Anda di halaman 1dari 13

GMF ANA

Endutz 10
 Beranda

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DEMAM FEBRIS
Diposting oleh Siti Faridhotun Rizkiyana di 01.40

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DEMAM FEBRIS
Disusun Oleh :

Siti Faridhotun Rizkiyana 1301090

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN KH.PUTRA
BREBES
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas
normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton,
1990).
Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50%
pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi
pada pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem imun. Pada
febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau dengan
kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi,
penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).
Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah meningitis, bakteremia,
sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis media,
pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus
yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus, gastroenteritis,
dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca yang terlalu panas, memakai
pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan diberikan obat antibiotic
sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi
dengan terapi dan perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan perawatan
yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa pasien.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami definisi febris.
2. Untuk memahami etiologi febris.
3. Untuk memahami klasifikasi febris.
4. Untuk memahami patofisiologi febris.
5. Untuk memahami manifestasi klinis febris
6. Untuk memahami komplikasi febris
7. Untuk memahami penatalaksanaan febris
8. Untuk memahami pemeriksaan penunjang febris
9. Untuk mengetahui Pengkajian, Diagnosa keperawatan dan Rencana Keperawatan.
10. Serta dapat membuat Asuhan Keperawatan Dengan Pasien febris,

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Febris
Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas normal yaitu lebih dari
380C (Fadjari Dalam Nakita 2003).
Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(diatas 38C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak
sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor
otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada juga yang
yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam
tinggi (hiperpireksia)
(Julia, 2000).

B. Etiologi Febris
Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain
(Julia, 2000).
Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat
toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi.

C. Klasifikasi Febris
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup
sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan otot
Hyperthermia karena anestesi total
Tipe - tipe demam.diantaranya:
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali
ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam
diantara dua serangan demam disebut kuartana
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus
menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia

5. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera
dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang
sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.
Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya
merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

D. Patofisisologi
Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat pengatur suhu dan bekerja
mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus
thermal set point. Pada demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme pengaturan
suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu tertentu yang baru.
Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya
telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga dapat karena
obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.

Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat digambarkan sebagai berikut :
Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan virus)  menginduksi sel darah
putih untuk produksi pirogen endogen yang paling banyak keluar IL-1 dan TNF-, selain itu ada IL-6
dan IFN  bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum pada lamina terminalis
(OVLT)  OVLT dikelilingi oleh porsio medial dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior
dan septum pallusolum.
Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada jaringan neural masih belum
jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat
untuk merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan termasuk transport aktif
sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang
mentranduksi sinyal ke otak.
OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang merespons pirogen endogen.
PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron
yang sensitif pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic acid pathway.
Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2) di neural vasculature yang penting pada formasi
febris. Induksi pada respons febris oleh lipopolisakarida, TNF- dan IL-1 yang menghasilkan kenaikan
COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada beberapa model eksperimental febris.
Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak sel efektor pada respons
imun. Demam menginduksi terjadinya respons syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi
kompleks pada demam, untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah
produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk penyelamatan seluler.
Sitokin proinflamotori  masuk ke sirkulasi hipotalamik  stimulasi pengeluaran PG lokal,
resetting set point termal hipotalamik sitokin proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-
10 dan substansi lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar dan lamanya
demam.
E. Manifestasi Klinis
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam
meliputi:
Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
Tanda dan gejala
- Peningkatan denyut jantung
- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
- Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
- Peningkatan suhu tubuh
- Pengeluaran keringat berlebih
- Rambut pada kulit berdiri
- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
Fase 2 ( proses demam)
Tanda dan gejala
- Proses mengigil lenyap
- Kulit terasa hangat / panas
- Merasa tidak panas / dingin
- Peningkatan nadi
- Peningkatan rasa haus
- Dehidrasi
- Kelemahan
- Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
Fase 3 (pemulihan)
Tanda dan gejala
- Kulit tampak merah dan hangat
- Berkeringat
- Mengigil ringan
- Kemungkinan mengalami dehidrasi

F. Komplikasi Febris
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Sufisiensi Jantung
3. Sufisiensi Pulmonal
4. Kejang Demam

F. Penatalaksanaan Febris
1. Secara Fisik
a. Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
Pakaian anak diusahakan tidak tebal
Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
Memberikan kompres
Berikut ini cara mengkompres yang benar :
- Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin atau es
- Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu tangan yang telah dibasahi air hangat
- Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada
- Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat
2. Obat- obat Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus.Antipiretik
berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal
dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar
penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total
ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak
banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga
makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika golongan
Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari;
Petunjuk pemberian antipiretik:

a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol


b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis.
Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap
sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat
berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan
metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam
G. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk
digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah,
pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan lebih pasti melalui
biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi,
aortografi, atau limfangiografi.
H. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Identitas : Meliputi nama, umur, pendidikan, susku bangsa, pekerjaan, agama, alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan
timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien).
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
- Sistem persepsi sensori
- Sistem persyarafan : kesadaran
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem gastrointestinal
- Sistem integument
- Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolism
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perceptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporesisi
J. Discharge Planning
1. Ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau Perawat
2. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
3. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
4. Intruksikan untuk kontrol ulang
5. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.

I. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


Keperawatan (NOC)
1. Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan perawatan Mengontrol panas
dengan proses penyakit. selama ….X 24 jam, pasien mengalami  Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Batasan karakeristik : keseimbangan termoregulasi dengan  Monitor suhu basal secara kontinyu sesui
 kenaikan suhu tubuh kriteria hasil : dengan kebutuhan.
diatas rentang normal  Suhu tubuh dalam rentang normal 35,9 Monitor TD, Nadi, dan RR
 serangan atau C – 37,5 C Monitor warna dan suhu kulit
konvulsi (kejang)  Nadi dan RR dalam rentang normal Monitor penurunan tingkat kesadaran
 kulit kemerahan  Tidak ada perubahan warna kulit Monitor WBC,Hb, Hct
 pertambahan RR  Tidak ada pusing Monitor intake dan output
 takikardi Berikan anti piretik
 saat disentuh tangan Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
terasa hangat demam
 Selimuti pasien
 Lakukan Tapid sponge
 Berikan cairan intra vena
 Kompres pasien pada lipat paha, aksila dan
leher
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya menggigil
Temperature Regulation
 Monitor tanda- tanda hipertermi
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
 Diskusikan tetang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
 Berikan obat antipiretik sesuai dengan
kebutuhan
 Gunakan matras dingin dan mandi air hangat
untuk mengatasi gangguan suhu tubuh sesuai
dengan kebutuhan
 Lepasakan pakaian yang berlebihan dan tutupi
pasien dengan hanya selembar pakaian.
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor vital sign saat pasien berdiri, duduk dan
berbaring
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, Nadi, dan RR sebelum, selama,
dan sesudah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya tekanan nadi yang melebar ,
bradikardi, peningkatan sistolik (Chusing
Triad)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital Sign
2. Resiko injury berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
dengan infeksi selama …x 24 jam, pasien tidak  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai
mikroorganisme mengalami injury. dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien
Risk Injury dan riwayat penyakit terdahulu pasien
Kriteria Hasil :  Menghindari lingkungan yang berbahaya
 Klien terbebas dari cidera misalnya memindahkan perabotan
 Klien mampu menjelaskan cara/metode  Memasang side rail tempat tidur
untuk mencegah injury atau cedera  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
 Klien mampu menjelaskan factor resiko bersih
dari lingkunga atau perilaku personal  Meletakan saklar lampu ditempat yang mudah
 Mampu memodifikasi gaya hidup untuk dijangkau pasien
mencegah injury
 Membatasi pengunjung
 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
 Memberikan penerangan yang cukup
 Mampu mengenali perubahan status
kesehatan  Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien
 Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
3 Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluid management:
cairan dengan faktor resiko selama …x 24 jam, fluid balance dengan Pertahankan catatan intake dan output yang
faktor yang mempengaruhi kriteria hasil : akurat
kebutuhan 
cairan Mempertahankan urine output sesuai  Monitor status dehidrasi( kelembaban
(hipermetabolik) dengan usia dan BB, BJ urine normal, membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
HT normal darah ortostatik)
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam Monitor vital sign
batas normal  Monitor asupan makanan/ cairan dan hitung
 Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, intake kalori harian

elastisitas turgor kulit baik, membrane Lakukan terapi IV

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang Monitor status nutrisi
berlebihan.  Berikan cairan
 Berikan cairan IV pada suhu ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nasogastrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu pasien
makan
 Anjurkan minum kurang lebih 7-8 gelas
belimbing perhari
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
 Atur kemungkinan transfusi

Daftar Pustaka

Putra , Komarudin. 2010 .Asuhan Keperawatan Febris . ( Online ) Tersedia


: http://stikesbp.blogspot.com/2013/06/askep-febris.html
Kurnia, Rizki. 2011. Asuhan Keperawatan Demam Febris. ( Online ) Tersedia :
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
febris.html
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 jam 14.30 s.d
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit): sejak
kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)

A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas/istirahat

 Gejala : Keletihan, kelemahan umum


 Tanda : Perubahan kekuatan otot
2. Sirkulasi

 Gejala : hipertensi, peningkatan nadi, sianosis


3.Integritas ego

 Gejala : Stressor eksternal / einternal yang berhubungan dengan keadaan dan


penanganan
4. Eliminasi

 Gejala : Inkontinensia
 Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih aliran tonus sfinger, otot
relaksasi yang mengakibatkan inkotinensia (baik urine atau fekal)
5. Makanan/ cairan

 Gejala : Mual/muntah yang berhubungan dengansktivitas kejang


6. Neurosensori

 Gejala : Riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pusing,riwayat


trauma kepala.
7. Nyeri/kenyamanan
 Gejala : Sakit kepala, nyeri otot atau punggung pada priode posiktal, nyeri
abdomen paraksimal selama fase iktal.
8. Pernapasan

 Gejala : Fase iktal: gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat,
peningkatan sekresi muskus.
9. Keamanan

 Gejala : Riwayat terjatuh/trauma, fraktur, adanya alergi.


10. Interaksi sosial

 Gajala : Masalah dalam hubungan intrapersonal dalam keluarga atau


lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai