secara bebas. Secara
Guru, proses belajar mengajar dapat umum belajar metode pemecahan
mengandung dua pengertian, yaitu masalah (problem solving) ini melatih
rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, ketrampilan kognitif untuk menemukan
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan memecahkan masalah tanpa
program tindak lanjut (dalam Suryabrata, pertolongan orang lain. Selain itu, belajar
1997: 18). penemuan membangkitkan keingintahuan
Dari pendapat tersebut dapat siswa, memberi motivasi untuk bekerja
disimpulkan bahwa proses belajar sampai menemukan jawaban (Syafi’udin,
mengajar geografi meliputi kegiatan yang 2002: 19).
dilakukan guru mulai dari perencanaan,
130 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 2, Desember 2016

Dari uraian di atas dapat Data-data yang diperlukan dalam


disimpulkan bahwa dengan adanya penelitian ini diperoleh melalui observasi
motivasi dalam pembelajaran metode pengolahan belajar aktif, dan tes formatif.
pemecahan masalah (problem solving) Penelitian ini menggunakan teknik
tersebut maka hasil-hasil belajar akan analisis deskriptif kualitatif yang
menjadi optimal. Makin tepat motivasi menggambarkan kenyataan atau fakta
yang diberikan, akan makin berhasil pula sesuai dengan data yang diperoleh
pelajaran itu. Dengan motivasi yang dengan tujuan untuk mengetahui prestasi
tinggi maka intensitas usaha belajar siswa belajar yang dicapai siswa juga untuk
akan tingi pula. Jadi motivasi akan memperoleh respon siswa terhadap
senantiasa menentukan intesitas usaha kegiatan pembelajaran serta aktivitas
belajar siswa. Hasil ini akan dapat siswa selama proses pembelajaran. Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. menganalisis tingkat keberhasilan atau
persentase keberhasilan siswa setelah
METODE PENELITIAN proses belajar mengajar setiap putarannya
Penelitian ini merupakan dilakukan dengan cara memberikan
penelitian tindakan (action research), evaluasi berupa soal tes tertulis pada
karena penelitian dilakukan untuk setiap akhir putaran.
memecahkan masalah pembelajaran di
kelas. Penelitian ini juga termasuk PEMBAHASAN
penelitian deskriptif, sebab Pada siklus I ini, peneliti
menggambarkan bagaimana suatu teknik melakukan perencanaan dengan
pembelajaran diterapkan dan bagaimana mempersiapkan perangkat pembelajaran
hasil yang diinginkan dapat dicapai. yang terdiri dari rencana pelajaran 1,
Dalam penelitian tindakan, guru LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
sebagai peneliti dan bertanggung jawab pengajaran yang mendukung. Selain itu
penuh. Tujuan utama dari penelitian juga dipersiapkan lembar observasi
tindakan ini adalah untuk meningkatkan pengolaan Metode pemecahan masalah
hasil pembelajaran di kelas yang (Problem Solving) dengan pemberian
melibatkan guru secara penuh dalam tugas. Lalu pelaksanaan kegiatan belajar
penelitian mulai dari perencanaan, mengajar untuk siklus I dilaksanakan
tindakan, pengamatan dan refleksi. pada tanggal 9 September 2008 di kelas
Penelitian ini bekerjasama dengan VII-D dengan jumlah siswa 34 siswa.
wali kelas sebagai pengamat, kehadiran Pengamatan (observasi)
peneliti sebagai guru di kelas sebagai dilaksanakan bersamaan dengan
pengajar tetap dan dilakukan seperti pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir
biasa, sehingga siswa bisa bekerja sama. proses belajar mengajar siswa diberi tes
Dengan cara ini diharapkan didapatkan formatif I dengan tujuan untuk
data yang objektif dan validitas analisis. mengetahui tingkat keberhasilan siswa
Penelitian ini dilakukan di kelas dalam proses belajar mengajar yang telah
VII D SMP Negeri I Kalitengah tahun dilakukan. Dari penerapan Metode
pelajaran 2014/2015 yang dilakukan pada Pemecahan Masalah (Problem Solving)
bulan September semester ganjil dengan pemberian tugas diperoleh nilai
2014/2015. Subjek penelitian adalah rata-rata prestasi belajar siswa adalah
siswa-siswi kelas VII-D SMP Negeri I 70,88 dan ketuntasan belajar mencapai
Kalitengah tahun pelajaran 2014/2015 67,64% atau ada 23 siswa dari 34 siswa
pada pokok bahasan Komponen Peta. sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama
Pristiwanto 131

secara klasikal siswa belum tuntas siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
belajar, karena siswa yang memperoleh Pengamatan (observasi) dilaksanakan
nilai ≥ 70 hanya sebesar 67,64% lebih bersamaan dengan pelaksanaan belajar
kecil dari persentase ketuntasan yang mengajar.
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini Pada akhir proses belajar mengajar
disebabkan karena siswa masih metode siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
belajar yang diterapkan masih baru dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
sebagian anak masih belum bisa siswa dalam proses belajar mengajar
menyesuaian diri dengan metode yang telah dilakukan. Instrumen yang
pembelajaran yang baru tersebut. digunakan adalah tes formatif II. Lalu
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
mengajar diperoleh informasi dari hasil siswa adalah 74,11 dan ketuntasan belajar
pengamatan sebagai berikut: 1) guru mencapai 77,35% atau ada 26 siswa dari
kurang baik dalam memotivasi siswa dan 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini
dalam menyampaikan tujuan menunjukkan bahwa pada siklus II ini
pembelajaran, 2) guru kurang baik dalam ketuntasan belajar secara klasikal telah
pengelolaan waktu, 3) siswa kurang mengalami peningkatan sedikit lebih baik
begitu antusias selama pembelajaran dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
berlangsung. belajar siswa ini karena siswa sudah
Pelaksanaan kegiatan belajar mulai beradaptasi dan mulai mengerti
mengajar pada siklus I ini masih terdapat dengan cara pembelalajaran baru
kekurangan, sehingga perlu adanya revisi tersebut. Disamping itu siswa yang lebih
untuk dilakukan pada siklus berikutnya pandai juga mulai mengajari temanya
yakni guru perlu lebih terampil dalam yang kurang mampu dalam penguasan
memotivasi siswa dan lebih jelas dalam materi pelajaran.
menyampaikan tujuan pembelajaran Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
dengan mengajak siswa untuk terlibat diperoleh informasi dari hasil
langsung dalam setiap kegiatan yang pengamatan dengan 1) Memotivasi siswa,
akan dilakukan. Kemudian guru perlu 2) membimbing siswa merumuskan
mendistribusikan waktu secara baik kesimpulan/menemukan konsep, 3)
dengan menambahkan informasi- pengelolaan waktu. Pelaksanaan kegiatan
informasi yang dirasa perlu dan memberi belajar pada siklus II ini masih terdapat
catatan. Lalu guru harus lebih terampil kekurangan-kekurangan. Maka perlu
dan bersemangat dalam memotivasi adanya revisi untuk dilaksanakan pada
siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. siklus II antara lain: (1) Guru dalam
Selanjutnya pada siklu II, peneliti memotivasi siswa hendaknya dapat
melakukan perencanaa dengan membuat siswa lebih termotivasi selama
mempersiapkan perangkat pembelajaran proses belajar mengajar berlangsung. (2)
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal Guru harus lebih dekat dengan siswa
tes formatif II dan alat-alat pengajaran sehingga tidak ada perasaan takut dalam
yang mendukung dan dilanjutkan dengan diri siswa baik untuk mengemukakan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pendapat atau bertanya. (3) Guru harus
pada tanggal 16 September 2008 di lebih sabar dalam membimbing siswa
Kelas VII-D dengan jumlah siswa 34 merumuskan kesimpulan/menemukan
siswa. Adapun proses belajar mengajar konsep. (4) Guru harus mendistribusikan
mengacu pada rencana pelajaran dengan waktu secara baik sehingga kegiatan
memperhatikan revisi pada siklus I, pembelajaran dapat berjalan sesuai
sehingga kesalahan atau kekurangan pada dengan yang diharapkan. (5) Guru
132 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 2, Desember 2016

sebaiknya menambah lebih banyak Pada siklus III guru telah


contoh soal dan memberi soal-soal menerapkan belajar aktif dengan baik dan
latihan pada siswa untuk dikerjakan pada dilihat dari aktivitas siswa serta hasil
setiap kegiatan belajar mengajar. belajar siswa pelaksanaan proses belajar
Selanjutnya pada siklus III, tahap mengajar sudah berjalan dengan baik.
perencanaan ini peneliti mempersiapkan Maka tidak diperlukan revisi terlalu
perangkat pembelajaran yang terdiri dari banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 untuk tindakan selanjutnya adalah
dan alat-alat pengajaran yang memaksimalkan dan mempertahankan
mendukung. Dilanjutkan dengan tahap apa yang telah ada dengan tujuan agar
kegiatan dan pengamatan. Pelaksanaan pada pelaksanaan proses belajar mengajar
kegiatan belajar mengajar untuk siklus III selanjutnya penerapan belajar aktif dapat
dilaksanakan pada tanggal 23 September meningkatkan proses belajar mengajar
2008 di Kelas VII-D dengan jumlah sehingga tujuan pembelajaran dapat
siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti tercapai.
bertindak sebagai guru. Adapun proses Melalui hasil penelitian ini
belajar mengajar mengacu pada rencana menunjukkan bahwa Metode pemecahan
pelajaran dengan memperhatikan revisi masalah (Problem Solving) dengan
pada siklus II, sehingga kesalahan atau pemberian tugas memiliki dampak positif
kekurangan pada siklus II tidak terulang dalam meningkatkan prestasi belajar
lagi pada siklus III. Pengamatan siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
(observasi) dilaksanakan bersamaan mantapnya pemahaman dan penguasaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar. siswa terhadap materi yang telah
Pada akhir proses belajar mengajar disampaikan guru selama ini (ketuntasan
siswa diberi tes formatif III dengan belajar meningkat dari siklus I, II, dan
tujuan untuk mengetahui tingkat III) yaitu masing-masing 67,64%,
keberhasilan siswa dalam proses belajar 77,35%, dan 91,17%. Pada siklus III
mengajar yang telah dilakukan. ketuntasan belajar siswa secara klasikal
Instrumen yang digunakan adalah tes telah tercapai.
formatif III. Berdasarkan analisis data, diperoleh
Berdasarkan data yang diperoleh, aktivitas siswa dalam proses Metode
nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,35 pemecahan masalah (Problem
dan dari 34 siswa yang telah tuntas Solving)dengan pemberian tugas dalam
sebanyak 31 siswa dan 3 siswa belum setiap siklus mengalami peningkatan. Hal
mencapai ketuntasan belajar. Maka ini berdampak positif terhadap proses
secara klasikal ketuntasan belajar yang mengingat kembali materi pelajaran yang
telah tercapai sebesar 91,17% (termasuk telah diterima selama ini, yaitu dapat
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
mengalami peningkatan lebih baik dari rata-rata siswa pada setiap siklus yang
siklus II. Adanya peningkatan hasil terus mengalami peningkatan.
belajar pada siklus III ini dipengaruhi Hasil yang diperoleh aktivitas siswa
oleh adanya peningkatan kemampuan dalam proses pembelajaran Geografi
siswa dalam mempelajari materi dengan Metode pemecahan masalah
pelajaran yang telah diterapkan selama (Problem Solving) dengan pemberian
ini. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan tugas yang paling dominan adalah
guru dalam mengelola proses belajar mendengarkan/memperhatikan
mengajar. penjelasan guru, dan diskusi antar
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
Pristiwanto 133

dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa Combs. Arthur. W. 1984. The


dapat dikategorikan aktif. Sedangkan Profesional Education of Teachers.
untuk aktivitas guru selama pembelajaran Allin and Bacon, Inc. Boston.
telah melaksanakan langkah-langkah
belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar.
dari aktivitas guru yang muncul di Jakarta: Erlangga.
antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan Departemen Pendidikan dan
kegiatan, menjelaskan, memberi umpan Kebudayaan, 1994. Petunjuk
balik/evaluasi/tanya jawab di mana Pelaksanaan Proses Belajar
prosentase untuk aktivitas di atas cukup Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
besar.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2900. Strategi
SIMPULAN Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa
Dari hasil kegiatan pembelajaran Cipta.
yang telah dilakukan selama tiga siklus,
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi
dan berdasarkan seluruh pembahasan
Research. Yayasan Penerbitan
serta analisis yang telah dilakukan dapat
Fakultas Psikologi Universitas
disimpulkan sebagai berikut: (1)
Gajah Mada. Yoyakarta.
Pembelajaran dengan metode pemecahan
masalah (problem solving) memiliki Hamalik, Oemar. 1994. Metode
dampak positif dalam meningkatkan Pendidikan. Bandung: Citra Aditya
prestasi belajar siswa yang ditandai Bakti.
dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998.
(67,64%), siklus II (77,35%), siklus III Proses Belajar Mengajar.
(91,17%). (2) Penerapan metode Bandung: Remaja Rosdakarya.
pemecahan masalah (problem solving)
mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar
meningkatkan motivasi belajar siswa Mengajar Matematika. Malang:
yang ditunjukkan dengan rata-rata IKIP Malang.
jawaban siswa yang menyatakan bahwa
siswa tertarik dan berminat dengan Iwan Setiawan. 2008. Geografi . Jakarta:
metode pemecahan masalah (problem BSE.
solving) sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988.
The Action Research Planner.
Victoria Dearcin University Press.
DAFTAR PUSTAKA
Margono. 1997. Metodologi Penelitian
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindon. Mukhlis, Abdul. (Ed). 2900. Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah Panitian
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi untuk Guru-guru se-Kabupaten
Aksara. Tuban.
134 WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 2, Desember 2016

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan


Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Motivasi Belajar Mengajar.
Rosdakarya. Jakarta: Bina Aksara.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar


untuk Belajar. Surabaya. University Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Press. Universitas Negeri Surabaya. Rineksa Cipta.

Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi


Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Pendidikan, Suatu Pendekatan
Ilmu. Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan
Teknis Evaluasi Pengajaran. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Bandung. Remaja Rosda Karya. Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Wetherington. H.C. and W.H. Walt.
Burton. 1986. Teknik-teknik
Belajar dan Mengajar.
(terjemahan) Bandung: Jemmars.

Anda mungkin juga menyukai